You are on page 1of 15

12

BAB 1 PENGANTAR REKAYASA LlNGKUN AN



Bab 1

Pengantar Rekayasa Lingkungan

1.1. PENDAHULUAN

Pertumbuhan penduduk yang pesat menimbulkan tantangan yang dicoba diatasi den an pembangunan dan industrialisasi. Namun industrialisasi disamping mempercepat persedi an segal a kebutuhan hidup manusia juga memberi dampak negatip terhadap manusia akiha terjadinya pencemaran lingkungan.

Beberapa kasus pencemaran lingkungan seperti pencemaran udara yang menyebabkan 60 kematian dalam waktu 3 hari terjadi di Meuse River, Belgia. Bencana semacam ini j ga terjadi di Amerika, Inggeris, jepang dan lain-lain Negara. Pencemaran air yang menimbul an cacat bawaan pada bayi-bayi terjadi an tara lain di Minamata Bay (Jepang). Keracunan maka an karena limbah industri terjadi di negara-negara maju, sedangkan di negara sedang berkemb mg seperti Indonesia, Pakistan, Afganistan, dan lainnya baru mulai dilaporkan. Kebocor n kebocoran peralatan di industri sering menyebabkan bencana seperti yang terjadi di Bho pa India, Chernobyl, Rusia dan sebagainya.

Atas dasar kejadian-kejadian sejenis tersebut orang mulai mempelajari ekosistem den an siklus-siklus geobiokimianya. Semua unsur di alam ini mengalami siklus yang dapat berja an cepat atau lambat, tergantung dari sifat unsur masing-masing. Banyak penelitian dilaku an untuk mempelajari siklus yang terjadi dan hasilnya di manfaatkan sebagai masukan unhik merencanakan aktivitas pengelolaan Iingkungan hidup. Dapat dimengerti bahwa pengelol an lingkungan ini perlu dilakukan secara terpadu dan multi disiplin. Dengan demik an berkembanglah ilmu lingkungan yang diterapkan diberbagai bidang ilmu seperti ilmu rekayasa lingkungan, kesehatan lingkungan dan sebagainya.

Pengertian lingkungan hidup dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.4 ta un 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup adalah kesat an ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk didalamnya maru sia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan marn sia serta makhluk hidup lainnya.

Inti permasalahan lingkungan hidup adalah bagaimana kenyataan tentang cara marn sia menempatkan diri dalam lingkungan dan bagaimana seharusnya hal itu dijalankan a~al

BAB } PENGANTAR REKAYASA UNGKUNGAN

13

mendukung kesinambungan perikehidupan dan kesehatan manusia dan mahkluk hidup lainnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut Ekologi.

1.2. H U BU NGAN TIM BAL BALIK ANTARA MAN USIA DAN LlNGKUNGANNYA,

1.2.1. Hubungan timbal balik antara manusia dan Atmosfir (udara)

Manusia setiap detik, selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara rata-rata manusia tidak dapat mempertahankan hidupnya tanpa udara lebih dari tiga menit. Karena udara berbentuk gas, ia terdapat dimana-mana, sebagai akibatnya manusia tidak pernah memikirkannya ataupun memperhatikannya. Sampai pada tahun 1930 di Belgia terjadi wabah penyakit paru-paru yang disebabkan pencemaran udara. Tahun-tahun berikutnya pencemaran udara menyebabkan terjadinya kematian dan kesakitan dalam proporsi epidemik dibeberapa tempat didunia. Tabel 1, memperlihatkan beberapa bene ana akibat peneemaran udara, berdasarkan lokasi, sumber pencemar, serta korban pencemaran.

Tabel I. Beberapa Bencana pencemaran Udara Yang Tcrkcnal.

Lokasi

Sumber!

Jenis Pencemar

Jumlah Penderita! Kernatian

Kelainan

Meuse Valley Bclgia. 1930

Donora. USA 1949 London. 1952

Poza Rica.
Mexico. [950
New York. USA [953
I
I
I New Orleans
USA. 19558
I
I Yokohama
Jepang, 1946* Industri baja dill 502. F. Oxida

logam, debu.

lndustri baja dll/502 5910 I 20

Sulfat Tidak diketahui

lndustri.

pernanasan rurnah Kilang Minyak

Industri. Kendaran berrnotor

Pcrnanasan rurnah

I ndustri gandum

Industri Pernanasan rumah

Sumber: Purdom, Walton P,1971.

6000/600

4000

320 I 22

Mordibitus naik I 165

200 perhari/Z

Tak diketahui

peradangan jaringan paru-paru

Kelainan jaringan

paru-paru Kclainan juri ngan

paru-pam.

Kelainan paru-paru, susunan saraf pusat

Kelainan paru-paru & jantung

Asthma

Asthma emphysema

*) Soemirat, luli 1971.

14

BAB I PENGANTAR REKAYASA LlNGKU GA

Pada tabel 1 diperlihatkan bahwa penyakit yang ditimbulkan kebanyakan tergo penyakit saluran pemapasan. Sekalipun demikian, pencemaran udara dapat mengakiba a penyakit pada seluruh bagian badan baik karena kontak langsung maupun tak langs Tabel 1 itupun menampakkan bahwa ada yang meninggal akibat penyakit jantung dan r syaraf. Hal ini dapat dimungkinkan karena kerusakan pada jaringan paru-paru mengakibatkan tekanan di dalam paru-paru meningkat, dan jan tung yang berfungsi seb pompa di dalam sistem kardio-vaskuler harus bekerja lebih keras untuk mengatasi tek a yang meninggi. Sebagai akibatnya dapat terjadi gagal jantung,

Pengaruh udara terhadap kesehatan sangat ditentukan oleh komposisi kimia, bio 0 maupun fisis udara. Pada keadaan normal. sebagian besar udara terdiri atas oxigen nitr (90%), tetapi aktivitas manusia dapat merubah komposisi kimiawi udara sehingga te a pertambahan jumlah spesies, ataupun meningkatkan konsentrasi zat-zat kimia yang s ada. Aktivitas manusia yang menjadi sumber pengotoranJpencemaran udara adalah bua industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran di rumah-rumah dan di ladang-ladang,

Zat pencemar kimia yang paling banyak didapat berupa karbonmonoksida, oxida su u oxida nitrogen, hidrokarbon, dan partikulat.

Zat pencemar fisis yang banyak didapat adalah kebisingan, sinar ultra violet, sinar i merah, gelombang mikro, gel om bang elektromagnetik, dan sinar-sinar radioaktif. Sedan zat biologis yang ban yak didapat di dalam udara bebas adalah virus, dan spora, bakteri v jamur, dan cacing seringkali didapat di dalam udara tidak bebas.

1.2.2 Hubungan timbal balik antar manusia dan hidrosfir (air)

Kualitas air berubah karena kapasitas untuk membersihkan dirinya telah terlampau. ini disebabkan bertambahnya intensitas aktivitas penduduk yang tidak hanya meningka kebutuhan akan air tetapi juga meningkatkan jumlah air buangan. Buangan-buangan i yang merupakan sumber sumber pengotoran perairan. Secara ringkas, berbagai su be pengotoran badan air dapat dilihat pada tabel 2. Diantara zat-zat pengotor air tersebut ad I zat-zat yang persisten, zat radioaktif dan penyebab penyakit.

Ada beberapa zat-zat kimia yang sifatnya taktik dan tidak cepat terurai dalam air. M lama zat kimia tersebut akan terakumulasi dalam badan air ataupun dalam tubuh operasi n yang ada dalm air tersebut.

Sebagai contoh adalah detergen yang terbuat dari alkil sulfonat yang tidak linier ta bercabang. Selain itu detergen juga menimbulkan busa di perairan yang secara estetik ta dapat diterima, dan menimbulkan kesulitan dalam pengelolaan badan air. Contoh lain ad I DDT (dichloro-diphenyl-trichloretan), Akumulasi DDT terdapat tidak hanya pada ikan a hewan tetapi juga pada manusia.

BAB J PENGANTAR REKAYASA UNGKUNGAN

15

Tabcl 2. Sumbcr-sumber pengotor Air.

Sumber Alamiah

Udara

Mineral terlarur Tumbuhan/Hewan busuk Tumbuhan air

Air hujan

Sumber Petanian

Erosi

Kotoran hewan Pupuk Pestisida

Air irigasi

Lain-lain

Industri konstruksi Pertambahan

Air Buangan

Pemukirnan Industri

Air hujan kota KapaliPerahu, dlJ

Waduk

Lumpur Turnbuhan akuatik

Zat radioaktif akan menimbulkan efek terhadap kesehatan, tetapi hal ini tidak: akan terjadi apabila pengendalian zat radioaktif dilaksanakan dengan sangat ketat. Namun demikian, zat radioaktif, dalam jumlah yang sedikit dapat pula menimbulkan masalah apabila terjadi biomagnefikasi di dalam organisme akuatik. Besar kecilnya masalah ini sangat tergantung pada kadar magnifikasi, peran organisme tersebut dalam rantai makanan, serta lamanya waktu paruh zat radioaktif.

Adanya penyebab penyakit di dalam air (misalnya bra liang dysentri), dapat menyebabkan efek langsung terhadap kesehatan. Penyebab 'penyakit yang mungkin ada, dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu :

(1) penyebab hidup, yang menyebabkan penyakit menular, dan

(2) penyebab tak hidup, yang menyebabkan penyakit tidak menular.

1.2.3. Hubungan timbal balik antara manusia dan Litosfir (tanah)

Penyakit-penyakit yang disebarkan lewat tanah merupakan gambaran dari bentuk hubungan timbal balik antara manusia dan litosfir.

Zat-zat yang terkandung dalam tanah dapat berasal dari tanah itu sendiri maupun berasal dari luar tanah, sebagai akibat pengotoran ataupun pencemaran. Sebagai contoh adaJah Penyakit Bakterial Tetanus (menular) disebabkan oleh C. Tetanus dan Penyakit Fluorosis (tidak menular) disebabkan oleh keracunan Flour.

16

BAB 1 PENGANTAR REKAYASA LlNGKUfI'pAJ

Seperti juga halnya dengan lingkungan lainnya, manusia memanfaatkan lingkungan ur tu] kebutuhan sehari-hari. Litosfir digunakan manusia untuk bermukim, untuk melakukan se al kegiatan, seperti pertanian, petemakan, industri, dan tempat pembuangan limbah padat atau ~UI persampahan.

Pemanfaatan lahan untuk keperluan tertentu dapat berdampak terhadap keseh ta masyarakat sebagai gambaran dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :

Tubcl .i. Pengaruh Tata GUlla Lahan Terhadap kesehatan Musyarakat.

Tata Guna Lahan I Pengaruh terhadap masyarakat 'J
I
I Kehutahan I Reservoir vekror. agent dll I
Taman ! Kesehatan Lingkungan Rekreasi
I I
I Bercocok tanarn Kesehatan rnakanan. air dll. I
Tanah berair, danau, Perkembang-biakan vektor dll.
l Rawa. teluk I
I
Tempat Tinggal Kes. Lingkungan Pernukiman I
Pcrkotaan I Kes. Lingkungan Bangunan, persampahan I
Industri Kes. Dan keselamatan Ling. Kcrja
Transportasi Kes. Ling. Transportasi, para wisata. J
J
I I
Exploitasi mineral Kes, dan keselamatan Lingk, Kerja I
I Toxikologi Lingkungan
L J
Sumber Miller Jr 1975, dalam Soemirat Juli 1994. 1.3. KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LlNGKUNGA ~

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor : 23 tahun 1992 tentang kese at n Bab I pasal 1 bahwa "kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial ~a g memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis".

Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan kiat untuk mencegah penyakit, memperpai ~a g harapan hidup, dan meningkatkan kesehatan dan efisiensi masyarakat melalui usaha masya ak at yang terorganisir melalui sanitasi lingkungan, pengendalian penyakit menular, pendi ik n hygiene perseorangan, mengorganisir pelayanan medis dan perawatan. Dengan dipelaja III a ilmu kesehatan masyarakat, maka dapat dilakukan diagnosis dini, pengobatan penceg hll~, serta membangun mekanisme sosial, sehingga setiap insan dapat menikmati standar kehidup n yang baik dan dapat memelihara kesehatan (Maslov, 1920).

Definisi ini mengungkapkan bahwa tujuan kesehatan masyarakat ada tiga. Tujuor. u hanya dapat dicapai lewat usaha masyarakat yang terorganisir, dan tidak lain salah sa IUn a adalah kesehatan lingkungan.

BAB J PENGANTAR REKAYASA LlNGKUNGAN

17

1.3.1. Usaha Kesehatan masyarakat

Agar masyarakat dapat meningkatkan kesehatannya paling sedikit diperlukan enam usaha dasar yang dikenal dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat sebagai "The Basic Six" atau enam usaha dasar. Ada tiga konsep enam usaha dasar tersebut masing-masing dikemukakan oleh American Public Health Association (APHA), Emerson and Luginbuhl (EM), dan World Health Organization (WHO) seperti tampak pada tabel 1. Ketiga konsep tersebut memperlihatkan penggunaan istilah yang berbeda. Perbedaan tersebut tergantung pada kemajuan usaha kesehatan suatu negara. Sebagai contoh, Pemberantasan Penyakit Menular, tidak lagi disebutkan oleh APHA, karena di Amerika Serikat penyakit menular ini sudah tidak lagi merupakan masalah utama. Sebaliknya di Indonesia, frekwensi penyakit ini masih sangat tinggi, sehingga usaha pemberantasannya menjadi sangat penting. Oleh karena itu, pemberantaan penyakit menular masih termasuk di dalam konsep WHO.

Untuk berbagai negara, permasalahan kesehatannya akan berbeda, Oleh karena itu, disamping the basic six ini dapat pula dikembangkan usaha yang khas bagi masing-masing negara. U saba kesehatan masyarakat di Indonesia, selain terdiri atas "The basic Six", juga ditambahkan dengan usaha-usaha lainnya yang dirasa perlu, sebagaimana tertera dalam UURI. No. 23 tho 1992.

Tabel 4 Tiga Buah Konscp "The Basic Six"

I APHA * EMERSON & WHO **
LUGINBUHL
\ Pencaratan dan analisa data Statistika vital PEM ELIHARAAN
i dokumen kesehatan
I I r
Pendidikan kesehatan dan Pendidikan Pendidikan
diseminasi informasi kesehatan I kesehatan
i
I Pengawasan, Pengaturan. pe layanan Kesehatan \ Kesehatan
, kes. Lingkungan lingkungan lingkungan
Administrasi dan peJayanan Pernberantasan Pernberanttasan
kesehatan Peny. Menular Peny. Menular
Pelayanan kesehatan Kcsejahteraan Kesejahteraan
Ibu dan Anak Ibu dan Anak
Koordinasi Sumber daya Pengendalian Pelayanan mcdis
kesehatan Penyakit dan Perawatan
kronis kesehatan * = American 'Public Health Association' ** = World Health Organization

Sumber : Laevell, H.R. dan Clarck, E.G. 1958, dalam Soemirat (1994)

18

BAB I PENGANTAR REKAYASA LlNGKUN AN

Oi dalam UU-Rl. No. 23, 1992, Bab V pasal 11, tertulis bahwa upaya keseha n dilaksanakan melalui 15 kegiatan sebagai berikut : (a) kesehatan keluarga, (b) perbaikan g zi, (c) pengamanan makanan dan minuman (d) kesehatan lingkungan, (e) kesehatan kerja, (f) kesehatan jiwa, (g) pemberantasan penyakit, (h) penyembuhan penyakit dan pemuli a kesehatan, (I) penyuluhan kesehatan masyarakat, m pengamanan sediaan farmasi dan kesehatan, (k) pengamanan zat aditif, (1) kesehatan sekolah, (m) kesehatan olahraga, n pengobatan tradisional, dan (0) kesehatan mata. Kesemua ini perlu dilaksanakan secara terp u menyeluruh, dan berkesinambungan agar dapat memecahkan permasalahan kesehatan y n

dihadapi.

Mulai dalam PELITA V kegiatan pokok yang tadinya 15 dinaikkan menjadi l8 s kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, kesehatan lingkungan, pemberant a penyakit, penyuluhan kesehatan, pengobatan dan penanggulangan kecelakaan, peraw a kesehatan masyarakat usaha kesehatan sekolah, kesehatan gigi dan mulut, kesehatan ji a pemeriksan laboratorium sederhana, pencatatan dan pelaporan, kesehatan mata, keseh ta olah raga, kesehatan pekerja non formal, pembinaan pengobatan tradisional, peningk ta

upaya dana sehat masyarakat.

Dari daftar usaha dasar ini semakin jelas diperlukannya kerja multi disiplin dibi n kesehatan. Misalnya, program untuk kesehatan lingkungan akan memerlukan ahli Reka dibidang air bersih, limbah, lingkungan kerja, udara dan lain-lain.

1.3.2. Usaha Kesehatan Lingkungan

U saha kesehatanb lingkungan merupakan salah satu usaha dari enam usaha dasar keseh t masyarakat. Dari uraian tentang usaha dasar terlihat bahwa kesehatan lingkunganpun sekali hubungannya dengan usaha kesehatan lainnya. U saha ini merupakan usaha yang didukung oleh ahli rekayasa, khususnya oleh ahli rekayasa lingkungan.

U saha kesehatan lingkungan mencakup :

a. Programlpenyediaan air minumlair bersih

b. Pengolahan dan pembuangan limbah cair, gas, dan padat

c. Pencegahan kebisingan

d. Pencegahan kecelakaan

e. Pencegahan penyebaran penyakit melalui air, udara, makanan, dan vektor.

f. Pengelolaan kualitas lingkungan : air, udara, makanan, pemukiman, dan berbahaya.

g. Pengelolaan keamanan dan sanitasi transportasi, kepariwisataan seperti Hotel, tel, Tempat Makan Umum dan Pelabuhan.

1.3.3. Hygiene dan Sanitasi.

Dalam membicarakan kesehatan lingkungan, ada dua istilah yang sering dicampur adu Istilah tersebut ialah. hygiene dan sanitasi. Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan d a istilah ini mempunyai perbedaan-perbedaan.

BAB I PENGANTAR REKAYASA LlNGKUNGAN

19

Yang dimaksud dengan hygiene ialah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjadi pemeliharaan kesehatan. Ke dalarn pengertian ini termasuk pula yapaya upaya melintdungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia (perseorangan ataupun masyarakat) sedemikian rupa sehingga pelbagai faktor lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut dijagaJdiatur sedemikian rupa sehingga tidak sampai menimbulkan gangguan terhadap kesehatan.

Sedangkan yang dimaksud dengan istilah sanitasi ialah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap pelbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi de raj at kesehatan man usia. Jadi Iebih mengutamakan usaha pencegahan terhadap pelbagai faktor lingkungan, sedemikian rupa sehingga meunculnya penyakit dapat dihindari,

1.4. PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEADAAN LlNGKUNGAN

1.4.1. Umum

Perkembangan epidemiologi Ilmu tentang (Penyebaran Penyakit) menggambarkan secara spesifik ten tang peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah. Bahwasannya lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit sudah sejak lama diketahui, sebagai contoh nama "Malaria" yang berarti udara jelek diberikan pada penyakit yang mempunyai gejala demarn, menggigil , berkeringat, demam lagi, menggigil lagi dan seterusnya serta didapatkan diantara kelompok masyarakat yang bertempat tinggal disekitar rawa-rawa.

Dengan beberapa kali penelitian diketahui bahwa nyamuk yang bersarang dirawa-rawa sebagai pembawa penyakit.

Pada tahun 370 sebelum Masehi penyakit diasosiasikan dengan Dosa dan kekuatan supernatural (alam),

Kemudian seorang tokoh dunia Kedokteran berpendapat bahwa penyakit ada hubungannya dengan fenomena alam dan lingkungannya. Interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terjadi sejak manusia lahir sampai meninggal dunia.

1.4.2. Penyakit Menular

Penyakit menular disebabkan oleh peran au sebagai media. Peran arr ada beberapa macam:

air sebagai penyebar mikroba patogen air sebagai sarang insektisida

jumlah air bersih yang tidak mencukupi sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik. (air sebagai sarang hospes semen tara penyakit)

Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung diantara masyarakat seringkali dinyatakan sebagai penyakit bawaan air atau "Water bonrne disease".

20

BAB I PENGANTAR REKAYASA LlNGKU GA

Penyakit ini hanya dapat menyebar, apabila mikroba-mikroba penyebabnya dapat mc~u kedalam sumber air yang dipergunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya set~ri hari.

Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air sangat bervariasi dan banlva macamnya, mulai dari Virus, bakteri, protozoa, metazoa.

Pada tabel 1.1 berikut menyajikan beberapa contoh penyakit "Water Borne" yang ban~a terdpat di Indonesia.

Dilihat dari segi epidemiologi beberapa penyakit yang tertera dalam tabel 1.1 masih sa ga penting di Indonesia.

Tabel 1.1. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agentnya.

Dyesenteri amoeba Balantidiasis Giardiasis

AGENT

PENYAKIT

Virus:

Rotavirus

Virus hepatitis A Virus Poliomyeslitis

Diare pada anak Hepatitis A

Polio (myelitis anterior acuta)

Bakteri :

Vobrio Colerae Escherichia coli enteropatogenik Salmonella typhi Salmonella paratyphi Shigella dysenteria

Cholera Diare/Dysenteria

Typhus abdominalis Paratyphus Dysenteri

Protozoa

Entamoeba histolytica Balantidia coli Giardia Lambia

Beberapa Penyakit Menular

Cholera

Penyakit ini disebabkan oleh Vibrio Cholera, berasal dari India, Cholera adalah Penyaki usus halus yang akut dan berat, sering mewabah yang mengakibatkan banyak kern a ar

Gejala utamanya muntaber, dehidrasi dan kolaps dapat terjadi dengan cepat.

Angka kematian berkisar 50% dan kasus klasik wabah Calera terjadi tahun 185 C Broad Street London. Lebih dari 500 orang meninggal.

RAB J PENGANTAR REKAYASA LlNGKUNGAN

21

Typhus Abdominalis

Typhus juga menyerang usus halus penyebabnya adalah Salmonella typhi, angka kematian berkisar antara 10% sebelum penemuan anti biotika dan menurun sampai 2% - 3% setelahnya.

Gejala utamanya panas yang terus menerus dengan taraf kesadaran yang menurun terjadi I sId 3 minggu setelah infeksi.

Hepatitis A

Disebabkan oleh Virus Hepatitis A, gelaja utama demam dan akut dengan perasaan mual dan muntah, hati mernbengkak, dan mata menjadi kuning, gejala penyakit ini timbul setelah 1-2 bulan setelah terjadi infeksi, angka kematian kurang dad 1 %.

Poliomyelitis (Polio)

Disebabkan oIeh virus polio. Gejala polio sangat bervariasi dapat sangat ringan menyerupai penyakit int1uenza sampai pad a keadaan kelumpuhan ringan, parah dan kematian, angka kernatian 2- I 0%.

Dysentrie Amoeba

Disebabkan oleh E. Histolytica, gejala utama tinja tercampur darah dan lendir tidak menyebabkan dehidrasi (pengurangan cairan). Apabila tidak diobati dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti abses hati, radang otak dan perforasi usus.

Air sebagai sarang vektor penyakit

Air dapat berperan sebagi sarang insekta yang menyebarkan penyakit pada masyarakat. Insekta demikian disebut sebagai Vektor Penyakit sebagai contoh Vektor Anopheles sp membawa Protozoa (Plasmodium) yang menyebabkan Malaria.

Filariasis (Kaki Gajah)

Penyebabnya adalah cacing bulat kecil (Filaria), dengan Reservoir manusia penderita. Larva cacing (Mikrofilaria) aktif pada jam 20.00 sId jam 02.00. Apabila penderita digigit nyamuk maka Mikrofilaria masuk kedalam tubuh nyamuk dan menembus dinding ususnya, masuk kedalam otot dadanya, menjadi larva infektifitas. Apabila nyamuk menggigit orang berikutnya, maka dapat menularkan penyakit kepada orang berikutnya.

Demam Berdarah (Dengue Haemorhagic Fever)

Penyebabnya adalah virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti, gejalanya demam dan perdarahan, angka kematian 5 %

Tempat-tempat yang dapat dijadikan sarang nyamuk Aedes adalah genangan air hujan dan air bersih.

Malaria

Penyebabnya adalah protozoa (Plasmodium Malariae) yang ditularkan melalui Nyamuk Anopheles, gejalanya berupa bergantinya perasaan panas dingin, yang terdiri dari 3 gejala yaitu menggigil, panas dan berkeringat. Angka kernatian I09c.

1.4.3 Mekanisme penularan oleh Vektor Penyakit

Mekanisme penularan penyakit dapat dikelompokkan menjadi 2 cara yaitu trans

secara langsung (direct transmission) dan transmisi tidak langsung (indirect transmissio

Transmisi lang sung

Transmisi langusng adalah pemindahan penyebab penyakit infeksi secara lang sung a segera dari seorang penderita kepada orang lain melalui pintu infeksi (porte d' en e sehingga terjadilah infeksi pada orang tersebut.

Hal ini bisa terjadi dengan kontak langsung (direct contact) seperti dengan cara ciu an hubungan sex atau dengan semburan titik ludah dalam jarak dekat (I meter atau kura g)

22

Transmisi tak langsung

Transmisi tak langsung dapat terselenggara dengan cara : a. Vehicleborne

Yaitu barang-barang yang terkontaminasi seperti mainan kanak-kanak, sapu tan pakaian, alat-alat bedah, air, makanan, susu, produk-produk biologis seperti se dan plasma atau bahan lain berperan sebagai perantara penyebab penyakit inf ks sehingga masuk kedalam tubuh penjamu yang rentan (susceptible) melalui p t infeksi yang sesuai. Cara penularan penyakit melalui barang-barang (Vehicle) se rt tersebut diatas dinamakan Vehicleborne.

b. Vectorborne

Vektor adalah Arthropoda atau invertebrata lain yang memindahkan infectious a en baik secara mekanik maupun secara biologik kepada penjamu (host) yang b Transmisi tak langsung melalui vektor dinamakan Vectorborne.

Transmisi ini dapat berlangsung dalam dua cara yaitu :

Secara rnekanis, artinya penyebab infeksi dipindahkan oleh vektor baik k menempel pada kaki maupun melalui saluran alat cerna(tidak memerl perkembangbiakan organisme).

Secara biologis, artinya dalam tubuh vektor, mikroorganisme memerl perkembangbiakan atau komnbinasi keduanya (Cyclopropagation) sebelum ve dapat memindahkan bentuk-bentuk yang infektif kepada seseorang.

Pemindahan agent bisa melalui kelenjar ludah pada waktu vektor menggigit ta dengan memuntahkan kuman-kuman kemudian masuk melalui luka gigitan ta luka karena digaruk.

c. Airborne

Penyebaran infectious agent dengan aerosol ke dalam tubuh penjamu biasanya me pintu infeksi saluran pernapasan. Aerosol mikrobial adalah suspensi dalam u dari partikel-partikel yang terdiri atas mikroorganisme. Partikel antara I - 5 mi sangat mudah mas uk ke dalam paru-paru dan tubuh di sana.

BAB I PENGANTAR REKAYASA UNGKUNGAN

23

1.4.4 Pengendalian Vektor Penyakit Pengendalian Vektor Penyakit Diperlukan karena :

I. Ada beberapa jenis penyakit yang belum ada obatnya, seperti hampir semua penyakit yang disebabkan oleh virus

2. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama untuk penyakit parasiter.

3. Ada beberapa jenis penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga sulit dikendalikan.

4. Sering menimbulkan cacat, seperti Filiriasis dan malaria

5. Ada beberapa penyakit yang cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak seperti insekta yang bersayap.

Ada 4 cara pengendalian vektor penyakit, yaitu :

a. Pengendalian Kimiawi

Pengendalian selama 30-40 tahun terakhir ini dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan secara insektisida. Hasil yang dicapai cukup memadai, tetapi karen a pemberantasan tersebut terputus-putus akibat masalah dana, maka terjadi resistensi vektor terhadap insektisida, Selain itu, insektisida yang digunakan bersifat persisten (DDT) sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Karenanya dibutuhkan jenis insektisida yang baru lagi mudah terurai. Jadi pemberantasan kimiawi ini menjadi semakin mahal. Selain itu pertumbuhan penduduk yang cepat membutuhkan lebih banyak lahan untuk bercocok tanam, bermukim dan berkarya, sehingga terjadi insekta baru, terutama di daerah kurnuh dan persawahan, persampahan dan drainase. Dengan demikian penyakit bawaan vektor tidak berkurang. Karena itu orang mencari strategi baru dalarn pengendalian vektor penyakit yang dilakukan secara terpadu antara pengendalian rekayasa biologis , fisis, kimiawi dan genetis.

b. Pengendalian Vektor Terpadu.

Strategi ini dilaksanakan atas dasar ekologi vektor sehingga diketahui berbagai karakteristik vektor seperti habitat, usia hidup, probabilitas terjadi infeksi pada vektor dan manusia, kepekaan vektor terhadap penyakit dan lain-lainnya. Atas dasar ini, dapat dibuat strategi pengendalian yang menyeluruh dengan meningkatkan partisipasi masyarakat, kerjasarna sektoral dan Iain-Iainnya.

c. Pengendalian Rekayasa

Pengendalian secara rekayasa pada hakekatnya ditujukan untuk mengurangi sarang insekta (breeding places) dengan melakukan pengelolaan lingkungan, yakni rnelakukan manipulasi dan rnodifikasi lingkungan. Manipulasi adalah tindakan sementara sehingga terjadi keadaan yang tidak menunjang kehidupan vektor. Sebagai contoh adalah perubahan niveau air atau rnernbuat pintu air sehingga salinitas air dapat diatur. Modifikasi adalah tindakan untuk memperbaiki kualitas lingkungan secara permanen, seperti pengeringan, penimbunan genangan, perbaikan tempat pembuangan sampah sementara maupun akhir (TPS, TPA),

24

BAB 1 PENGANTAR REKAYASA LINGKU GA

dan konstruksi serta pemeliharan saluran drainase. Pada hakekatnya pengelolaan ini ber if lebih permanen (jangka panjang) dibanding dengan cara kimiawi, tetapi memerl a modal awal yang cukup tinggi, sehingga dinegara berkembang pengendalian vektor se ar rekayasa sering kali menjadi terbelakang. Saat ini pengendalian vektor sebaiknya me a suatu program kerja yang terpadu dalam semua proyek pembangunan, mengingat ba pembangunan dapat menimbulkan sarang insekta, sehingga satu fihak diingi peningkatan kesejahteraan ataupun pencegahan penyakit (penyakit diare de memberikan penyediaan air bersih), tetapi dilain fihak proyek tadi menimbulkan pen baru, bawaan vektor (genangan air buangan, bak mandi sebagai sarang nyamuk A de' penyebar DHF).

Pengendalian secara kirniawi sekarang ini masih digunakan, yakni sebagai penun an pengendalian rekayasa apabila terdapat keadaan gawat darurat saja, yakni, apabila s ketika didapat kejadian luar biasa, ataupun kepadatan insekta meningkat.

d. Pengendalian Biologis

Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara yakni (i) Memelihara musuh alarninya

Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba peny ba penyakitnya, Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab pen ak t mana yang paling efektif dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ini erl juga dicari bagaimana cara untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pema g dan penyebab penyakit ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahny

(ii) mengurangi fertilitas insekta Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan mediasi insekta jantan sehingga dan menyebarkannya diantara insekta betina. Dengan dernikian telur yang di tidak dapat menetas. Cara kedua ini dianggap masih terlalu mahal, dan efisie n masih perlu dikaji.

1.5. REKAYASA LlNGKUNGAN

Rekayasa Lingkungan adalah upaya sadar manusia untuk merekayasa hubungan ti batik antara manusia dengan lingkungan dengan tujuan untuk mencapai kesehatan masya ak t dan kesehatan lingkungan disamping membuat perangkat Undang-undang men Lingkungan Hidup. Beberapa aktifitas yang dilakukan dapat dibagi menjadi tiga kelo sebagai berikut :

1.5.1. Usaha Rekayasa pencemaran Atmosfir (udara) Rekayasa pencemaran atmosfir diupayakan dengan rekayasa sbb. Pengendalian Vektor Penyakit (Bab I)

Pengelolaan pencemaran udara (Bab II)

Berbagai alat pembersih gas buang sudah banyak tersedia, pernilihan dilakukan at s dasar efisiensi penyisihan ernisi yang dikehendaki, sifat fisis kimiawi pence mar, dan lai n

BAB I PENGANTAR REKAYASA UNGKUNGAN

25

Alat-alat yang ada dapat dikelompokkan menjadi filter, electrostatic precipitators, cyclones, kolektor rnekanis, scrubbers, adsorbers, pembakar atau after burners, dan lainnya.

Secara singkat, filter bekerja sebagai penyaring, dapat terbuat dari bah an serat tumbuhan, logam, dan lain media porous; electrostatic presipitaros, electrostatic precipitators menggunakan medan listrik untuk pengendapan pada permukaan kolektor. Cyclone adalah alat di mana gas buang yang masuk akan mengiikuti gerak vertex yang mengarahkan gerak partikel ke arah penampungan. Yang dimaksud dengan kolektor mekanis adalah settling chambers, baffled chambers, dan lain-Iainnya, tidak termasuk cyclones. Scrubbers adalah alat yang memberi kesempatan pada gas buang untuk berkontak dengan cairan, dan mengalami presipitasi, sedangkan adsorbers tidak berbeda dengan adsorbers yang digunakan dalam pengolahan air. After burnes adalah peralatan yang digunakan untuk mengurangi emisi dengan membakar gas buang. Peralatan ini dapat digunakan tersendiri ataupun dalam kombinasi tergantung pada keperluan. Dalam proses pemilihan peralatan selain efisiensi perlu juga dipikirkan biaya pemasangan, alat dan pemeliharaan. Akhimya perlu juga diperhatikan hasil atau produk yang terbentuk karena penggunaan peralatan, karena kebanyakan akan menyaring, mengendapkan gas dan/atau partikulat, sehingga terjadi penumpukn zat padat yang masih harus dipikirkan pembuangannya.

Pengendalian atau rekayasa kebersihan udara dengan usaha-usaha tersebut diatas tidaklah sederhana. Dapat dirnengerti bahwa agar dapat melaksanakan pengendalian tersebut diperlukan berbagai fasilitas, misalnya suatu badan/jawatan khusus yang menangani pencemaran udara, tenaga ahli kerekayasaan yang dapat memberi konsultasi tentang perubahan atau pemilihan bahan dan proses industri, peralatan pernbersih udara, dan disamping itu diperlukan aturanaturan yang mengatur pengendalian pencemaran udara secara jelas dan tegas.

1.5.2. Usaha Rekayasa pencemaran Hidrosfir (Air)

Untuk Rekayasa pencemaran Hidrosfir diupayakan dengan Rekayasa sbb Pengendalian Vektor Penyakit (Bab I)

Penyediaan Air Bersih (Bab II)

System Pengelolaan Air Limbah (Bab III)

Drainase Air Hujan dan Air Pembuangan (Bab IV) System Plumbing (Bab V)

Karena air tidak bertambah ataupun berkurang, maka dengan meningkatnya pemanfaatan air, kualitasnyalah yang dapat berubah. Hal ini terjadi apabila kemampuan air untuk mernbersihkan dirinya secara alamiah sudah terlampau. Oleh karena itu, diperlukan tindakan untuk mencegah terjadinya pencemaran air. Dengan dernikian pengelolaan hidrosfir dilakukan dengan mengelola pemanfaatan sumber daya air.

Tiga . aspek yang peerlu diperhatikan adalah

(1) penghematan dan konservasi

(2) minimisasi pengotoran dan pencernaran, dan

(3) mernakai malkan usaha daur ulang dan pemanfaatan kembali.

26

BAB 1 PENGANTAR REKAYASA LlNGKU GA

Sarna halnya dengan udara, pengendalian ini juga memerlukan pengaturan iklim k rj Hal ini dimungkinkan karena adanya perundangan.

Dalam litosfir masalah yang kami bahas adalah sampah. Teknik pembuangan sa p dapat dilihat mulai dari sumber sampah sampai pada tempat pembuangan akhir (TPA). U a pertama adalah mengurangi sumber sampah, baik dari segi kuantitas maupun kualitas de g mengurangi sumber sampah, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas de g cara :

1.5.3. Usaha Rekayasa Pencemaran Litosfir (tanah)

Untuk Rekayasa Pencemaran Litosfir diupayakan dengan rekayasa sbb. :

Pengendalian Vektor Penyakit (Bab I) Pengelolaan Limbah Padat Domestik (Bab VI) System Pengolahan B3 (Bab VII)

(i) Meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat menjadi sa (ii) Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku

(iii) meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah, mis pembungkus plastik diganti dengan pembungkus kertas. Semua usaha ini memerl kesadaran masyarakat serta peran sertanya.

Selanjutnya, pengelolaan ditunjukan pada pengumpulan sampah mulai dari pro sampai pada tempat pembuangan akhir (TPA) dengan membuat tempat penampungan sa sementara (TPS), transportasi yang sesuai lingkungan, dan pengelolaan pada TPA

Sebelum dimusnahkan, sampah dapat pula diobah dahulu, baik untuk memperkecil v - ume, untuk daur ulang atau dimanfaatkan kembali. Pengolahan dapat disederhanakan s pemilihan, sampai pada pembakaran atau instinerasi.

You might also like