You are on page 1of 2

Ketika kinerja aparatur dipertanyakan

Judul Buku : Reformasi Aparatur Negara Ditinjau Kembali

Penulis : Yeremias T. Keban dkk.

Editor : Wahyudi Kumorotomo dan Ambar


Widaningrum

Pengantar : Agus Dwiyanto

Cetakan : 2010

Penerbit : Gava Media atas kerja sama dengan JMKP dan


MAP UGM

Tema besar dari buku ini adalah pengembangan sumber daya manusia.
Disebutkan bahwa, terkait dengan sumber daya manusia, kelemahan yang
terdapat dalam sumber daya aparatur negara masih sangat berpengaruh
terhadap daya saing dan pembangunan bangsa yang ditinjau dari berbagai
macam aspek. Kinerja dan perilaku para pejabat pejabat kita yang dapat
dikatakan kurang profesional, kurang responsif, dan yang paling utama adalah
korup sudah lama menjadi permasalahan. Akan tetapi setelah dilakukan
perubahan atau reformasi yang telah lama di gembar gemborkan oleh
pemerintah tidak membawa perubahan yang signifikan.

Selain masalah korupsi, persoalan lain yang dihadapi dalam masalah


kinerja para birokrat kita adalah profesionalitas dan responsivitas para aparatur
negara yang tergolong masih sangat rendah. Penyebab dari hal tersebut bisa
dikatakan saling berkaitan dalam wujud persoalan yang dapat dikatakan
kompleks. Dari struktur dan kelembagaan, pembagian fungsi, mekanisme kerja,
hingga persoalan budaya yang ada dalam organisasi pemerintahan (hal. 2).
Sehingga solusi untuk mengatasi persoalan profesionalitas dan responsivitas
aparatur negara ternyata harus dilakukan secara komprehensif dan didukung
oleh perumus kebijakan tentunya.

Buku ini diterbitkan dalam rangka purna bakti Prof. Dr. Sofian Efendi,
MPIA. Buku ini hadir dengan analisis yang kritis dari murid, kolega dan teman
teman beliau yang dihimpun menjadi suatu bunga rampai. Secara umum buku
ini dibagi menjadi empat bagian.

Bagian pertama berjudul “Rreformasi Aparatur Birokrasi”. Mengulas


tentang pembangunan aparatur yang dimulai dari jenjang pimpinan, dalam hal
ini pemimpin menggunakan kewenangannya untuk mendorong pelaksanaan
secara konsisten dan berkesinambungan. Peningkata kapasitas etika etika
dituntut dari aparat pemerintahan yang merupakan salah satu faktor dalam
proses pengelolaan kepentingan publik. Setiap keputusan merupakan kunci
untuk mengelola permasalahan publik menjadi lebih baik atau malah menjadi
lebih buruk. Untuk mendorong reformasi aparatur birokrasi diperlukan konsep
servant leadership (kepemimpinan yang melayani) sebagai mana disebutkan
oleh ario wicaksono (hal. 4), aspek lain yang diperhatikan dalam reformasi
birokrasi adalah membangkitkan inovasi dan kreativitas aparatur pemerintahan,
dimana organisasi publik perlu belajar untuk merangsang kedua hal tersebut
karena selama ini kedua hal tersebut dirasa masih kurang.

Bagian kedua berjudul “Desentralisasi”, mendiskusikan tentang isu


desentralisasi yang ternyata tidak menjadi obat yang mujarab untuk
menyelesaikan permasalahan kesenjangan pembangunan dan peningkatan
kesejahteraan rakyat. Luasnya wilayah indonesia, kemungkinan munculnya
problem problem diatas sangatlah nyata. Gagalnya reformasi aparatur
pemerintahan sebagai mana yanag para aparatur daerah tidak sungguh sungguh
mereformasi sistem administrasi publik karena kepentingan mereka akan
terganggu. Rekomendasi yang tertulis dalam bab ini adalah pentingnya
koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mengevaluasi
kinerja aparatur pemerintahan dan menentukan promosinya

Bagian ketiga berjudul “Kebijakan Publik”, dikatakan bahwa proses


kebijakan yang partisipatif perlu peran serta media massa yang tidak saja
sebagai sumber informasi akan tetapi juga sebagai institusi lembaga pendidikan
politik bagi masyarakat agar lebih paham atau melek akan politik dan sensitif
terhadap praktik prktik penyelenggaraan pemerintahan yang menyimpang.
Tulisan dalam bab ini mengatakan bahwa kebijakan publik merupakan aktifitas
politik dimana kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah menggambarkan
pertarungan politik diantara berbagai elemen masyarakat.

Bagian ke empat berjudul “Pembangunan dan Globalisasi”. Membahas


mengenai pentingnya respon kritis terhadap pembangunan, hal yang
mendukung pembangunan tersebut, selain itu juga pola pola dari globalisasi
yang dalam salah satu tulisan dalam bab ini di fokuskan ke sektor pendidikan.
Dikatakan bahwa perlunya mengurangi hambatan hambatan pembangunan
yang salah satunya berasal dari praktik birokrasi yang mana perlu biaya tinggi.
peran dan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan swasta diharapkan
dapat terjalin dan saling bekerja sama untuk membangun bangsa ini. Di sisi
globalisasi, pola globalisasi jasa pendidikan mengandung implikasi kebijakan
yang rumit, dimana terdapat tujuh isu yang muncul yang memperjelas peta
masalah perkembangan sumber daya manusia di indonesia, terutama yang
terkait dengan pola internasionalisasi dan transnasionalisasi jasa pendidikan.

Secara umum buku in mudah dipahami, bahkan bagi mahasiswa tingkat


awal. Keberagaman profesi penulis-penulis yang terlibat dalam penyusunan buku
ini menjadikan buku ini semakin kaya dengan alur berpikir dan prespektif dalam
menilai soal reformasi aparatur negara di indonesia.

You might also like