Professional Documents
Culture Documents
PAPER
DIAGNOSA KEPERAWATAN
( OKSIGENASI )
Di Sususn Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan Dasar
Dosen Koordinator : Sarah Uliyah
Kelompok I
b.Diagnosa keperawatan risiko dan risiko tinggi (Risk and High-Risk Nursing
Diagnoses)
1. Masalah (problem)
2. Etiologi ( penyebab)
1. Asma
a. Definisi
Disebut juga sebagai reactive air way disease ( RAD ) adalah suatu
penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai
dengan bronchospasme, inflamasi, dan peningkatan reaksi jalan nafas
terhadap berbagai stimulan.
b. Patofisiologi.
Asma pada anak terjdi adanya penyempitan pada jalan nafas dan
hiperaktisf dengan respon terhadap beriritasi dan stimulus lain.
Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi
spasme dan zat antibodi tubuh muncul ( immunoglubin E atau IgE)
dengan adanay alergi. IgE dimunculkan pada receptor sel mast yang
menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya.
Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.
Repon asthma terjadi dalam tiga tahap: pertama tahap immediate yang
ditandai dengan bronkokonstriksi ( 1-2jam), tahap delayed dimana
bronkokonstruksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus menerus 2-5
jam lebih lama, tahap late yang ditandai dengan peradangan dan
hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
Asthma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan,
kecemasan, dan udara dingin
Selama serangan asthmatik, bronkiolus menjadi meradang dan
peningkatan sekresi mokus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas
menjadi bengkak, kemudian meningkatan resistensi jalan nafas dan
dapat menimbulkan distres pernafasan.
Anak mengalami asthma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam
ekshalasi karena edema pada jalan nafas. Dan ini menyebabkan
hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas. Jalan menjadi
obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2,
sehingga terjadi penurunan pO2 (hypoksia). Selama serangan
asthmatik, CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas
selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory dan
hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan
kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea),
kompensasi tersebut menimbulkan hyperventilasi dan dapat
menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea).
c. Komplikasi
Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas.
Chronic persistent bronchitis
Bronchiolitis
Pneumonia
Emphysema.
d. Etiologi
Faktor ekstrinsik, reaksi antigen-antibodi: karena inhalasi alergan (debu,
serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
Faktor intrinsik, infeksi: para influenza virus, pneumonia, mycoplasmal.
Kemudian dari fisik: cuaca dingin, perubahan temperatur. Iritan: kimia.
Polusi udara (CO, asap rokok, parfum). Emosional: takut, cemas, dan
tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
e. Manifestasi Kinis
Wheezing
Dyspnea dengan lama ekspirasi, penggunaan otot-otot asesoris
pernafasan, cuping hidung, retraksi dada, dan stridor
Batuk kering tidak produktif karena secret kental dan lumen jalan nafas
sempit.
f. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak
efektif pola nafas berhubungan dengan bronkospasma, edema mukosa,
dan meningkatnya sekret.
Fatigue berhubungan dengan hypoxia dan meningkatnya usaha nafas
Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distress pernafasan
Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya
pernafasan dan menurunnya intake cairan.
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.
Kurangnya pengetahuan berhubungn dengan proses penyakit dan
pengobatan.
2. Bronkiolitis Meningitis
a. Definisi
Bronkiolits adalah suatu peradangan pada bronkiolus yang disebabkan
oleh virus.
b. Pathofisiologi
Bronkiolitis adalah suatu peradangan yang terjadi dengan adanya
edema atau pembengkakan pada mukosa, akumulasi, sekret atau
lendir, dan debris seluler yang menyebabkan ebstruksi sehingga
terjadi penyempitan lumen pada bronkiolus.
Dengan adanya obstruksi akan meningkatkan resistensi pada jalan
nafas selama inspirasi dan ekspirasi.
Terjadinya hiperimplasi pada paru merupakan akibat dari udara yang
tidak terabsorsi oelh karena terjadi konstriksi pada bronkiolus selama
ekspirasi. Dengan mekanisme terjadinya konstriksi dimana udara tidak
dapat diabsorsi maka akan terjadi atelektasis.
c. Komplikasi
Atelektesis
Hypoxia
gangguan asam basa (asdosis metabolik, alkalosis prespiratorik, dan
asidosis respiratorik).
d. Etiologi
Sebagian besar oleh Syncytial virus.
e. Manifestasi Klinis
Sering bersin dan banyak sekret atau lendir
Demam ringan
Tidak dapat makan dan gangguan tidur.
Retraksi atau tarikan pada dinding-dinding dada; suprasternal,
interkostal, dan subkostal pada inspirasi
Cuping hidung
Nafas cepat
Dapat juga cyanosis
Batuk-batuk
Wheezing
Iritabel
Cemas
f. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema dan
meningkatnya produksi lendir /sekret
2. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya
lendir atau sekret
3. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan
yang tanpa disadarai (IWL) secara berlebihan melalui ekshalasi dan
menurunya intake.
4. Hypertermia berhubungan dengan proses infeksi
5. Fatique berhubungan dengan distres pernafasan
6. Perubahan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
meningkatnya metabolisme
7. Kecemasan pada anak/ orang tua berhubungan dengan hospitalisasi
dan kesukaran dalam nafas
8. Kurangnya pengetahuan berhubungan denagn perawatan di rumah.
3. Pneumonia
1. Definisi
Adalah suatu peradangan alveoli atau pada paranchyma paru yang
terjadi pada anak.
2. Patofisiologi
Adanya gangguan pada terminal jelan nafas dan alveoli oleh
mikroorganisme patogen yaitu virus dan staphylococcus aurens, H.
Influenzue dan streptococcus pneumonae bakteri
Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multipel lobus.
Terjadinya destruksi sel denagn menanggalkan debris celluler ke
dalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan
jalan nafas
Pada anak kondisi ini dapat akut dan kronik misalnya : AIDS, Cystic
Fibrosis, aspirasi benda asing dan conginetal yang dapat
meningkatkan resiko pneumonia.
3. Komplikasi
Gangguan pertukaran gas
Obstruksi jalan nafas
Gagal pernafasan – pleural effusion ( bacterial pneumonia )
Streptococcus Pneumonia
Respon Peradangan
Alveoli dan bronkiolus terisi cairan exudat, sel darah, fibren bakteri.
4. Etiologi
Virus, bakteri, mycoplasma dan spirasi benda asing
5. Manisfestasi klinik
6. Diagnosa keperawatan
1. Definisi
Sindrom distress pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada
system pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.
RDS di katakana sebagai hyaline membrane disease.
2. Patofisiologi
Pada bayi dengan RDS, dimana tidak adannya ketidakmampuan
paru untuk mengembang dan alveoli terbuka. RDS pada bayi yang
belum matur menyebabkan gagal pernafasan karena imaturnya
dinding dada, parenchyma paru, dan imaturnya endotelium kapiler
yang menyebabkan kolaps paru pada akhir ekspirasi.
Pada bayi dengan RDS disebabkan oleh menurunnya jumlah
surfaktan atau perubahan kualitatif surfaktan, dengan demikian
menimbulkan ketidakmampuan alveoli untuk ekspansi. Terjadi
perubahan tekanan intra-axtrathoracic dan menurunnya pertukaran
udara.
Secara alamiah perbaikan mulai setelah 24-48 jam. Sel yang rusak
akan diganti. Membran hyaline, berisi debris dari sel yang nekrosis
yang tertangkap dalam proteinacecous filtrate serum (saringan
serum protein), di pagosit oleh mikrofag. Sel cuboidal menempatkan
pada alveolar yang rusak dan epitelium jalan nafas, kemudian terjadi
perkembangan sel kapiler baru pada alveoli. Sintesis surfaktan
memulai lagi dan kemudian membantu perbaikkan alveoli untuk
pengembangan.
3. Komplikasi
Pneumothorax
Pneumomediastinum
Pulmonary interstitial dysplasia
Bronchopulmonary dysplasia (BPD)
Patent ductus arterious (PDA)
Hipotensi
Menurunnya pengeluaran urine
Asdosis
Hiponatremi
Hipernatremi
Hipokalemi
Hipoglikemi
Disseminated intravascullar coagulation (DIC)
Kejang
Intraventicular hemorrhage
Retinophaty pada prematur
Infeksi sekunder
4. Etiologi
Dihubungkan dengan usai kehamilan. Berat badan bayi lahir kurang
dari 2500 gram. Sering kali pada bayi dengan berat badan lahir kurang
dari 1000 gram. 20 % berkembang dengan bronchopulmonary
dysplasia (BPD).
5. Manifestasi klinik
Pernafasan cepat (tachypnea)
Retraksi (tarikan dada (suprasternal, substernal, intercostal)
Pernafasan terlihat paradoks
Cuping hidung
Apnea
Murmur
Sianosis pusat
6. Diagnose keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan imatur paru dan dinding
dada atau kurangnya jumlah cairan surfaktan.
b. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi atau
pemasangan intubasi trakea yang kurang tepat dan adanya sekret pada
jalan nafas.
c. Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan ketidaksamaan nafas bayi
dan ventilator, tidak berfungsinya ventilator, dan posisi bantuan
ventilator yang kurang tepat.
d. Risiko injury berhubungan dengan ketidaksetimbangan asam-basa; 02
dan C02 dan barotrauma (perlukaan dinding mukosa) dari alat bantu
nafas.
e. Risiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi
sekunder dari nutrisi krisis pada bayi.
f. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan
tanpa disadari (insensible water loss)
g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan, motilitas gastrik menurun, dan kurangnya
penyerapan.
DAFTAR PUSAKA
www.getbodysmart.com/np/respioratorysystem
www.innerbeauty.com