Professional Documents
Culture Documents
Just another
WordPress.com site
Home
About
RSS Feed
Penyelidikan epidemiologi:
Penyakit TB paru sebagian besar terjadi pada orang dewasa yang telah mendapatkan
infeksi primer pada waktu kecil dan tidak ditangani dengan baik. Morbiditas TB paru
terutama akibat keterlambatan pengobatan, tidak terdeteksi secara dini, tidak
mendapatkan informasi pencegahan yang tepat dan memadai (Miller, 1982).
Faktor-faktor yang erat hubungannya dengan kejadian TB paru adalah adanya sumber
penularan, riwayat kontak penderita, tingkat social ekonomi, tingkat paparan,
virulensi basil, daya tahan tubuh rendah berkaitan dengan genetik, keadaan gizi,
faktor faali, usia, nutrisi, imunisasi, keadaan perumahan meliputi (suhu dalam rumah,
ventilasi, pencahayaan dalam rumah, kelembaban rumah, kepadatan penghuni dan
lingkungan sekitar rumah ) dan pekerjaan (Amir dan Alsegaf, 1989).
Tindak Lanjut:
Riwayat penularan anggota keluarga jika ada yang menderita TB paru akan mampu
menularkan 79,781 kali dari keluarga yang tidak ada yang menderita TB paru.
Riwayat kontak penderita dalam satu keluarga dengan anggota keluarga yang lain
yang sedang menderita TB Paru merupakan hal yang sangat penting karena kuman
Mycobacterium Tuberkulosis sebagai etiologi TB Paru adalah memiliki ukuran yang
sangat kecil, bersifat aerob dan mampu bertahan hidup dalam sputum yang kering
atau ekskreta lain dan sangat mudah menular melalui ekskresi inhalasi baik melalui
nafas, batuk, bersin ataupun berbicara (droplet infection). Sehingga adanya anggota
keluarga yang menderita TB paru aktif, maka seluruh anggota keluarga yang lain
akan rentan dengan kejadian TB paru termasuk juga anggota keluarga dekat . Oleh
sebab itu, hendaknya kita berhati-hati terhadap penderita TB Paru dan menghindari
kontak dengannya sewaktu dia sakit/batuk.
Pencegahan:
Malaria
Indonesia merupakan negara dengan angka kesakitan dan kematian akibat malaria
cukup tinggi. Penyakit ini sejak lama telah membunuh ribuan manusia di Indonesia.
Pada Tahun 2003 diperkirakan 50 orang menderita malaria per 1000 penduduk Salah
satu sebab suburnya penyakit malaria di Indonesia adalah iklim atau lingkungan yang
mendukung berkembangbiaknya nyamuk anopheles yang merupakan nyamuk
penyebab penyakit malaria. Untuk membarantas dan membebaskan Indonesia dari
penyakit malaria, Departemen Kesehatan RI telah mengupayakan berbagai kebijakan
dan strategi. Pada Tahun 2030, Indoensia diharapkan dapat mengatasi penyakit
malaria. Malaria adalah penyakit yang disebabkab oleh sekelompok parasit yang
disebut plasmodium . Plasmodium adalah parasit yang hidup dalam sel darah merah.
Parasit merupakan organisme (mahluk hidup ) yang sangat kecil dan tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang. Parasit tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus mendapat
makanan dari organisme lain untuk hidup dan berkembang. Seseorang dinyatakan
positif menderita Malaria jika di dalam darahnya ditemukan parasit plasmodium
melalui pemeriksaan mikroskopis. Angka penderita malaria klinis untuk tahun 2008
di Provinsi Maluku mencapai 7,36 % sedangkan target dari Departemen Kesehatan
diharapkan kurang dari 4,78%.
Penyelidikan epidemiologi:
Malaria tidak dapat ditularkan secara kontak langsung dari satu manusia ke manusia
lainnya. Tetapi penyakit ini dapat menular malalui transfusi donor yang darahnya
mengandung parasit malaria. Malaria yang klasik disebarkan oleh nyamuk Anopheles
betina yang telah terinfeksi parasit malaria. Tidak semua nyamuk dapat menularkan
malaria. Seseorang menjadi terinfeksi malaria setelah digigit nyamuk Anopheles
betina yang sudah terinfeksi parasit malaria.
Pada saat nyamuk betina menggigit, dia memasukkan air liurnya yang mengandung
parasit ke dalam peredaran darah di dalam tubuh manusia. Selanjutnya parasit masuk
ke dalam sel-sel hati manusia. Sekitar 1 hingga 2 minggu setelah digigt, parasit
kembali masuk ke dalam darah. Pada saat ini manusia tersebut mulai menunjukkan
tanda-tanda atau gejala malaria. Parasit tersebut selanjutnya menyerang sel darah
merah dan mulai memakan hemaglobin, bagian darah yang membawa oksigen.
Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi plasmodium ini dapat menyebabkan
timbulnya gejala demam disertai menggigil. Karena banyak sel darah merah yang
pecah, maka menyebabkan anemia.
Tindak Lanjut:
Untuk mengatasi penyakit malaria, yang harus dilakukan adalah memutuskan mata
rantai penularan penyakit. Oleh karena itu, untuk memutuskan mata rantai penularan
penyakit harus memutuskan hubungan antara ketiga faktor penyebab penyakit (agent,
host, dan enviroment ).
Pencegahan:
1. Membersihkan semak-semak;
2. Melipat kain-kain yang bergantungan;
3. Membuka jendela dan memasang genteng kaca;
4. Mengecat rumah dengan warna terang.
Campak
Campak merupakan penyakit virus yang dapat mendatangkan komplikasi serius. Pada
masa lalu, infeksi campak sangat umum di kalangan anak-anak. Kini campak jarang
terjadi di NSW karena imunisasi. Pada sidang CDC/PAHO/WHO, tahun 1996
menyimpulkan bahwa penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya
pejamu (host) /reservoir campak hanya pada manusia, serta tersedia vaksin dengan
potensi yang cukup tinggi yaitu effikasi vaksin 85%, dan diperkirakan eradikasi dapat
dicapai 10-15 tahun setelah eliminasi. Selanjutnya global Sidang WHA tahun 1998,
menetapkan kesepakatan Eradikasi Polio (Erapo), Eliminasi Tetanus Neonatorum
(ETN) dan Reduksi Campak (RECAM). Pada Technical Consultative Groups (TCG)
Meeting, di Dakka, Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di
Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan KEJADIAN LUAR
BIASA (KLB).
Penyelidikan epidemiologi:
Campak biasanya ditularkan sewaktu seseorang menyedot virus campak yang telah
dibatukkan atau dibersinkan ke dalam udara oleh orang yang dapat menularkan
penyakit. Campak merupakan salah satu infeksi manusia yang paling mudah
ditularkan. Berada di dalam kamar yang sama saja dengan seorang penderita campak
dapat mengakibatkan infeksi. Penderita campak biasanya dapat menularkan penyakit
dari saat sebelum gejala timbul sampai empat hari setelah ruam timbul. Waktu dari
eksposur sampai jatuh sakit biasanya adalah 10 hari. Ruam biasanya timbul kirakira
14 hari setelah eksposur.
Tindak lanjut:
Campak dicurigai sewaktu seseorang merasa kurang sehat, mengalami batuk, hidung
beringus atau mata sakit dan demam diikuti dengan ruam. Kapan saja campak
dicurigai, tes darah dan sampel dari hidung, tenggorok dan air seni harus diambil
untuk mengkonfirmasikan diagnosis. Konfirmasi diagnosis penting karena
memungkinkan tindak lanjut kesehatan umum secara segera untuk orang lain yang
menghadapi risiko terkena campak.
Penderita infeksi campak biasanya dinasihati untuk beristirahat, minum banyak cairan
dan minum parasetamol untuk merawat demam. Tidak ada perawatan spesifik. Ketika
seseorang dapat menularkan penyakit campak, penting agar ia tetap tinggal di rumah
untuk mengurangi kemungkinan ditularkan kepada orang lain.
Pencegahan:
Kematian Ibu
Indonesia dewasa ini menghadapi era globalisasi yang sangat dahsyat. Masyarakat
menjadi makin urban dan modern. Kalau tigapuluh tahun yang lalu masyarakat urban
baru mencapai sekitar 20 persen dari seluruh penduduk Indonesia, dewasa ini sudah
mendekati 50 persen. Namun, Indonesia masih sangat terkenal dengan sebutan
Negara dengan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan paling tinggi di dunia.
Indonesia masih juga belum mampu mengatasi tingginya angka kematian ibu (AKI)
yang 307 per 100.000 kelahiran hidup . Salah satu sebabnya adalah karena
masyarakat masih miskin dan tingkat pendidikannya rendah. Tingkah laku
masyarakat umumnya dicerminkan oleh keadaan sumber daya manusia yang rendah
mutunya itu. Untuk beberapa lama telah dikembangkan upaya besar untuk
menurunkan angka kematian ibu hamil dan melahirkan itu. Biarpun telah dicapai
hasil yang memadai, tetapi dirasakan masih kurang cepat dibandingkan dengan
tuntutan masyarakat yang makin luas. Dalam suasana seperti ini kita harus
mengembangkan strategi komunikasi yang jitu untuk lebih lanjut menurunkan tingkat
kematian ibu mengandung dan melahirkan yang masih tinggi itu. Dalam tigapuluh
tahun terakhir ini kita telah berhasil menurunkan tingkat kematian ibu dengan cukup
mengesankan. Biasanya angka AKI adalah diatas 600 per 100.000 kelahiran. Keadaan
sekarang angkanya berada dibawah 300 per 100.000 kelahiran. Ini suatu prestasi yang
selama ini tidak pernah diakui dan tidak pernah diangkat
Penyelidikan Epidemiologi:
Tindak Lanjut:
Untuk mencapai sukses yang kita kehendaki, seluruh upaya KIE dan pelayanan untuk
mencegah kematian ibu hamil karena mengandung dan melahirkan, harus disepakati
suatu pendekatan dengan sasaran yang tepat. Untuk kesepakatan itu harus
dipergunakan peta sasaran yang sama agar semua jajaran tidak berbeda pendapat
tentang masalah ini. Peta yang dianjurkan itu adalah peta yang dibuat dan
diperbaharui setiap tahun oleh BKKBN. Sasaran yang dipilih adalah Ibu dan
pasangan usia subur dimana ibu menjadi titik sentralnya.
Pencegahan:
Kejadian komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa
sekitar persalinan sehingga pemeriksaan kesehatan pada saat hamil dan kehadiran
serta pertolongan tenaga kesehatan yang terampil pada masa persalinan menjadi
sangat penting.
Kematian Bayi
Penyelidikan epidemiologi:
Tingginya penyebab kematian bayi itu dikarenakan banyak dari ibu hamil yang tidak
memperhatikan kesehatan selama dia sedang mengandung. Dengan minimnya
pemeriksaan itu diakuinya berdampak kepada tidak diketahuinya kondisi kesehatan
janin di dalam kandungan. Selain itu, tingkat kematian bayi itu banyak di dominasi
dari keluarga tidak mampu, untuk katagori ibu hamil yang notabane kesehatannya
cukup baik masih jarang ditemui. Akhir tahun 2009 lalu sudah tercatat bahwa
kematian seorang ibu hamil selalu mengalami peningkatan cukup tajam dari tahun
2008 lalu. Selain efek samping dari faktor kesehatan kandungan, juga ada faktor lain
yang melatarbelakangi kematian kepada bayi yang baru melahirkan itu. Salah
satunya, ada beberapa penyakit seperti penyakit infeksi atau tetanus pada bayi akibat
penanganan kelahiran dilakukan tidak steril.
Tindak lanjut:
Perencanaan persalinan dapat dilakukan manakala ibu, suami dan keluarga memiliki
pengetahuan mengenai tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas agar tingkat
kematian bayi bisa dikurangi; asuhan perawatan ibu dan bayi; pemberian ASI; jadwal
imunisasi; serta informasi lainnya. Semua informasi tersebut ada di dalam Buku KIA
yang diberikan kepada ibu hamil setelah didata melalui P4K. Buku KIA juga
berfungsi sebagai alat pemantauan perkembangan kesehatan ibu hamil serta
pemantauan pertumbuhan bayi sampai usia 5 tahun.
Pencegahan:
Referensi:
http://www.searo.who.int/en/Section10/Section21/Section340_4022.htm
http://www.malukuprov.go.id/index.php/kesehatan/47-kesehatan/65-malaria
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1799371-angka-kematian-ibu-dan-bayi/
http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publication_pdfs/8400/DOH-8400-IND.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17198/5/Chapter%20I.pdf
http://www.kesrepro.info/?q=node/430
http://bataviase.co.id/node/282930
E2A009084
Reg-1 2009 FKM UNDIP
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Name *
Email *
Website
Comment
You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr
title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code>
<pre> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>
Post Comment 15 0
1302254290
Notify me of follow-up comments via email.
comment-form-te
73189111a0
Search
Search for:
Archives
o March 2011
o December 2010
o November 2010
o October 2010
Categories
o Uncategorized
Links
o Documentation
o FKM UNDIP
o Plugins
o Suggest Ideas
o Support Forum
o Themes
o WordPress Blog
o WordPress Planet
Back to top