You are on page 1of 14

Judul : Dampak Perubahan Guna Lahan Terhadap Keseimbangan Tata Air di

Kawasan Bandung Utara.

Abstraksi

Pertumbuhan Kota Bandung selain menyebabkan peningkatan kegiatan penduduk


perkotaan juga menyebabkan peningkatan kebutuhan ruang. Karena ketersediaan ruang di
perkotaan tetap dan terbatas, maka peningkatan kebutuhan ruang perkotaan mengambil
daerah pinggiran kota, termasuk kawasan dengan fungsi lindung. Kawasan Bandung
utara merupakan kawasan resapan air yang harus dijaga fungsi lindungnya, tetapi dengan
adanya peningkatan lahan budidaya seperti permukiman, industri, dan tegalan dapat
mempengaruhi sumberdaya air. Sementara 60 % dari 108 juta m3 air tanah didataran
tinggi sekitar Bandung berasal dari kawasan Bandung Utara.
Penelitian ini akan menghitung keseimbangan sumberdaya air berdasarkan
perbandingan potensi sumberdaya air dengan kebutuhan sumberdaya air. kriteria yag
digunakan dalam perhitungan potensi ketersediaan sumberdaya air yang meliputi limpsan
air permukaan dan air yang menyerap kedalam tanah adalah kondisi iklim
evapotranspirasi, curah huan, kelembaban dan lain-lain. Sedangkan kritria yang
digunakan dalam perhitungan kebutuhan sumberdaya air adalah kebutuhan rumah tangga,
industri, pertanian dan fasilitas kota. Perhitungan tersebut kemudian diproyeksikan
sampai pada tahun 2013 agar dapat dilihat perkiraan keseimbangan sumerdaya air
ditahun tersebut dan dibandingkan dengan keseimbangan sumberdaya air yang dihitung
berdasrkan RTRW.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2013 masih tersedia
202,35 juta m3/tahun air yang belum termanfaatkan di Kawasan Bandung Utara. yang
belum termanfaatkan disini adalah limpasan air permukaan dan air yang menyerap
kedalam tanah. Dengan sebesar 202,35 juta m3/tahun, berdasarkan perhitungan indeks
penggunaan air, Kawasan Bandung Utara mempunyai indeks penggunaan air sebesar
0,51 dimana berdasarkan kriteria indeks penggunaan air, Kawasan Bandung Utara
termasuk dalam wilayah yang tidak kritis. Keadaan tidak kritis tersebut dapat
digambarkan dengan perubahan guna lahan dari kawasan lindung menjadi kawasan
budidaya. Pada tahun 2013, diperkirakan terdapat kawasan budidaya di Kawasan
Bandung Utara sebesar 86,76%, sementara berdasarkan Keppres No. 32 tahun 1990, luas
areal budidaya/terbangun di Kawasan Bandung Utara hanya ditetapkan 26,19%.
Perkiraan perubahan guna lahan berdasarkan kecenderungan di tahun proyeksi 2013
sangat menyimpang dari yang ditetapkan. Agar potensi ketersediaan sumberdaya air
dapat mendukung perkembangan kawasan, diperlukan usulan arahan pemanfaatan lahan
melalui upaya perlindungan daerah resapan air, upaya konservasi sumberdaya air, serta
upaya penertiban dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya air.

Metodologi penelitian:
Yang digunakan pada dasarnya dengan melakukan perbandingana antara besarnya
tambahan potensi air dan kebutuhan sumberdaya air. Demikian pula dalam perumusan
penggunaan lahan, analisis yang digunakan adalah dengan membandingkan antara
kondisi guna lahan perkiraan yang mengacu pada guna lahan dari tahun 2001 dan 2005
dengan guna lahan dalam rencana tata ruang yang memperhatikan keseimbangan tata air.

Lingkup Materi
4. mengkaji pengaruh pola penggunaan lahan terhadap keseimbangan antara
tambahan potensial sumberdaya air dan kebutuhan sumberdaya air, kondisi pola
penggunaan ini selama dihitung berdasarkan kondisi eksisting serta kecenderungannya,
juga berdasarkan rencana penggunaan lahan pada RTRW Kabupaten Bandung, RTRW
Kota Bandung dan RTRW Kota Cimahi.

Rencana Tata Ruang Wilayah


Perencanaan tata ruang wilayah merupakan suatu upaya mencoba merumuskan
usaha pemanfaaaan ruang secara optimal dan efesien serta lestari bagi kegiatan usaha
manusia di wilayahnya yang berupa pembangunan sektoral,daerah, swasta dalam rangka
mewujudkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang ingin di capai dalam kurun waktu
tertentu. Menurut UU No. 26 tahun 2007 tata ruang didefinisikan sebagai wujud
structural dan pola pemanfaatan ruang atau wadah. Untuk dapat memberikan manfaat
yang luas dan berkelanjutan terhadap suatu ruang atau wilyah diperlukan perencanaan
terhadap penataan ruang, yang meliputi ruang daratan, ruang lauan dan ruang udara.
Perencanaan tata ruang sendiri lebih terfokus pada pemanfaatan ruang daratan iu
sendiri, karena di wilayah inilah empa manusia dan mahluk hidup lainnya berinteraksi
menjaga keseimbangan ekosistem. Artinya perencanaan tata ruang tidak dapat dipisahkan
dari usaha-usaha menjaga kelestarian lingkungan, keseimbangan ekosistem dan bermuara
pada tercapainya kenyamanan hidup bagi segenap penghuninya. Penataan ruang tidak
mengenal batas wilayah administratif, sebab lahan sebagai basis penataan ruang adalah
benang alam dan merupakan satu kesatuan (top sequence) yang tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lainnya.
Landasan hukum penyusunan tata ruang di Indonesia secara umum mengacu pada
UU. No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang. Pedoman ini sebagai landasan hukum
yang berisi tentang kewajiban setiap propinsi, kabupaten dan kota untuk menyusun tata
ruang wilayah sebagai arahan pelaksanaan pembangunan daerah karena setiap daerah
berkewajiban menyusun tata ruang berkaitan dengan penerapan desentralisasi dan
otonomi daerah.
Sesuai dengan UU. No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, rencana tata ruang
dirumuskan secara berjenjang mulai dari tingkat yang sangat umum sampai tingkat yang
sangat rinci seperti seperti dicerminkan dari tata ruang tingkat propinsi, kabupaten,
perkotaan, desa dan bahkan untuk tata ruang yang bersifat tematis misalnya untuk
kawasan pesisir, pulau-pulau kecil, jaringan jalan dan lain sebagainya. Mengingat
rencana tata ruang merupakan salah satu aspek dalam rencana pembangunan nasional dan
pembangunan daerah, maka tata ruang nasional, propinsi dan kabupaten/kota merupakan
satu kesatuan yang saling terkait dan dari aspek subansi dan operasional harus
konsistensi.
Kawasan Bandung Utara yang biasa disebut KBU adalah kawasan yang disebelah
utara dan timur dibatasi oleh punggungan topografi yang menghubungkan puncak
gunung Burangrang, Masigit, Gedongan, Sunda, Tangkuban parahu dan Manglayang,
sedangkan disebalah barat dan selatan di batasi oleh garis (kontur) 750 m diatas
permukaan laut (dpl). Kawasan Bandung Utara secara geografis terletak antara 107 o 27’ –
107o Bujur timur, 6o 44’ Linang selatan. KBU merupakan salah satu kawasan yang
berfungsi sebagai kawasan resapan air dan mempunyai peran sangat penting dalam
penyediaan air tanah di Cekungan Bandung. Wilayah Bandung Utara memiliki luas total
wilayah sebesar 38.548,33 Ha. Secara administratif, wilayah Bandung Utara dibatasi
oleh:
 Sebelah utara : Kabupaten Bandung
 Sebelah barat : Kabupaen Bandung dan Kota Cimahi
 Sebelah timur : Kabupaten Sumedang
 Sebelah Selatan : Kota Bandung
Berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat No. 181.1/SK. 1642-Bapp/1982, wilayah
kawasan Bandung Utara meliputi Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung dan sebagian
daerah Tingkat II Kotamadya Bandung yang secara administratif terdiri dari 11
kecamatan di Kabupaen Bandung. Kecamatan yang termasuk dalam kawasan Bandung
Utara.

Kawasan Lindung

Kawasan lindung berdasarkan Keppres No. 32 tahun 1990 adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam dan sumberdaya buatan guna membangun keberlanjutan. Kawasan
yang berfungsi lindung di kawasan Bandung utara berdasarkan kriteria Keppres No. 32
tahun 1990 meliputi areal seluas 28.452,5 Ha atau sebesar 73,81 % dari luas keseluruhan
kawasan Bandung utara. Jenis kawasan yang berfungsi lindung adalah:
1. Hutan lindung
Luas kawasan yang dikategorikan berfungsi sebagai hutan lindung di kawasan
Bandung utara adalah sebesar 42,58% dari luas keseluruhan.
2. Kawasan resapan air
Luas kawasan yang dikategorikan berfungsi sebagai kawasan resapan air di
kawasan Bandung utara adalah sebesar 18,47% dari luas keseluruhan.
3. Kawasan perlindungan setempat, yaitu meliputi:
a) Sempadan sungai
Sempadan sungai dibentuk dengan menarik garis sepanjang 50 m dari
kanan – kiri sungai
b) Sempadan mata air

4. Kawasan rawan bencana, yaitu melipui:


a) Kawasan berresiko aliran lahar
b) Kawasan beresiko gerakan tanah
c) Kehadiran sesar aktif

KONDISI PERUBAHAN GUNA LAHAN


DI KAWASAN BANDUNG UTARA

Besar
Luas area (Ha) Luas area (Ha)
No Jenis penggunaan lahan perubahan
2001 2005
(Ha)
1 Sawah 5.536,648 5.453,798 -82,850
2 Kebun 12.226,929 11.979,345 -247,584
3 Tegalan 6.385,315 7.022,126 636,811
4 Hutan primer 6.787,138 5.635,022 -1.152,126
5 Hutan sekunder 323,129 591,800 268,671
6 Industri 31.305 31,166 -0,139
7 Permukiman 5.191,293 5.549,685 358,392
8 Padang rumput 1.856,614 1.855,791 -0,823
9 Lain-lain 184,393 404.030 219,637
Total (Ha) 38.522,764 38.522,763 0

PERUBAHAN LUAS GUNA LAHAN


DI KAWASAN BANDUNG UTARA
Jenis penggunaan Luas area (Ha) Luas area (Ha) LP Proyeksi (Ha)
No
lahan 2001 2005 (%) 2013
1 Sawah 5.536,65 5.453,80 -0,84 5.085,92
2 Kebun 12.226,93 11.979,35 -0,97 11.049,57
3 Tegalan 6.385,32 7.022,13 1,91 8.096,94
4 Hutan primer 6.787,14 5.635,02 -4,56 3.577,95
5 Hutan sekunder 323,13 591,80 19,50 1.514,96
6 Industri 31,31 31,17 -0,59 29,69
7 Permukiman 5.191,29 5.549,69 1,18 6.071,63
8 Padang rumput 1.856,61 1.855,79 -0,49 1.782,42
9 Lain-lain 184,39 404,03 28,14 1.313,68
38.522,76 38.522,76 38.522,76

Berdasarkan data table perubahan guna lahan, guna lahan hutan primer
mengalami penurunan sebesar -4,56% sedangkan guna lahan sekunder mangalami
peningkatan sebesar 19,50%. Secara keseluruhan fungsi kawasan lindung mengalami
penurunan sebesar 2,29% dari tahun 2001 ke 2005, dan mengalami penurunan lagi di
tahun 2013 sebesar 3,03%. Hal ini dikarenakan peningkatan guna lahan tegalan dan
permukiman.

RENCANA GUNA LAHAN


KAWASAN BANDUNG UTARA TAHUN 2013

No Guna lahan Luas lahan (Ha) Persentase (%)


1 Hutan 10.528,59 27,33
2 Sawah 4.502,91 11,69
3 Kebun 5.292,70 13,74
4 Tegal 6.755,81 17,54
5 RTH 1.813,30 4,71
6 Permukiman 6.995,21 18,16
7 Industri 89,07 0,23
8 Perdgn & jasa 782,28 2,03
9 Cadangan area pengembangan 1.762,91 4,58
permukiman
Total 38.522,76 100,00

Pada tahun 2013, berdasrkan table jika di bandingkan dengan ketetapan guna
lahan di kawasan Bandung utara yang bersumber pada Keppres No. 32 tahun 1990 guna
lahan rencana masih cukup menyimpang, tetap lebih baik keadaannya daripada keadaan
guna lahan proyeksi pada tahun 2013 berdasarkan kecenderungan kondisi saat ini (2001
& 2005). Dalam keetapan guna lahan yang bersumber pada Keppres No.32 tahun 1990,
fungsi kawasan lindung di KBU lebih besar daripada fungsi kawasan budidaya. Kawasan
lindung sebesar 73,81%, sedang kawasan budidaya 26,19%. Unuk guna lahan KBU pada
proyeksi tahun 2013 berdasarkan RTRW, fungsi kawasan lindung lebih kecil daripada
fungsi kawasan budidaya, yaitu dengan kawasan lindung adalah sebesar 27,33%
sedangkan kawasan budidaya adalah sebesar 72,67%
Perbandingan antara fungsi kawasan guna lahan proyeksi dengan guna lahan
RTRW pada tahun 2013, fungsi kawasan lindung pada guna lahan proyeksi adalah
sebesar 13,22% angka tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan fungsi kawasan
lindung berdasarkan RTRW dan Keppres No. 32 tahun 1990 sedangkan fungsi kawasan
budidaya pada guna lahan proyeksi adalah sebesar 87,78% yang mana lebih besar jika di
bandingkan dengan fungsi kawasan budidaya berdasarkan RTRW dan Keppres. Hal ini
dapat dilihat bahwa dalam rencana perumbuhan di kawasan Bandung utara lebih di tekan
yang diujukan agar tidak merusak fungsi kawasan Bandung utara sebagai kawasan
resapan air.

KAWASAN BANDUNG UTARA


ADMINISTRATIF PEMERINTAH TIAP KECAMATAN

Luas wilayah Persentase


No Kota /Kabupaten Kecamatan
(Ha) (%)
1 Kabupaten Bandung Cimahi Tengah 134,65 0,35
2 Cimahi Utara 1.380,69 3,58
3 Cilengkrang 3.492,27 9,06
4 Cileunyi 1.152,75 2,99
5 Cimenyan 4.639,33 12,03
6 Cikalong Wetan 2.883,05 7,48
7 Cisarua 5.654,08 14,66
8 Lembang 9.701,57 25,16
9 Ngamprah 1.961,87 5,09
10 Padalarang 327,80 0,85
Luas wilayah Persentase
No Kota /Kabupaten Kecamatan
(Ha) (%)
11 Parompong 3.902,50 10,12
12 Kota Bandung Cibeunying Kaler 256,32 0,66
13 Cibeunying Kidul 43,78 0,11
14 Cicadas 64,58 0,17
15 Cibiru 233,16 0,60
16 Arcamanik 8,63 0,02
17 Cidadap 911,48 2,36
18 Coblong 498,65 1,29
19 Sukajadi 498,65 1,29
20 Sukasari 692,17 1,80
21 Ujung Berung 119,93 0,31

KAWASAN BANDUNG UTARA


SESUAI ADMINISTRATIF PEMERINTAH

Wilayah Persentase
No Luas wilayah
administrasi (%)
1 35.230,56 91,37
2 Kab. Bandung 3.326,79 8,63
Total 38.557,35 100,00
Sumber . SK Gubernur Jawa Barat No. 181.1/SK. 1624-Bapp/1982
Perubahan guna lahan adalah mencakup perubahan fungsi, intensitas dan
keentuan eknis masa bangunan. Perubahan fungsi adalah perubahan jenis kegiatan,
sedangkan perubahan intensitas adalah mencakup KLB, KDB, kepadatan bangunan dan
lain-lain.. perubahan fungsi mempunyai dampak yang paling besar terhadap lingkungan
karena menghasilkan kegiatan yang berbeda dengan kegiatan sebelumnya, dan dapat
mengubah fungsi suatu kawasan.

Daftar isi
BAB I Pendahluan
1.1 Latar belakang
Perumusan masalah
Tujuan dan sasaran
Rung lingkup kajian
Lingkup materi
Lingkup wiayah
Lingkup materi
Metodologi penelitian
Pendekatan studi
Kerangka pemikiran
Data dan informasi
Cara pengumpulan data
Sistematika pembahasan

BAB II Tinjauan Teoritis Dampak Perubahan Guna Lahan Terhadap


Keseimbangan Tata Air
2.1 Sumber daya air
Pengertian sumberdaya air
Siklus hidrologi
Limpsan air permukaan
Infiltrasi
Neraca air
2.2 Perubahan Guna Lahan
Pengertian dan lingkup perubahan guna lahan
Pengendalian penggnaan lahan
Hubungan sumberdaya air dengan penggunaan lahan
Potensi sumber daya air
RTRW (Q) 2.3 Peranan sumberdaya air
-Volume limpasan air
permukaan (Q1)
-Air yang meresap Kerangka pemikiran
kedalam tanah (Q2) Kebutuhan sumber daya
Q = Q1 + Q2 air RTRW (Q)
-perubahan guna lahan -penduduk RTRW Jawa Barat tentang
(A1) berubah -pertanian Kawasan Bandung Utara
-evapotranpirasi (ET) -industri
tetap Fasilias kota Karakteristiki wilayah :
-koefisien limpasan (pendidikan,peribadatan,  Curah hujan, iklim, dll
Fungsi KBU sebagai daerah
perdagangan, kesehatan,
permukaan (Cro) tangkapan air, resapan dan  Topograpi, ketinggian, dll
tetap transpoasi, pekanoran)
RTRW Jawa Barat tentang
pengalir
Q= jml unit x sanda air bagi daerah
-curah hujan (ET) Kawasan Bandung Utara Karakteristiki wilayah :
kebuuhan air bawahannya
tetap  Curah hujan, iklim, dll
1+2 = keseimbangan Pertumbuhan :
 Q1 = (P – ET). Fungsi KBU sebagai daerah  Topograpi, ketinggian, dll
sumberdaya air RTRW  Penduduk
Ai.Cro tangkapan air, peresap dan  Pertanian
 Q2 = (P – ET). Guna Lahan pengalir air bagi daerah Perubahan guna Lahan
 Fasosek
(1-Cro)Kawasan Bandung Utara bawahannya
Ai.RTRW
Keseimbangan sumber daya air RTRW
2001, 2005 dan 2013
industri
Kawasan Bandung Utara
Potensi sumber daya air Kebutuhan sumber daya air Kebutuhan sumberdaya air Potensi sumber daya air
RTRW (Q) RTRW (Q) 2001, 2005 & 2013 2001, 2005 & 2013
-Volume limpasan air -penduduk  Volume limpasan  Penduduk
permukaan (Q1) -pertanian air permukaan (Q1)  Pertanian
-Air yang meresap -industri  Air yang meresap  Industri
kedalam tanah (Q2) Fasilias kota kedalam tanah (Q2)  Fasilitas kota
(pendidikan,peribadatan, Q = Q1 + Q2 (pendidikan,
Q = Q1 + Q2
perdagangan, kesehatan,  Perubahan guna peribadatan,
-perubahan guna lahan transpoasi, pekanoran) lahan (Ai) berubah perdagangan, kesehatan,
(A1) berubah Q= jml unit x sanda  Evapotranspirasi transportasi,
-evapotranpirasi (ET) kebuuhan air (ET) tetap perkantoran)
tetap 1+2 = keseimbangan  Koefesien
-koefisien limpasan sumberdaya air RTRW limpasan permukaan Q = jml unit x standar
permukaan (Cro) (Cro) tetap kebuuhan air
tetap  Curah hujan (ET)
-curah hujan (ET) tetap
tetap Q1 = (P – ET). Ai.Cro
 Q1 = (P – ET). Q2 = (P-ET).Ai.(1 – Cro)
Ai.Cro
 Q2 = (P – ET).
Ai. (1-Cro)

Keseimbangan sumber daya air RTRW Keseimbangan sumber daya air eksisting

kesimpulan

Judul : Evaluasi Penataan Usulan


Ruangarahan pemanfaatan
Kawasan Lindung dan Resapan Air di Daerah
Aliran Sungai.
(studi kasus : DAS Ciliwung bagian hulu)

ABSTRAKSI
Daerah aliran sungai merupakan suatu wilayah yang perlu dijga kelesteriannya
karena DAS ikut berperan dalam sistem hidrologi yang mencakup penyediaan air bersih
untuk kebutuhan hidup manusia. Das juga berpotensi menimbulkan bencana seperti
banjir, erosi, dan longsor. Bencana ini terjadi karena DAS telah gagal memenuhi
fungsinya sebagai penampung air hujan, penyimpanan dan penyalur air ke sungai-sungai.
Fungsi suatu DAS merupakan fungsi gabungan dari seluruh factor yang ada pada DAS
tersebut, yaitu vegetasi, bentuk wilayah, (topografi), tanah dan permukiman. Apabila
salah satu dari faktor tersebut di atas mengalami perubahan maka hal tersebut akan
mempengaruhi kondisi ekosistem DAS.
Luas lahan kritis dalam DAS di Indonesia terus meningkat. Jika pada tahun 1984
terdapat 9,7 juta ha lahan kritis pada 22 DAS, maka pada tahun 1994 menjadi 12,6 ha
pada 39 DAS, dan pada tahun 2004 terdapat 62 DAS kritis dari total 470 DAS di
Indonesia. Sementara itu, konversi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non
pertanian rata-rata mencapai 50.000 ha per tahun. Adanya fenomena ini mengakibatkan
penanganan masalah DAS harus ditanggapi dengan lebih serius. tujuan penelitian ini
adalah melakukan evaluasi terhadap penataan ruang kawasan lindung dan resapan air di
DAS dengan mengambil contoh kasus di DAS Ciliwung bagian hulu mengingat
pentingnya peran yang diembannya, yaitu sebagai perlindungan kawasan bawahannya
seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan dalam pengelolaan DAS Ciliwung bagian hulu sebagai upaya pengendalian
pemanfaatan lahan agar sesuai dengan fungsi kawasan yang di embannya.
Dalam pengelolaan DAS ini, keberadaan kawasan lindung dan resapan air sangat
penting sehingga konservasi kawasan lindung dan resapan air harus dilakukan untuk
keberlangsungan DAS. Metode pendekatan yang digunakan dalam studi ini adalah
evaluasi terhadap penataan ruang kawasan lindung dan resapan air dengan cara
membandingkan penataan DAS Ciliwung bagian hulu menurut rencana RTRW dengan
keadaan yang sebenarnya di lapangan (eksisting ). Sehingga analisis yang dilakukan
melalui analisis deskriptif yang memaparkan data-data penataan ruang sesuai RTRW dan
penataan ruang saat ini serta analisis perbandingan antara kedua penataan ruang tersebut.
Setelah membandingkan penataan ruang di DAS Ciliwung bagian hulu menurut
RTRW dengan penataan ruang di lapangan (eksisting), maka tampak penyimpangan
dalam penataan ruang terutama perubahan guna lahan di kawasan lindung dan resapan
air. Penyimpangan yang terjadi adalah perubahan guna lahan di kawasan lindung dan
resapan air menjadi kawasan budidaya dapat dilihat dengan adanya kegiatan dan
bangunan yang tidak mendukung fungsi lindung . adanya masyarakat yang membuka
hutan untuk dijadikan lahan pertanian .pertumbuhan alami penduduk dan
berkembangannya sector wisata dan perdagangan menyebabkan pembukaan lahan untuk
permukiman, belum lagi fenomena menjamurnya villa dan resort dan tempat
peristirahatan keluarga yang sebagian besar dimiliki oleh penduduk DKI Jakarta (80%).
Total penyimpangan guna lahan terjadi sebesar 36,99 % di DAS Ciliwung bagian hulu
dan penyimpangan guna lahan pada kawasan lindung dan resapan air menjadi kawasan
budidaya sangat memprihatinkan. Dampak yang ditimbulkan karena penyimpangan ini
adalah tejadinya banjir di kawasan hilir (DKI Jakarta), longsor, erosi, penurunan kualitas
air dan lain-lain. factor-faktor penyebab penyimpanan penataan ruang kawasan lindung
dan resapan air adalah ekonomi, hukum dan peraturan, wadah koordinasi, hubungan
pemerinah-masyarakat, masyarakat dan pendanaan. Rekomendasi yang diberikan antara
lain adalah dilakukannya rehabiliasi hutan dan lahan (RHL). Penegakan hukum yang
tegas, meningkatkan fungsi kontrol lembaga pengelolaan DAS dan mengikutsertakan
masyarakat dan pihak swasta dalam perencanaan dan pengelolaan DAS.

Kerangka pemikiran
Kerusakan hutan Perkembangan
dan kawasan permukiman yang
lindung di sekitar semakin tidak
DAS terkendali
Latar Belakang

Degradasi sumber Ketidak Berkurangnya


daya air dan seimbangan alam kesuburan dan
lingkungan dan masalah banjir produktifitas tanah

Rumusan masalah

Evaluasi penataan ruang


kawasan lindung dan resapan air
di DAS Ciliwung bagian hulu

Penataan ruang di Penggunaan lahan


DAS Ciliwung di DAS Ciliwung
bagian hulu bagian hulu saat
menurut RTRW ini

Faktor penyebab Penyimpangan


penyimpangan penataan penataan ruang di
ruang di DAS Ciliwung DAS Ciliwung
bagian hulu bagian hulu

Analisis
Kesimpulan dan
rekomendasi
kebijakan
pemanfaatan lahan

You might also like