Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL ............................................................
........................... i
ABSTRAK ..........................................................
............................................. ii
HALAMAN
PENGESAHAN........................................................
.................. iv
MOTTO DAN
PERSEMBAHAN ......................................................
............. v
DAFTAR
ISI...............................................................
..................................... vi
DAFTAR
GAMBAR ...........................................................
............................ viii
DAFTAR
TABEL.............................................................
............................... ix
DAFTAR
LAMPIRAN..........................................................
.......................... x
PRAKATA...........................................................
............................................ xi
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan
Judul............................................................
1
B. Pembatasan
Masalah ..........................................................
...... 3
C.
Permasalahan .....................................................
...................... 4
D. Tujuan
Penelitian .......................................................
.............. 4
E. Manfaat
Penelitian .......................................................
............ 5
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Besi dan
Transformasinya...................................................
..... 6
B.
Pengarbonan.......................................................
...................... 8
C. Pengujian
Tarik ............................................................
............ 11
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain
Penelitian........................................................
.............. 15
vi
B. Jalannya
Penelitian........................................................
........... 16
C. Peralatan
Penelitian........................................................
.......... 20
D. Desain
Penelitian........................................................
.............. 20
E. Variabel
Penelitian........................................................
........... 21
F. Teknik Pengumpilan
Data........................................................ 22
G. Tempat
Penelitian .......................................................
............. 23
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil
Penelitian .......................................................
................. 24
1. Komposisi dan Struktur Mikro Bahan Penelitian .............. 24
2. Uji
Tarik.............................................................
................ 27
3. Bentuk Penampang
Patah................................................... 33
B. Pembahasan Hasil
Penelitian ................................................... 34
BAB V. PENUTUP
A.
Simpulan .........................................................
......................... 37
B.
Saran.............................................................
............................ 38
DAFTAR PUSTAKA
..................................................................
................... 39
LAMPIRAN –
LAMPIRAN..........................................................
................ 40
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram transformasi
besi .............................................................
6
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Lembar instrumen
penelitian .......................................................
..... 22
Tabel 2. Kandungan unsur material
uji........................................................... 25
Tabel 3. Hasil pengujian tarik rata-
rata........................................................... 28
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A1. Hasil uji komposisi raw
materials............................................ 40
Lampiran A2. Hasil uji komposisi holding time 2
jam ................................... 41
Lampiran A3. Hasil uji komposisi holding time 3
jam ................................... 42
Lampiran A4. Hasil uji komposisi holding time 4
jam ................................... 43
Lampiran B1. Hasil uji tarik spesimen raw materials
..................................... 44
Lampiran B2. Hasil uji tarik spesimen raw materials
..................................... 45
Lampiran B3. Hasil uji tarik spesimen raw materials
..................................... 46
Lampiran B4. Hasil uji tarik spesimen carburizing holding time 2
jam.......... 47
Lampiran B5. Hasil uji tarik spesimen carburizing holding time 2
jam ......... 48
Lampiran B6. Hasil uji tarik spesimen carburizing holding time 2
jam.......... 49
Lampiran B7. Hasil uji tarik spesimen carburizing holding time 3
jam ......... 50
Lampiran B8. Hasil uji tarik spesimen carburizing holding time 3
jam ......... 51
Lampiran B9. Hasil uji tarik spesimen carburizing holding time 3
jam ......... 52
Lampiran B10. Hasil uji tarik spesimen carburizing holding time 4
jam ....... 53
Lampiran B11. Hasil uji tarik spesimen carburizing holding time 4
jam........ 54
Lampiran B12. Hasil uji tarik spesimen carburizing holding time 4
jam........ 55
Lampiran C1. Data Hasil Pengujian Tarik Spesimen Uji
Tarik....................... 56
Lampiran C2. Rekapitulasi Perhitungan Hasil Uji Tarik Spesimen Uji
Tarik.. 57
Lampiran D1. Surat Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi
Mahasiswa ........ 58
Lampiran D2. Surat Tugas Panitia Ujian
Skripsi............................................. 59
PARAKATA
xi
Penyusun
xii
BAB I
PENDAHULUAN
2
pembebanan-pembebanan seperti beban puntir, lentur, maupun
gabungan
antara beban puntir dan lentur (beban kombinasi). Disamping itu,
poros juga
mengalami pembebanan tarik dan tekan seperti yang terdapat dalam
baling-
baling ataupun turbin. Karena itu, sebuah poros harus direncanakan
hingga
cukup kuat untuk menahan beban-beban di atas (Sularso, 1987).
Kekuatan
tarik sangat penting diketahui sebab dengan kekuatan tarik akan
dapat
diprediksikan mengenai sifat-sifat mekanis yang lain.
Dalam sebuah poros selalu terdapat bentuk-bentuk geometri yang
tidak
menentu seperti: rongga, goresan pada permukaan, pengerjaan kasar,
3
Alur pasak merupakan jenis penyambungan yang umum dipakai pada
poros. Penyambungan jenis ini banyak memberikan kontribusi positif
secara
ekonomis ataupun teknis bila dibandingkan dengan jenis
penyambungan lain
semisal pengelasan.
Saat ini banyak ditemui komponen-komponen mesin yang mengalami
kerusakan dengan lama pembebanan yang relatif singkat. Hal ini
dikarenakan
kekerasan permukaan yang kurang baik, ketidaktahanan terhadap
pembebanan
ataupun sifat internal bahan itu sendiri yang kurang baik. Oleh
karena itu,
suatu tindakan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas
permukaan dan
kekuatan terhadap komponen-komponen tertentu sangat penting untuk
diteliti.
Dengan demikian, unjuk kerja komponen-komponen tersebut dapat
ditingkatkan sesuai dengan perencanaan walaupun dengan menggunakan
B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, dilakukan proses pengarbonan pada spesimen
material baja poros karbon rendah dengan media arang batok kelapa.
Media
pengarbonan dan spesimen diletakkan dalam kotak sementasi kemudian
4
C. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari diadakannya penelitian ini secara rinci adalah:
1. Mengetahui bagaimanakah kekuatan tarik, kekuatan luluh,
perpanjangan,
reduksi penampang dan bentuk penampang patah dari baja poros
karbon
rendah dengan alur pasak lurus (sliding keyways) sebelum dan
sesudah
dilakukan pengarbonan dengan menggunakan arang batok kelapa.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah bentuk strutur mikro dari
material baja
poros karbon rendah sebelum dan sesudah dilakukan pengarbonan
dengan
menggunakan media arang batok kelapa.
5
3. Untuk mengetahui bagaimanakah perubahan komposisi unsur pada
material baja poros karbon rendah sesudah dilakukan pengarbonan
dengan
menggunakan media arang batok kelapa.
E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat dalam
kontribusinya terhadap pembangunan nasional serta ilmu pengetahuan
dan
teknologi yaitu:
1. Dapat membantu dalam memberikan wacana baru mengenai
pengembangan kualitas material dalam hal kekuatan tarik dan
kualitas
permukaan.
2. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu bahan dan
konstruksi.
3. Memberikan wawasan baru bagi perancangan suatu produk yang
membutuhkan kekuatan suatu bahan yang tinggi.
BAB II
LANDASAN TEORI
7
Adanya fenomena alotropik dari besi merupakan suatu hal yang
sangat
penting dan mencakup dua bentuk susunan atom. Pada temperatur di
bawah
910o C susunan atomnya berbentuk Body Centered Cubic (BCC). Mulai
suhu
910o C akan terjadi perubahan susunan atom. Di atas suhu tersebut
susunan
atomnya berubah menjadi bentuk Face Centered Cubic (FCC). Jika
proses
pemanasan dilanjutkan, bentuk susunan atomnya pada temperatur
1392o C
berubah kembali menjadi bentuk BCC lagi dan dikenal dengan sebutan
besi
delta.
8
membekukan besi cair ke temperatur kamar, maka akan terjadi
transformasi
yang urutannya kebalikan dari proses pemanasan.
Penambahan unsur paduan pada besi, khususnya karbon, memungkinkan
membuat berbagai jenis baja yang jika dikombinasikan dengan
berbagai
metode perlakuan panas akan menghasilkan sifat-sifat yang memadai
untuk
penggunaan yang tertentu.
B. Pengarbonan
Perlakuan permukaan (surface treatment) dipergunakan untuk
mendapatkan keadaan yang lebih baik pada bagian permukaan bahan.
Dalam
hubungannya dengan suatu komponen permesinan, misalnya poros,
keadaan
yang terbaik adalah bila terjadi kekerasan permukaan yang tinggi
akan tetapi
memiliki keuletan yang baik di bagian dalamnya. Dengan kondisi
tersebut,
komponen akan memiliki kekerasan yang baik sehingga tahan terhadap
9
menempati ruang antara atom-atom besi dan dengan menaikkan
temperatur
maka meningkatkan energi aktivasi yang memungkinkan berpindahnya
atom
karbon ke posisi intertisi berikutnya. Tempat yang ditinggalkan
diisi oleh
atom karbon yang lainnya. Mekanisme difusi intertisi ditunjukkan
seperti
gambar di bawah ini.
Atom C dari medium
Atom C yang
pengarbonan (arang)
Berdifusi Intertisi
Atom Fe
Gambar 4. Mekanisme difusi intertisi
Setiap proses pengarbonan mencakup tiga proses dasar (Lakhtin,
1965),
yang meliputi : proses yang terjadi pada medium eksternal berupa
pembebasan
elemen difusi menjadi atom (ion), kontak elemen difusi dengan
permukaan
matriks membentuk ikatan kimia dan penetrasi elemen difusi menuju
inti
setelah terjadi keadaan jenuh di permukaan matriks. Sedangkan
reaksi
pengarbonan dapat dijelaskan seperti reaksi di bawah ini.
CO2 + C ( arang ) 2CO
10
Pada suhu pengarbonan reaksi ini selalu berlangsung kekanan.
Karbon
monoksida bebas bereaksi dengan besi, kondisi ini seperti pada
reaksi dibawah
ini ;
2CO + 3Fe Fe3C +CO2
Semakin banyak kandungan karbon di permukaan, atom karbon mulai
berpindah menuju inti melalui mekanisme difusi. Penetrasi karbon
ke dalam
baja tergantung pada temperatur, waktu penahanan ( holding time ),
dan
bahan pengarbonan ( Clark, 1961 ). Total kedalaman yang dicapai
pada
temperatur tertentu dinyatakan sebagai fungsi waktu sebagai
berikut :
Y = k √t ………………………………………...…. (1)
Dimana : Y = total kedalaman fusi
T = waktu penahan
k = konstanta yang tergantung material
Pada pengarbonan padat dipakai arang yang dicampur dengan 10 %
sampai dengan 40 % Na2CO3, BaCO3 , baja dimasukkan ke dalam
campuran
ini, ditempatkan dalam suatu wadah dan ditutup rapat kemudian
dipanaskan
pada temperatur 9000 C – 9500 C. Temperatur ini adalah temperatur
austenit
paduan besi-karbon yang mempunyai bentuk kisi kristal kubik
pemusatan
sisi. Bentuk kisi ini mempunyai jarak atom yang lebih besar,
sehingga
intertisinya memungkinkan ditempati oleh atom karbon, dengan
demikian
permukaan baja akan mempunyai kadar karbon yang tinggi. Kandungan
karbon akan bervariasi dalam arah menuju inti. Pada permukaan
kandungan
11
karbon tinggi, dan akan berkurang dalam arah menuju inti.
Konsekuensinya
struktur mikro akan berubah pula dari permukaan menuju inti.
C. Pengujian Tarik
Pengujian tarik dilakukan terhadap batang uji yang standard. Pada
bagian tengah batang uji merupakan bagian yang menerima tegangan
yang
seragam, dan pada bagian ini diukurkan panjang uji (gauge length),
yaitu
bagian yang dianggap menerima pengaruh dari pembebanan. Pada
bagian
inilah yang selalu diukur panjangnya dalam proses pengujian.
Dasar yang digunakan untuk mengetahui kekuatan tarik dari suatu
material adalah kurva tegangan dan regangan. Dieter (1981)
menyatakan, The
parameters which are used to describe the stress - strain curve
of metals are
the tensile strength, yield strength, percent elongation and
reduction of area.
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa komponen-komponen
utama
dari kekuatan tarik adalah kekuatan maksimum (tensile strength),
tegangan
luluh dari material, regangan yang terjadi saat penarikan dan
pengurangan luas
penampang.
Untuk memudahkan dalam mengetahui kekuatan tarik dari suatu bahan,
12
demikian juga untuk bahan yang berbentuk plat, maka spesimen
tariknya akan
berbentuk plat pula dengan dimensi-dimensi yang telah ditetapkan.
Hasil
pengukuran dari pengujian tarik adalah suatu kurva yang memberikan
13
daerah linier dan tidak linier bersambung secara kontinyu. Oleh
karena itu
untuk menentukan titik luluh diambil dengan metode offset yaitu
suatu metode
yang menyatakan bahwa titik luluh adalah suatu titik pada kurva
yang
menyatakan dicapainya regangan plastis sebesar 0,2 %.
a
b
c
d
b. Bahan ulet dengan titik luluh misalnya pada baja karbon rendah
c. Bahan ulet tanpa titik luluh yang jelas misalnya alumunium.
Diperlukan metode offset untuk mengetahui titik luluhnya
d. Kurva tegangan regangan sesungguhnya regangan-tegangan
nominal
σp = kekuatan patah, σu = kekuatan tarik maksimum, σy = kekuatan
luluh, ef = regangan sebelum patah, x = titik patah, YP = titik
luluh
14
L
Δ
L ? L
f
o
ε =
=
…………………………………………… (4)
L
L
o
o
dimana Lf = panjang saat patah
Lo = panjang awal sebelum pembebanan
Sifat ke empat adalah reduksi penampang atau reduction of area
pada
saat patah. Sebenarnya sifat ini erat kaitannya dengan regangan
yang dialami
oleh bahan. Sifat ini dinyatakan dengan persamaan :
(A ? A )
o
f
q =
………………………………….…………….(5)
Ao
dimana Ao = luas penampang awal
Af = luas penampang patah
q = reduksi penampang
Saat spesimen mengalami patah, maka akan terbentuk suatu penampang
Flat
Cup-cone
Partial cup-
Star
Irregular
granular
Silky
cone Silky
fracture
fibrous
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Spesimen dibuat dari material baja karbon rendah dengan kandungan
98,46% Fe dan 0,126 C sebagai bahan poros dengan takik model
sliding
keyways (alur pasak lurus). Dimensi spesimen pengujian untuk uji
tarik ini
sesuai dengan standard JIS Z2201 No. 14A. Sedangkan dimensi alur
pasak
didasarkan pada standard JIS B1303 dengan kedalaman alur 2,5 mm,
lebar
alur 3 mm dam panjang alur 14 mm.
Spesimen dibuat sejumlah 12 buah yang terdiri dari 3 spesimen raw
16
B. Jalannya Penelitian
1. Uji Komposisi Bahan
Uji komposisi ini dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur-
unsur yang ada pada material/bahan sebelum dan sesudah dilakukan
pengarbonan sekaligus untuk memastikan bahwa material yang akan
dipergunakan sebagai spesimen termasuk ke dalam golongan baja
karbon
rendah.
2. Pembuatan Spesimen
Pembuatan spesimen dengan menggunakan mesin bubut
konvensional. Pembuatannya menggunakan mesin frais konvensional
dengan pisau jari (end mill) diameter 3 mm. Sebelum pembuatan alur
17
Pengarbonan dilakukan dengan cara spesimen dimasukkan ke dalam
kotak tempat spesimen (satu kotak lima spesimen). Serbuk arang
yang
telah dicampur dengan soda abu 20 % berat serbuk arang dimasukkan
ke
dalam kotak. Untuk setiap kotak dimasukkan berat serbuk arang
batok
kelapa (telah dicampur dengan soda abu) yang sama sebanyak yang
diperlukan sehingga semua spesimen tertutup oleh abu. Tutup
dipasang
dan dirapatkan dengan tanah liat. Selanjutnya dipanaskan dalam
dapur
listrik sampai mencapai temperatur 930o C dan ditahan 2 jam, 3 jam
dan 4
jam. Pembongkaran dilakukan setelah pengambilan dan didinginkan
pada
temperatur ruang. Peletakan spesimen saat pemanasan seperti
terlihat pada
gambar berikut ini.
Dapur Pemanas
Kotak Spesimen
a.
Media Pengarbonan
Tutup Kotak Spesimen
Kotak Spesimen
Spesimen
b.
18
4. Pengujian tarik dan foto struktur mikro
Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan tarik dari
19
MATERIAL BAJA POROS
KARBON RENDAH
UJI KOMPOSISI
SPESIMEN
RAW MATERIALS
PENGARBONAN
2 JAM
3 JAM
4 JAM
PEMBAHASAN
SIMPULAN
20
C. Peralatan Penelitian
Dalam penelitian ini diperlukan sarana berupa alat-alat yang
berfungsi
dalam pembuatan spesimen maupun dalam pengambilan data. Alat-alat
yang
digunakan antara lain sebagai berikut:
1. Mesin bubut konvensional model C06230
2. Mesin Frais universal model 57-3C
3. Alat uji komposisi
4. Dapur pemanas listrik merk Controllab
5. Mesin uji tarik
6. Foto mikro merk Olympus
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental yang
dilakukan di laboratorium teknik, khusus dalam penelitian ini
dengan
menekankan pada subjek mekanika (kekuatan tarik) bahan. Kategori
rancangan percobaan yang dipilih adalah Pre-Eksperimental Designs
bertipe
Static Group Comparations, jadi ada kelompok percobaan/eksperimen
dan
kelompok kontrol.
Kelompok percobaan/eksperimen terdiri dari spesimen yang telah
mengalami perlakuan yaitu spesimen yang telah melalui proses
pengarbonan
selama 2 jam, 3 jam dan 4 jam. Masing-masing kelompok perlakuan
berjumlah 3 spesimen. Eksperimen untuk kelompok kontrol (raw
materials)
dilakukan sebagai pembanding, bagaimanakah perbedaan kondisi yang
terjadi
21
antara material yang telah mengalami pengarbonan dengan yang tidak
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang diambil dari judul penelitian “Pengaruh
Pengarbonan Dengan Media Arang Batok Kelapa Terhadap Kekuatan
Tarik
Alur Pasak Lurus (Sliding Keyways) Pada Material Baja Poros Karbon
Rendah” adalah:
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian adalah lamanya waktu pemanasan
untuk
memanaskan benda kerja, yaitu: 2 jam, 3 jam dan 4 jam.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kekuatan tarik, foto
mikro,
foto makro penampang patah dan hasil uji komposisi spesimen
sebelum
dan sesudah dikaukan pengarbonan.
c. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah faktor lain diluar variabel penelitian
yang diteliti,
tetapi dapat mempengaruhi hasil penelitian ini adalah raw material
dan
suhu pemanasan.
22
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu pengujian akan dihasilkan data-data yang merupakan
hasil
pengamatan. Data yang akan diambil dari pengujian tarik ini adalah
beban
maksimum, panjang awal, panjang patah, diameter awal dan diameter
patah
spesimen. Untuk mendapatkan data yang baik diperlukan teknik
pengumpulan
data yang baik pula. Dalam hal ini, lembar pengamatan untuk
mencatat data
sangat diperlukan. Dengan lembar pengamatan diharapkan data yang
didapat
dapat terkumpul dan tercatat dengan baik. Sebelum melakukan
penelitian
perlu dilakukan pencarian informasi melalui ahli metalurgi untuk
membantu
dalam langkah-langkah yang akan dilakukan dan instrumen apa saja
yang
diperlukan. Lembar instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Lembar instrumen penelitian
Nomor
Beban
Panjang
Panjang
Diameter Diameter
Spesimen
Maksimum
Awal (lo)
Patah (lf) Awal (do) Patah (df)
(kN)
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
23
G. Tempat Penelitian
Pembuatan spesimen dan alur dilakukan di laboratorium produksi
Jurusan
Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang. Uji komposisi dilakukan
di
PT. ITOKOH CEPERINDO Klaten. Untuk proses treatment/pengarbonan
dilaksanakan di laboratorium pengecoran SMK Negeri 7 Semarang.
Untuk
pengujian tarik dan foto makro serta foto mikro dilakukan di
Laboratorium
Bahan Diploma Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Sesuai dengan masalah yang akan dikaji, dalam penelitian ini
didapatkan data yang berupa angka-angka, gambar grafik dan foto-
foto.
Secara rinci meliputi: tabel hasil pengujian komposisi yang
digunakan dalam
mengetahui kandungan unsur-unsur yang ada dalam material spesimen
untuk
memastikan bahwa material yang digunakan termasuk dalam golongan
baja
karbon rendah. Selain itu, data yang dihasilkan adalah hasil
pengujian tarik
berupa grafik serta foto-foto bentuk patahan dari pengujian tarik.
Selain itu
terdapat juga data hasil foto struktur mikro sebagai pendukung
dalam
penelitian ini.
1. Komposisi dan Struktur Mikro Bahan Penelitian
Unsur-unsur yang terkandung dalam baja akan mempengaruhi
sifat-sifat mekanis dan fisis dari baja yang bersangkutan. Jenis-
jenis baja
umumnya ditentukan berdasarkan kandungan unsur karbon yang
terkandung dalam material baja tersebut. Menurut Khurmi (1980),
baja
diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu dead mild steel dengan
kandungan unsur karbon 0 – 0,15 %, low carbon steel dengan
kandungan
unsur karbon sebesar 0,15 – 0,45 %, medium carbon steel dengan
kandungan unsur karbon sebesar 0,45 – 0,80 % dan high carbon
steel
dengan kandungan unsur karbon lebih dari 0,8 %.
24
25
Tabel 2. berikut ini menunjukkan data komposisi kimia unsur-unsur
yang
ada dalam material spesimen. Data-data tersebut didapatkan dari
hasil uji
komposisi. Berdasarkan pengklasifikasian jenis baja menurut
kandungan/komposisi karbon yang ada di dalamnya, dapat disimpulkan
gambar di bawah.
Ferrite
Pearlite
Cementite
a
b
Ferrite
Pearlite
Cementite
c
d
Gambar 10. Gambar srtuktur mikro benda uji dengan perbesaran 500
kali
a. Struktur mikro raw materials
b. Struktur mikro spesimen dengan lama pengarbonan 2 jam
c. Struktur mikro spesimen dengan lama pengarbonan 3 jam
d. Struktur mikro spesimen dengan lama pengarbonan 4 jam
27
konstan 930 ‘C dengan variasi waktu 2 jam, 3 jam dan 4 jam
menunjukkan
bahwa pada bagian tepi terjadi pertumbuhan cementite dengan
gradien ke
dalam semakin berkurang dan pada bagian inti merupakan struktur
mikro
dari material pengujian yang terdiri dari ferrite dan pearlite.
Hasil proses
pengarbonan juga menunjukkan bahwa struktur mikro yang terbentuk
terbagi atas tiga zone. Zona pertama terdiri dari struktur
pearlite dan
cementite, Sedangkan zona ke dua terdiri dari pearlite. Zona yang
ke tiga
terdiri dari pearlite dan ferrite. Semakin lamanya waktu
pengarbonan
menunjukkan jumlah cementite di bagian tepi semakin banyak.
2. Uji Tarik
Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis
dari baja karbon rendah sebagai spesimen dalam penelitian ini.
Hasil
pengujian tarik terdiri dari dua parameter yaitu parameter
kekuatan tarik
(ultimate strength) dan parameter keliatan/keuletan yang
ditunjukkan oleh
besarnya perpanjangan yang terjadi (elongation) dan prosen
kontraksi atau
reduksi penampang (reduction of area) serta bentuk penampang patah
yang terjadi.
Data hasil pengujian ini dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu
data untuk spesimen raw materials dan data pengujian spesimen yang
telah
dilakukan pengarbonan. Data untuk spesimen yang telah dilakukan
pengarbonan dibagi menjadi 3 yaitu untuk waktu pengarbonan 2 jam,
3 jam dan 4 jam. Secara umum, hasil pengujian tarik rata-rata yang
didapat
28
dari pengujian terlihat dalam tabel berikut ini. Secara detail
terdapat dalam
lampiran.
Tabel 3. Hasil pengujian tarik rata-rata
Jenis
Teg. Tarik
Teg. Luluh
Perpanjangan
Reduksi
Spesimen
Maksimal
Penampang
(N/mm2)
(N/mm2)
(%)
(%)
Raw
473,89
347,30 13,256 15,944
Materials
Pengarbonan
432,68
326,61 6,813 5,772
2 Jam
Pengarbonan
450,68
351,21 6,077 4,123
3 Jam
Pengarbonan
470,13
365,79 5,867 3,904
4 Jam
473.89
480.00
470.13
a
l
470.00
m
) 460.00
450.68
2
m 450.00
Maksi
/
m 440.00
432.68
a
n
g
(N 430.00
a
n
420.00
e
g
T
410.00
Raw
Pengarbonan Pengarbonan Pengarbonan
Materials
2 Jam
3 Jam
4 Jam
Jenis Spesimen
30
uh
380.00
369.56
)2 370.00
Lul
n
m 360.00
347.30
352.42
a
m 350.00
338.18
g
340.00
n
(
N/ 330.00
320.00
ga
Te
Raw Materials Pengarbonan Pengarbonan Pengarbonan
2 Jam
3 Jam
4 Jam
Jenis Spesimen
31
20.000%
k
si
15.944%
u
g 15.000%
e
d
R
a
n
p 10.000%
a
m
5.772%
tase
n
4.123%
3.904%
5.000%
s
en
Pe
r
o
0.000%
P
Raw Materials
Pengarbonan
Pengarbonan
Pengarbonan
2 Jam
3 Jam
4 Jam
Jenis Spesimen
32
13.256%
14.000%
n 12.000%
10.000%
t
a
se
6.813%
8.000%
6.077%
j
a
nga
5.867%
sen
6.000%
a
n
r
o
4.000%
P
e
r
p
P 2.000%
0.000%
2 Jam
3 Jam
4 Jam
Jenis Spesimen
33
3. Bentuk Penampang Patahan
Spesimen setelah mengalami proses penarikan dan beban yang
diberikan telah melampaui batas maksimalnya maka, benda akan
putus/patah. Dari hasil pengujian tarik yang telah dilakukan,
terdapat
perbedaan bentuk penampang patah antara spesimen raw materials
dengan
spesimen yang telah mengalami pengarbonan. Untuk spesimen raw
materials, dengan perbesaran 15 kali, penampang patahnya berbentuk
cup
cone dengan tekstur granular. Penampang patah untuk spesimen yang
telah
mengalami pengarbonan mempunyai bentuk flat/datar dengan tekstur
butir
yang halus menandakan perpanjangan yang terjadi cukup kecil dan
bahan
bersifat getas.
Semua bentuk patahan untuk spesimen yang telah mengalami
pengarbonan berbentuk sama yaitu flat atau datar. Perbedaan yang
paling
menonjol terlihat pada sebaran warna / titik hitam yang ada pada
penampang patah. Untuk spesimen yang mengalami pengarbonan selama
2
jam, titik-titik hitam yang ada berjumlah lebih sedikit
dibandingkan dari
kedua spesimen yang lain. Warna spesimen ini hampir mirip dengan
warna
spesimen raw materials. Untuk spesimen yang mengalami pengarbonan
selama 3 jam, warna spesimen lebih gelap dan sebaran warna hitam
lebih
terlihat. Spesimen dengan pengarbonan 4 jam terdapat konsentrasi
titik
hitam yang lebih jelas terutama di daerah tepi. Hal ini
menunjukkan waktu
pengarbonan yang semakin lama akan mengakibatkan karbon yang masuk
34
semakin banyak. Pemasukan karbon yang semakin banyak ini
ditunjukkan
pula oleh gambar struktur mikro yang didapat dari foto mikro.
Bentuk penampang patah untuk tiap jenis spesimen adalah sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
Gambar 15. Penampang patah spesimen uji tarik
a. Penampang patah spesimen raw materials
b. Penampang patah spesimen dengan holding time 2 jam
c. Penampang patah spesimen dengan holding time 3 jam
d. Penampang patah spesimen dengan holding time 4 jam
36
Hal ini mengindikasikan bahwa kekuatan tarik material setelah
mengalami
pengarbonan akan meningkat.
Fenomena ini dapat terjadi dikarenakan proses dari pengarbonan itu
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh pengarbonan
dengan media arang batok kelapa terhadap kekuatan tarik alur pasak
lurus (sliding
keyways) pada material baja poros karbon rendah, maka dapat
ditarik beberapa
simpulan sebagai berikut :
1. Kekuatan tarik material sesudah dilakukan pengarbonan cenderung
38
2. Hasil proses pengarbonan menunjukkan bahwa struktur mikro yang
terbentuk terbagi atas tiga zone. Zona pertama yang terdiri dari
struktur
pearlite dan cementite, sedangkan zona ke dua hanya terdiri dari
pearlite.
Zona yang ke tiga terdiri dari pearlite dan ferrite. Jumlah
cementite yang
terbentuk pada spesimen yang mengalami pengarbonan semakin banyak
seiring dengan lamanya waktu pengarbonan.
3. Kandungan karbon pada spesimen menunjukkan peningkatan seiring
dengan peningkatan lamanya waktu penahanan (holding time). Kadar
karbon untuk spesimen raw materials sebesar 0,126%. Untuk material
DAFTAR PUSTAKA
39
P
P Maksimum
= 9,39 kN
390
.
9
N
1 mm skala P
=
= 75,12 N/mm
125 mm
Py
=
91 mm x 75,12 N/mm
= 6835,92 N
= 6,84 kN
Lo = 34,50 mm ; Lf = 36,85 mm ; Do
= 6,00 mm ; Df = 5,88 mm
A
2
o = (( π/4 ) x Do ) – 7,5 mm2 = ((3,14/4) x 6,002) – 7,5 mm2
= 20,7600 mm2
A
2
f = (( π/4 ) x Df ) – 7,5 mm2 = ((3,14/4) x 5,882) – 7,5 mm2
= 19,6409 mm2
σu = Pu/Ao = 9390 N / 20,7600 mm2 = 452,3121 N/mm2
ε = ((Lf - Lo)/ Lo
8290 N
1 mm skala P
=
75,36 N/mm
110 mm
Py
= 6820,08 N
= 6,81 kN
= 21,7099 mm2
A
2
f = (( π/4 ) x Df ) – 7,5 mm2 = ((3,14/4) x 5,952) – 7,5 mm2
= 20,2910 mm2
σu = Pu/Ao = 8290 N / 21,7099mm2 = 381,8543 N/mm2
ε = ((Lf - Lo)/ Lo
Δl
Lampiran B4. Hasil uji tarik spesimen Carburizing holding time 2
jam
P Maksimum = 8,29 kN
P
P Maksimum
= 9,63 kN
9630 N
1 mm skala P
=
= 77,04 N/mm
125 mm
Py
= 7704 N
= 7,70 kN
Lo = 34,60 mm ; Lf = 36,96 mm ; Do
= 6,00 mm ; Df = 5,88 mm
A
2
o = (( π/4 ) x Do ) – 7,5 mm2 = ((3,14/4) x 6,002) – 7,5 mm2
= 20,7600 mm2
A
2
f = (( π/4 ) x Df ) – 7,5 mm2 = ((3,14/4) x 5,882) – 7,5 mm2
= 19,6409 mm2
σu = Pu/Ao = 8290 N / 20,7600 mm2 = 463,8728 N/mm2
ε = ((Lf - Lo)/ Lo
P Maksimum
= 9,52 kN
520
.
9
N
1 mm skala P
=
= 75,56 N/mm
126 mm
Py
= 7707,12 N
= 7,71 kN
= 6,01 mm
A
2
o = (( π/4 ) x Do ) – 7,5 mm2 = ((3,14/4) x 6,102) – 7,5 mm2
= 21,7099 mm2
A
2
f = (( π/4 ) x Df ) – 7,5 mm2 = ((3,14/4) x 6,012) – 7,5 mm2
= 20,8543 mm2
σu = Pu/Ao = 9520 N / 21,7099 mm2 = 438,5106 N/mm2
ε = ((Lf - Lo)/ Lo
P Maksimum
= 9,68 kN
9680 N
1 mm skala P
=
= 75,63 N/mm
128 mm
Py
= 7525,19 N
= 7,53 kN
=
4,0532%
Δl
P Maksimum
= 9,71 kN
710
.
9
N
1 mm skala P
=
= 75,27 N/mm
129 mm
Py
= 98 mm x 75,27 N/mm
= 7376,46 N
= 7,38 kN
=
4,3752%
Δl
P Maksimum
= 9,38 kN
380
.
9
N
1 mm skala P
=
= 76,89 N/mm
122 mm
Py
= 97 mm x 76,89 N/mm
= 7458,33 N
= 7,46 kN
=
4,0532%
Δl
P Maksimum
= 10,56 kN
560
.
10
N
1 mm skala P
=
= 78,22 N/mm
135 mm
Py
= 7978,44 N
= 7,78 kN
Lo = 34,65 mm ; Lf = 36,69 mm ; Do
= 6,00 mm ; Df = 5,91 mm
A
2
o = (( π/4 ) x Do ) – 7,5 mm2 = ((3,14/4) x 6,002
ε = ((Lf - Lo)/ Lo
P Maksimum
= 9,34 kN
340
.
9
N
1 mm skala P
=
= 76,56 N/mm
122 mm
Py
=
99
mm x 76,56 N/mm
= 7579,44 N
= 7,58 kN
Lo = 34,70 mm ; Lf = 36,74 mm ; Do
= 6,00 mm ; Df = 5,92 mm
A
2
o = (( π/4 ) x Do ) – 7,5 mm2 = ((3,14/4) x 6,002) – 7,5 mm2
= 20,7600 mm2
A
2
f = (( π/4 ) x Df ) – 7,5 mm2 = ((3,14/4) x 5,922) – 7,5 mm2
= 20,0114 mm2
σu = Pu/Ao = 9340 N / 20,7600 mm2 = 449,9037 N/mm2
ε = ((Lf - Lo)/ Lo
P
Δl
Lampiran B1. Hasil uji tarik spesimen raw materials
Lampiran B1. Hasil uji tarik spesimen Raw Materials
P Maksimum = 9,28 kN
9280 N
1 mm skala P =
= 82,68 N/mm
112 mm
Py =
82
mm x 82,68 N/mm
= 6794,52 N
Lo = 34,75 mm ; Lf = 39,40 mm ; Do = 6,10 mm ; Df = 5,68 mm
A
2
o = (( π/4 ) x Do ) – 7,5 mm2 = ((3,14/4) x 6,102) – 7,5 mm2 =
21,7099 mm2
A
2
f = (( π/4 ) x Df ) – 7,5 mm2 = ((3,14/4) x 5,682) – 7,5 mm2 =
17,8450 mm2
σu = Pu/Ao = 9280 N / 21,7099 mm2 = 427,4557 N/mm2
σy = Py/Ao = 6794,52 N / 21,7099 mm2 = 312,97 N/mm2
ε = ((Lf - Lo)/ Lo) x 100% = ((39,40 - 34,75)/ 34,75) x 100% =
13,3813%
q = ((Ao - Af)/ Ao) x 100% = ((21,7099 - 17,8450)/ 21,7099) x 100%
=
17,8023%
P
Δl
Lampiran B2. Hasil uji tarik spesimen raw materials
Lampiran B2. Hasil uji tarik spesimen Raw Materials
P Maksimum = 10,13 kN
130
.
10
N
1 mm skala P =
= 83,03 N/mm
122 mm
Py =
90
mm x 83,03 N/mm
= 7472,70 N
= 7,47 kN
Lo = 34,75 mm ; Lf = 39,40 mm ; Do = 6,00 mm ; Df = 5,58 mm
A
2
o = (( π/4 ) x Do ) – 7,5 mm2 = ((3,14/4) x 6,002) – 7,5 mm2 =
20,7600 mm2
A
2
f = (( π/4 ) x Df ) – 7,5 mm2 = ((3,14/4) x 5,582) – 7,5 mm2 =
16,9840 mm2
σu = Pu/Ao = 10130 N / 20,7600 mm2 = 487,9576 N/mm2
σy = Py/Ao = 7472,70 N / 20,7600 mm2 = 359,96 N/mm2
ε = ((Lf - Lo)/ Lo) x 100% = ((39,40 - 34,75)/ 34,75) x 100% =
13,3813%
q = ((Ao - Af)/ Ao) x 100% = ((20,7600 – 16,9840)/ 20,7600) x 100%
=
18,1888%
P
Δl
Lampiran B3. Hasil uji tarik spesimen raw materials
Lampiran B3. Hasil uji tarik spesimen Raw Materials
P Maksimum = 10,51 kN
510
.
10
N
1 mm skala P =
= 82,75 N/mm
127 mm
Py =
93
mm x 82,75 N/mm
= 7695,75 N
= 7,70 kN
Lo = 34,60 mm ; Lf = 39,10 mm ; Do = 6,00 mm ; Df = 5,73 mm
A
2
o = (( π/4 ) x Do ) – 7,5 mm2 = ((3,14/4) x 6,002) – 7,5 mm2 =
20,7600 mm2
A
2
f = (( π/4 ) x Df ) – 7,5 mm2 = ((3,14/4) x 5,732) – 7,5 mm2 =
18,3020 mm2
σu = Pu/Ao = 10510 N / 20,7600 mm2 = 506,2620 N/mm2
σy = Py/Ao = 7695,75 N / 20,7600 mm2 = 368,97 N/mm2
ε = ((Lf - Lo)/ Lo) x 100% = ((34,60 – 39,10)/ 34,60) x 100% =
13,0058%
q = ((Ao - Af)/ Ao) x 100% = ((20,7600 – 18,3020)/ 20,7600) x 100%
=
11,8401%