You are on page 1of 12

Eka dwi lestari's Blog  

Just another
WordPress.com site
 Home
 About

RSS Feed

Penyelidikan Epidemiologi Terhadap Penyakit TB


Paru, Malaria, Campak, Kematian Ibu dan
Kematian Bayi   Leave a comment
 TB PARU

Penyakit Tuberculosis (TB) paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan


telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, sehingga merupakan salah satu masalah
dunia. Kejadian TB paru di negara industri 40 tahun terakhir ini menunjukkan angka
prevalensi yang sangat kecil. Diperkirakan terdapat 8 juta penduduk terserang TB
paru dengan kematian 3 juta per tahun dan 95% penderitanya berada di negara-negara
berkembang (WHO, 1993). TB paru di Indonesia menurut WHO (1999 dan 2004)
menunjukkan di Indonesia terdapat 583.000 kasus, kematian 140.000 dan 13/100.000
penduduk merupakan penderita baru. Prevalensi TB paru pada tahun 2002 mencapai
555.000  kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya merupakan
kasus baru atau kasus baru meningkat 104/100.000 penduduk (DEPKES, 2002).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2001) penderita TB paru 95% berada di negara
berkembang dan 75% penderita TB paru adalah kelompok usia produktif (15 – 50
tahun) dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Di Indonesia TB paru erupakan
penyebab kematian utama ketiga setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan.
Risiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di
Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2 %. Hal ini berarti pada
daerah dengan ARTI sebesar 1 %, setiap tahun diantara 100.000 penduduk, 100
(seratus) orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan
menjadi penderita TB paru, hanya 10 % dari yang terinfeksi yang akan menjadi
penderita TB paru.

Penyelidikan epidemiologi:
Penyakit TB paru sebagian besar terjadi pada orang dewasa yang telah mendapatkan
infeksi primer pada waktu kecil dan tidak ditangani dengan baik. Morbiditas TB paru
terutama akibat keterlambatan pengobatan, tidak terdeteksi secara dini, tidak
mendapatkan informasi pencegahan yang tepat dan memadai (Miller, 1982).

Faktor-faktor yang erat hubungannya dengan kejadian TB paru adalah adanya sumber
penularan, riwayat kontak penderita, tingkat social ekonomi, tingkat paparan,
virulensi basil, daya tahan tubuh rendah berkaitan dengan genetik, keadaan gizi,
faktor faali, usia, nutrisi, imunisasi, keadaan perumahan meliputi (suhu dalam rumah,
ventilasi, pencahayaan dalam rumah, kelembaban rumah, kepadatan penghuni dan
lingkungan sekitar rumah ) dan pekerjaan (Amir dan Alsegaf, 1989).

Tindak Lanjut:

Riwayat penularan anggota keluarga jika ada yang menderita TB paru akan mampu
menularkan 79,781 kali dari keluarga yang tidak ada yang menderita TB paru.
Riwayat kontak penderita dalam satu keluarga dengan anggota keluarga yang lain
yang sedang menderita TB Paru merupakan hal yang sangat penting karena kuman
Mycobacterium Tuberkulosis sebagai etiologi TB Paru adalah memiliki ukuran yang
sangat kecil, bersifat aerob dan mampu bertahan hidup dalam sputum yang kering
atau ekskreta lain dan sangat mudah menular melalui ekskresi inhalasi baik melalui
nafas, batuk, bersin ataupun berbicara (droplet infection). Sehingga adanya anggota
keluarga yang menderita TB paru aktif, maka seluruh anggota keluarga yang lain
akan rentan dengan kejadian TB paru termasuk juga anggota keluarga dekat . Oleh
sebab itu, hendaknya kita berhati-hati terhadap penderita TB Paru dan menghindari
kontak dengannya sewaktu dia sakit/batuk.

Pencegahan:

Dinas Kesehatan agar melakukan upaya promosi kesehatan untuk meminimalkan


risiko terjadinya TB paru terutama keadaan ruang kamar tidur yang sehat, ventilasi
kamar tidur, konsumsi gizi, pencegahan penularan dari menderita sakit TB paru dan
peningkatan pendidikan melalui penyuluhan kesehatan, Bagi BP4 Pati permasalahan
keadaan perumahan, status gizi dan pengetahuan yang rendah perlu kunjungan
rumah, program pemberian makanan bergizi dan penyuluhan secara terus menerus.
Bagi Penderita atau pengunjung BP4 berdasarkan temuan perlunya keadaan kamar
lembab dengan kelembaban 40% – 70% , ventilasi yang kurang >15% dari luas
lantai, maka perlunya udara masuk bebas dengan membuat ventilasi secara cukup
>15% luas lantai, penularan pada anggota keluarga perlu dilakukan hygiene yang
baik untuk penderita maupun anggota keluarga yang lain, gizi yang rendah perlunya
ditingkatkan baik pada penderita maupun keluarga dengan diet TKTP dan selalu
mencari informsi tentang penyakit TB paru agar terhindar dari penyakit dan mampu
antisipasi dini.

 Malaria

Indonesia merupakan negara dengan angka kesakitan dan kematian akibat malaria
cukup tinggi.  Penyakit ini sejak lama telah membunuh ribuan manusia di Indonesia.
Pada Tahun 2003 diperkirakan 50 orang menderita malaria per 1000 penduduk  Salah
satu sebab suburnya penyakit malaria di Indonesia adalah iklim atau lingkungan yang
mendukung berkembangbiaknya nyamuk anopheles yang merupakan nyamuk
penyebab penyakit malaria.  Untuk membarantas dan membebaskan Indonesia dari
penyakit malaria, Departemen Kesehatan RI telah mengupayakan berbagai kebijakan
dan strategi. Pada Tahun 2030, Indoensia diharapkan dapat mengatasi penyakit
malaria. Malaria adalah penyakit  yang disebabkab oleh sekelompok parasit yang
disebut plasmodium . Plasmodium adalah parasit yang hidup dalam sel darah merah.
Parasit merupakan organisme (mahluk hidup ) yang sangat kecil dan tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang. Parasit tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus mendapat
makanan dari organisme lain untuk hidup dan berkembang. Seseorang dinyatakan
positif menderita Malaria jika di dalam darahnya ditemukan parasit plasmodium
melalui pemeriksaan mikroskopis. Angka penderita malaria klinis untuk tahun 2008
di Provinsi Maluku mencapai 7,36 % sedangkan target dari Departemen Kesehatan
diharapkan kurang dari 4,78%.

Penyelidikan epidemiologi:

Malaria tidak dapat ditularkan secara kontak langsung dari satu manusia ke manusia
lainnya. Tetapi penyakit ini dapat menular malalui transfusi donor yang darahnya
mengandung parasit malaria. Malaria yang klasik disebarkan oleh nyamuk Anopheles
betina yang telah terinfeksi parasit malaria. Tidak semua nyamuk dapat menularkan
malaria. Seseorang menjadi terinfeksi malaria setelah digigit nyamuk Anopheles
betina yang sudah terinfeksi parasit malaria.

Pada saat nyamuk betina menggigit, dia memasukkan air liurnya yang mengandung
parasit ke dalam peredaran darah di dalam tubuh manusia. Selanjutnya parasit masuk
ke dalam sel-sel hati manusia. Sekitar 1 hingga 2 minggu setelah digigt, parasit
kembali masuk ke dalam darah. Pada saat ini manusia tersebut mulai menunjukkan
tanda-tanda atau gejala malaria. Parasit tersebut selanjutnya menyerang sel darah
merah dan mulai memakan hemaglobin, bagian darah yang membawa oksigen.
Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi plasmodium ini dapat menyebabkan
timbulnya gejala demam disertai menggigil. Karena banyak sel darah merah yang
pecah, maka menyebabkan anemia.

Tindak Lanjut:

Untuk mengatasi penyakit malaria, yang harus dilakukan adalah memutuskan mata
rantai penularan penyakit. Oleh karena itu, untuk memutuskan mata rantai penularan
penyakit harus memutuskan hubungan antara ketiga faktor penyebab penyakit (agent,
host, dan enviroment ).

1. Untuk melenyapkan faktor penyebab agent berkembang biak, maka harus


melenyapkan tempat hidup agent yaitu nyamuk Anopheles, dan membunuh
kuman yang ada dalam tubuh manusia dengan cara pengobatan. Upaya yang
dilakukan adalah penemuan dan pengobatan penderita malaria.
2. Untuk melenyapkan nyamuk anopheles, maka harus membunuh nyamuk
anopheles dengan penyemprotan nyamuk, dan melenyapkan tempat
perindukan nyamuk.
3. Lingkungan tempat perindukan nyamuk harus dilenyapkan dengan cara tidak
membiarkan adanya genangan-genagan air di lingkungan manusia.
4. Untuk mencegah nyamuk menggigit manusia, maka diupayakan dengan tidur
memakai kelambu, memakai lation anti nyamuk, dll.

Pencegahan:

 Menghindari  gigitan nyamuk Anopheles. Yang perlu dilakukan :

1. Mengaktifkan obat nyamuk : bakar, spray, elektrik;


2. Memakai kelambu
3. Memakai pakaian yang dapat menutupi badan, dari mata kaki hingga
pergelangan tangan;
4. Mengolesi badan dengan obat anti nyamuk
5. Memasang kawat kasa
6. Menjauhkan kandang ternak dari rumah
7. Menghindari berada diluar rumah pada malam hari.

 Membersihkan tempat hinggap/peristirahatan nyamuk Anopheles. Yang Perlu


dilakukan:

1. Membersihkan semak-semak;
2. Melipat kain-kain yang bergantungan;
3. Membuka jendela dan memasang genteng kaca;
4. Mengecat rumah dengan warna terang.

 Meniadakan tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles. Yang perlu


dilakukan:

1. Mengalirkan air tergenang;


2. Menimbun lubang/kubangan/cekungan tanah yang dapat menampung air;
3. Membersihkan lumut di daerah lagun;
4. Membersihkan sampah (misalnya dedaunan) yang ada di air;
5. Mengatur rotasi pola tanam sawah (misalnya padi dan palawija)
6. Tidak melakukan penambangan liar yang menyebabkan adanya genangan liar
yang tidak terpelihara.

 Campak

Campak merupakan penyakit virus yang dapat mendatangkan komplikasi serius. Pada
masa lalu, infeksi campak sangat umum di kalangan anak-anak. Kini campak jarang
terjadi di NSW karena imunisasi. Pada sidang CDC/PAHO/WHO, tahun 1996
menyimpulkan bahwa penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya
pejamu (host) /reservoir campak hanya pada manusia, serta tersedia vaksin dengan
potensi yang cukup tinggi yaitu effikasi vaksin 85%, dan diperkirakan eradikasi dapat
dicapai 10-15 tahun setelah eliminasi. Selanjutnya global Sidang WHA tahun 1998,
menetapkan kesepakatan Eradikasi Polio (Erapo), Eliminasi Tetanus Neonatorum
(ETN) dan Reduksi Campak (RECAM). Pada Technical Consultative Groups (TCG)
Meeting, di Dakka, Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di
Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan KEJADIAN LUAR
BIASA (KLB).

Penyelidikan epidemiologi:

Campak biasanya ditularkan sewaktu seseorang menyedot virus campak yang telah
dibatukkan atau dibersinkan ke dalam udara oleh orang yang dapat menularkan
penyakit. Campak merupakan salah satu infeksi manusia yang paling mudah
ditularkan. Berada di dalam kamar yang sama saja dengan seorang penderita campak
dapat mengakibatkan infeksi. Penderita campak biasanya dapat menularkan penyakit
dari saat sebelum gejala timbul sampai empat hari setelah ruam timbul. Waktu dari
eksposur sampai jatuh sakit biasanya adalah 10 hari. Ruam biasanya timbul kirakira
14 hari setelah eksposur.
 

Tindak lanjut:

Campak dicurigai sewaktu seseorang merasa kurang sehat, mengalami batuk, hidung
beringus atau mata sakit dan demam diikuti dengan ruam. Kapan saja campak
dicurigai, tes darah dan sampel dari hidung, tenggorok dan air seni harus diambil
untuk mengkonfirmasikan diagnosis. Konfirmasi diagnosis penting karena
memungkinkan tindak lanjut kesehatan umum secara segera untuk orang lain yang
menghadapi risiko terkena campak.

Penderita infeksi campak biasanya dinasihati untuk beristirahat, minum banyak cairan
dan minum parasetamol untuk merawat demam. Tidak ada perawatan spesifik. Ketika
seseorang dapat menularkan penyakit campak, penting agar ia tetap tinggal di rumah
untuk mengurangi kemungkinan ditularkan kepada orang lain.

Pencegahan:

 Perlindungan terbaik terhadap campak adalah imunisasi dengan dua dosis


vaksin MMR. Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap infeksi campak,
di samping gondong dan rubela. Vaksin MMR harus diberikan kepada anak-
anak pada usia 12 bulan dan dosis kedua harus diberikan pada usia 4 tahun.
 Siapapun yang lahir pada atau sebelum tahun 1966 atau belum menderita
infeksi campak atau menerima vaksinasi MMR harus memastikan bahwa telah
menerima dua dosis vaksin MMR dengan selang waktu sekurang-kurangnya
empat minggu.
 Adalah aman untuk menerima vaksin lebih dari dua kali, maka orang yang
kurang pasti harus divaksinasi.
 Penderita campak harus tetap tinggal di rumah sampai tidak lagi dapat
menularkan penyakit (yaitu sampai 4 hari setelah ruam timbul).
 Bagi orang yang tidak mempunyai kekebalan dan telah mempunyai kontak
dengan seorang penderita campak, adakalanya infeksi masih dapat dicegah
dengan vaksin MMR jika diberikan dalam waktu 3 hari setelah eksposur atau
dengan imunoglobulin dalam waktu 7 hari setelah eksposur.

 Kematian Ibu

Indonesia dewasa ini menghadapi era globalisasi yang sangat dahsyat. Masyarakat
menjadi makin urban dan modern. Kalau tigapuluh tahun yang lalu masyarakat urban
baru mencapai sekitar 20 persen dari seluruh penduduk Indonesia, dewasa ini sudah
mendekati 50 persen. Namun, Indonesia masih sangat terkenal dengan sebutan
Negara dengan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan paling tinggi di dunia.
Indonesia masih juga belum mampu mengatasi tingginya angka kematian ibu (AKI)
yang 307 per 100.000 kelahiran hidup . Salah satu sebabnya adalah karena
masyarakat masih miskin dan tingkat pendidikannya rendah. Tingkah laku
masyarakat umumnya dicerminkan oleh keadaan sumber daya manusia yang rendah
mutunya itu. Untuk beberapa lama telah dikembangkan upaya besar untuk
menurunkan angka kematian ibu hamil dan melahirkan itu. Biarpun telah dicapai
hasil yang memadai, tetapi dirasakan masih kurang cepat dibandingkan dengan
tuntutan masyarakat yang makin luas. Dalam suasana seperti ini kita harus
mengembangkan strategi komunikasi yang jitu untuk lebih lanjut menurunkan tingkat
kematian ibu mengandung dan melahirkan yang masih tinggi itu. Dalam tigapuluh
tahun terakhir ini kita telah berhasil menurunkan tingkat kematian ibu dengan cukup
mengesankan. Biasanya angka AKI adalah diatas 600 per 100.000 kelahiran. Keadaan
sekarang angkanya berada dibawah 300 per 100.000 kelahiran. Ini suatu prestasi yang
selama ini tidak pernah diakui dan tidak pernah diangkat

kepermukaan dengan baik.

Penyelidikan Epidemiologi:

Penyebab langsung berkaitan dengan kematian ibu adalah komplikasi pada


kehamilan, persalinan, dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu.
Dari hasil survei (SKRT 2001) diketahui bahwa komplikasi penyebab kematian ibu
yang terbanyak adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (eklampsia), infeksi,
partus lama, dan komplikasi keguguran. Angka kematian bayi baru lahir terutama
disebabkan oleh antara lain infeksi dan berat bayi lahir rendah. Kondisi tersebut
berkaitan erat dengan kondisi kehamilan, pertolongan persalinan yang aman, dan
perawatan bayi baru lahir.

Tindak Lanjut:

Untuk mencapai sukses yang kita kehendaki, seluruh upaya KIE dan pelayanan untuk
mencegah kematian ibu hamil karena mengandung dan melahirkan, harus disepakati
suatu pendekatan dengan sasaran yang tepat. Untuk kesepakatan itu harus
dipergunakan peta sasaran yang sama agar semua jajaran tidak berbeda pendapat
tentang masalah ini. Peta yang dianjurkan itu adalah peta yang dibuat dan
diperbaharui setiap tahun oleh BKKBN. Sasaran yang dipilih adalah Ibu dan
pasangan usia subur dimana ibu menjadi titik sentralnya.

Pencegahan:

Kejadian komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa
sekitar persalinan sehingga pemeriksaan kesehatan pada saat hamil dan kehadiran
serta pertolongan tenaga kesehatan yang terampil pada masa persalinan menjadi
sangat penting.

 Kematian Bayi

Indonesia masih harus berjuang keras untuk memperbaiki indikator pembangunan


kesehatan, khususnya tingkat  kematian bayi, karena tren angka kematian bayi selama
empat tahun terakhir belum menurun. Rata-rata angka kematian bayi pada periode
2003-2007 relatif stagnan di kisaran 34 per 1.000 kelahiran. Kondisi ini menjadi
sorotan utama yang disampaikan oleh Dr Budihardja, Direktur Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan. “Kita perlu mempercepat pencapaian
target angka kematian bayi di Indonesia. Berdasarkan target Tujuan Pembangunan
Milenium (MGDs), pada tahun 2015 angka kematian bayi adalah 19 dari tiap 1.000
kelahiran.

Penyelidikan epidemiologi:

Tingginya penyebab kematian bayi itu dikarenakan banyak dari ibu hamil yang tidak
memperhatikan kesehatan selama dia sedang mengandung. Dengan minimnya
pemeriksaan itu diakuinya berdampak kepada tidak diketahuinya kondisi kesehatan
janin di dalam kandungan. Selain itu, tingkat kematian bayi itu banyak di dominasi
dari keluarga tidak mampu, untuk katagori ibu hamil yang notabane kesehatannya
cukup baik masih jarang ditemui. Akhir tahun 2009 lalu sudah tercatat bahwa
kematian seorang ibu hamil selalu mengalami peningkatan cukup tajam dari tahun
2008 lalu. Selain efek samping dari faktor kesehatan kandungan, juga ada faktor lain
yang melatarbelakangi kematian kepada bayi yang baru melahirkan itu. Salah
satunya, ada beberapa penyakit seperti penyakit infeksi atau tetanus pada bayi akibat
penanganan kelahiran dilakukan tidak steril.

Tindak lanjut:
Perencanaan persalinan dapat dilakukan manakala ibu, suami dan keluarga memiliki
pengetahuan mengenai tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas agar tingkat
kematian bayi bisa dikurangi; asuhan perawatan ibu dan bayi; pemberian ASI; jadwal
imunisasi; serta informasi lainnya. Semua informasi tersebut ada di dalam Buku KIA
yang diberikan kepada ibu hamil setelah didata melalui P4K. Buku KIA juga
berfungsi sebagai alat pemantauan perkembangan kesehatan ibu hamil serta
pemantauan pertumbuhan bayi sampai usia 5 tahun.

Pencegahan:

 Menurunkan kejadian gizi kurang.


 Menyediakan dan mendekatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
terjangkau oleh masyarakat termasuk rujukannnya dengan perhatian khusus
pada kelompok penduduk rawan.
 Meningkatkan akses pelayanan masyarakat yang berkualitas.
 Meningkatkan sistem surveilans,monitoring dan informasi kesehatan.

Referensi:

http://www.searo.who.int/en/Section10/Section21/Section340_4022.htm

http://www.malukuprov.go.id/index.php/kesehatan/47-kesehatan/65-malaria

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1799371-angka-kematian-ibu-dan-bayi/

http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publication_pdfs/8400/DOH-8400-IND.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17198/5/Chapter%20I.pdf

http://www.kesrepro.info/?q=node/430

http://bataviase.co.id/node/282930

EKA DWI LESTARI

E2A009084
Reg-1 2009 FKM UNDIP

Posted November 12, 2010 by eka78 in Uncategorized

« MANFAAT DARI EPIDEMIOLOGI DALAM MEMECAHKAN MASALAH


KESEHATAN DI INDONESIA
Kejadian Luar Biasa (KLB) »
Like
Be the first to like this post.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Name *

Email *

Website

Comment

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr
title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code>
<pre> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

Post Comment 15 0

1302254290
Notify me of follow-up comments via email.

Subscribe to this site by email

comment-form-te

73189111a0

Search

Search for:

 Archives
o March 2011
o December 2010
o November 2010
o October 2010
 Categories
o Uncategorized
 Links
o Documentation
o FKM UNDIP
o Plugins
o Suggest Ideas
o Support Forum
o Themes
o WordPress Blog
o WordPress Planet

Back to top

Theme: Andrea by Lucian E. Marin. — Blog at WordPress.com.

You might also like