Professional Documents
Culture Documents
Abstraksi
Metodologi penelitian:
Yang digunakan pada dasarnya dengan melakukan perbandingana antara besarnya
tambahan potensi air dan kebutuhan sumberdaya air. Demikian pula dalam perumusan
penggunaan lahan, analisis yang digunakan adalah dengan membandingkan antara
kondisi guna lahan perkiraan yang mengacu pada guna lahan dari tahun 2001 dan 2005
dengan guna lahan dalam rencana tata ruang yang memperhatikan keseimbangan tata air.
Lingkup Materi
4. mengkaji pengaruh pola penggunaan lahan terhadap keseimbangan antara
tambahan potensial sumberdaya air dan kebutuhan sumberdaya air, kondisi pola
penggunaan ini selama dihitung berdasarkan kondisi eksisting serta kecenderungannya,
juga berdasarkan rencana penggunaan lahan pada RTRW Kabupaten Bandung, RTRW
Kota Bandung dan RTRW Kota Cimahi.
Kawasan Lindung
Kawasan lindung berdasarkan Keppres No. 32 tahun 1990 adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam dan sumberdaya buatan guna membangun keberlanjutan. Kawasan
yang berfungsi lindung di kawasan Bandung utara berdasarkan kriteria Keppres No. 32
tahun 1990 meliputi areal seluas 28.452,5 Ha atau sebesar 73,81 % dari luas keseluruhan
kawasan Bandung utara. Jenis kawasan yang berfungsi lindung adalah:
1. Hutan lindung
Luas kawasan yang dikategorikan berfungsi sebagai hutan lindung di kawasan
Bandung utara adalah sebesar 42,58% dari luas keseluruhan.
2. Kawasan resapan air
Luas kawasan yang dikategorikan berfungsi sebagai kawasan resapan air di
kawasan Bandung utara adalah sebesar 18,47% dari luas keseluruhan.
3. Kawasan perlindungan setempat, yaitu meliputi:
a) Sempadan sungai
Sempadan sungai dibentuk dengan menarik garis sepanjang 50 m dari
kanan – kiri sungai
b) Sempadan mata air
Besar
Luas area (Ha) Luas area (Ha)
No Jenis penggunaan lahan perubahan
2001 2005
(Ha)
1 Sawah 5.536,648 5.453,798 -82,850
2 Kebun 12.226,929 11.979,345 -247,584
3 Tegalan 6.385,315 7.022,126 636,811
4 Hutan primer 6.787,138 5.635,022 -1.152,126
5 Hutan sekunder 323,129 591,800 268,671
6 Industri 31.305 31,166 -0,139
7 Permukiman 5.191,293 5.549,685 358,392
8 Padang rumput 1.856,614 1.855,791 -0,823
9 Lain-lain 184,393 404.030 219,637
Total (Ha) 38.522,764 38.522,763 0
Berdasarkan data table perubahan guna lahan, guna lahan hutan primer
mengalami penurunan sebesar -4,56% sedangkan guna lahan sekunder mangalami
peningkatan sebesar 19,50%. Secara keseluruhan fungsi kawasan lindung mengalami
penurunan sebesar 2,29% dari tahun 2001 ke 2005, dan mengalami penurunan lagi di
tahun 2013 sebesar 3,03%. Hal ini dikarenakan peningkatan guna lahan tegalan dan
permukiman.
Pada tahun 2013, berdasrkan table jika di bandingkan dengan ketetapan guna
lahan di kawasan Bandung utara yang bersumber pada Keppres No. 32 tahun 1990 guna
lahan rencana masih cukup menyimpang, tetap lebih baik keadaannya daripada keadaan
guna lahan proyeksi pada tahun 2013 berdasarkan kecenderungan kondisi saat ini (2001
& 2005). Dalam keetapan guna lahan yang bersumber pada Keppres No.32 tahun 1990,
fungsi kawasan lindung di KBU lebih besar daripada fungsi kawasan budidaya. Kawasan
lindung sebesar 73,81%, sedang kawasan budidaya 26,19%. Unuk guna lahan KBU pada
proyeksi tahun 2013 berdasarkan RTRW, fungsi kawasan lindung lebih kecil daripada
fungsi kawasan budidaya, yaitu dengan kawasan lindung adalah sebesar 27,33%
sedangkan kawasan budidaya adalah sebesar 72,67%
Perbandingan antara fungsi kawasan guna lahan proyeksi dengan guna lahan
RTRW pada tahun 2013, fungsi kawasan lindung pada guna lahan proyeksi adalah
sebesar 13,22% angka tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan fungsi kawasan
lindung berdasarkan RTRW dan Keppres No. 32 tahun 1990 sedangkan fungsi kawasan
budidaya pada guna lahan proyeksi adalah sebesar 87,78% yang mana lebih besar jika di
bandingkan dengan fungsi kawasan budidaya berdasarkan RTRW dan Keppres. Hal ini
dapat dilihat bahwa dalam rencana perumbuhan di kawasan Bandung utara lebih di tekan
yang diujukan agar tidak merusak fungsi kawasan Bandung utara sebagai kawasan
resapan air.
Wilayah Persentase
No Luas wilayah
administrasi (%)
1 35.230,56 91,37
2 Kab. Bandung 3.326,79 8,63
Total 38.557,35 100,00
Sumber . SK Gubernur Jawa Barat No. 181.1/SK. 1624-Bapp/1982
Perubahan guna lahan adalah mencakup perubahan fungsi, intensitas dan
keentuan eknis masa bangunan. Perubahan fungsi adalah perubahan jenis kegiatan,
sedangkan perubahan intensitas adalah mencakup KLB, KDB, kepadatan bangunan dan
lain-lain.. perubahan fungsi mempunyai dampak yang paling besar terhadap lingkungan
karena menghasilkan kegiatan yang berbeda dengan kegiatan sebelumnya, dan dapat
mengubah fungsi suatu kawasan.
Daftar isi
BAB I Pendahluan
1.1 Latar belakang
Perumusan masalah
Tujuan dan sasaran
Rung lingkup kajian
Lingkup materi
Lingkup wiayah
Lingkup materi
Metodologi penelitian
Pendekatan studi
Kerangka pemikiran
Data dan informasi
Cara pengumpulan data
Sistematika pembahasan
Keseimbangan sumber daya air RTRW Keseimbangan sumber daya air eksisting
kesimpulan
ABSTRAKSI
Daerah aliran sungai merupakan suatu wilayah yang perlu dijga kelesteriannya
karena DAS ikut berperan dalam sistem hidrologi yang mencakup penyediaan air bersih
untuk kebutuhan hidup manusia. Das juga berpotensi menimbulkan bencana seperti
banjir, erosi, dan longsor. Bencana ini terjadi karena DAS telah gagal memenuhi
fungsinya sebagai penampung air hujan, penyimpanan dan penyalur air ke sungai-sungai.
Fungsi suatu DAS merupakan fungsi gabungan dari seluruh factor yang ada pada DAS
tersebut, yaitu vegetasi, bentuk wilayah, (topografi), tanah dan permukiman. Apabila
salah satu dari faktor tersebut di atas mengalami perubahan maka hal tersebut akan
mempengaruhi kondisi ekosistem DAS.
Luas lahan kritis dalam DAS di Indonesia terus meningkat. Jika pada tahun 1984
terdapat 9,7 juta ha lahan kritis pada 22 DAS, maka pada tahun 1994 menjadi 12,6 ha
pada 39 DAS, dan pada tahun 2004 terdapat 62 DAS kritis dari total 470 DAS di
Indonesia. Sementara itu, konversi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non
pertanian rata-rata mencapai 50.000 ha per tahun. Adanya fenomena ini mengakibatkan
penanganan masalah DAS harus ditanggapi dengan lebih serius. tujuan penelitian ini
adalah melakukan evaluasi terhadap penataan ruang kawasan lindung dan resapan air di
DAS dengan mengambil contoh kasus di DAS Ciliwung bagian hulu mengingat
pentingnya peran yang diembannya, yaitu sebagai perlindungan kawasan bawahannya
seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan dalam pengelolaan DAS Ciliwung bagian hulu sebagai upaya pengendalian
pemanfaatan lahan agar sesuai dengan fungsi kawasan yang di embannya.
Dalam pengelolaan DAS ini, keberadaan kawasan lindung dan resapan air sangat
penting sehingga konservasi kawasan lindung dan resapan air harus dilakukan untuk
keberlangsungan DAS. Metode pendekatan yang digunakan dalam studi ini adalah
evaluasi terhadap penataan ruang kawasan lindung dan resapan air dengan cara
membandingkan penataan DAS Ciliwung bagian hulu menurut rencana RTRW dengan
keadaan yang sebenarnya di lapangan (eksisting ). Sehingga analisis yang dilakukan
melalui analisis deskriptif yang memaparkan data-data penataan ruang sesuai RTRW dan
penataan ruang saat ini serta analisis perbandingan antara kedua penataan ruang tersebut.
Setelah membandingkan penataan ruang di DAS Ciliwung bagian hulu menurut
RTRW dengan penataan ruang di lapangan (eksisting), maka tampak penyimpangan
dalam penataan ruang terutama perubahan guna lahan di kawasan lindung dan resapan
air. Penyimpangan yang terjadi adalah perubahan guna lahan di kawasan lindung dan
resapan air menjadi kawasan budidaya dapat dilihat dengan adanya kegiatan dan
bangunan yang tidak mendukung fungsi lindung . adanya masyarakat yang membuka
hutan untuk dijadikan lahan pertanian .pertumbuhan alami penduduk dan
berkembangannya sector wisata dan perdagangan menyebabkan pembukaan lahan untuk
permukiman, belum lagi fenomena menjamurnya villa dan resort dan tempat
peristirahatan keluarga yang sebagian besar dimiliki oleh penduduk DKI Jakarta (80%).
Total penyimpangan guna lahan terjadi sebesar 36,99 % di DAS Ciliwung bagian hulu
dan penyimpangan guna lahan pada kawasan lindung dan resapan air menjadi kawasan
budidaya sangat memprihatinkan. Dampak yang ditimbulkan karena penyimpangan ini
adalah tejadinya banjir di kawasan hilir (DKI Jakarta), longsor, erosi, penurunan kualitas
air dan lain-lain. factor-faktor penyebab penyimpanan penataan ruang kawasan lindung
dan resapan air adalah ekonomi, hukum dan peraturan, wadah koordinasi, hubungan
pemerinah-masyarakat, masyarakat dan pendanaan. Rekomendasi yang diberikan antara
lain adalah dilakukannya rehabiliasi hutan dan lahan (RHL). Penegakan hukum yang
tegas, meningkatkan fungsi kontrol lembaga pengelolaan DAS dan mengikutsertakan
masyarakat dan pihak swasta dalam perencanaan dan pengelolaan DAS.
Kerangka pemikiran
Kerusakan hutan Perkembangan
dan kawasan permukiman yang
lindung di sekitar semakin tidak
DAS terkendali
Latar Belakang
Rumusan masalah
Analisis
Kesimpulan dan
rekomendasi
kebijakan
pemanfaatan lahan