You are on page 1of 15

A. KAJIAN TENTANG INSEKTISIDA 3.

Insektisida Sistemik Lokal


a. Pengertian Insektisida Insektisida ini hanya mampu diserap oleh jaringan daun, akan
Kata insektisida secara harfiah berarti pembunuh tetapi tidak dapat ditranslokasikan ke bagian tanaman
serangga, yang berasal dari kata “insekta” = serangga dan kata lainnya (efek translaminar). Insektisida yang jatuh ke
latin “cida”= pembunuh. permukaan atas daun akan menembus epidermis atas
Insektisida secara umum adalah senyawa kimia yang kemudian masuk ke jaringan parenkim pada mesofil (daging
digunakan untuk membunuh serangga pengganggu (hama daun) dan menyebar ke seluruh mefosil daun (daging daun)
serangga). Insektisida merupakan salah satu jenis dari pestisida hingga mampu masuk kedalam sel pada lapisan epidermis
(pembunuh hama) sedangkan kelompok pestisida lainnya antara daun bagian bawah (permukaan daun bagian bawah).
lain rodentisida (racun binatang pengerat), akarisida (racun
Menurut cara masuknya insektisida kedalam tubuh serangga
tungau dan caplak), fungisida (racun cendawan), herbisida
dibedakan menjadi 3 kelompok sebagai berikut:
(racun gulma / tumbuhan pengganggu), dan lain-lain.
1. Racun Lambung (racun perut)
Racun lambung atau perut adalah insektisida yang
b. Klasifikasi Insektisida
membunuh serangga sasaran dengan cara masuk ke
Menurut cara kerja atau distribusinya didalam tanaman
pencernaan melalui makanan yang mereka makan.
dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut:
Insektisida akan masuk ke organ pencernaan serangga dan
1. Insektisida Sistemik
diserap oleh dinding usus kemudian ditranslokasikan ke
Insektisida sistemik diserap oleh bagian-bagian tanaman
tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan
melalui stomata, meristem akar, lentisel batang dan celah-
aktif insektisida.
celah alami. Selanjutnya insektisida akan melewati sel-sel
Misalkan menuju ke pusat syaraf serangga, menuju ke organ-
menuju ke jaringan pengangkut baik xylem maupun floem.
organ respirasi, meracuni sel-sel lambung dan sebagainya.
Insektisida akan meninggalkan residunya pada sel-sel yang
Oleh karena itu, serangga harus memakan tanaman yang
telah dilewatinya. Melalui pembuluh angkut inilah insektisida
sudah disemprot insektisida yang mengandung residu dalam
ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya baik
jumlah yang cukup untuk membunuh.
kearah atas (akropetal) atau ke bawah (basipetal), termasuk
2. Racun Kontak
ke tunas yang baru tumbuh. Serangga akan mati apabila
Racun kontak adalah insektisida yang masuk kedalam tubuh
memakan bagian tanaman yang mengandung residu
serangga melalui kulit, celah/lubang alami pada tubuh
insektisida.
(trachea) atau langsung mengenai mulut si serangga.
2. Insektisida Non-sistemik
Serangga akan mati apabila bersinggungan langsung (kontak)
Insektisida non sistemik tidak dapat diserap oleh jaringan
dengan insektisida tersebut. Kebanyakan racun kontak juga
tanaman, tetapi hanya menempel pada bagian luar tanaman.
berperan sebagai racun perut.
Lamanya residu insektisida yang menempel pada permukaan
3. Racun Pernafasan
tanaman tergantung jenis bahan aktif (berhubungan dengan
Racun pernafasan adalah insektisida yang masuk melalui
presistensinya), teknologi bahan dan aplikasi. Serangga akan
trachea serangga dalam bentuk partikel mikro yang
mati apabila memakan bagian tanaman yang permukaannya
melayang di udara. Serangga akan mati bila menghirup
terkena insektisida. Residu insektisida pada permukaan
partikel mikro insektisida dalam jumlah yang cukup.
tanaman akan mudah tercuci oleh hujan dan siraman, oleh
Kebanyakan racun pernafasan berupa gas, asap, maupun uap
karena itu dalam aplikasinya harus memperhatikan cuaca dan
dari insektisida cair.
jadwal penyiraman.
c. Sifat Insektisida Terhadap Spesifikasi Cara Insektisida modern pada umumnya merupakan insektisida
Kerjanya organik sintetik.
1. Untuk mengendalikan hama yang berada didalam Pembagian menurut sifat kimia yang lebih tepat adalah
jaringan tanaman (misalnya hama penggerek batang, menurut komposisi atau susunan senyawa kimianya. Pembagian
penggorok daun) penanganannya dilakukan dengan insektisida organik sintetik menurut susunan kimia bahan aktif
insektisida sistemik atau sistemik lokal, sehingga residu (senyawa yang memiliki sifat racun) terdiri dari 4 kelompok
insektisida akan ditranslokasikan ke jaringan di dalam besar, antara lain:
tanaman. Akibatnya hama yang memakan jaringan didalam 1. Organoklorin (OC)
tanaman akan mati keracunan. Hama yang berada didalam Organoklorin atau sering disebut Hidrokarbon Klor
tanaman tidak sesuai bila dikendalikan dengan aplikasi merupakan kelompok insektisida sintetik yang pertama dan
penyemprotan insektisida kontak, karena hama didalam paling tua dan dimulai dengan ditemukannya DDT oleh Paul
jaringan tanaman tidak akan bersentuhan (kontak) langsung Mueller (Swiss) pada tahun 1940-an. DDT dalam sejarah
dengan insektisida. kemanusiaan menjadi insektisida yang paling kontroversial
2. Untuk mengendalikan hama-hama yang mobilitasnya karena di satu pihak merupakan insektisida sintetik pertama
tinggi (belalang, kutu gajah dll), penggunaan insektisida yang diproduksi besar-besaran dan jasanya sangat besar bagi
kontak murni akan kurang efektif, karena saat kemanusiaan. PM Churchill pernah menyebut DDT sebagai
penyemprotan berlangsung, banyak hama tersebut yang “Serbuk Ajaib”. Di sisi lain karena dampaknya yang
terbang atau tidak berada di tempat penyemprotan. Namun, membahayakan kepada lingkungan hidup, Rachel Carson
selang beberapa hari setelah penyemprotan, hama tersebut pada tahun 1962 menyebut DDT sebagai “Minuman
dapat kembali lagi. Pengendalian paling tepat yaitu dengan Kematian”.
menggunakan insektisida yang memiliki sifat kontak Setelah DDT, kemudian berhasil dikembangkan
maupun sistemik dengan efek residual yang agak lama. banyak jenis insektisida yang mirip dengan DDT dan
Dengan demikian apabila hama tersebut kembali untuk kemudian dikelompokkan dalam golongan Hidrokarbon Klor.
memakan daun, maka mereka akan mati keracunan. Semua insektisida dalam kelompok ini mengandung Klorin,
Hidrogen dan Karbon. Kadang-kadang ada juga yang
B. INSEKTISIDA KIMIA mengandung Oksigen dan Sulfur.
a. Jenis Insektisida Kimia Insektisida OC merupakan racun kontak dan racun
Insektisida dapat kita bagi menurut sifat dasar senyawa perut, efektif untuk mengendalikan larva, nimfa dan imago
kimianya yaitu dalam insektisida anorganik yang tidak dan kadang-kadang untuk pupa dan telur. Cara kerja (Mode
mengandung unsur karbon dan insektisida organik yang of Action) OC belum diketahui secara lengkap. Secara umum
mengandung unsur karbon. Insektisida lama yang digunakan dapat dikatakan bahwa keracunan serangga oleh insektisida
sebelum tahun 1945 umumnya merupakan insektisida anorganik tersebut ditandai dengan terjadinya gangguan pada sistem
sedangkan insektisida modern setelah DDT ditemukan syaraf pusat yang mengakibatkan terjadinya hiperaktivitas,
umumnya merupakan insektisida organik. Insektisida organik gemetaran, kejang-kejang dan akhirnya terjadi kerusakan
masih dapat dibagi menjadi insektisida organik alami dan syaraf dan otot serta kematian.
insektisida organik sintetik. Insektisida organik alami merupakan Insektisida golongan OC pada umumnya memiliki
insektisida yang terbuat dari tanaman (insektisida botanik) dan toksisitas ‘sedang” untuk mamalia. Masalah yang paling
bahan alami lainnya. Sedangkan insektisida sintetik merupakan merugikan bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat
hasil kimia pabrik dengan melalui proses sintesis kimiawi. adalah sifat persistensinya yang sangat lama di lingkungan
baik di tanah maupun di dalam jaringan tanaman dan dalam OP masih merupakan kelompok insektisida yang paling
tubuh hewan. Misalnya DDT di daerah Subtropis dalam kurun banyak digunakan di seluruh dunia.
waktu 17 tahun residunya masih 39% di dalam tanah, Kebanyakan insektisida OP adalah penghambat
sedangkan residu Endrin setelah 14 tahun masih dijumpai bekerjanya enzim asetilkolinesterase. Kita ketahui bahwa
40%. Persistensi OC di lingkungan menimbulkan dampak dalam sistem syaraf serangga antara sel syaraf atau neuron
negatif seperti perbesaran hayati dan masalah keracunan dengan sel-sel lain termasuk sel otot terdapat “celah” yang
kronik yang membahayakan kesehatan masyarakat. Masalah disebut Sinapse. Enzim Asetilkolin yang dibentuk oleh sistem
lain yang timbul adalah berkembangnya sifat resistensi syaraf pusat berfungsi untuk mengantarkan pesan atau
serangga hama sasaran seperti nyamuk dan lalat terhadap impuls dari sel syaraf ke sel otot melalui sinapse. Setelah
DDT. impuls diantarkan ke sel-sel otot proses penghantaran impuls
Oleh karena bahayanya insektisida golongan tersebut dihentikan oleh karena bekerjanya enzim lain yaitu
Organoklorin sejak tahun 1973 dilarang penggunaannya enzim asetilkolinestarase. Dengan enzim tersebut asetilkolin
untuk hama pertanian di Indonesia kecuali Endosulfan dan dipecah menjadi asam asetat dan kolin. Adanya asetilcolin-
Dieldrin yang diijinkan secara terbatas untuk pengendalian esterase menyebabkan sinapse menjadi kosong lagi sehingga
rayap, namun sayangnya penggunaan DDT untuk sektor pengantaran impuls berikutnya dapat dilakukan.
kesehatan masih dianjurkan secara terbatas sampai akhir Insektisida OP menghambat bekerjanya enzim
tahun 1991. asetilkolinesterase yang berakibat terjadi penumpukan
Kelompok Organoklorin masih dapat dibagi menjadi 3 asetilkolin dan terjadilah kekacauan pada sistem
subkelompok yaitu, pertama DDT dan senyawa dekatnya penghantaran inpuls ke sel-sel otot. Keadaan ini
seperti Metoksiklor, Dikofol, BHC, atau HCH; kedua adalah menyebabkan pesan-pesan berikutnya tidak dapat
Siklodien yang terdiri dari Aldrin, Endrin, Dieldrin, Klordan, diteruskan, otot kejang dan akhirnya terjadi kelumpuhan
Heptaklor dan Endosulfan. Ketiga, adalah terpene Klor seperti (paralisis) dan kematian.
Toksafena. OP memiliki berbagai bentuk alkohol yang melekat
pada atom-atom P dan berbagai bentuk ester asam fosforik.
2. Organophosphat (OP)
Ester-ester ini mempunyai kombinasi oksigen, karbon, sulfur
Insektisida OP dengan unsur P sebagai inti yang aktif
dan Nitrogen. OP yang dikembangkan dari kombinasi ini
saat ini merupakan kelompok insektisida yang terbesar dan
dapat dibagi menjadi 3 kelompok derivat yaitu : Alifatik, Fenil,
sangat bervariasi jenis dan sifatnya. Saat ini telah tercatat
dan Heterosiklik.
sekitar 200 ribu senyawa OP yang pernah dicoba dan diuji
Derivat Alifatik strukturnya ditandai oleh senyawa
untuk mengendalikan serangga.
dengan rantai karbon yang lurus dan tidak berbentuk cincin.
OP merupakan insektisida yang sangat beracun bagi
Derivat Alifatik meliputi insektisida-insektisida antara lain
serangga dan bersifat baik sebagai racun kontak, racun perut
TEPP, Malathion, Dimetoat, Dikrotofos, Mitamidofos, Asefat,
maupun fumigan. Berbeda dengan OC, senyawa OP di
dan lain-lain.
lingkungan kurang stabil sehingga lebih cepat terdegredasi
Derivat Fenil terlihat dari adanya cincin-cincin fenil
dalam senyawa-senyawa yang tidak beracun. Daya racun OP
dimana salah satu H ditempati oleh “moiety” P sedangkan
mampu menurunkan populasi serangga dh cepat,
lainnya (satu atau lebih) diganti oleh CH3, Cl, CN, NO2 atau S.
persistensinya di lingkungan sedang sehingga OP secara
Stabilitas derivat ini lebih besar daripada derivat Alifatik
bertahap dapat menggantikan insektisida OC. Sampai saat ini
sehingga residunya dapat lebih lama di lingkungan.
Insektisida OP yang termasuk derivat fenil adalah Metil yang tinggi tetapi sayangnya di lingkungan bahan alami ini
Parathion, Paration, Fention, Fonofos, dan lain-lain. tidak bertahan lama karena mudah terurai oleh sinar
Derivat Heterosiklik seperti fenil mereka memiliki ultraviolet. Kecuali itu penggunaan di lapangan kurang praktis
bangunan rantai tetapi perbedaannya satu atau beberapa dan mahal karena piretrum harus dahulu diekstrasi dari
atom C ditempati oleh O, N atau S. Juga bangunan rantai dari bunga chrisantenum. Dari rangkaian penelitian kimiawi
kelompok ini mempunyai 3,5 atau 6 atom. Senyawa-senyawa dengan melakukan sintesis terhadap susunan kimia piretrum
kelompok ini paling stabil dan lama bertahan di lingkungan. dapat diperoleh bahan kimiawi yang memiliki sifat insektisidal
Yang termasuk derivat ini antara lain Klorpirifos, Fention, mirip dengan piretrum dan bahan tersebut mempunyai
Temephos, metidation dan lain-lain. kemampuan untuk bertahan lebih lama di lingkungan serta
dapat diproduksi di pabrik. Jenis insektisida kimia yang mirip
3. Carbamat
piretrum diberi nama pirethrin yang kemudian menjadi modal
Karbamat merupakan insektisida yang berspektrum
dasar bagi pengembangan insektisida golongan SP lainnya.
lebar dan telah banyak digunakan secara luas untuk
Insektisida SP seringkali dikelompokkan menurut
pengendalian hama. Golongan ini relatif baru jika
generasi perkembangannya di laboratorium. Biasanya,
dibandingkan 2 kelompok insektisida sebelumnya (OC dan
generasi yang lanjut merupakan perbaikan sifat SP generasi
OP). Semua insektisida Karbamat mempunyai bangunan
sebelumnya. Sasaran perkembangan SP kecuali sifat-sifat
dasar asam karbamat. Cara karbamat mematikan serangga
yang disebutkan diatas juga mencari dosis aplikasi yang
sama dengan golongan OP yaitu melalui penghambatan
sekecil mungkin dengan kemampuan mematikan serangga
aktivitas enzim kolinesterase pada sistem syaraf.
hama setinggi mungkin sehingga diperoleh efisiensi ekonomis
Perbedaannya bahwa pada karbamat penghambatan enzim
yang tinggi. Sampai saat ini sudah dikenal 4 generasi SP.
kolinesterase-nya bersifat bolak-balik (resersible) sedangkan
Salah satu anggota generasi pertama adalah
pada OP tidak bolak balik. Insektisida tersebut cepat terurai
Allethrin.Generasi kedua adalah Resmethrin. Generasi ketiga
dan hilang daya racunnya dari tubuh binatang sehingga tidak
adalah Fenvalerate dan Permethrin. Generasi keempat adalah
terakumulasi dalam jaringan lemak atau susu seperti OC.
cypermethrin, fluvalinat dan Deltamethrin dan lain-lain.
Beberapa karbamat memiliki toksisitas rendah bagi mamalia
Meskipun daya mematikan SP sangat tinggi dan
tetapi ada yang sangat beracun.
sangat sedikit menghadapi permasalahan lingkungan, namun
Contoh insektisida golongan karbamat adalah Aldikarb,
insektisida ini menghadapi masalah utama yaitu percepatan
Metiokarb, Metomil, Propoxur, dan lain-lain.
perkembangan strain hama baru yang tahan terhadap
4. Piretroid Sintetik (SP) insektisida SP.
Piretroid merupakan kelompok insektisida organik
5. Fumigan
sintetik konvensional yang paling baru, digunakan secara luas
Fumigan sangat mudah menguap, kebanyakan
sejak tahun 1970-an dan saat ini perkembangannya sangat
mengandung satu atau lebih gas halogen yaitu Cl, Br dan F.
cepat. Keunggulan SP karena memiliki pengaruh “knock
Banyak yang sangat beracun bagi serangga hama sehingga
down” atau mematikan serangga dengan cepat. Tingkat
dapat membunuh serangga di ruang tertutup. Oleh karena itu
toksisitas rendah bagi manusia.
fumigan banyak digunakan untuk mengendalikan hama
Kelompok SP merupakan tiruan dari bahan aktif
simpanan/gudang, hama rumah kaca, dan rayap. Beberapa
insektisida botani Piretrum yaitu Sinerin I yang berasal dari
fumigan juga digunakan untuk perlakuan tanah.
bunga Chrysanthenum cinerariaefolium. Sebagai insektisida
botani piretrum memiliki keunggulan yaitu daya knockdown
Beberapa contoh fumigan antara lain : CH3Br, B. Kekurangan
Kloropikrin, Naftalena, dan lain-lain. 1. Hama menjadi kebal (resisten)
6. Minyak 2. Peledakan hama baru (resurjensi)
Minyak tanah sejak abad ke 18 telah digunakan untuk Penggunaan insektisida yang berlebihan justru
mengendalikan serangga yang merugikan manusia antara mengakibatkan hama kebal terhadap insektisida
lain untuk nyamuk dan hama buah-buahan. Masalah utama sehingga terjadi resurjensi.
yang dihadapi dalam penggunaan minyak tanah adalah 3. Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen
fitotoksisitasnya yang tinggi. Oleh karena itu sebelum 4. Terbunuhnya musuh alami
digunakan minyak tanah harus disuling lebih dahulu dengan Musuh-musuh alami seperti tikus yang mampu
tehnik tertentu. Minyak tanah yang telah disuling efektif membunuh serangga justru mati karena insektisida
untuk pengendalian tungau, aphid dan kutu-kutu tanaman. buatan. Hal itu membuat eksistensi serangga meningkat
sedangkan jumlah musuh alami menurun.
5. Pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu
7. Insektisida Lain bahan kimia
Masih banyak kelompok insektisida lain di luar yang Residu yang tertinggal menyebabkan turunnya populasi
telah disebutkan sebelumnya seperti Formamidin, Tiosianat, hewan tanah. Hal itu berakibat pada berkurangnya
Organotin dan lain-lain. Termasuk dalam kelompok ini adalah tingkat kesuburan tanah. Tak jauh berbeda, lingkungan
insektisida Anorganik yang sudah lama tidak digunakan lagi perairan yang tercemar menyebabkan satwa yang
setelah adanya insektisida organik sintetik. Termasuk dalam hidup di dalam dan sekitarnya turut tercemar bahkan
Anorganik adalah Kalium Arsenat, Pb Arsenat, Kriolid dan insektisida yang dikonsumsi oleh ikan membuat
Belerang. Umumnya insektisida tersebut adalah racun perut. manusia yang memakan ikan-ikan tersebut terserang
Kelemahan insektisida anorganik adalah toksisitas tinggi penyakit atau kematian. Contoh : kematian 13 orang di
untuk mamalia termasuk manusia, residu di lingkungan Aceh Utara akibat mengkonsumsi tiram (Ostrea
persisten, ftotoksisitas tinggi, masalah ketahanan hama culcullata) yang tercemar pestisida. Pencemaran itu
terhadap insektisida dan efisikasinya lebih rendah bila menurut Kompas 10 Mei 1993 berasal dari tambak
dibandingkan insektisida organik sintetik. udang yang menggunakan Brestan untuk membunuh
siput dan hama yang memakan benur.
b. Kelebihan dan Kelemahan Insektisida Kimia
6. Tidak ramah lingkungan
A. Kelebihan 7. Harganya mahal
1. Mudah didapatkan di berbagai tempat 8. Membahayakan kesehatan manusia
2. Insektisida dapat dibeli dimana saja bahkan Jika manusia mengkonsumsi makanan yang
pemerintahpun memberi subsidi biaya penggunaan mengandung residu pestisida dengan kadar 100 g
pestisida. setiap hari maka dalam setahun manusia
3. Zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang diberi mengkonsumsi bahan aktif pestisida sekitar 5,5-12,75 g
pestisida setara dengan ¾ liter atau ½ kaleng racun nyamuk
4. Kemasan lebih praktis yang jika diminum dapat menimbulkan kematian.
5. Bersifat tahan lama untuk disimpan Contoh: Widjanarka dari kelompok relawan anti
6. Daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi penyalahgunaan pestisida menuturkan bahwa kubis di
serangga) daerah Cipanas mengandung pestisida sejenis paration
20-29 ppm serta kubis dan sawi di daerah Sukabumi manusia tidak hanya pada saat insektisida itu digunakan,
juga mengandung pestisida jenis paration 20-29 ppm. tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan
9. Matinya organisme yang berguna penyemprotan.
Insektisida dapat membunuh hewan-hewan tanah yang Kecelakaan akibat insektisida pada manusia sering
bermanfaat dalam proses menyuburkan tanah. terjadi, terutama dialami oleh orang yang langsung
melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat mengalami
c. Akibat Pemakaian Insektisida Kimia Yang Berlebihan pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun
Memang kita akui, insektisida banyak memberi manfaat sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit
dan keuntungan. Diantaranya, cepat menurunkan populasi jasad terasa gatal-gatal dan menjadi luka, kejang-kejang,
penganggu tanaman dengan periode pengendalian yang lebih pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhir dengan kematian.
panjang, mudah dan praktis cara penggunaannya, mudah Kejadian tersebut umumnya disebabkan kurangnya
diproduksi secara besar-besaran serta mudah diangkut dan perhatian atas keselamatan kerja dan kurangnya kesadaran
disimpan. Manfaat yang lain, secara ekonomi penggunaan bahwa insektisida adalah racun.
insektisida relatif menguntungkan. Namun, bukan berarti Kadang-kadang para petani atau pekerja perkebunan,
penggunaan insektisida tidak menimbulkan dampak buruk. kurang menyadari daya racun insektisida, sehingga dalam
Akhir-akhir ini disadari bahwa pemakaian insektisida, melakukan penyimpanan dan penggunaannya tidak
khususnya insektisida sintetis ibarat pisau bermata dua. Dibalik memperhatikan segi-segi keselamatan. Insektisida sering
manfaatnya yang besar bagi peningkatan produksi pertanian, ditempatkan sembarangan, dan saat menyemprot sering
terselubung bahaya yang mengerikan. Tak bisa dipungkiri, tidak menggunakan pelindung, misalnya tanpa kaos tangan
bahaya insektisida semakin nyata dirasakan masyarakat, dari plastik, tanpa baju lengan panjang, dan tidak
terlebih akibat penggunaan insektisida yang tidak bijaksana. mengenakan masker penutup mulut dan hidung. Juga cara
Kerugian berupa timbulnya dampak buruk penggunaan penyemprotannya sering tidak memperhatikan arah angin,
insektisida, dapat dikelompokkan atas 3 bagian, antara lain: sehingga cairan semprot mengenai tubuhnya. Bahkan
1. Pengaruh Negatif Insektisida Terhadap Kesehatan kadang-kadang wadah tempat insektisida digunakan
Manusia sebagai tempat minum, atau dibuang di sembarang tempat.
Insektisida secara harfiah berarti pembunuh hama, Kecerobohan yang lain, penggunaan dosis aplikasi sering
berasal dari kata pest dan sida. Pest meliputi hama penyakit tidak sesuai anjuran. Dosis dan konsentrasi yang dipakai
secara luas, sedangkan sida berasal dari kata “caedo” yang kadang-kadang ditingkatkan hingga melampaui batas yang
berarti membunuh. Pada umumnya insektisida, terutama disarankan, dengan alasan dosis yang rendah tidak mampu
insektisida sintesis adalah biosida yang tidak saja bersifat lagi mengendalikan hama dan penyakit tanaman.
racun terhadap jasad pengganggu sasaran. Tetapi juga Secara tidak sengaja, insektisida dapat meracuni
dapat bersifat racun terhadap manusia dan jasad bukan manusia atau hewan ternak melalui mulut, kulit, dan
target termasuk tanaman, ternak dan organisma berguna pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun
lainnya. tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa
Apabila penggunaan insektisida tanpa diimbangi menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan
dengan perlindungan dan perawatan kesehatan, orang yang mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang
sering berhubungan dengan insektisida, secara lambat laun menderita keracunan kronis, ketahuan setelah selang
akan mempengaruhi kesehatannya. Insektisida meracuni waktu yang lama, setelah berbulan atau bertahun.
Keracunan kronis akibat insektisida saat ini paling ditakuti,
karena efek racun dapat bersifat carsinogenic lainnya. Sebab jenis-jenis tersebut umumnya disemprot
(pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenic secara rutin dengan frekuensi penyemprotan yang tinggi,
(kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang), dan bisa sepuluh sampai lima belas kali dalam semusim. Bahkan
teratogenic (kelahiran anak cacad dari ibu yang keracunan). beberapa hari menjelang panenpun, masih dilakukan
Insektisida dalam bentuk gas merupakan insektisida aplikasi insektisida. Publikasi ilmiah pernah melaporkan
yang paling berbahaya bagi pernafasan, sedangkan yang dalam jaringan tubuh bayi yang dilahirkan seorang Ibu yang
berbentuk cairan sangat berbahaya bagi kulit, karena dapat secara rutin mengkonsumsi sayuran yang disemprot
masuk ke dalam jaringan tubuh melalui ruang pori kulit. insektisida, terdapat kelainan genetik yang berpotensi
Menurut World Health Organization (WHO), paling tidak menyebabkan bayi tersebut cacat tubuh sekaligus cacat
20.000 orang per tahun, mati akibat keracunan insektisida. mental.
Diperkirakan 5.000-10.000 orang per tahun mengalami Belakangan ini, masalah residu insektisida pada
dampak yang sangat fatal, seperti mengalami penyakit produk pertanian dijadikan pertimbangan untuk diterima
kanker, cacat tubuh, kemandulan dan penyakit liver. atau ditolak negara importir. Negara maju umumnya tidak
Tragedi Bhopal di India pada bulan Desember 1984 mentolerir adanya residu insektisida pada bahan makanan
merupakan peringatan keras untuk produksi insektisida yang masuk ke negaranya. Belakangan ini produk pertanian
sintesis. Saat itu, bahan kimia Metil Isosianat telah bocor Indonesia sering ditolak di luar negeri karena residu
dari pabrik Union Carbide yang memproduksi insektisida insektisida yang berlebihan. Media massa pernah
sintesis (Sevin). Tragedi itu menewaskan lebih dari 2.000 memberitakan, ekspor cabai Indonesia ke Singapura tidak
orang dan mengakibatkan lebih dari 50.000 orang dirawat dapat diterima dan akhirnya dimusnahkan karena residu
akibat keracunan. Kejadian ini merupakan musibah terburuk insektisida yang melebihi ambang batas. Demikian juga
dalam sejarah produksi insektisida sintesis. pruduksi sayur mayur dari Sumatera Utara, pada tahun 80-
Selain keracunan langsung, dampak negatif an masih diterima pasar luar negeri. Tetapi kurun waktu
insektisida bisa mempengaruhi kesehatan orang awam yang belakangan ini, seiring dengan perkembangan kesadaran
bukan petani, atau orang yang sama sekali tidak peningkatan kesehatan, sayur mayur dari Sumatera Utara
berhubungan dengan insektisida. Kemungkinan ini bisa ditolak konsumen luar negeri, dengan alasan kandungan
terjadi akibat sisa racun (residu) insektisida yang ada residu insektisida yang tidak dapat ditoleransi karena
didalam tanaman atau bagian tanaman yang dikonsumsi melampaui ambang batas..
manusia sebagai bahan makanan. Konsumen yang Pada tahun 1996, pemerintah Indonesia melalui Surat
mengkonsumsi produk tersebut, tanpa sadar telah Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri
kemasukan racun insektisida melalui hidangan makanan Pertanian sebenarnya telah membuat keputusan tentang
yang dikonsumsi setiap hari. Apabila jenis insektisida penetapan ambang batas maksimum residu insektisida pada
mempunyai residu terlalu tinggi pada tanaman, maka akan hasil pertanian. Namun pada kenyatannya, belum banyak
membahayakan manusia atau ternak yang mengkonsumsi pengusaha pertanian atau petani yang perduli. Dan baru
tanaman tersebut. Makin tinggi residu, makin berbahaya menyadari setelah ekspor produk pertanian kita ditolak oleh
bagi konsumen. negara importir, akibat residu insektisida yang tinggi.
Dewasa ini, residu insektisida di dalam makanan dan Diramalkan, jika masih mengandalkan insektisida sintesis
lingkungan semakin menakutkan manusia. Masalah residu sebagai alat pengendali hama, pemberlakuan ekolabelling
ini, terutama terdapat pada tanaman sayur-sayuran seperti dan ISO 14000 dalam era perdagangan bebas, membuat
kubis, tomat, petsai, bawang, cabai, anggur dan lain-
produk pertanian Indonesia tidak mampu bersaing dan disemprotkan akan terbawa oleh hembusan angin ke tempat
tersisih serta terpuruk di pasar global. lain yang bukan target aplikasi, dan mencemari tanah, air
dan biota bukan sasaran.
2. Dampak Negatif Insektisida Terhadap Kualitas
Pencemaran insektisida yang diaplikasikan di sawah
Lingkungan
beririgasi sebahagian besar menyebar di dalam air
Masalah yang banyak diprihatinkan dalam
pengairan, dan terus ke sungai dan akhirnya ke laut.
pelaksanaan program pembangunan yang berwawasan
Memang di dalam air terjadi pengenceran, sebahagian ada
lingkungan adalah masalah pencemaran yang diakibatkan
yang terurai dan sebahagian lagi tetap persisten. Meskipun
penggunaan insektisida di bidang pertanian, kehutanan,
konsentrasi residu mengecil, tetapi masih tetap
pemukiman, maupun di sektor kesehatan. Pencemaran
mengandung resiko mencemarkan lingkungan. Sebagian
insektisida terjadi karena adanya residu yang tertinggal di
besar insektisida yang jatuh ke tanah yang dituju akan
lingkungan fisik dan biotis disekitar kita. Sehingga akan
terbawa oleh aliran air irigasi.
menyebabkan kualitas lingkungan hidup manusia semakin
Di dalam air, partikel insektisida tersebut akan diserap
menurun.
oleh mikroplankton-mikroplankton. Oleh karena insektisida
Insektisida sebagai bahan beracun, termasuk bahan
itu persisten, maka konsentrasinya di dalam tubuh
pencemar yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan
mikroplankton akan meningkat sampai puluhan kali
manusia. Pencemaran dapat terjadi karena insektisida
dibanding dengan insektisida yang mengambang di dalam
menyebar melalui angin, melalui aliran air dan terbawa
air. Mikroplankton-mikroplankton tersebut kelak akan
melalui tubuh organisme yang dikenainya. Residu
dimakan zooplankton. Dengan demikian insektisida tadi ikut
insektisida sintesis sangat sulit terurai secara alami. Bahkan
termakan. Karena sifat persistensi yang dimiliki insektisida,
untuk beberapa jenis insektisida, residunya dapat bertahan
menyebabkan konsentrasi di dalam tubuh zooplankton
hingga puluhan tahun. Dari beberapa hasil monitoring
meningkat lagi hingga puluhan mungkin ratusan kali
residu yang dilaksanakan, diketahui bahwa saat ini residu
dibanding dengan yang ada di dalam air. Bila zooplankton-
insektisida hampir ditemukan di setiap tempat lingkungan
zooplankton tersebut dimakan oleh ikan-ikan kecil,
sekitar kita. Kondisi ini secara tidak langsung dapat
konsentarsi insektisida di dalam tubuh ikan-ikan tersebut
menyebabkan pengaruh negatif terhadap organisma bukan
lebih meningkat lagi. Demikian pula konsentrasi insektisida
sasaran. Oleh karena sifatnya yang beracun serta relatif
di dalam tubuh ikan besar yang memakan ikan kecil
persisten di lingkungan, maka residu yang ditinggalkan
tersebut. Rantai konsumen yang terakhir yaitu manusia
pada lingkungan menjadi masalah.
yang mengkonsumsi ikan besar, akan menerima
Residu insektisida telah diketemukan di dalam tanah,
konsentrasi tertinggi dari insektisida tersebut.
ada di air minum, air sungai, air sumur, maupun di udara.
Model pencemaran seperti yang dikemukakan, terjadi
Dan yang paling berbahaya racun insektisida kemungkinan
melalaui rantai makanan, yang bergerak dari aras tropi yang
terdapat di dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari,
terendah menuju aras tropi yang tinggi. Mekanisme seperti
seperti sayuran dan buah-buahan.
yang dikemukakan, diduga terjadi pada kasus pencemaran
Aplikasi insektisida dari udara jauh memperbesar
Teluk Buyat di Sulawesi, yang menghebohkan sejak tahun
resiko pencemaran, dengan adanya hembusan angin.
lalu. Diduga logam-logam berat limbah sebuah industri PMA
Pencemaran insektisida di udara tidak terhindarkan pada
telah terakumulasi di perairan Teluk Buyat. Sekaligus
setiap aplikasi insektisida. Sebab hamparan yang disemprot
mempengaruhi secara negatif biota perairan, termasuk ikan-
sangat luas. Sudah pasti, sebagian besar insektisida yang
ikan yang dikonsumsi masyarakat setempat.
Kasus pencemaran lingkungan akibat penggunaan Satu lagi, spesies burung Tullik. Burung berukuran
insektisida dampaknya tidak segera dapat dilihat. Sehingga tubuh kecil ini diketahui sebagai predator ulat penggerek
sering kali diabaikan dan terkadang dianggap sebagai akibat batang padi (Tryporiza sp). Bangsa burung Tullik sangat
sampingan yang tak dapat dihindari. Akibat pencemaran aktif mencari ulat-ulat yang menggerek batang padi,
lingkungan terhadap organisma biosfer, dapat sehingga dalam kondisi normal perkembangan serangga
mengakibatkan kematian dan menciptakan hilangnya hama penggerek batang padi dapat terkontrol secara
spesies tertentu yang bukan jasad sasaran. Sedangkan alamiah berkat jasa burung tersebut. Tetapi seiring dengan
kehilangan satu spesies dari muka bumi dapat menimbulkan pesatnya pemakaian insektisida, terutama penggunaan
akibat negatif jangka panjang yang tidak dapat insektisida sistemik, populasi burung tersebut menurun
diperbaharui. Seringkali yang langsung terbunuh oleh drastis. Bahkan belakangan ini, spesies tersebut sulit
penggunaan insektisida adalah spesies serangga yang diketemukan. Hilangnya spesies burung ini, akibat efek
menguntungkan seperti lebah, musuh alami hama, racun yang terkontaminasi dalam tubuh ulat padi, yang
invertebrata, dan bangsa burung. dijadikan burung Tullik sebagai makanan utamanya.
Di daerah Simalungun, diketahui paling tidak dua jenis Belakangan ini, penggunaan insektisida memang
spesies burung yang dikenal sebagai pengendali alami sudah diatur dan dikendalikan. Bahkan pemerintah
hama serangga, saat ini sulit diketemukan dan mungkin saja melarang peredaran jenis insektisida tertentu yang
sedang menuju kepunahan. Penyebabnya, salah satu berpotensi menimbulkan dampak buruk. Tetapi sebahagian
adalah akibat pengaruh buruk insektisida terhadap sudah terlanjur. Telah banyak terjadi degradasi lingkungan
lingkungan, yang tercemar melalui rantai makanan. berupa kerusakan ekosistem, akibat penggunaan insektisida
Spesies burung Anduhur bolon, disamping pemakan yang tidak bijaksana. Salah satu contohnya adalah
biji-bijian, juga dikenal sebagai predator serangga, hilangnya populasi spesies predator hama, seperti yang
khususnya hama Belalang (famili Locustidae) dan hama dikemukakan diatas.
serangga Anjing Tanah (famili Gryllotalpidae). Untuk
3. Insektisida Meningkatkan Perkembangan Populasi
mencegah gangguan serangga Gryllotalpidae yang
Jasad Penganggu Tanaman
menyerang kecambah padi yang baru tumbuh, pada saat
Tujuan penggunaan insektisida adalah untuk
bertanam petani biasanya mencampur benih padi dengan
mengurangi populasi hama. Akan tetapi dalam
insektisida organoklor seperti Endrin dan Diendrin yang
kenyataannya, sebaliknya malahan sering meningkatkan
terkenal sangat ampuh mematikan hama serangga. Jenis
populasi jasad pengganggu tanaman, sehingga tujuan
insektisida ini hingga tahun 60-an masih diperjual-belikan
penyelamatan kerusakan tidak tercapai. Hal ini sering
secara bebas, dan belum dilarang penggunaaanya untuk
terjadi, karena kurang pengetahuan dan perhitungan
kepentingan pertanian.
tentang dampak penggunaan insektisida. Ada beberapa
Akibat efek racun insektisida, biasanya 2-3 hari setelah
penjelasan ilmiah yang dapat dikemukakan mengapa
bertanam serangga-serangga Gryllotalpidae yang
insektisida menjadi tidak efektif, dan malahan sebaliknya
bermaksud memakan kecambah dari dalam tanah,
bisa meningkatkan perkembangan populasi jasad
mengalami mati massal dan menggeletak diatas
pengganggu tanaman.
permukaan tanah. Bangkai serangga ini tentu saja menjadi
Berikut ini diuraikan tiga dampak buruk penggunaan
makanan yang empuk bagi burung-burung Anduhur bolon,
insektisida, khususnya yang mempengaruhi peningkatan
tetapi sekaligus mematikan spesies burung pengendali
perkembangan populasi hama.
alami tersebut.
a. Munculnya Ketahanan (Resistensi) Hama resistensi dikendalikan oleh faktor genetis, maka fenomena
Terhadap Insektisida resistensi adalah permanent, dan tidak dapat kembali lagi.
Timbulnya ketahanan hama terhadap pemberian Bila sesuatu jenis serangga telah menunjukkan sifat
insektisida yang terus menerus, merupakan fenomena dan ketahanan dalam waktu yang cukup lama, serangga tersebut
konsekuensi ekologis yang umum dan logis. tidak akan pernah berubah kembali lagi menjadi serangga
Munculnya resistensi adalah sebagai reaksi evolusi yang peka terhadap insektisida.
menghadapi suatu tekanan (strees). Karena hama terus Di Indonesia, beberapa jenis-jenis hama yang diketahui
menerus mendapat tekanan oleh insektisida, maka melalui resisten terhadap insektisida antara lain hama Kubis Plutella
proses seleksi alami, spesies hama mampu membentuk xylostella, hama Kubis Crocidolomia pavonana, hama
strain baru yang lebih tahan terhadap insektisida tertentu penggerek umbi Kentang Phthorimaea operculella, dan Ulat
yang digunakan petani. Pada tahun 1947, dua tahun setelah Grayak Spodoptera litura. Demikian juga hama hama-hama
penggunaan insektisida DDT, diketahui muncul strain tanaman padi seperti wereng coklat (Nilaparvata lugens),
serangga yang resisten terhadap DDT. Saat ini, telah didata hama walang sangit (Nephotettix inticeps) dan ulat
lebih dari 500 spesies serangga hama telah resisten penggerek batang (Chilo suppressalis) dilaporkan
terhadap berbagai jenis kelompok insektisida. mengalami peningkatan ketahanan terhadap insektisida.
Mekanisme timbulnya resistensi hama dapat dijelaskan Dengan semakin tahannya hama terhadap insektisida,
sebagai berikut. Apabila suatu populasi hama yang terdiri petani terdorong untuk semakin sering melakukan
dari banyak individu, dikenakan pada suatu tekanan penyemprotan dan sekaligus melipat gandakan tinggkat
lingkungan, misalnya penyemprotan bahan kimia beracun, dosis. Penggunaan insektisida yang berlebihan ini dapat
maka sebagian besar individu populasi tersebut akan mati menstimulasi peningkatan populasi hama.
terbunuh. Tetapi dari sekian banyak individu, ada satu atau Ketahanan terhadap insektisida tidak hanya
beberapa individu yang mampu bertahan hidup. Tidak berkembang pada serangga atau binatang arthropoda
terbunuhnya individu yang bertahan tersebut, mungkin lainnya, tetapi juga saat ini telah banyak kasus timbulnya
disebabkan terhindar dari efek racun insektisida, atau ketahanan pada pathogen/penyakit tanaman terhadap
sebahagian karena sifat genetik yang dimilikinya. Ketahanan fungisida, ketahanan gulma terhadap herbisida dan
secara genetik ini, mungkin disebabkan kemampuan ketahanan nematode terhadap nematisida.
memproduksi enzim detoksifikasi yang mampu menetralkan
b. Resurgensi Hama
daya racun insektisida. Keturunan individu tahan ini, akan
Peristiwa resurgensi hama terjadi apabila setelah
menghasilkan populasi yang juga tahan secara genetis. Oleh
diperlakukan aplikasi insektisida, populasi hama menurun
karena itu, pada generasi berikutnya anggota populasi akan
dengan cepat dan secara tiba-tiba justru meningkat lebih
terdiri dari lebih banyak individu yang tahan terhadap
tinggi dari jenjang polulasi sebelumnya. Resurgensi sangat
insektisida. Sehingga muncul populasi hama yang benar-
mengurangi efektivitas dan efesiensi pengendalian dengan
benar resisten.
insektisida.
Dari penelaahan sifat-sifat hama, hampir setiap
Resurjensi hama terjadi karena insektisida, sebagai
individu memiliki potensi untuk menjadi tahan terhadap
racun yang berspektrum luas, juga membunuh musuh alami.
insektisida. Hanya saja, waktu dan besarnya ketahanan
Musuh alami yang terhindar dan bertahan terhadap
tersebut bervariasi, dipengaruhi oleh jenis hama, jenis
penyemprotan insektisida, sering kali mati kelaparan karena
insektisida yang diberikan, intensitas pemberian insektisida
populasi mangsa untuk sementara waktu terlalu sedikit,
dan faktor-faktor lingkungan lainnya. Oleh karena sifat
sehingga tidak tersedia makanan dalam jumlah cukup. dengan baik, karena parasitoidnya terbunuh. Munculnya
Kondisi demikian terkadang menyebabkan musuh alami hama wereng coklat Nilaparvata lugens setelah tahun 1973
beremigrasi untuk mempertahankan hidup. Disisi lain, mengganti kedudukan hama penggerek batang padi sebagai
serangga hama akan berada pada kondisi yang lebih baik hama utama di Indonesia, mungkin disebabkan penggunaan
dari sebelumnya. Sumber makanan tersedia dalam jumlah insektisida golongan khlor secara intensif untuk
cukup dan pengendali alami sebagai pembatas pertumbuhan mengendalikan hama sundep dan weluk.
populasi menjadi tidak berfungsi. Akibatnya populasi hama
meningkat tajam segera setelah penyemprotan. C. INSEKTISIDA ALAMI
Resurgensi hama, selain disebabkan karena a. Jenis Insektisida Alami
terbunuhnya musuh alami, ternyata dari penelitian lima 1. Mimba (Azadirachta indica)
tahun terakhir dibuktikan bahwa ada jenis-jenis insektisida Tanaman ini telah lama dikenal dan mulai banyak
tertentu yang memacu peningkatan telur serangga hama . digunakan sebagai pestisida nabati menggantikan pestisida
Hasil ini telah dibuktikan International Rice Research kimia. Tanaman ini dapat digunakan sebagai insektisida,
Institute terhadap hama Wereng Coklat (Nilaparvata lugens). bakterisida, fungisida, acarisida, nematisida dan virisida.
c. Ledakan Populasi Hama Sekunder Senyawa aktif yang dikandung terutama terdapat pada
Dalam ekosistem pertanian, diketahui terdapat bijinya yaitu azadirachtin, meliantriol, salannin, dan nimbin.
beberapa hama utama dan banyak hama-hama kedua atau Tanaman ini dapat mengendalikan OPT seperti :
hama sekunder. Umumnya tujuan penggunaan insektisida Helopeltis sp,; Empoasca sp.; Tungau jingga (Erevipalpis
adalah untuk mengendalikan hama utama yang paling phoenicis), ulat jengkal (Hyposidra talaca), Aphis gossypii,
merusak. Peristiwa ledakan hama sekunder terjadi, apabila Epilachna varivestis, Fusarium oxyporum, Pestalotia, sp.;
setelah perlakuan insektisida menghasilkan penurunan Phytophthora sp.; Heliothis armigera, pratylenchus sp.;
populasi hama utama, tetapi kemudian terjadi peningkatan Nilaparvata lugens, Dasynus sp.; Spodoptera litura, Locusta
populasi pada spesies yang sebelumnya bukan hama migratoria, Lepinotarsa decemlineata, palnoccocus citri,
utama, sampai tingkat yang merusak. Ledakan ini seringkali Agrotis ipsilon, Callosobruchus chinensis,
disebabkan oleh terbunuhnya musuh alami, akibat Alternaria tenuis, Carpophilus hemipterus, kecoa,
penggunaan insektisida yang berspektrum luas. Insektisida Crysptolestes pussillus, Corcyra cephalonnomia, Crocidolomia
tersebut tidak hanya membunuh hama utama yang menjadi binotalis, Dysdercus cingulatus, Earias insulana,
sasaran, tetapi juga membunuh serangga berguna, yang Helycotylenchus sp.; Meloidogyne sp.; Musca domestica,
dalam keadaan normal secara alamiah efektif Nephotettix virescens, Ophiomya reticulipennis, Rhizoctonia
mengendalikan populasi hama sekunder. solani, Sclerotium rolfsii, Sitophilus sp.; Sogatella furcifera,
Peristiwa terjadinya ledakan populasi hama sekunder Tribolium sp.; tungro pada padi, Tylenchus filiformis.
di Indonesia, dilaporkan pernah terjadi ledakan hama ganjur
di hamparan persawahan Jalur Pantura Jawa Barat, setelah
daerah tersebut disemprot intensif insektisida Dimecron dari
udara untuk memberantas hama utama penggerek padi
kuning Scirpophaga incertulas. Penelitian dirumah kaca
membuktikan, dengan menyemprotkan Dimecron pada
tanaman padi muda, hama ganjur dapat berkembang
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat (blockade) serangga. Serangga biasanya lumpuh (knock
dilakukan dengan: down) tetapi dapat normal kembali bila tahap pertama bisa di
1. Biji nimba dikupas / daun dimba ditumbuk lalu direndam atasi. Di sini, serangga tidak akan mati, tetapi bila serangga
dalam air dengan konsentrasi 20 – 25 gram/l. tidak bisa menetralkan tahap pertama maka jaringan syaraf
2. Endapkan selama 24 jam kemudian disaring agar didapat akan terganggu dan akhirnya mati.
larutan yang siap diaplikasikan; Aplikasi dari tanaman ini dapat digunakan untuk
3. Aplikasi dilakukan dengan cara disemprotkan atau mengendalikan Aphis fabae, Aphis gossypii, Helopeltis sp,;
disiramkan. Cricula trifenestrata, Plutella xylostella, Hyalopterus pruni,
4. Sedangkan untuk pengendalian hama gudang dilakukan Macrosephum rosea, Drosophilla spp.; Empoasca fabae, ulat
dengan cara membakar daun atau batang hingga jengkal, Thrips Choristoneuro pinus, Doleschallia polibete,
didapatkan abu, lalu sebarkan/letakkan didekat sarang Agrotis ipsilon, Callosobruchus chinensis, Carpophilus
atau dijalur hama tersebut mencari makan. hemipterus, kecoa Crysptolestes pussillus, Corcyra
cephalonica, Crocidolomia binotalis, Dysdercus cingulatus,
2. Piretrum (Chysanthemum cinerariaefolium VIS) Earias insulana, Epilachna varivestis, Fusarium sp; Locusta
Bahan ini berasal dari ekstrak bunga Chrysanthemum migratoria, Musca domestica, Nephotettix virescens,
cinerariraefolium. Pertama kali ditemukan pada abad 19 di Nilaparvata lugens, Ophiomya reticulipennis, Planococcus
jaman perang Napoleon untuk mengendalikan kutu manusia. citri, Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Sitophilus sp.;
Sifat piretrum jaman sekarang ditiru untuk formulasi Spodoptera litura, Tribolium sp, Helycotylenchus sp.;
insektisida jenis aerosol. Piretrum mempunyai 6 bahan aktif Meloidogyne sp.; Pratylenchus sp.; Tylenchus filiformis.
yang secara kolektif dikenal dengan piretrin.
Sifat piretrin sebagai insektisida kontak, tetapi nyaris
tidak meninggalkan bekas (non-residual) bila permukaan
yang diolesi terpapar oleh cahaya. Namun, bila permukaan di
tempat gelap, zat ini akan bertahan maksimal 2 minggu. Tapi
dikarenakan jumlah ekstrak bunga dari bahan alami ini
terbatas, maka peneliti mensintetiskan piretrin dengan
senyawa mirip piretrin yang sekarang dikenal dengan
piretriod (oid = mirip dan pire = piretrin). Jadi, yang termasuk
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati
insektisida golongan piretroid saat ini adalah pensintetisan
dapat dilakukan dengan:
dari piretrin.
1. Mahkota bunga dikeringkan lalu ditumbuk.
Negara penghasil piretrin di dunia adalah Kenya,
2. Hasil penumbukan direndam dalam air dengan
Tasmania dan Australia. Di Indonesia sebelum maraknya
konsentrasi 20 gram/l selama 24 jam.
piretroid digunakan piretrin dari ekstrak Pyrethrum marc.
3. Hasil endapan kemudian disaring agar didapatkan
Produsen sangat menyukai menggunakan piretrin
larutan yang siap diaplikasikan.
dikarenakan harganya murah dan biaya produksinya pun
4. Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan.
rendah. Tapi, zat piretrin ini jumlahnya terbatas, sehingga
5. Aplikasi dapat dilakukan dalam bentuk tepung
pemakiaan bahan ini persentasinya kecil sampai sekarang.
yang dicampur dengan bahan pembawa seperti kapur
Cara kerja piretrin adalah dengan dua tahap yaitu
dan bedak atau menggunakan alkohol, aceton atau
dengan meracuni serangga kemudian mengganggu syaraf
minyak tanah sebagai pelarut.
3. Bakung (Crinum asiaticum L.)
Tanaman ini telah lama digunakan sebagai bahan obat
tardisional depresan sistem syarat pusat. Tanaman ini dapat
digunakan sebagai pengganti pestisida yang berfungsi
sebagai bakterisida, dan virisida. Senyawa dari tanaman ini
mengandung alkaloid yang terdiri dari likorin, hemantimin,
krinin dan krianamin.
Tanaman ini bermanfaat untuk menekan /menghambat
pertumbuhan Fusarium oxyporum. Tanaman ini walaupun belum secara efektif dapat
mengendalikan Phytophthora sp,; Fusarium oxyporum,
Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus.
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat
dilakukan dengan:
1. Daun sirih ditumbuk lalu direndam dalam air
dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l selama 24 jam.
2. Setelah itu disaring agar didapatkan larutan yang
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat siap diaplikasikan.
dilakukan dengan: 3. Aplikasi dilakukan dengan cara penyiraman
1. Menumbuk daun dan atau umbi lalu direndam larutan semprot ke sekitar tanaman yang sakit atau
dalam air dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l selama 24 dengan mengoleskan larutan pada bagian yang terserang
jam. (sakit).
2. Larutan hasil perendaman ini disaring agar
5. Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)
didapat larutan yang siap diaplikasikan.
Tanaman cengkeh telah lama dikenal masyarakat, baik
3. Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan.
sebagai bumbu dapur maupun bahan baku industri (rokok,
4. Sirih (Piper betle L.) kosmetik, obat) dengan nilai komersial yang tinggi. Sejak
Tanaman sirih dengan banyak nama daerah merupakan jaman kolonial tanaman ini banyak ditanam hampir di seluruh
tanaman yang telah lama dikenal sebagai bahan baku obat wilayah Indonesia terutama di Maluku dan Sulawesi. Tanaman
tradisional, dapat digunakan sebagai bahan pestisida ini dapat digunakan sebagai pestisida nabati karena dapat
alternatif karena dapat digunakan/bersifat sebagai fungisida digunakan sebagai insektisida, fungisida, bakterisida, dan
dan bakterisida. Senyawa yang dikandung oleh tanaman ini nematisida. Senyawa aktif yang dikandung oleh tanaman ini
antara lain profenil fenol (fenil propana), enzim diastase dapat menghambat/menekan pertumbuhan/perkembangan
tanin, gula, amilum/pati, enzim katalase, vitamin A,B, dan C, cendawan penyebab penyakit, hama, nematoda dan bakteri.
serta kavarol. Cara kerja zat aktif dari tanaman ini adalah OPT yang dapat dikendalikan antara lain: Fusarium sp.;
dengan menghambat perkembangan bakteri dan jamur. Phytophthora sp.; Rigidoporus sp.; Sclerotium sp.; Dacus sp.;
Stegobium panicum. Pseudomonas solanacearum,
Radopholus similis, Meloidogyne incognita.
Bahan ini merupakan ekstrak dari biji tanaman
mimna/neem (Azadirachta Indica). Zat ini efektif digunakan
sebagai insektisida, fungisida, dan bakterisida. Cara kerja dari
Azadirachtin adalah mengganggu pergantian kulit dengan
menghambat metabolisme atau biosintesis ekdison.
9. Nikotin
Nikotin adalah ekstrak yang berasal dari tembakau.
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat Nikotin sangat efektif pada serangga-serangga berkulit lunak,
dilakukan dengan: seperti aphid dan ulat. Zat ini bahkan dibuat bubuknya
1. Daun, bunga atau tangkai bunga ditumbuk hingga (Tobacco dust) yang digunakan untuk repelen anjing dan
menjadi tepung, dapat juga diekstrak (laboratorium). kelinci. Cara kerja dari nikotin adalah dengan membuat
2. Sebarkan tepung/minyak tersebut pada tanaman serangga menjadi kejang tetapi hanya terjadi di syaraf-syaraf
atau sekitar perakaran yang terserang dengan dosis 50 pusatnya saja.
gram/pohon, jika menggunakan serasah daun cengkeh
dosis yang digunakan 100 gram/pohon. b. Kelebihan dan Kekurangan Insektisida Alami
3. Pada tanaman dengan serangan ringan dapat A. Kelebihan
dilakukan penyayatan pada akar kemudian diolesi 1. Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal:
dengan tepung/ minyak cengkeh. dengan bau yang menyengat.
6. Rotenon 2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang
Bahan ini dibuat dari akar dua genus tanaman kacang- telah disemprot.
kacangan (Legume). Yakni berupa Derris elliptica dari Asia 3. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa.
Tenggara dan Lonchocarpus sp. dari Amerika Selatan. Di 4. Menghambat reproduksi serangga betina.
Indonesia rotenon dikenal sebagai racun ikan pada tambak 5. Racun syaraf bagi hama.
udang. Rotenon spesifik hanya membunuh ikan liar pada 6. Mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh
kolam-kolam atau tambak udang. Sebagai insektisida, serangga.
rotenon ini merupakan racun kontak dan perut yang akan 7. Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat
membuat serangga berhenti makan dan akhirnya mati. Cara dipakai pada perangkap serangga.
kerja dari rotenon ini adalah menghambat enzim pernafasan 8. Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri.
dan metabolisme serangga. 9. Dapat menyebabkan gangguan dalam proses
metamorfosa dan gangguan makan (anti feedant) bagi
7. Limonene/ d-limonene serangga.
Limonene/d-limonene adalah nama latin dari ekstrak 10. Merupakan pengendalian hama yang ramah
kulit jeruk. Insektisida ini paling efektif untuk mengendalikan lingkungan.
hama hewan peliharaan, seperti membunuh tungau, pinjal 11. Tidak mengeluarkan biaya yang besar.
dan caplak. Cara kerja dari Limonene/d-limonene ini mirip 12. Tidak meninggalkan residu beracun pada hasil
dengan piretrin, yaitu menggangu sistem syaraf namun tidak pertanian, dalam tanah maupun pada aliran air alami.
mengambat enzim. 13. Tidak menyebabkan fitotoksin (keracunan) pada
8. Azadirachtin tanaman
14. Insektisida alami merupakan bahan yang mudah terurai
di alam sehingga tidak dikhawatirkan akan
menimbulkan bahaya residu yang besar.
15. Mengurangi resistensi hama
16. Mengurangi kematian musuh alami hama,
17. Mengurangi resiko terjadinya letusan hama kedua.
18. Mengurangi bahaya bagi manusia dan ternak.
19. Tidak mencemari alam.
20. mengurangi ketergantungan petani terhadap agrokimia.
21. Biaya lebih murah.
B. Kekurangan
1. Cepat terurai dan daya kerjanya relatif lambat sehingga
aplikasinya harus lebih sering
2. Produksinya belum dapat dilakukan dalam jumlah besar
karena keterbatasan bahan baku
3. Kurang praktis
4. Tidak tahan disimpan
5. Daya racunnya rendah (tidak langsung mematikan bagi
serangga)
6. Cara kerjanya (efek mortalitasnya) lambat
7. Harus disemprotkan secara berulang-ulang
8. Kelebihan musuh alami dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan yang baru
9. Dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem
10. Daya tahan singkat (mudah terdegradasi) sehingga
memerlukan frekuensi penggunaan yang lebih banyak
daripada pestisida sintetik
11. Ketersediaan bahan baku yang musiman
12. Bahan nabati alami terkandung dalam kadar yang
rendah sehingga untuk mencapai efektivitas yang
memadai diperlukan jumlah bahan tumbuhan yang
banyak dan diperlukan standar pengolahan untuk tiap
tanaman dan standar aplikasi pengguanaan bagi
pengendalian OPT.

You might also like