Professional Documents
Culture Documents
Untuk itu dibutuhkan suatu cara agar pengelasan bimetal lebih dapat diterima dan pada
akhirnya dapat diaplikasikan dengan baik sesuai dengan yang diinginkan. Salah satu cara
yang mungkin dapat dilakukan adalah penambahan magnet eksternal saat proses pengelasan.
Magnet eksternal dapat dibangkitkan dengan adanya elektromagnet dari kumparan yang telah
dialiri listrik. Pada proses pengelasan, terjadi sirkulasi logam cair pada weld pool. Sirkulasi
logam cair pada weld pool, akan berpengaruh terhadap porositas dan pelarutan unsur-unsur
lain sehingga nanti akan berpengaruh juga terhadap sifat mekanik baja.
Pokok permasalahan yang akan dipecahkan dalam tugas akhir ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh penggunaan magnet external terhadap sifat mekanik baja pada
pengelasan bimetal.
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini berdasarkan uraian di atas yaitu :
1. Mengetahui pengaruh magnet eksternal terhadap sifat mekanik baja SS 41 dan baja
AH 36
2. Mengetahui pengaruh variasi kuat medan magnet terhadap hasil pengelasan butt joint.
1.4. Manfaat
Manfaat yang akan didapat dari penulisan tugas akhir ini adalah :
Untuk membatasi agar pembahasan dalam tugas akhir ini tidak terlalu luas maka
ditentukan batasan masalah bagi tugas akhir ini. Batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
4. Pengujian tarik
2
1.6. Hipotesis Awal
Dengan variasi kuat medan magnet yang diberikan pada baja SS 41 dan baja AH 36,
semakin kecil harga kuat medan magnet maka semakin baik sifat mekaniknya.
1.7. Metodologi
Metode dan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Studi kepustakaan
b. Pengumpulan data
Data yang diharapkan dari penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui mekanisme pengujian sedangkan data sekunder diperoleh
melalui literatur ataupun informasi yang lain.
x Ada beberapa tahap pengujian dalam penelitian ini, tahap-tahap tersebut adalah:
x Persiapan material
x Pengujian radiography
x Pengujian impak
x Pengujian tarik
3
c. Analisis dan pembahasan
Analisis dan pembahasan dilakukan terhadap hasil pengujian yang dilakukan. Hasil
pengujian yang dianalisis adalah sebagai berikut :
d. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan perbandingan maka diambil kesimpulan dari pengujian yang
telah dilakukan.
Metode dan langkah-langkah diatas dapat ditampilkan dalam bentuk diagram, diagram
dari metode dan langkah-langkah diatas dapat dilihat pada halaman selanjutnya :
Untuk memperoleh hasil laporan tugas akhir yang sistematis dan tidak keluar dari
pokok permasalahan maka dibuat sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan, dan manfaat penulisan tugas akhir.
Berisikan teori yang memberikan penjelasan mengenai teori yang digunakan dalam
pembuatan spesimen pengujian.
4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kegiatan yang dilakukan selama proses pegujian
Pada bab ini akan berisi analisis yang dilakukan terhadap hasil perhitungan dan
pengujian.
Pada bab ini akan berisi kesimpulan dari tugas akhir dan saran untuk pengujian
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
6
Bab 2. TINJAUAN PUSTAKA
7
Gambar 2.1 Grafik penemuan metode pengelasan [Okumura et.al, 1996].
Sampai saat ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan dalam
bidang las, ini disebabkan karena belum adanya kesepakatan dalam hal tersebut. Secara
konvensional cara-cara pengklasifikasian tersebut dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu
klasifikasi berdasarkan cara kerja dan klasifikasi berdasakan energi yang digunakan.
Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan dan las patri. Sedangkan
klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok-kelompok seperti las listrik, las kimia
dan las mekanik. Bila diadakan klasifikasi lagi, maka kedua klasifikasi tersebut di atas akan
terbaur dan akan terbentuk kelompok-kelompok yang banyak sekali. Dari dua jenis klasifikasi
tersebut, klasifikasi berdasakan cara kerja lebih banyak digunakan. Berdasarkan klasfikasi ini
pengelasan diagi menjadi tiga kelas utama yaitu : pengelasan cair, pengelasan tekan dan
pematrian.
8
x Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan dengan
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam cara ini logam
induk tidak ikut mencair, [Okumura et.al, 1996].
Pengelasan jenis SMAW merupakan jenis pengelasan yang paling sering digunakan
dalam pengerjaan konstruksi berbagai macam produk suatu misal pembuatan kapal, tanki-
tanki, lokomotiv, ketel uap dan berbagai peralatan kebutuhan rumah tangga. pada pengelasan
ini, panas yang terjadi berasal dari aliran listrik yang bergerak dalam suatu kabel dan aliran
listrik tersebut terhambat oleh kabel. Besarnya panas yang dihasilkan berbanding lurus
dengan besarnya aliran arus dan besarnya hambatan. Panas yang besar juga dihasilkan akibat
loncatan aliran arus listrik dari ujung elektroda ke base metal, gap udara ini menimbulkan
hambatan yang besar bagi aliran arus dan hambatan ini yang kemudian menimbulkan busur
api yang panasnya mencapai 3300º - 5500º C. [Giachino, et.al.,1976].
Pengelasan SMAW juga dikenal dengan nama lain Manual Metal Arc (MMA)
welding, dan stick electrode welding. Beberapa spesifikasi mengenai pengelasan SMAW
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Arus : 25 – 350 A
Cara pengoperasianya adalah tukang las (welder) harus memunculkan busur api antara ujung
elektroda dengan logam yang akan di-las. Busur api tersebut akan mencairkan logam dan
elektroda yang digunakan menjadi cairan lasan (weld pool) yang terlindungi oleh lapisan flux
yang ikut mencair. Selain terlindungi oleh flux yang ikut mencair weld pool juga terlindungi
oleh gas yang dihasilkan oleh flux yang terbakar. Selama proses tersebut, tukang las (welder)
harus menggerakkan ujung elektroda berdekatan dengan cairan logam lasan. Hal ini
dimaksudkan agar tetap menjaga jarak busur api tetap pada posisinya, besarnya arus yang
9
masuk dapat dikendalikan oleh power suply. Panjang elektroda yang normal digunakan dalam
pengelasan adalah 460 mm, dan pada saat sebagian besar busur elektroda sudah mencair dan
menyisakan elektroda dengan panjang 50 mm, maka busur las harus segera dimatikan.
Pengelasan dapat dilanjutkan kembali dengan memasang elektroda yang baru setelah lapisan
slag yang memadat telah dibersihkan, [Groud, 1995].
10
Keterbatasan dari pengelasan SMAW :
Hal ini dilakukan berulang kali selama proses pengerjaan. Hal ini menyebabkan tukang
las (welder) tidak bisa mencapai faktor operasi atau duty cycle lebih besar dari 25%,[Cary,
2005].
2.3. Elektroda
Elektroda dibuat tidak hanya untuk mengelas dua logam yang berbeda, tetapi juga
didesain untuk berbagai kondisi pengelasan, seperti polaritas, posisi pengelasan, kuat tarik
yang diinginkan dan juga tambahan unsur kimia yang diinginkan. Beberapa elektroda hanya
cocok digunakan untuk posisi horisontal, beberapa yang lain hanya cocok untuk posisi
vertical dan ada juga yang dapat digunakan untuk segala posisi.
11
Elektroda untuk mild steel masih dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu; bare dan
shielded. Elektroda bare adalah elektroda tanpa bungkus, pada awal penemuan teknologi las
elektroda yang dipakai adalah jenis ini, tetapi pada saat ini jenis elektroda bare sangat jarang
digunakan, karena selain sukar untuk digunakan mengelas, jenis elektroda ini juga
menghasilkan hasil lasan yang brittle dan kuat tariknya rendah. Sedangkan elektroda shielded
adalah elektroda yang mempunyai lapisan yang terdiri atas berbagai macam substansi seperti
selulosa sodium, selulosa potasium, sodium titan, sodium potas, oksida besi, serbuk besi dan
beberapa bahan lain yang berguna. Setiap substansi tersebut diharapkan memberikan fungsi
pada proses pengelasan. adapun beberapa fungsinya adalah sebagai berikut: [Giachino,
et.al.,1976].
1) Berperan sebagai pembersih dan katalis deoksidasi pada proses pencairan kawat
logam
2) Menghasilkan suatu gas pelindung untuk melindungi logam cair dari pengaruh gas-gas
yang ada di atmosfer, seperti oksida dan nitrida.
4) Menghasilkan permulaan busur api yang lebih mudah, menstabilkan busur api lebih
baik dan dapat mengurangi terjadinya spatter.
5) Menghasilkan penetrasi yang lebih baik dan dapat meningkatkan kualitas X-ray dari
lasan.
Beberapa elektoda mempunyai lapisan yang mengandung biji besi, pada proses
pengelasan serbuk biji besi ini dapat berubah menjadi baja dan menjadi bagian dari weld
deposit. Serbuk biji besi juga dapat membantu untuk meningkatkan kecepatan pengelasan dan
memperbaiki tampilan lasan.
Elektroda las yang ada di pasaran biasanya dibungkus dengan bahan-bahan flux
tertentu yang tergantung dari penggunaanya. Walaupun jenis elektroda sangat banyak
jumlahnya, tetapi secara garis besar dapat digolongkan menjadi kelas-kelas berikut yang
pembagianya didasarkan atas flux yang mebungkusnya,[Giachino, et.al.,1976].
12