You are on page 1of 9

TEORI PERENCANAAN

Menurut Ernest R Alexander, Teori merupakan kerangka yang harus


dipergunakan sehingga dapat membentuk suatu struktur yang baik. Apabila kita
memiliki suatu teori yang benar namun kita hanya menyimpannya saja dan tidak
mempraktekkannya, maka sebaik apapun teori tersebut tidak akan ada
manfaatnya, begitu pula sebaliknya sebuah praktek harus diterangkan dengan
teori.
Bagi seorang planner, hubungan antara teori dan praktek adalah sangat penting,
sebab perencanaan tidak seperti ilmu murni pada dasarnya perencanaan adalah
kegiatan preskripif, bukan deskriptif. Tujuan seorang planner bukanlah untuk
menguraikan apa yang ada di dunia ini tetap untuk mengusulkan cara-cara
bagaimana keadaan tersebut bisa diubah.
Perencanaan itu sendiri memerlukan suatu pengakuan rasional dan sosial: ia
“harus dibenarkan sebagai suatu penerapan cara pengambilan keputusan yang
rasional pada masalah-masalah sosial.” Karena perencanaan adalah suatu aktivitas
yang mempengarui masyarakat dan menyangkut nilai-nilai manusia, maka teori
perencanaan tidak dapat mengabaikan ideologi. Dalam kata-kata John Dyckman,
teori perencanaan haruslah mencakup beberapa teori tentang masyarakat di mana
perencanaan itu dilembagakan

Lingkup Teori Perencana


Inti dari teori perencanaan adalah proses perencanaan. Suatu proses perencanaan
jelas terlihat pada keputusan-keputusan individu mengenai karier pekerjaannya,
anggaran rumah tangga, program pembangunan fisik kota, pertahanan kota, dan
pelayanan umum.
Teori perencanaan mengamati komponen-komponen dalam proses perencanaan
yang mencangkup bentuknya, tahapannya, hubungannya dengan konteks daripada
proses perencanaan dan keluarannya. Teori Perencanaan juga menyangkut alasan
mengapa perencanaan itu diperlukan, yang kemudian menimbulkan permasalahan
mengenai etika dan nilai para perencana.

Definisi Perencanaan
Adapun beberapa definisi tentang perencanaan dari para ahli:
1.Menurut Conyers Diana, perencanaan adalah proses yang berjalan terus
menerus yang melibatkan (cyclical process decision-making) berbagai tahapan
skematik dan berurutan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik atau dengan
kata lain keputusan yang lebih rasional.
2.Menurut Anthony J. Catanese, Perencanaan merupakan suatu aktivitas universal
manusia, suatu keahlian dasar dalam kehidupan yang berkaitan dengan
pertimbangan suatu hasil sebelum diadakan pemilihan di antara berbagai alternatif
yang ada.
3.Menurut Ir. Mulyono Sadyohutomo, Perencanaan merupakan fungsi manajemen
pertama yang harus dilakukan oleh setiap manajer dan staf.
Dari ketiga pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan yang melibatkan
berbagai tahapan skematik dan berurutan dengan mempertimbangkan berbagai
batasan-batasan sehingga dapat menghasilkan keputusan yang rasional.

Selain itu perencanaan memiliki empat tingkatan definisi yaitu,


1.Tingkatan pertama (tidak ada faktor pembatas), di mana suatu perencanaan
menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut.
2.Tingkatan kedua (ada faktor pembatas internal), di mana suatu perencanaan
menetapkan suatu tujuan yang dapat dicapai setelah memperhatikan faktor-faktor
pembatas dalam mencapai tujuan tersebut, memilih dan menetapkan langkah-
langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
3.Tingkatan ketiga (ada faktor pembatas internal, eksternal yang berpengaruh
dalam pencapaian tujuan tersebut), di mana suatu perencanaan menetapkan suatu
tujuan yang dapat dicapai setelah memperlihatkan pembatas internal dan
eksternal, memilih serta menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan
tersebut.
4.Tingkatan keempat (faktor pembatas ketiga internal, eksternal pengaruhnya
cukup besar serta kita tidak bisa mengendalikannya), di mana perencanaan untuk
mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan
berbagai faktor noncontrollable yang relevan, memperkirakan faktor pembatas,
menetapkan tujuan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari
langkah untuk mencapai tujuan tersebut.

Unsur-Unsur Perencanaan
Kata perencanaan (planning) merupakan istilah umum yang sangat luas cakupan
kegiatannya. Para ahli telah mendefinisikan kata perencanaan dengan kalimat-
kalimat berbeda-beda, tergantung aspek apa yang ditekankan. Akan tetapi, dapat
disimpulkan bahwa di dalam perencanaan mencakup pengertian sebagai berikut.
a.Penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan
b.Penentuan serangkaian kegiatan untuk mencapai hasil yang diinginkan

Rencana (plan) adalah produk dari proses perencanaan yang dimaksudkan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu melalui tahap-tahap kegiatan. Setiap rencana
paling tidak memiliki 3 unsur pokok, yaitu
a.Titik Tolak
Merupakan kondisi awal dari mana kita berpijak di dalam menyusun rencana dan
sekaligus dan sekaligus nantinya menjadi landasan awal untuk melaksanakan
rencana tersebut
b.Tujuan (Goal)
Suatu keadaan yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Tujuan yang jelas
akan mempermudah perencana dalam penyusunan perencanaan.
c.Arah
Arah rencana merupakan pedoman untuk mencapai rencana dengan cara yang
legal, efisien, dan terjangkau oleh pelaksana. Apabila suatu rencana tidak
dilengkapi pedoman yang jelas maka pencapaian tujuan tidak efektif dan terjadi
pemborosan pemakaian sumber daya dan waktu.
Serta beberapa beberapa unsur pendukung lainnya :
a.Whiseses (keinginan, cita-cita)
Perencanan dibuat oleh perencana untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Perencana memiliki keinginan dalam hasil yang akan dipacapai dan memiliki
perencanaan yang sesuai keinginan trsebut.
b. Resources (sumber daya alam, manusia, modal, dan informasi)
Sumber daya alam harus dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan untuk
mendukung suatu perencanaan. Perencana harus mampu mendayagunakan suber
daya alam dengan kemampuan sumber daya manusia yang bagus. Kelengkapan
informasi juga dibutuhkan dalam pentusunan perencanan sebab, informasi yang
valid memberikan masukan dalam pengambilan keputusan dalam perencanaan.
c. Effective and Efficient (hasil guna dan daya guna)
Perencanaan membutuhkan ketepatan dalam pengambilan keputusan yang sesuai
dengan tujuan.
e. Space, location (ruang)
Lokasi merupakan objek yang menjadi sasaran dalam suatu perencanaan. Lokasi
juga dianggap sebagai subjek perencanaan sebab, dalam merencanakan suatu
wilayah perencanan harus mengetahui kondisi lokasi tersebut dan
mengadaptasikan.
f. Time, future oriented
Hasil perencanaan tidak haya bertujuan untuk waktu sekarang tetapi juga
berorientasi untuk masa yang akan datang (sustainable).
Tiga unsur-unsur pokok rencana tersebut sifatnya wajib bagi setiap rencana.
Apabila salah satu unsur rencana tidak ada maka rencana menjadi tidak
bermanfaat atau sulit dilaksanakan. Seperti yang digambarkan pada ilustrasi
dibawah ini:

Gambar 1. Rencana Tanpa Arah Gambar 2. Unsur pokok rencana lengkap

Pada gambar 1 menunjukkan rencana tanpa pedoman maka untuk menuju ke


tujuan akan dilakukan dengan cara coba-coba. Akibatnya, untuk mencapai tujuan
perlu jalur yang lebih panjang yang berarti pemborosan sumber daya. Dibandikan
dengan gambar 2, di mana ketiga unsur pokok (titik tolak, tujuan, dan arah)
rencana lengkap, sehingga tujuan dicapai dengan cara yang efisien. Untuk menuju
kondisi yang akan datang yang lebih baik hanya dapat dicapai melalui
perencanaan, hal tersebut disebabkan oleh:
a. Secara rasional, perencanaan disusun berdasarkan data yang cukup dan analisis
yang tepat akan memberikan keputusan dan hasil yang baik
b. Dari segi efisiensi, dengan perencanaan dapat meminimalkan biaya dan
memaksimalkan manfaat.

Aspek-Aspek Penting dalam Perencanaan


Berbagai aspek penting dalam perencanaan:
1. Perencanaan kota terutama berkaitan erat dengan masalah-masalah
kemasyarakatan yang di dalamnya tercakup sekelompok besar klien yang
mempunyai kepentingan berbeda-beda.
2. Perencanaan kota merupakan aktifitas yang benar-benar direncanaan dengan
matang yang biasanya ditangani oleh orang-orang yang terlatih secara
professional sebagai perencana.
3. Tujuan dan sasarannya, serta pranata-pranata untuk mencapainya, sering
teramat tidak pasti.
4. Para perencana kota sendiri jarang membuat keputusan, malahan
sebaliknyamereka membut berbagai alternative dan rekomendasi bagi pihak-pihak
yang dipilih dan ditunjuk untuk mengambil keputusan-keputusan tertentu.
5. Para perencana kota menggunakan berbagai macam alat bantu dan metode-
metode khusus untuk menganalisis dan menyajikan berbagai alternatif.
6. Hasil dari hampir semua aktivitas perencanan hanya dapat dilihat setelah 5
sampai 20 tahun setelah keputusan diambil, sehingga menyulitkan umpan balik
dan tindakan perbaikan.

Tujuan Perencanaan
Perencanaan memiliki tujuan sebagai berikut.:
1. meningkatkan efisiensi dan rasionalitas. contoh gampang dari peningkatan
efisiensi adalah pengadaan publik transport. kan jadi lebih efisien tu dari segi
bahan bakar, jumlah kendaraan sampe polusi udara.
2. membantu/meningkatkan pasar, contoh adanya asuransi kesehatan, PLN, yang
menyediakan hal-hal esensial bagi masyarakat.
3. mengubah/memperlebar pilihan-pilihan, contohnya bisa dari public transport
juga, jadii ada berbagai macam pilihan moda transportasi yang bisa kita pake kalo
mau ke tempat2 tertentu.
4. Sebagai pedoman dalam pembangunan
5. Meminimalisasi ketidakpastian
6. Meminimalisasi inefisiensi sumber daya
7. Penetapan standard dan pengawasan kualitas
Jenis-Jenis Perencanaan
Perencanaan terdapat 8 jenis. Jenis-jenis perencanaan diantaranya adalah :
1. Perencanaan bertujuan jelas Vs perencanaan bertujuan laten
- Perencanaan bertujuan jelas menyebutkan tujuan dan sasaran yang dapat diukur
tingkat pencapaiannya.
- Perencanaan bertujuan laten tidak menyebutkan sasaran dan bahkan tujuannya
kurang jelas dan sulit diukur.
2. Perencanaan fisik Vs perencanaan ekonomi
- Perencanaan fisik lebih terfokus pada perencanaan sarana dan prasarana.
- Perencanaan ekonomi terfokus pada segi dana untuk pembangunan.
3. Perencanaan alokatif Vs perencanaan inovatif
- Perencanaan alokatif menyukseskan rencana umum yang telah disusun
- Perencanaan inovatif dimungkinkan adanya kebebasan.
4. Perencanaan bertujuan jamak Vs perencanaan bertujuan tunggal
- Perencanaan jamak bila tujuan dan sasaran bersifat jamak
- Perencanaan tunggal bila tujuan dan sasrannya bersifat tunggal
5. Perencanaan indikatif Vs perencanaan imperatif
- Perencanaan indikatif mempunyai output indikasi (tidak tegas) sedangkan
imperatif sudah diatur dengan tegas dan jelas dalam pelaksanaan di lapangan.
6. Top Down Vs Bottom up planning
- Top down adalah perencanaan yang langsung dari atas(pemerintah) ke bawah
(masyarakat)
- Bottom up adalah perencanaan yang mendengarkan aspirasi rakyat dan
kemudian menjadi pemikiran dalam perencanaan oleh pemerintah.
7. Vertical Vs Horizontal planning
- Vertical mengutamakan koordinasi antar berbagai jenjang pada sektor yang
sama.
- Horizontal menekankan keterpaduan program antar berbagai sektor pada level
yang sama.
8. Perencanaan pertisipatif Vs perencanaan non partisipatif
- Perencanaan partisipatif menggunakan masyarakat sebagai subjek dan objek
dalam perencanaan.

Metodologi Perencanaan
Perencana perkotaan mengamabil metode dari berbagai bidang illmu dan
memodifikasikannya dan/atau mengembangkan metode-metode baru untuk
memperoleh dan menyaring berbagai sumber informasi. Jenis-jenis metode :
1. Proses Perencanaan
2. Perencanaan sebagai rekayasa pengetahuan
3. Perencanaan sebagai problem solving
4. Perencanaan sebagai proses produksi

Pengaruh Pemikiran Filsafat Dunia terhadap Teori Perencanaan


Pemiikiran filsafat dunia adalah pemikiran untuk mencari kebenaran menurut akal
manusia, di mana pemikiran tersebut selalu berkembang sejalan dengan
perkembangan perdaban manusia. Evolusi pandangan filsafat dunia berpengaruh
pula terhadap perkembangan teori perencanaan, dengan urutan perubahan sebagai
berikut.
a. Theosentrisme
- Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi dari kekuatan monarki dan
keagamaan
- Model Perencanaan : Authoritarian Planning
b. Utopianisme
- Pengaruh dalam perencanaan sebagai tujuan ideal manusia
- Model Perencanaan : Romantic Planning
c. Positivisme
- Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi dari rekayasa sosial melalui
dominasi ilmu teknik
- Model Perencanaan : Technocratic Planning
d. Rasionalisme
- Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi rekayasa sosial melalui justifikasi
ilmiah
- Model Perencanaan : Rational Comprehensive Planning
e. Fragmatisme
- Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi dari market
- Model Perencanaan : Utilitarian Planning and Pragmatic Planning
f. Fenomenologi
- Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi peguatan ekstensi nilai-nilai
budaya.
- Model Perencanaan : Organic Planning, Advocacy Planning, Social Planning.

Kekuatan Politik dalam Perencanaan


Kondisi politik menentukan arah penyusunan dan aplikasi perencanaan.
Perencanaan. Perencanaan kota dan wilayah erat kaitannya dengan politik. Hal itu
disebabkan oleh:
a. Perencanaan senantiasa melibatkan hal yang menyangkut emosi masyarakat
miskin.
b. Keputusan perencanaan adalah terlihat nyata sehingga kalau terjadi kesalahan
keputusan tidak dapat disembunyikan dan mudah menjadi isu politik.
c. Proses perencanaan harus melibatkanmayarakatsecara langsung karena
menyangkut kepentingan sehari-hari masyarakat banyak.
d. Masyarakat merasa mempunyai keahlian dan kedudukan yang sejajar dengan
perencana.
e. Keputusan perencana mempunyai dampak yang besar bagi masyarakat pemilik
tanah, terutama dampak ekonomis terhadap nilai tanah dan pemanfaatannya.
Berikut beberapa masalah politik yang menyebabkan perencanaan menjadi
bermasalah.
a. Sistem politik yang yang tidak demokratis
Kondisi politik yang otokratis, sentralistis, atau fanatisme akan menghasilkan
perencanaan yang tidak demokratis.
b. Stabilitas politik
Arah politik yang berubah-ubah akan mengakibatkan perencanaan yang berubah-
ubah pula. Perencanaan yang berubah-ubah mengakibatkan pemborosan sumber
daya dan tidak terjadinya kesinambungan pembangunan.
c. Dominasi sistem politik
System politik yang terlalu mendominasi perencanaan akan mengalahkan
pertimbangan teknis, ekonomis, maupun legalitas. Hasil keputusan menjadi
kurang objektif, hanya menguntungkan kelompok tertentu dan kurang
berkeadilan.
d. Kesadaran berpolitik masyarakat yang rendah, antara lain:
- tidak dapat menerima perbedaan pendapat
- emosional
- tidak rasional
- tidak mau mengalah
- tidak dapat menerima kekalahan dalam persaingan yang sehat
- fanatik
Dengan kesadaran berpolitik yang renndah maka dalam proses negosiasi di dalam
perencanaan akan sulit mencapai consensus. Keputusan yang telah di ambil tidak
dapat dijalankan karena tidak didukung oleh pihak yang tidak setuju walau telah
terlibat dalam proses pengambilan keputusan tersebut.
e. Dominasi masyarakat awam
Keterlibatan masyarakat awam yang terlalu dominan dapat mengalahkan
pertimbangan teknis perencanaan. Akibatnya, rencana kurang dijamin
keilmuannya.
f. Money politics
Keputusan rencana yang dipengaruhi oleh uang akan bersifat tidak adil karena
hanya akan menguntungkan pihak penyuap. Di samping itu, keadaan tersebut
akan menimbulkan frustasi pihak yang dirugikan atau yang memegang prinsip-
prinsip idealisme.
Peran perencana dalam sebuah proses politik didefinisikan sebagai berikut :
1. Sebagai teknokrat dan engineer
Peran ini dimainkan dengan mengambil posisi sebagai advisor bagi para
pengambil kebijakan dengan berporos kepada rasionalitas dan pertimbangan
ilmiah. Informasi dimanfaatkan sebagai sebuah landasan dalam membangun
kekuasaan dan kepentingan.
2. Sebagai birokrat
Perencana sebagai seorang birokrat memiliki fungsi menjaga stabilisasi organisasi
dan jalannya roda pemerintahan. Informasi dimanfaatkan sebagai sebuah alat
dalam menjaga kepentingan dan keberlangsungan organisasi. Peran ini biasanya
disertai oleh kekuasaan yang datang secara formal dan legal kepada perencana.
3. Sebagai Advokat dan Aktivis
Fungsi ini merupakan sebuah manifestasi dari usaha menjembatani masyarakat
terhadap hal-hal yang bersifat teknis dari sebuah produk rencana. Selain itu
terdapat peran dalam melakukan mobilisasi kekuatan dan potensi masyarakat
untuk melakukan perlawanan terhadap dominasi Pemerintah. Informasi dan
proses komunikasi diperlakukan sebagai usaha membangun pemahaman
masyarakat dan counter-opinion terhadap kebijakan yang merugikan masyarakat.
4. Sebagai Politikus
Politikus identik dengan tujuan pragmatis dan komunalis, sehingga perencana
tidak diharapkan untuk bergabung dengan dunia politik. Maksud dari peran ini
adalah seorang perencana tidak bisa lepas dari kepentingan dan dalam
memperjuangkan kepentingannya, perencana dituntut memiliki perspektif seorang
politisi. Seorang politikus memiliki insting dalam berkomunikasi dengan
kelompok yang memiliki kepentingan yang berbeda lebih baik.
Keempat peran diatas merupakan refleksi dari posisi perencana dalam proses
politik. Proses politik yang terjadi mendesak perubahan paradigma pada dunia
perencanaan di Indonesia. Tantangan dan perubahan paradigma di dunia
perencana, menuntut perencana untuk dapat meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam proses pengambilan kebijakan.
Dominasi pemerintah terhadap masyarakat hanya melahirkan sebuah sikap apatis
dari masyarakat terhadap pemerintah dan produk perencanaan. Sikap apatis yang
melahirkan ketidakefisienan dari pelaksanaan perencanaan karena tidak ada
dukungan dari masyarakat terhadap produk perencanaan.

Perencanaan Kota di Indonesia


Bila melihat evolusi perencanaan pembangunan kota di Eropa dan Amerika,
industrialisasi merupakan salah satu factor pendorong adanya perencanaan
pembangunan kota. Hal ini berbeda dengan konteks Indonesia. Terdapat beberapa
kondisi yang mempengaruhi factor-faktor dasar kota di Indonesia.
1. Perkembangan kota di Indonesia bukan disebabkan adanya industrialisasi,
melainkan karena kurang menguntungkannya kondisi di saerah pedesaan.
Kondisis ini mempengaruhi factor-faktor dasar kota di Indonesia, antara lain
dalam struktur basis perekonomiannya, di mana terjadi dualisme perekonomian
kota, yakni ekonomi modern dan ekonomi tradisional. Kondisi ini memperbesar
sector informal di kota, yang pada gilirannya berpengaruh pada struktur fisik kota
2. Keadaan masyarakat khususnya kondisi struktur pemerintah di Indonesia dan
organisasi masyarakat tingkat pengetahuan serta kebutuhan dasarnya, dan
sebagainya.
3. Keadaan struktur pemerintah di Indonesia yang menganut system perangkan
pemerintah daerah (desentralisasi) dan perwakilan daerah (dekonsentrasi)
4. Belum mantapnya bidang dan proses perencanaan kota di Indonesia, sehingga
mekanisme pendukungnya belum berjalan lancer
5. Beragamnya jenis kota di Indonesia, terutama menyangkut besaran serta
kompleksitas permasalahannya. Hal ini bias dilihat dari beragamnya kota-kota
yang ada di Indonesia
Kelima kondisi di atas berpengaruh terhadap model perencanaan yang diterapkan
di Indonesia, karena dari berbagai kondisi tersebut diupayakan penerapan model
yang sesuai.
Bila kita mengkaji perencanaan pembangunan kota di Indonesia, menurut Sudjana
Rochyat, paling tidak terdapat dua pandangan dasar yang dapat diterpkan untuk
mengupas permasalahan dan mengenali berbagai problematika perkotaan.
Pertama, memandang kota sebagai dimensi fisik dari kehidupan kegiatan usaha
manusia yang memberikan berbagai implikasi pada aspek-aspek pembangunan.
Kedua, kota dipandang sebagai bagian dari suatu sistem yang menyeluruh dari
kehidupan masyarakat yang saling terkait dengan upaya pada aspek-aspek
pembangunan lainnya.
Namun, dilihat dari fungsi dan peranan kota sebagai pusat pemukiman penduduk,
pusat pendidikan, pusat kegiatan ekonomi, dan sebagainya, menunjukkan bahwa
kota tidak hanya dipandang dari dimensi fisik semata, tetapi lebih merupakan
bagian dari suatu system yang menyeluruh, yang hal ini akan dilihat pada
perjalanan pembangunan kota di Indonesia.

Daftar Pustaka

Allafa. 2008. Teori Perencanaan. http://one.indoskripsi.com/node/6055 ( 9 Maret


2010 )
Catanese, A. & Synder, J. 1979. Introduction to Urban Planning. Diterjemahkan
oleh Susongko, Ir. dengan judul: Pengantar Perencanaan Kota. Jakarta: Erlangga.
____________, 1989. Urban Planning, Second Edition. Diterjemahkan oleh
Susongko, Ir. dengan judul: Perencanaan Kota, Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Conyers, Diana. & Hill, Peter. 1984. An Introduction to Development Planning in
The Third World. Scotland: The Pitman Press Ltd, Bath, Avon
Gallion, A & Eisner, S. 1997. Introduction to Urban Planning. Diterjemahkan oleh
Susongko, Ir. dengan judul: Pengantar Perencanaan Kota. Jakarta: Erlangga.
Micania, 2008. Teori Perencanaan. http://micania.blogspot.com ( 9 Maret 2010 )
Nurmadi, Achmad. 2006. Manajemen Perkotaan. Yogyakarta: Sinergi Publishing
Sadyohutomo, Mulyono. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah. Bandung: Bumi
Aksara
Soedjono, Rochyat. 1995. Perencanaan Kota di Indonesia. Bandung: PT Alumni.
Dalam Sadyohutomo, Mulyono. Manajemen Kota dan Wilayah. Bandung: Bumi
Aksara

You might also like