Professional Documents
Culture Documents
PNEUMOTHORAX
OLEH:
PEMBIMBING:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2011
1
TUGAS TINJAUAN PUSTAKA
PNEUMOTHORAX
OLEH:
Telah disetujui dan disyahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadyah Surakarta
Pembimbing :
Dipresentasikan dihadapan
2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………… 4
BAB II
A. Definisi ……………………………………………………………….. 6
B. Etiologi ……………………………………………………………….. 10
C. Pathofisiologi ………………………………………………………... 11
D. Diagnosis ……………………………………………………………. 13
E. Penatalaksanaan …………………………………………………… 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung pada
dinding dada, dan diklasifikasikan menjadi iatrogenik maupun non-
iatrogenik. Pneumothorax iatrogenik merupakan tipe pneumothorax
yangsangat sering terjadiSesuai perkembangan di bidang pulmonologi
telah banyak dikerjakan pendekatan baru berupa tindakan torakostomi
disertai video (VATS = video assisted thoracoscopy surgery), ternyata
memberikan banyak keuntungan pada pasien-pasien yang mengalami
pneumotoraks relaps dan dapat mengurangi lama rawat inap di rumah
sakit (2).
A. Tujuan Penulisan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
6
lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3 diameter trakea,maka
udara cenderung lebih melewati lubang tersebut dibanding
traktus respiratorius yangseharusnya. Pada saat inspirasi,
tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari
luar masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi dan
menyebabkan kolaps pada paru ipsi lateral.Saat ekspirasi,
tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara dari kavum
pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi ini disebut
sebagai open pneumothorax (3,6,7,9)
7
2. Pneumotoraks traumatik, Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat
adanya suatu trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan, yang
(2,5)
menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru .
8
dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar.
Tekanan di dalam rongga pleura awalnya mungkin positif,
namun lambat laun berubah menjadi negatif karena diserap oleh
jaringan paru disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru belum
mengalami re-ekspansi, sehingga masih ada rongga pleura,
meskipun tekanan di dalamnya sudah kembali negatif. Pada
waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan udara di rongga
pleura tetap negatif.
2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax), Yaitu
pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga pleura
dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar
(terdapat luka terbuka pada dada). Dalam keadaan ini tekanan
intrapleura sama dengan tekanan udara luar. Pada
pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura sekitar nol.
Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan tekanan yang
(8)
disebabkan oleh gerakan pernapasan . Pada saat inspirasi
tekanan menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi tekanan
(8)
menjadi positif . Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum
dalam keadaan normal, tetapi pada saat ekspirasi mediastinum
bergeser ke arah sisi dinding dada yang terluka (sucking wound)
(2).
9
tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul
dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering
(2).
menimbulkan gagal napas
Sedangkan menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka
(8)
pneumotoraks dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan
pada sebagian kecil paru (< 50% volume paru).
2. Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks yang mengenai
sebagian besar paru (> 50% volume paru)
B. Etiologi
10
C. Patofisiologi
11
Pneumotorak spontan, closed pneumotorak, simple
pneumotorak, tension pneumotorak, dan open pneumotorak.
Pneumotorak spontan terjadi karena lemahnya dinding alveolus dan
pleura visceralis. Apabila dinding alveolus dan pleura viceralis yang
lemah ini pecah, maka akan ada fistel yang menyebabkan udara
masuk ke dalam cavum pleura. Mekanismenya pada saat inspirasi
rongga dada mengembang, disertai pengembangan cavum pleura
yang kemudian menyebabkan paru dipaksa ikut mengembang, seperti
balon yang dihisap. Pengembangan paru menyebabkan tekanan
intraalveolar menjadi negatif sehingga udara luar masuk. Pada
pneumotorak spontan,paru-paru kolpas, udara inspirasi ini bocor
masuk ke cavum pleura sehingga tekanan intrapleura tidak negatif.
Pada saat inspirasi akan terjadi hiperekspansi cavum pleura akibatnya
menekan mediastinal ke sisi yang sehat. Pada saat ekspirasi
mediastinal kembali lagi ke posisi semula.Proses yang terjadi ini
dikenal dengan mediastinal flutter (6,7,9).
12
paru dan cavum pleura karena luka yang bersifat katup tertutup
terjadilah penekanan vena cava,shunting udara ke paru yang sehat,
dan obstruksi jalan napas.Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock
atau shock oleh karena penekanan vena cava.Kejadian ini dikenal
dengan tension pneumotorak(6,7,9).
D. Diagnosis
Dari anamnesis Sulit bernafas yang timbul mendadak dengan
disertai nyeri dada yang terkadang dirasakan menjalar ke bahu. Dapat
disertai batuk dan terkadang terjadi hemoptisis. Perlu ditanyakan
adanya penyakit paru atau pleura lain yang mendasari pneumotorak,
dan menyingkirkan adan yapenyakit jantung.
13
Gejala
Gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara
yang masuk ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang
(10)
mengalami kolaps (mengempis) .
14
toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi, Pada
tingkat yang berat terdapat gangguan respirasi/sianosis,
gangguanvaskuler/syok.
Auskultasi : Pada bagian yang sakit, suara napas melemah
sampai menghilang, Suara vokal melemah dan tidak menggetar
serta bronkofoni negative (5,8).
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Röntgen Gambaran radiologis yang tampak pada foto
(11):
röntgen kasus pneumotoraks antara lain
a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang
kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru.
Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis,
akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.
b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa
radio opaque yang berada di daerah hilus. Keadaan ini
menunjukkan kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps
paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas
yang dikeluhkan.
c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat,
spatium intercostals melebar, diafragma mendatar dan
tertekan ke bawah. Apabila ada pendorongan jantung atau
trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah
terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang
tinggi.
d. Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi
keadaan sebagai berikut (5) :
15
apeks. Hal ini terjadi apabila pecahnya fistel mengarah
mendekati hilus, sehingga udara yang dihasilkan akan
terjebak di mediastinum.
16
membedakan antara pneumotoraks spontan primer dan
sekunder.
Komplikasi dapat berupa hemopneumotorak,
pneumomediastinum dan emfisemakutis, fistel bronkopleural
dan empiema.
E. Penatalaksanaan
E 1. Penatalaksanaan Pneumothoraks (Umum)
Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk
mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan
kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada prinsipnya, penatalaksanaan
pneumotoraks adalah sebagai berikut :
Primary Survey
Airway
Assessment :
perhatikan patensi airway
dengar suara napas
perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan
dinding dada
Management :
inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan
chin-lift dan jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi
jalan napas
Observasi dan Pemberian O2
Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga
pleura telah menutup, maka udara yang berada didalam
rongga pleura tersebut akan diresorbsi. Laju resorbsi
(2)
tersebut akan meningkat apabila diberikan tambahan O2 .
17
Observasi dilakukan dalam beberapa hari dengan foto
toraks serial tiap 12-24 jam pertama selama 2 hari .
Tindakan ini terutama ditujukan untuk pneumotoraks tertutup
dan terbuka (8).
re-posisi kepala, pasang collar-neck
lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi
(oral / nasal)
Breathing
Assesment
Periksa frekwensi napas
Perhatikan gerakan respirasi
Palpasi toraks
Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
Management:
Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension
pneumotoraks, open pneumotoraks, hemotoraks, flail chest
Circulation
Assesment
Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
Periksa tekanan darah
Pemeriksaan pulse oxymetri
Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
Management
Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines
Torakotomi emergency bila diperlukan
Operasi Eksplorasi vaskular emergency
Tindakan Bedah Emergency
18
1. Krikotiroidotomi
2. Trakheostomi
3. Tube Torakostomi
4. Torakotomi
5. Eksplorasi vascular
Penatalaksanaan: WSD
E 2.b. Pneumotoraks Tension
Adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekanan intra toraks
yang semakin lama semakin bertambah (progresif). Pada
pneumotoraks tension ditemukan mekanisme ventil (udara dapat
masuk dengan mudah, tetapi tidak dapat keluar).
Ciri:
Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi
: kolaps total paru, mediastinal shift (pendorongan mediastinum
ke kontralateral), deviasi trakhea , venous return ↓ → hipotensi
& respiratory distress berat.
19
Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan
cepat, takipneu, hipotensi, JVP ↑, asimetris statis & dinamis
Merupakan keadaan life-threatening tdk perlu Ro
Penatalaksanaan:
1. Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga II, linea
mid-klavikula)
2. WSD
Penatalaksanaan WSD
Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem
drainage yang menggunakan water seal untuk mengalirkan
udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura).
TUJUANNYA:
20
• Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura
untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut
• Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif
dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.
Perubahan Tekanan Rongga Pleura
Tekanan Istirahat Inspirasi Ekspirasi
-Atmosfir 760 760 760
-Intrapulmoner 760 757 763
-Intrapleural 756 750 756
INDIKASI PEMASANGAN WSD :
• Hemotoraks, efusi pleura
• Pneumotoraks ( > 25 % )
• Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
• Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
Tindakan Dekompresi
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada
kasuspneumotoraks yang luasnya >15%. Pada intinya,
tindakan inibertujuan untuk mengurangi tekanan intra pleura
dengan membuathubungan antara rongga pleura dengan
(2)
udara luar dengan cara :
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga
pleura, dengan demikian tekanan udara yang positif di
rongga pleura akan berubah menjadi negatif karena
(2,8)
mengalir ke luar melalui jarum tersebut .
21
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :
1) Dapat memakai infus set Jarum ditusukkan ke dinding dada
sampai ke dalam rongga pleura, kemudian infus set yang
telah dipotong pada pangkal saringan tetesan dimasukkan
ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka,
akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infus
set yang berada di dalam botol (8).
2) Jarum abbocath Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri
dari gabungan jarum dan kanula. Setelah jarum ditusukkan
pada posisi yang tetap di dinding toraks sampai menembus
ke rongga pleura, jarum dicabut dan kanula tetap ditinggal.
Kanula ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastik infus
set. Pipa infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang
berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak
gelembung udara yang keluar dari ujung infuse set yang
berada di dalam botol (8).
3) Pipa water sealed drainage (WSD) Pipa khusus (toraks
kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan
perantaraan troakar atau dengan bantuan klem penjepit.
Pemasukan troakar dapat dilakukan melalui celah yang
telah dibuatdengan bantuan insisi kulit di sela iga ke-4 pada
lineamid aksilaris atau pada linea aksilaris posterior.
Selainitu dapat pula melalui sela iga ke-2 di garis
midklavikula. Setelah troakar masuk, maka toraks kateter
segera dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian troakar
dicabut, sehingga hanya kateter toraks yang masih
tertinggal di rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks
yang ada di dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui
pipa plastik lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di
22
botol sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air
supaya gelembung udaradapat dengan mudah keluar
(5,8)
melalui perbedaan tekanan tersebut . Penghisapan
dilakukan terus-menerus apabila tekanan intrapleura tetap
positif. Penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan
negatif sebesar 10-20 cm H2O, dengan tujuan agar paru
cepat mengembang. Apabila paru telah mengembang
maksimal dan tekanan intra pleura sudah negative kembali,
maka sebelum dicabut dapat dilakukuan ujicoba terlebih
dahulu dengan cara pipa dijepit atau ditekuk selama 24 jam.
Apabila tekanan dalam rongga pleura kembali menjadi
positif maka pipa belum bias dicabut. Pencabutan WSD
dilakukan pada saat pasien dalam keadaan ekspirasi
maksimal (2).
Pengobatan Tambahan
1. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan
tambahan ditujukan terhadap penyebabnya. Misalnya :
terhadap proses TB paru diberi OAT, terhadap bronkhitis
dengan obstruksi saluran napas diberi antibiotik dan
bronkodilator (8).
2. Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat .
3. Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan
bedah dapat dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi
komplikasi, seperti emfisema (5).
Rehabilitasi (8) .
1. Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks harus
dilakukan pengobatan secara tepat untuk penyakit
dasarnya.
23
2. Untuk sementara waktu, penderita dilarang mengejan, batuk
atau bersin terlalu keras.
3. Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian
antitusif, berilah laksan ringan.
4. Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada
keluhan batuk, sesak napas.
BAB III
KESIMPULAN
24
Pada prinsipnya, penanganan pneumotoraks berupa
observasi dan pemberian O2 yang dilanjutkan dengan
dekompresi.
Untukpneumotoraks yang berat dapat dilakukan tindakan
pembedahan.Sedangkan untuk proses medikasi disesuaikan
dengan penyakit yang mendasarinya. Tahap rehabilitasi juga
perlu diperhatikan agar pneumotoraks tidak terjadi lagi.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
http://ad.z5x.net/...,http://scribd.com/doc/48405598/pneumot
orax,
7. Fajrin (2008, Agustus 23), Pneumothorax. Diakses 22 Maret
2011 dari The Power of Muslim Doctor’s :
http://dokterkharisma.blogspot.com/2008/08/pneumothorax.
html
8. Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit
Paru. Surabaya : Airlangga University Press; 2009. p. 162-
179.
9. Anonim, Nefrology Ners (2010 November 3), Pneumothorax,
Diakses 22 Maret 2011 dari Perhimpunan Perawat Ginjal
Intensif Indonesia :
http://nefrologyners.wordpress.com/2010/11/03/pneumothor
ax-2/
10. Fahmi (2010, Februari 02). Kolaps Paru-Paru
(Pneumothorax), Diakses 21 Maret 2011 Universitas Negeri
Malang :
http://forum.um.ac.id/...7ed4eed11a474&topic=9843.msg993
2#msg9932
11. Malueka, Rusdy, Ghazali. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta :
Pustaka Cendekia Press; 2007. p. 56.
27