You are on page 1of 12

MAKALAH

PAPER

DIAGNOSA KEPERAWATAN
( OKSIGENASI )
Di Sususn Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan Dasar
Dosen Koordinator : Sarah Uliyah

Kelompok I

Hani Tuasikal ( G2B009010)


Richa Mandila ( G2B009011)
Prapti Wuryani ( G2B009012)
Nisa Ikhtiarani ( G2B009013)
Pratiwi Sutami ( G2B009014)
Wahyu Prasetyaningrum ( G2B009016)
Rahayu Fitrianingtyas ( G2B009018)
Puruhita Haniti ( G2B009037)
Nur Arifah ( G2B009038)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNUVERSITAS DIPONEGORO
2010/2011
A. DEFINISI

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon


manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola)dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah.

B. PERBEDAAN DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN MEDIS

Diagnosa Medis Diagnosa Keperawatan

Fokus: faktor-faktor yang bersifat Fokus: reaksi atau respon klien


pengobatan dan penyembuhan terhadap penyakitnya, tindakan
penyakit. keperawatan dan tindakan medis
atau lainnya.

Orientasi: keadaan patologis Orientasi: kebutuhan dasar individu,


bio-psiko-sosio-spiritual.
Cenderung tetap, mulai sakit Berubah sesuai perubahan repon
sampai sembuh klien

Mengarah pada tindakan medis Mengarah pada fungsi mandiri


yang sebagian dilimpahkan kepada perawat dalam melaksanakan
perawat tindakan dan evaluasinya.

Cenderung tetap, mulai dari sakit Berubah sesuai dengan perubahan


sampai sembuh. respons klien.

C. SYARAT-SYARAT DIAGNOSA KEPERAWATAN

Persyaratan diagnosa keperawatan, meliputi:


1) Perumusan harus jelas dan singkat berdasarkan respon klien terhadap Situasi
atau keadaan kesehatan yang sedang dihadapi.
2) Spesifik dan akurat.
3) Merupakan pernyataan dari: P(Problem)+ E (Etiologi)+S (Sign/Simptom)
atau P (Problem) + E (Etiologi).
4) Memberikan arahan pada rencana asuhan keperawatan.
5) Dapat dilaksanakan intervensi keperawatan oleh perawat.
D. JENIS-JENIS KEPERAWATAN

a. Diagnosa keperawatan aktual (Actual Nursing Diagnoses).

Diagnosa keperawatan aktual menyajikan keadaan yang secara klinis


telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang dapat diidentifikasi.
Tipe dari diagnosa keperawatan ini mempunyai empat komponen yaitu label,
definisi, batasan karakteristik, dan faktor-faktor yang berhubungan (Craven &
Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).

Contoh: Nyeri kepala akut (Problem) berhubungan dengan peningkatan


tekanan dan iritasi vaskuler serebral (Etiologi) ditandai oleh,
mengeluh nyeri kepala, sulit beristirahat, skala nyeri: 8, wajah
tampak menahan nyeri, klien gelisah, keadaan umum lemah,
adanya luka robek akibat trauma pada kepala bagian atas, nadi: 90
X/ m (Sign/Simptom).

b.Diagnosa keperawatan risiko dan risiko tinggi (Risk and High-Risk Nursing
Diagnoses)

A dalah keputusan klinis bahwa individu, keluarga dan masyarakat


sangat rentan untuk mengalami masalah bila tidak diantisipasi oleh tenaga
keperawatan, dibanding yang lain pada situasi yang sama atau hampir sama
(Craven & Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).

Contoh: Risiko infeksi (Problem) berhubungan dengan adanya luka trauma


jaringan (Etiologi). Pada diagnosa risiko, tanda/gejala sering tidak
dijumpai hal ini disebabkan kerena masalah belum terjadi, tetapi
mempunyai risiko untuk terjadi apabila tidak mendapatkan intervensi
atau pencegahan dini yang dilakukan oleh perawat.

c. Diagnosa keperawatan kemungkinan (Possible Nursing Diagnoses)

Adalah pernyataan tentang masalah-masalah yang diduga masih


memerlukan data tambahan. Namun banyak perawat-perawat telah
diperkenalkan untuk menghindari sesuatu yang bersifat sementara dan
NANDA tidak mengeluarkan diagnosa keperawatan untuk jenis ini (Craven
& Hirnle, 2000; Carpenito, 1997).

d.Diagnosa keperawatan sejahtera (Wellness Nursing Diagnoses)

Adalah ketentuan klinis mengenai individu, keluarga dan masyarakat


dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ketingkat kesehatan yang lebih
baik. Pernyataan diagnostik untuk diagnosa keperawatan sejahtera merupakan
bagian dari pernyataan yang berisikan hanya sebuah label. Label ini dimulai
dengan “Potensial terhadap peningkatan…….”, diikuti tingkat sejahtera yang
lebih tinggi yang dikehendaki oleh individu atau keluarga, misal “Potensial
terhadap peningkatan proses keluarga” (Craven & Hirnle, 2000; Carpenito,
1997).
e. Diagnosa keperawatan sindroma (Syndrome Nursing Diagnoses)

Terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau risiko tinggi


yang diduga akan tampak karena suatu kejadian atau situasi tertentu. NANDA
telah menyetujui dua diagnosa keperawatan sindrom yaitu “Sindrom trauma
perkosaan” dan “Risiko terhadap sindrom disuse” (Carpenito, 1997).

E. UNSUR PENULISAN AKTUAL DAN RESIKO DIAGNOSA


KEPERAWATAN.

Diagnosa keperawatan dapat di tuliskan 2 daftar pernyataan ( masalah


dan penyebab) atau 3 daftar pernyataan masalah- penybab- tanda dan gejala :

1. Masalah (problem)

Tujuan penulisam pernyataan masalah adalah menjelaskan status


kesehatan atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin.
Dengan menggunakan standar diagnosa keperawatan tanda diagnosa
keperawatan dari NANDA mempunyai keuntungan yang signifikan:

a. Membantu perawat untuk komunikasi satu dengan yang lainnya dengan


menggunakan istilah yang dimengerti secara umum
b. Memfasilitasi penggunaan komputer dalam keperawatan, karena
perawat akan mampu mengakses diagnosa keperawatan
c. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperatan
yang ada dengan masalah keperawatan medis.
d. Semua perawat bekerja sama dalam menguji dan mendefenisiskan
katagori diagnosa dalam mengidentifikasi kriteria pengkajian dan
intervensi keperawatan dalam meningkatkan asuhan keperawatan.

2. Etiologi ( penyebab)

Adalah faktor klinik dan personal yang dapat merubah status


kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah. Etiologi
mengidentifikasikan sosiologis, psikologis, fisiologualis, spritual dan faktor-
faktor lingkungan yang dipercaya berhubungan dengan masalah baik
sebagai penyebab ataupun faktor resiko. Penulisan etiologi dari diagnosa
keperawatan meliputi unsur PSMM.
P : Patofisiologi dari penyakit
S : Situational ( keadaan lingkungan perawatan)
M : Medication ( pengobatan yang diberikan )
M : Maturasi ( tingkat kematangan atau kedewasaan klien)

Etiologi, faktor penunjang dan resiko, meliputi:

a. Pathofisiologi : semua proses penyakit, akut atau kronis, yang dapat


menyebabkan atau mendukung masalah, misalnya masalah”
powerlessness” penyebab umum: ketidak mampuan berkomunikasi,
kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari, ketidakmampuan
memenuhi tanggung jawabnya.
b. Situasional: kurangnya pengetahuan, isolasi sosial, kurangnya
penjelasan dari petugas kesehatan, kurangnya partsisipasi klien dalam
mengambil keputusan, relokasi, kekurangmampuan biaya, pelecehan
seksual, pemindahan status sosial, dan perubahan personal teritori.
c. Medication: keterbatasan institusi atau rumah sakit, contoh: tidak
sanggup memberikan perawatan dan tidak ada kerahasiaan.
d. Maturational :
Adolescent : ketergantungan dalam kelompok, independen dari kelarga,
Young adult: menikah, hamil, orang tua
Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda puberitas
Elderly: kurangnya sensori. Motor, kehilangan (uang faktor lain)

3. Tanda dan gejala ( definisi dn karkteristik )

Data-data subyektif dan obyektif yang ditemukan sebagai komponen


pendukung terhadap diagnosa keperawatan aktual dan resiko NANDA telah
mengidentifikasi definisis karakteristik untuk setiap diagnosa keperawatan
yang telah di sepakati pengenalan terhadap pengelompokan definisi
karakteristik tersebut akan membantu perawat dalam menemukan data-data
yang signifikan dan merumuskan diagnosa keperawatan yang akurat.

1. Mayor ( harus ada) menunjukan ketidakpuasan tentang ketidak


mampuannnya mengontrol situasi ( misalnya: sakit, prognosis,
perawatan dan penyembuhan)
2. Minor ( mungkin ada atau timbul) menolak atau ragu-ragu untuk
berpartisipasi dalam mengambil keputusan apatis, perilaku yang agresif,
perilaku merusak, cemas dan depresi.

F. CONTOH DIAGNOSA KEPERAWATAN OKSIGENASI

1. Asma

a. Definisi
Disebut juga sebagai reactive air way disease ( RAD ) adalah suatu
penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai
dengan bronchospasme, inflamasi, dan peningkatan reaksi jalan nafas
terhadap berbagai stimulan.

b. Patofisiologi.
 Asma pada anak terjdi adanya penyempitan pada jalan nafas dan
hiperaktisf dengan respon terhadap beriritasi dan stimulus lain.
 Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi
spasme dan zat antibodi tubuh muncul ( immunoglubin E atau IgE)
dengan adanay alergi. IgE dimunculkan pada receptor sel mast yang
menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya.
Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.
 Repon asthma terjadi dalam tiga tahap: pertama tahap immediate yang
ditandai dengan bronkokonstriksi ( 1-2jam), tahap delayed dimana
bronkokonstruksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus menerus 2-5
jam lebih lama, tahap late yang ditandai dengan peradangan dan
hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
 Asthma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan,
kecemasan, dan udara dingin
 Selama serangan asthmatik, bronkiolus menjadi meradang dan
peningkatan sekresi mokus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas
menjadi bengkak, kemudian meningkatan resistensi jalan nafas dan
dapat menimbulkan distres pernafasan.
 Anak mengalami asthma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam
ekshalasi karena edema pada jalan nafas. Dan ini menyebabkan
hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas. Jalan menjadi
obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2,
sehingga terjadi penurunan pO2 (hypoksia). Selama serangan
asthmatik, CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas
selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory dan
hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan
kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea),
kompensasi tersebut menimbulkan hyperventilasi dan dapat
menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea).

c. Komplikasi
 Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas.
 Chronic persistent bronchitis
 Bronchiolitis
 Pneumonia
 Emphysema.

d. Etiologi
 Faktor ekstrinsik, reaksi antigen-antibodi: karena inhalasi alergan (debu,
serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
 Faktor intrinsik, infeksi: para influenza virus, pneumonia, mycoplasmal.
Kemudian dari fisik: cuaca dingin, perubahan temperatur. Iritan: kimia.
Polusi udara (CO, asap rokok, parfum). Emosional: takut, cemas, dan
tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

e. Manifestasi Kinis
 Wheezing
 Dyspnea dengan lama ekspirasi, penggunaan otot-otot asesoris
pernafasan, cuping hidung, retraksi dada, dan stridor
 Batuk kering tidak produktif karena secret kental dan lumen jalan nafas
sempit.
f. Diagnosa Keperawatan
 Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak
efektif pola nafas berhubungan dengan bronkospasma, edema mukosa,
dan meningkatnya sekret.
 Fatigue berhubungan dengan hypoxia dan meningkatnya usaha nafas
 Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distress pernafasan
 Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya
pernafasan dan menurunnya intake cairan.
 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.
 Kurangnya pengetahuan berhubungn dengan proses penyakit dan
pengobatan.

2. Bronkiolitis Meningitis

a. Definisi
Bronkiolits adalah suatu peradangan pada bronkiolus yang disebabkan
oleh virus.

b. Pathofisiologi
 Bronkiolitis adalah suatu peradangan yang terjadi dengan adanya
edema atau pembengkakan pada mukosa, akumulasi, sekret atau
lendir, dan debris seluler yang menyebabkan ebstruksi sehingga
terjadi penyempitan lumen pada bronkiolus.
 Dengan adanya obstruksi akan meningkatkan resistensi pada jalan
nafas selama inspirasi dan ekspirasi.
 Terjadinya hiperimplasi pada paru merupakan akibat dari udara yang
tidak terabsorsi oelh karena terjadi konstriksi pada bronkiolus selama
ekspirasi. Dengan mekanisme terjadinya konstriksi dimana udara tidak
dapat diabsorsi maka akan terjadi atelektasis.

c. Komplikasi
 Atelektesis
 Hypoxia
 gangguan asam basa (asdosis metabolik, alkalosis prespiratorik, dan
asidosis respiratorik).

d. Etiologi
 Sebagian besar oleh Syncytial virus.

e. Manifestasi Klinis
 Sering bersin dan banyak sekret atau lendir
 Demam ringan
 Tidak dapat makan dan gangguan tidur.
 Retraksi atau tarikan pada dinding-dinding dada; suprasternal,
interkostal, dan subkostal pada inspirasi
 Cuping hidung
 Nafas cepat
 Dapat juga cyanosis
 Batuk-batuk
 Wheezing
 Iritabel
 Cemas

f. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema dan
meningkatnya produksi lendir /sekret
2. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya
lendir atau sekret
3. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan
yang tanpa disadarai (IWL) secara berlebihan melalui ekshalasi dan
menurunya intake.
4. Hypertermia berhubungan dengan proses infeksi
5. Fatique berhubungan dengan distres pernafasan
6. Perubahan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
meningkatnya metabolisme
7. Kecemasan pada anak/ orang tua berhubungan dengan hospitalisasi
dan kesukaran dalam nafas
8. Kurangnya pengetahuan berhubungan denagn perawatan di rumah.

3. Pneumonia

1. Definisi
Adalah suatu peradangan alveoli atau pada paranchyma paru yang
terjadi pada anak.

2. Patofisiologi
 Adanya gangguan pada terminal jelan nafas dan alveoli oleh
mikroorganisme patogen yaitu virus dan staphylococcus aurens, H.
Influenzue dan streptococcus pneumonae bakteri
 Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multipel lobus.
Terjadinya destruksi sel denagn menanggalkan debris celluler ke
dalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan
jalan nafas
 Pada anak kondisi ini dapat akut dan kronik misalnya : AIDS, Cystic
Fibrosis, aspirasi benda asing dan conginetal yang dapat
meningkatkan resiko pneumonia.

3. Komplikasi
 Gangguan pertukaran gas
 Obstruksi jalan nafas
 Gagal pernafasan – pleural effusion ( bacterial pneumonia )
Streptococcus Pneumonia

Respon Peradangan

Edema Alveolar Pembentukan Exudate

Alveoli dan bronkiolus terisi cairan exudat, sel darah, fibren bakteri.

4. Etiologi
Virus, bakteri, mycoplasma dan spirasi benda asing

5. Manisfestasi klinik

 Serangan akut dan membahayakan


 Demam tinggi ( pneumonia virus bagian bawah )
 Batuk
 Rales ( ronki)
 Wheezing
 Sakit kepala, malaise, myalgia ( pada anak)
 Nyeri abdomen

6. Diagnosa keperawatan

 Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan


meningkatnya secret
 Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan obstruksi bronchial
 Gangguan pertakaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi
dan akumulasi exudates
 Kurangnya volume cairan berhubungan dengan demam, menurunya
intake dan tachypnea
 Kecemasan berhubungan dengan dyspnea dan hospitalisasi
 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan
perawatan di rumah.
4. Sindrom distres pernafasan.

1. Definisi
Sindrom distress pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada
system pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.
RDS di katakana sebagai hyaline membrane disease.

2. Patofisiologi
 Pada bayi dengan RDS, dimana tidak adannya ketidakmampuan
paru untuk mengembang dan alveoli terbuka. RDS pada bayi yang
belum matur menyebabkan gagal pernafasan karena imaturnya
dinding dada, parenchyma paru, dan imaturnya endotelium kapiler
yang menyebabkan kolaps paru pada akhir ekspirasi.
 Pada bayi dengan RDS disebabkan oleh menurunnya jumlah
surfaktan atau perubahan kualitatif surfaktan, dengan demikian
menimbulkan ketidakmampuan alveoli untuk ekspansi. Terjadi
perubahan tekanan intra-axtrathoracic dan menurunnya pertukaran
udara.
 Secara alamiah perbaikan mulai setelah 24-48 jam. Sel yang rusak
akan diganti. Membran hyaline, berisi debris dari sel yang nekrosis
yang tertangkap dalam proteinacecous filtrate serum (saringan
serum protein), di pagosit oleh mikrofag. Sel cuboidal menempatkan
pada alveolar yang rusak dan epitelium jalan nafas, kemudian terjadi
perkembangan sel kapiler baru pada alveoli. Sintesis surfaktan
memulai lagi dan kemudian membantu perbaikkan alveoli untuk
pengembangan.

3. Komplikasi
 Pneumothorax
 Pneumomediastinum
 Pulmonary interstitial dysplasia
 Bronchopulmonary dysplasia (BPD)
 Patent ductus arterious (PDA)
 Hipotensi
 Menurunnya pengeluaran urine
 Asdosis
 Hiponatremi
 Hipernatremi
 Hipokalemi
 Hipoglikemi
 Disseminated intravascullar coagulation (DIC)
 Kejang
 Intraventicular hemorrhage
 Retinophaty pada prematur
 Infeksi sekunder

4. Etiologi
Dihubungkan dengan usai kehamilan. Berat badan bayi lahir kurang
dari 2500 gram. Sering kali pada bayi dengan berat badan lahir kurang
dari 1000 gram. 20 % berkembang dengan bronchopulmonary
dysplasia (BPD).

5. Manifestasi klinik
 Pernafasan cepat (tachypnea)
 Retraksi (tarikan dada (suprasternal, substernal, intercostal)
 Pernafasan terlihat paradoks
 Cuping hidung
 Apnea
 Murmur
 Sianosis pusat

6. Diagnose keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan imatur paru dan dinding
dada atau kurangnya jumlah cairan surfaktan.
b. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi atau
pemasangan intubasi trakea yang kurang tepat dan adanya sekret pada
jalan nafas.
c. Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan ketidaksamaan nafas bayi
dan ventilator, tidak berfungsinya ventilator, dan posisi bantuan
ventilator yang kurang tepat.
d. Risiko injury berhubungan dengan ketidaksetimbangan asam-basa; 02
dan C02 dan barotrauma (perlukaan dinding mukosa) dari alat bantu
nafas.
e. Risiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi
sekunder dari nutrisi krisis pada bayi.
f. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan
tanpa disadari (insensible water loss)
g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan, motilitas gastrik menurun, dan kurangnya
penyerapan.
DAFTAR PUSAKA

www.getbodysmart.com/np/respioratorysystem
www.innerbeauty.com

 Nursalam. 2001. Proses&Dokumentasi Keperawatan: Konsep&Praktik. Edisi 1.


Jakarta : Salemba Medika
 Wikison, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan intervensi
NIC & Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta EGC.
 Doenges, Mariyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman u tuk
perencanaan & pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

You might also like