Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
global yang penting dan merupakan masalah yang sangat kompleks. Dewasa
kemanusiaan. 1,2
AIDS telah membunuh lebih dari 24 juta orang di dunia sejak tahun 1981 dan
manusia. 3
Sampai saat ini, benua Afrika masih menjadi region terbanyak dengan
HIV/AIDS di Afrika Selatan menurut UNAIDS pada tahun 2008 ini, bahwa
sekitar 5,7 juta (64%) orang yang telah menjadi ODHA (Orang Dengan HIV
AIDS), dengan rata-rata prevalensi usia 15-49 tahun sekitar 5,4 juta orang,
3,2 juta diantaranya termasuk wanita 15 tahun keatas, 280.000 anak-anak usia
0-14 tahun dan telah tercatat 350.000 pengidap HIV AIDS yang meninggal.
1
Kemudian disusul Asia Tenggara yaitu sekitar 15 % dari total keseluruhan,
Statistik kasus yang dilaporkan oleh Ditjen PPM & PL Depkes RI,
dengan amat tajam dari waktu ke waktu, tetapi belakangan tampak fenomena
baru dan penurunan yang tajam ini tidak terjadi. Beberapa faktor jelas
2
pada penderita HIV. Infeksi HIV merupakan faktor resiko untuk
penderita HIV dengan uji tuberkulin positif dan berpotensi terjadi TB aktif
HIV yang lebih tinggi, hingga 80% dari orang uji TB positif HIV. Sekitar
30% dari orang yang terinfeksi HIV diperkirakan memiliki infeksi laten TB.
Pada tahun 2008, ada sebuah perkiraan 1,4 juta kasus baru TB di antara orang
dengan infeksi HIV dan TB menyumbang 23% dari kematian terkait AIDS.10
Hariga dari UN Office on Drugs and Crime dan Dr. Alasdair Reid dari UNAIDS
Menurut Hariga, beberapa penjara memiliki sampai 65% populasi orang yang
3
terinfeksi HIV. DCS statistik melaporkan bahwa terjadi peningkatan
lebih lama. Hal ini mengakibatkan adanya keterkaitan antara infeksi TB dan
sebanyak 22 orang dari 925 tahanan 19. Hingga saat ini belum tersedia data ko-
1. Tujuan Umum
4
2. Tujuan Khusus
Sari Makassar.
5
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi perbandingan untuk
peneliti selanjutnya.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bacaan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. HIV/AIDS
2.1.1 Definisi
Apabila HIV ini masuk ke dalam peredaran darah seseorang, maka HIV
tersebut menyerap sel-sel darah putih. Sel-sel darah putih ini adalah bagian
dari sistem kekebalan tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan
penyakit. HIV secara berangsur-angsur merusak sel darah putih hingga tidak
2.1.2 Sejarah
7
Penyakit ini pertama kali timbul di Afrika, Haiti, dan Amerika Serikat
pada tahun 1978. Pada tahun 1979 pertama kali dilaporkan adanya kasus-
Eropa. Sampai saat ini belum disadari oleh para ilmuwan bahwa kasus-
kasus tersebut adalah AIDS. Sindrom yang kini telah menyebar ke seluruh
dunia ini pertama kali dilaporkan oleh Gotlieb dan kawan-kawan di Los
Angeles pada tahun 1981. Orang yang terinfeksi virus HIV akan berpotensi
Dalam tahun yang sama yaitu pada tahun 1981 Amerika Serikat
melaporkan adanya kasus Sarkoma Kapusi dan penyakit infeksi yang jarang
bahwa transmisi penyakit ini terjadi melalui hubungan seksual. Pada tahun
RSUP Sanglah Bali akibat infeksi sekunder pada paru-paru, sampai pada
8
tahun 1990 penyakit ini masih belum mengkhawatirkan, namun sejak awal
tahun 1991 telah mulai adanya peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua
2.1.3 Epidemiologi
lebih kurang 100.000 orang penderita AIDS dan 300.000 – 500.000 orang
dilaporkan 141.000 kasus AIDS ke WHO oleh 145 negara. AIDS adalah
suatu penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai Case Fatality Rate
100 % dalam 5 tahun, artinya dalam waktu 5 tahun setelah diagnosis AIDS
% maka dalam 5 tahun mendatang Adult Mortality Rate ini akan meningkat
4,16
dua kali menjadi 100/10.000 . Dari Tahun 2001 – 2007, terjadi
9
Grafik 2.1 Estimasi angka manusia yang hidup dengan HIV17
menurun pada kelompok umur yang lebih besar dan lebih kecil. Hal ini
berkisar dari 5 tahun ke atas, maka infeksi terbesar terjadi pada kelompok
10
Grafik 2.2. Distribusi penderita HIV/AIDS menurut umur17.
berikut :5
dari daerah urban (perkotaan) dan rural (pedesaan) umumnya lebih tinggi di
11
masyarakat berisiko tinggi adalah kelompok masyarakat yang melakukan
bayi yang lahir dari ibu pengidap HIV. Prevalensi infeksi HIV dikalangan
ini terus meningkat dengan pesat. Di San Fransisco pada tahun 1978, hanya
WTS, para pramupijat, pramuria bar dan club malam dan para
menggunakan alat suntik bersama dan sering masih terdapat sisa darah di
dalam jarum atau alat suntik. Kelompok ini di Eropa meliputi 11 % dari
semua kasus AIDS dan di Amerika Serikat 25 % dari seluruh kasus AIDS 4.
pada umur <25 tahun, terdapat 41,7% penderita HIV, dan pada umur >25
tahun ada 57,9% penderita HIV17. Ini dapat dilihat pada gambar 3.
12
Grafik 2.3 Persentase dari resiko tinggi penderita HIV berdasarkan umur
2.1.4 Gejala
berkembang dengan cepat. Virus ini akan menyerang limfosit CD4 (sel T)
yang berbeda. Tahap awal dari infeksi virus ini biasanya tidak
mengeluh mengalami sakit kepala yang berat dan persisten disertai dengan
Stadium 1 Asimptomatik
Tidak ada penurunan berat badan
13
Tidak ada gejala atau hanya : Limfadenopati Generalisata Persisten
Stadium 2 Sakit ringan
Penurunan BB 5-10%
ISPA berulang, misalnya sinusitis atau otitis
Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
Luka di sekitar bibir (keilitis angularis)
Ulkus mulut berulang
Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo -PPE)
Dermatitis seboroik
Infeksi jamur kuku
Stadium 3 Sakit sedang
Penurunan berat badan > 10%
Diare, Demam yang tidak diketahui penyebabnya, lebih dari 1 bulan
Kandidosis oral atau vaginal
Oral hairy leukoplakia
TB Paru dalam 1 tahun terakhir
Infeksi bakterial yang berat (pneumoni, piomiositis, dll)
TB limfadenopati
Gingivitis/Periodontitis ulseratif nekrotikan akut
Anemia (Hb <8 g%), netropenia (<5000/ml), trombositopeni kronis
(<50.000/ml)
Stadium 4 Sakit berat (AIDS)
Sindroma wasting HIV
Pneumonia pnemosistis*, Pnemoni bakterial yang berat berulang
Herpes Simpleks ulseratif lebih dari satu bulan.
Kandidosis esophageal
TB Extraparu*
Sarkoma kaposi
Retinitis CMV*
Abses otak Toksoplasmosis*
Encefalopati HIV
Meningitis Kriptokokus*
Infeksi mikobakteria non-TB meluas
Kondisi dengan tanda* perlu diagnosis dokter yang dapat diambil dari rekam medis RS sebelumnya
Dikutip dari DEPKES RI – Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral Edisi II–
200719
14
A. Hubungan seksual (homoseksual ataupun heteroseksual) dengan
C. Melalui alat suntik, alat tusuk lainnya (akupuntur, tindik, tato) bekas
D. Pemindahan HIV dari ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin
yang dikandungnya.18,19
Dalam hal tidak tersedia tes CD4, semua pasien dengan stadium 3 dan 4
harus memulai terapi ARV. Pasien dengan stadium klinis 1 dan 2 harus
pemeriksaan medis lengkap atau manakala timbul gejala atau tanda klinis
yang baru.18,19
15
Saat yang paling tepat untuk memulai terapi ARV adalah sebelum pasien
lebih cepat apabila terapi Arv dimulai pada saat CD4 < 200/mm3
dibandingkan bila terapi dimulai pada CD4 di atas jumlah tersebut. Apabila
tersedia sarana tes CD4 maka terapi ARV sebaiknya dimulai sebelum CD4
kurang dari 200/mm3. Waktu yang paling optimum untuk memulai terapi
ARV pada tingkat CD4 antara 200- 350/mm3 masih belum diketahui, dan
pasien dengan jumlah CD4 tersebut perlu pemantauan teratur secara klinis
atau infeksi bakterial berat dan CD4 < 350/mm3. Juga pada ibu hamil
16
Stadium Bila tersedia Bila tidak tersedia
Klinis pemeriksaan pemeriksaan CD4
1 Terapi antiretroviral Terapi ARV tidak
dimulai bila
diberikan
2 CD4 <200 Bila jumlah total
limfosit <1200
3 Jumlah CD4 200 – Terapi ARV dimulai
350/mm3, tanpa memandang
pertimbangkan terapi jumlah limfosit
sebelum
CD4 <200/mm3
Pada kehamilan atau
TB:
Mulai terapi ARV
pada semua ibu
hamil dengan CD4 ,
350
Mulai terapi ARV
pada semua ODHA
dengan CD4 <350
dengan TB paru atau
infeksi bakterial
berat
4 Terapi ARV dimulai
tanpa memandang
jumlah CD4
Dikutip dari DEPKES RI – Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral Edisi
II– 200719
Keterangan:
a CD4 dianjurkan digunakan untuk membantu menentukan mulainya terapi. Contoh, TB
paru dapat muncul kapan saja pada nilai CD4 berapapun dan kondisi lain yang
menyerupai penyakit yang bukan disebabkan oleh HIV (misal, diare kronis, demam
berkepanjangan).
b Nilai yang tepat dari CD4 di atas 200/mm3 di mana terapi ARV harus dimulai belum
dapat ditentukan.
c Jumlah limfosit total ≤1200/mm3 dapat dipakai sebagai pengganti bila pemeriksaan CD4
tidak dapat dilaksanakan dan terdapat gejala yang berkaitan dengan HIV (Stadium II atau
III). Hal ini
tidak dapat dimanfaatkan pada ODHA asimtomatik. Maka, bila tidak ada pemeriksaan
CD4, ODHA asimtomatik (Stadium I ) tidak boleh diterapi karena pada saat ini belum ada
petanda lain yang terpercaya di daerah dengan sumberdaya terbatas.
17
2. Pilih salah satu obat dari golongan nucleoside revere transcriptase
Tabel 2.5 Terapi ARV untuk Pasien dengan Koinfeksi TB dan HIV
Dianjurkan
18
CD4 <200/ mm3 Mulai terapi TB. Saat mulai ART pada 2 – 8
Mulai terapi ARV segera minggu setelah OAT
setelah terapi TB dapat
ditoleransi (antara 2 minggu
hingga 2 bulan)
Paduan yang mengandung
EFV
(AZT atau d4T) + 3TC + EFV
(600 atau 800 mg/hari).
Setelah OAT selesai maka
bila
perlu EFV dapat diganti
dengan
NVP
Bila NVP terpaksa harus
digunakan disamping OAT,
maka dapat dilakukan dengan
melakukan pemantauan fungsi
hati (SGOT/SGPT) secara
ketat
CD4 200-350/ Mulai terapi TB Setelah 8 minggu terapi TB
mm3
CD4 >350/ mm3 Mulai terapi TB. Tunda terapi ARVe , evaluai
kembali pada saat minggu ke
8
terapi TB dan setelah terapi
TB
lengkap
CD4 tidak Mulai terapi TB. Pertimbangkan terapi ARV
mungkin diperiksa mulai 2 – 8 minggu setelah
terapi TB dimulai
Dikutip dari DEPKES RI – Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral Edisi II–
200719
2.2. Tuberkulosis
2.2.1 Definisi
penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO)
WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil
19
Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat
dari jumlah pendduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika
hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000
TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun
Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per
TB setelah India dan China. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB
20
kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut
atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini
tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%).
2.2.2 Patogenesis
disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di
bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang
21
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad
integrum)
dan limfogen
dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari
lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk
1. Tuberkulosis Paru
22
BTA positif dan kelainan radiologik menunjukkan gambaran
a. Kasus baru
d. Kasus gagal
tubuh lain selain paru, misalnya pleura, kelenjar getah bening, selaput
23
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik,
1. Gejala respiratorik
- batuk ³ 2 minggu
- batuk darah
- sesak napas
- nyeri dada
2. Gejala sistemik
- Demam
menurun
24
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi:
paru dan segmen superior lobus bawah, Kaviti, terutama lebih dari satu,
- Fibrotik
- Kalsifikasi
25
Gambar 2.1. Alur Diagnosis TBC
Dikutip dari pedoman diagnosis dan penatalaksanaa Tuberkulosis di
Indonesia12
2. 2.6 Pengobatan TB
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan
26
OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
· Kanamisin
· Amikasin
· Kuinolon
BB
Dikutip dari pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di
Indonesia12.
27
mengontrol epidemi TB merupakan prioriti utama WHO. International
dosis tetap dalam pengobatan TB primer pada tahun 1998. Dosis obat
tabel 8.12,23
2 Bulan 4 bulan 6
Bulan
BB Harian harian 3x harian 3x harian
seminggu seming
gu
RHZE RHZ RHZ RH RH EH
150/75/ 150/75/400 150/150/ 150/ 150/150 400/
400/275 500 75 150
30-37 2 2 2 2 2 1,5
38-54 3 3 3 3 3 2
55-70 4 4 4 4 4 3
>71 5 5 5 5 5 3
Dikutip dari pedoman diagnosis dan penatalaksanaan Tuberkulosis
Indonesia12
28
sekitar 3-4,5 juta penduduk di Afrika, sub sahara , menderita HIV dan TB
secara bersamaan.16,22,23
diketahui bahwa HIV merupakan faktor risiko yang paling potensial untuk
terjadinya TB aktif baik pada orang yang baru terinfeksi maupun mereka
HIV/TB berkisar antara 5 – 10% per tahun. Sekitar 60% orang dengan
berkembang menjadi TB aktif semasa hidupnya, sedangkan pada PPD positif dan
HIV negatif adalah sekitar 10%. (lihat Gambar 4). HIV meningkatkan angka
kekambuhan TB, baik disebabkan oleh reaktifasi endogen atau re-infeksi eksogen.
masyarakat umum dengan atau tanpa terinfeksi HIV. Pencegahan HIV terkait TB
HIV/AIDS.16,22,23
29
Gambar 2.2. Perkembangan TB dan AIDS dengan melihat pemeriksaan
PPD23
dari 1,3 juta orang dewasa di Asia diperkirakan terinfeksi dengan HIV dan
keadaan dorman. Mereka tidak menjadi sakit karena daya tahan tubuh yang
baik. Bila daya tahan menurun akibat HIV maka penyakit TB dapat muncul
case fatality rate (CFR) sampai 25% pada pasien dengan BTA positif dan 40 – 50%
30
pada pasien TB paru dengan BTA negatif. Di seluruh dunia terdapat 350.000
kematian akibat HIV dengan TB pada tahun 2000. Hal ini dapat disebabkan oleh
Grafik 2.3 Angka kasus baru TB menurut status HIV per 100.000 orang di
Chiang Rai, Thailand (1987-2000). (Sumber: TB/HIV Research Project, RIT-
JATA, Provincial Health Office Chiang Rai, Ministry of Public Health,
Thailand)23
setelah tahun 1991. Dari register TB di Rumah Sakit Propinsi Chiang Rai,
yang mulai melaksanakan tes HIV secara sukarela dan rahasia pada Oktober
konsisten dari pasien TB dengan HIV seropositif dari 1,5% pada tahun 1990
menjadi 45,5% pada tahun 1994 serta 72,0% pada pasien laki-laki dan
31
yang serupa diperoleh dari Pune, India – angka HIV seropositif pada pasien
pengendalian TB23,24.
penderita TBC yang dites HIV sebanyak 996.000 (16%), ternyata yang
pada tabel 8.
Tabel 2.9 Persentase Pasien TBC yang dites HIV tahun 2007
32
infeksi oportunistik yang potensial untuk penderita HIV/AIDS, karena
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
33
3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti
koinfeksi HIV dengan Tuberculosis yaitu umur, jenis kelamin, status gizi,
suntik, riwayat kontak dengan penderita TBC, jumlah CD4, hasil Foto
beberapa variabel untuk diteliti yaitu umur, jenis kelamin, jumlah CD4, foto
yang lain tidak dilakukan penelitian karena keterbatasan data yang ada di
rekam medik.
UMUR
34
JENIS KELAMIN
JENIS TERAPI
1. Variabel : Umur
35
Definisi : lamanya hidup seseorang mulai lahir hingga saat
1. ≤ 10 tahun
2. 11-20 tahun
3. 21-30 tahun
4. 31-40 tahun
5. 41-50 tahun
6. 51-60 tahun
2. Perempuan
36
Definisi : sebuah marker atau penanda sistem kekebalan
Kriteria objektif :
sebagai berikut :
37
Definisi : Hasil pemeriksaan sputum dengan menggunakan
pewarnaan Ziehl-Nielsen
berikut :
1. Obat Antiretrovirus
38
4. Obat ARV, Obat TB, dan pengobatan simptomatis serta suportif
BAB 1V
39
METODE PENELITIAN
Oktober 2010.
4.3.1. Populasi
3.3.2. Sampel
40
4.3.3.1 Kriteria Inklusi
2009
mengambil seluruh sampel data rekam medik yang tersedia dan memenuhi
Data Sekunder dari bagian rekam medik Rumah Tahanan Gunung Sari
Makassar
41
Pengolahan data dan naratif deskriptif dilakukan dengan
Windows 15
Data yang diolah dan dianalisis akan disajikan dalam bentuk tabel atau
penelitian
pihak yang terkait, khususnya bagi dunia kedokteran dan bagi program
BAB V
42
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
diperoleh dari data rekam medik pasien. Dalam penelitian ini, didapatkan jumlah
pasien HIV sepanjang tahun 2009 berjumlah 28 orang, dan yang menderita
Tabel 5.1. Distribusi Pasien HIV menurut Jenis Kelamin di Rumah Tahanan
Gunung Sari Makassar periode Januari-Desember 2009
Gunung Sari Makassar lebih banyak laki-laki, yaitu 26 orang (92,9 %), sedangkan
43
<10 0 0
10-19 1 3,6
20-29 21 75
30-39 6 21,4
40-49 0 0
50-59 0 0
>60 0 0
pada pasien HIV di Rumah Tahanan Gunung Sari Makassar sebanyak 21 orang
(75 %), sedangkan tidak ada pasien yang berumur di bawah 10 tahun dan di atas
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa jumlah pasien TB di Rumah Tahanan Gunung Sari
Makassar peiode 2009 berjumlah 14 orang dimana yang berjenis kelamin laki-laki
44
Jumlah (n) 8 100,0
Sumber : data sekunder 2009
40 – 49 0 0
50 – 59 0 0
>60 0 0
45
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa kelompok umur terbanyak pada pasien Ko-
infeksi HIV dengan Tuberkulosis tahun 2009 adalah kelompok umur 20-29 tahun
dengan jumlah 7 orang (87,5 %), sedangkan kelompok umur 30-39 tahun
berjumlah 1 orang (12,5 %), dan tidak ada pasien yang berumur di bawah 20
CD4
Jumlah (n) 8 100,0
Sumber : data sekunder 2009
46
BTA (-) 3 37,5
Tidak Dilakukan 5 62,5
Pemeriksaan
Jumlah (n) 8 100,0
Sumber : data sekunder 2009
infeksi HIV dengan Tuberkulosis tidak dilakukan pemeriksaan BTA. Pasien ko-
infeksi yang dilakukan pemeriksaan dan hasilnya adalah BTA (-) sebanyak 3
orang (37,5%). Tidak terdapat pasien dengan hasil pemeriksaan BTA (+).
TB
Jumlah (n) 8 100,0
Sumber : data sekunder 2009
hasil foto thoraks mendukung diagnosis TB berjumlah 8 orang (100%). Tidak ada
47
Tabel 5.10. Karakteristik Pasien Ko-infeksi HIV dengan Tuberkulosis di
Rumah Tahanan Gunung Sari Makassar periode Januari – Desember 2009
berdasarkan Jenis Terapi
Simptomatik
Terapi ARV dan 0 0
simptomatik
Terapi ARV dan TB 0 0
Terapi TB dan 6 75
Simptomatik
Jumlah (n) 8 100,0
Sumber : data sekunder 2009
pasien yang mendapatkan terapi ARV, TB, dan simptomatik berjumlah 1 orang
Tidak ada pasien yang mendapatkan terapi ARV dan TB secara bersamaan.
5.2. PEMBAHASAN
48
jenis kelamin adalah laki-laki berjumlah 26 orang (92,9%), dan perempuan 2
orang (7,1%). Hasil ini sesuai dengan statistik dari Ditjen PPM & PL Depkes
RI sampai tahun 2009 yaitu jumlah penderita HIV terbanyak adalah laki-laki
penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rasmaliah
Akan tetapi, data ini tidak sesuai dengan pelaporan National AIDS Reports
jumlah penderita HIV adalah 28 orang dari 829 tahanan. Penelitian ini
terhadap HIV/AIDS sesuai dengan hasil pelaporan statistik Ditjen PPM & PL
tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun disusul kelompok umur 30-39
tahun, dan kelompok umur 40-49 tahun5. Penderita positif HIV pada usia
tersebut diduga telah meakukan hubungan seksual pada saat mereka masih di
bangku SMP ataupun SMA. Meski sebenarnya penularan HIV tak hanya
49
jenis kelamin adalah laki-laki berjumlah 13 orang (92,9%), dan perempuan 1
orang (7,1%). Hal ini berbeda menurut teori mengatakan bahwa distribusi TB
perempuan. Hasil ini sesuai dengan penelitian dari Rahayu Lubis (2007)
sesuai dengan teori bahwa ko-infeksi TB dan HIV menyerang pada usia 20-
Hasil ini tidak sesuai dengan data TB in Prison yang mengatakan bahwa
di populasi umum11.
CD4 di penjara.
50
Distribusi frekuensi ko-infeksi TB dan HIV berdasarkan hasil
dilakukan pemeriksaan. Hal ini sesuai dengan artikel yayasan spiritiva yang
menyatakan bahwa pada penderita infeksi TBC dengan HIV lebih banyak
pemeriksaan BTA terhadap tahanan yang dicurigai TBC karena hasil negatif
diagnosa TB. Oleh karena itu, keluhan pasien dan foto thoraks dijadikan alat
terapi ARV, terapi TB dan terapi simptomatik. Hal ini karena penderita yang
dilakukan pemeriksaan jumlah CD4 adalah satu orang yang merupakan dasar
dalam pemberian terapi ARV. Ini sesuai dengan pedoman terapi ARV pada
51
pasien memerlukan pengobatan profilaksis terhadap Infeksi oportunistik dan
BAB VI
6.1 Kesimpulan
52
Berdasarkan hasil penelitian tentang karakteristik kejadian ko-infeksi
berdasarkan Jenis terapi adalah Jenis terapi TB, terapi simptomatik dan
suportif
6.2. Saran
1. Dari penelitian ini dapat diketahui masih ada beberapa data pemeriksaan
53
untuk penegakan diagnosis, penatalaksanaan, dan kontroling pada pasien
DAFTAR PUSTAKA
54
1. Djoerban Z., Djauzy S., HIV/AIDS di Indonesia Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit dalam Jilid III, Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Hasanuddin : 2004
Syndrome) Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ke-4. Jakarta :
Sumatera Utara:2001
MedicalProgress. Jakarta:2005
Hipokrates.Jakarta :1996
10. TB dan HIV Meningkat di Penjara. (Cited 2010 Okt 13). Available from :
http://spiritia.or.id/news/bacanews.php?nwno=1798
55
11. TB in Prison. ( Cited 2010 Okt 13 ). Available From :
http://www.kaisernetwork.org/health_cast/uploaded_files/Carmelia
%20Basri1.pdf
15. Helmia, Manase Lulu. Tuberkulosis. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru.
18. Janis, Eddy. Sugito. HIV/AIDS di RS. H. Adam Malik Medan. Dalam Jurnal
Surabaya; 2002
56
21. Vitoria, Marco. Management of TB HIV Co-infection. HIV Department.
intl.net/HEART/Financial/comp/AIDSinprisonproblemspolicie%20pn.pdf
Jakarta:Sagung Seto.2008
www.yayasanspiritia.com.
57