You are on page 1of 35

KEGIATAN BELAJAR 1

SISTEM AUDIO

Lembar Informasi

Sistem audio adalah sistem pemprosesan bunyi secara listrik dan


elektronik. Contohnya bunyi yang dikeluarkan oleh sumber bunyi oleh
mikropun diubah menjadi getaran listrik. Getaran listrik dikuatkan oleh
penguat kemudian diubah menjadi bunyi oleh loudspeaker.
Sistem audio terdiri dari pembangkit signal audio, pempreses
signal, dan pengubah signal audio menjadi bunyi. Pembangkit signal
audio antara lain mikropun yang mengubah bunyi menjadi getaran listrik,
head pada tape recorder yang mengubah medan pada pita magnet
menjadi getaran listrik, cartridge mengubah informasi bunyi dalam bentuk
lekuk-lekuk pada piringan hitam menjadi getaran listrik.
Bagian pemroses signal adalah bagian yang menguatkan signal
yang dikeluarkan oleh pembangkit signal menjadi signal yang cukup kuat
untuk diubah menjadi bunyi oleh loudspeaker. Sistem audio terdiri dari
beberapa komponen yang dapat dilukiskan seperti Gambar 1a. Sebuah
sistem audio dalam bentuk lain dapat dilukiskan seperti Gambar 1b.

Pembangkit Pengubah Signal


Pemroses Signal Audio menjadi
Signal
bunyi

(a)

Gambar 1. Bagan Sistem Audio

1
Seperti nampak pada Gambar 1 di atas sistem audio dapat
melakukan fungsi menampilkan suara yang berasal dari satu atau
beberapa signal input atau sumber suara yang dapat dipilih atau dapat
melakukan perekaman menggunakan media tertentu. Sistem audio di atas
dapat menerima signal input dari penerima radio, tape rekorder, dan
mikropun. Mikropun, head pada tape rekorder, antena receiver, stylus
pada pick up, sinar laser pada CD adalah transducer yang berfungsi
mengubah suatu gejala non listrik menjadi gejala listrik. Getaran listrik
yang dihasilkan oleh transducer masih sangat lemah dan juga respon
frekuensinya tidak mendatar. Agar getaran listrik yang dihasilkan
transducer cukup kuat dan respon frekuensinya mendatar diperlukan
penguat awal (preamplifier).
Pengoperasian sebuah sistem audio membutuhkan berbagai
pengaturan untuk menyesuaikan keadaan. Berbagai pengaturan yang
diperlukan adalah pengatur nada, pengatur keseimbangan, dan pengatur
volume. Bagian terakhir adalah penguat daya yang menghasilkan daya
untuk menghidupkan loudspeaker sehingga didapatkan suara yang
intensitasnya sesuai dengan kebutuhan.

Penguat Awal (Preamplifier)


Head pada tape recorder, cartrid pada pick up, dan mikropun
adalah transducer yang bekerjanya berdasarkan prinsip elektromagnet.
Getaran listrik yang dihasilkan transducer yang bekerjanya berdasarkan
prinsip elektromagnet masih sangat lemah dan juga mempunyai respon
frekuensi rendah pada frekuensi rendah dan tinggi pada frekuensi
semakin meningkat. Rangkaian preamplifier untuk mikropun dilukiskan
seperti Gambar 2, rangkaian preamplifier untuk cartridge pada pick up
dilukiskan pada Gambar 3.

2
Gambar 2. Rangkaian Preamplifier Mikrofon

Gambar 3. Rangkaian Preamplifier Cartridge Pick Up

Transduser yang berdasarkan prinsip elektromagnet menghasilkan


signal yang lemah pada frekuensi rendah, dan sangat menonjol pada
frekuensi tinggi. Oleh karena itu preamplifier berfungsi sebagai penguat
juga sebagai ekualisasi. Hal ini sesuai dengan rumus :
dQ
e = - -------
dt

Keterangan : e = gaya gerak listrik


Q = fluk magnet
t = waktu

Respon frekuensi preamplifier setangkup dengan respon frekuensi


transdusernya. Respon frekuensi pick up dan respon frekuensi penguat
awal dilukiskan pada Gambar 4.

3
Standar Sistem RIAA Playback Piringan Hitam
Gambar 4. Respon Frekuensi

Respon preamplifier head play pada tape recorder dilukiskan pada


Gambar 5.

Gambar 5. Respon Frekuensi Head Play Tape Recorder

Rangkaian Pengatur
Volume bunyi yang dihasilkan loudspeaker dalam ruang dengar
berbeda dari ruang satu dengan ruang yang lain. Ruang yang lebih kecil
memerlukan volume bunyi lebih rendah daripada ruang yang lebih besar.

4
Demikian pula jarak antara pendengar dengan loudspeaker dengan
pendengar akan menentukan besarnya volume bunyi yang dihasilkan
loudspeaker. Sebuah sistem audio dilengkapi dengan pengatur volume
untuk menyesuaikan berbagai keperluan seperti tersebut di atas.
Rangkaian pengatur volume dilukiskan seperti Gambar 6.

Gambar 6. Rangkaian Pengatur Volume.

Respon pendengaran yang paling peka adalah frekuensi


menengah yaitu seputar 5 Khz, seperti nampak pada Gambar 7.
Kepekaan berkurang pada daerah frekuensi rendah dan atas. Untuk
menyesuaikan karakteristik pendengaran tersebut diatur dengan pengatur
loudness. Rangkaian loudness seperti Gambar 8. Bila switch s1 pada
posisi contour maka output akan lebih menonjolkan pada daerah frekuensi
tinggi dan daerah frekuensi rendah. Hal ini disebabkan karena kapasitor
C2 dan C1 berfungsi untuk menonjolkan signal frekuensi rendah dan
tinggi.

Gambar 7. Respon Kepekaan Pendengaran.

5
Gambar 8. Rangkaian Pengatur Loudness.

Lembar Kerja
Alat dan Bahan
1. Rangkaian preamplifier play tape recorder ............ 1 buah
2. AFG .............................................................................. 1 buah
3. Osiloscope .................................................................. 1 buah
4. Kabel penghubung .................................................... secukupnya
5. Sumber tegangan DC ............................................... 1 buah

Kesehatan dan Keselamatan Kerja


1. Berdoalah sebelum melakukan langkah kerja!
2. Pergunakan alat ukur dengan cara yang benar!
3. Matikan sumber listrik ketika mengubah hubungan peralatan!
4. Output AFG jangan melebihi input maksimal perangkat audio!
5. Lakukan langkah kerja secara urut sesuai yang ada!

Langkah Kerja
1. Hubungkan rangkaian preamplifier dengan sumber tegangan DC!
2. Hubungkan osciloscope dan AFG dengan sumber daya!

6
3. Hidupkan AFG (output pada posisi minimum) pada frekuensi 1 KHz!
4. Hubungkan output AFG dengan input preamplifier!
5. Hubungkan output preamplifier dengan probe oscilloscope, aturlah
AFG sehingga tegangan output preamplifier nampak pada layar
oscilloscope hampir cacat!
6. Ukurlah tegangan input preamplifier dengan menggunakan
oscilloscope!
7. Dengan tegangan input tetap ukurlah tegangan output preamplifier
pada frekuensi input dari AFG : 20 Hz., 30 Hz., 40 Hz., 50 Hz., 60
Hz., 70 Hz., 80 Hz., 90 Hz., 100 Hz., 200 Hz., 300 Hz., 400 Hz., 500
Hz., 600 Hz., 700 Hz., 800 Hz., 900 Hz., 1KHz., 2 KHz., 3 KHz., 4
KHz., 5 KHz., 6 KHz., 7 KHz., 8 KHz., 9 KHz., 10 KHz., 20 KHz!
8. Lukiskan grafik yang menghubungkan antara frekuensi dengan
penguatan!

Lembar Latihan
1. Apakah fungsi mikropun, head pada tape rekorder, cartridge pada
pick up?
2. Jelaskan bagaimana grafik respon frekuensi preamplifier dari hasil
praktik!
3. Apakah perbedaan bunyi yang didengar bila pengontrol loudness
bekerja dan bila pengontrol loudness sedang tidak bekerja?
4. Bagaimanakah respon frekuensi rangkaian preamplifier?

7
KEGIATAN BELAJAR 2

PENGATUR NADA DAN EQUALIZER

Lembar Informasi
Pengatur Nada
Dalam suatu tampilan audio bunyi yang dikeluarkan loudspeaker
kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Bunyi nada tertentu
nampak menonjol, tetapi ada beberapa nada yang tidak muncul. Hal ini
disebabkan karena adanya pengaruh akustik ruang atau ada selera yang
lebih condong pada penonjolan bass atau treble. Untuk mengatasi
kendala tersebut dilakukan dengan menggunakan pengatur nada.
Pengatur nada yang paling sederhana adalah pengatur nada yang hanya
dapat menonjolkan atau melemahkan bunyi frekuensi rendah dan
melemahkan atau menonjolkan bunyi frekuensi tinggi. Bunyi frekuensi
rendah disebut bass, dan bunyi frekuensi tinggi disebut treble. Sebuah
rangkaian pengatur nada dengan dan respon frekuensinya dilukiskan
pada Gambar 9.

Gambar 9. Rangkaian Pengatur Nada dan Respon Frekuensinya

8
Apabila pengatur bass pada posisi ditekan maka bunyi pada
daerah frekuensi rendah melemah, dan apabila pengatur bass pada posisi
menonjol (boost) maka bunyi pada frekuensi rendah lebih menonjol.
Apabila pengatur treble pada posisi ditekan (cut) maka bunyi pada
daerah frekuensi tinggi melemah, dan apabila pengatur treble pada posisi
menonjol (boost) maka bunyi pada daerah frekuensi tinggi lebih menonjol
Respon frekuensi untuk masing-masing posisi dilukiskan pada gambar 1b.

Pengatur Nada Ganda (Equalizer)


Dalam tampilan sistem audio yang lengkap seluruh komponen nada
dari berbagai sumber bunyi dituntut dapat muncul secara proporsional.
Pada kenyataannya hal ini sulit dicapai karena adanya pengaruh sifat
akustik berbagai peralatan, perabot yang ada dalam ruang audio. Kendala
tersebut kemudian diatasi dengan menggunakan equalizer sebagai
pengatur pelemahan atau penonjolan bunyi pada frekuensi tertentu sesuai
dengan yang dikehendaki.
Equalizer terdiri dari filter-filter yang dapat diatur untuk menonjolkan
atau meredam signal pada daerah frekuensi tertentu. Frekuensi audio
dibagi menjadi beberapa daerah frekuensi. Kebanyakan seluruh daerah
frekuensi audio dibagi menjadi 10 daerah frekuensi. Kesepuluh daerah
frekuensi tersebut difasilitasi dengan filter-filter sebagai berikut:
1. Lowpass filter dengan frekuensi cutoff : 44.8 Hz
2. Bandpass filter dengan frekuensi resonansi : 60 Hz
3. Bandpass filter dengan frekuensi resonansi : 125 Hz
4. Bandpass filter dengan frekuensi resonansi : 250 Hz
5. Bandpass filter dengan frekuensi resonansi : 500 Hz
6. Bandpass filter dengan frekuensi resonansi : 1000 Hz
7. Bandpass filter dengan frekuensi resonansi : 2000 Hz
8. Bandpass filter dengan frekuensi resonansi : 4000 Hz
9. Bandpass filter dengan frekuensi resonansi : 8000 Hz
10. Highpass filter dengan frekuensi cutoff : 11,3 KHz.

9
Uo
Ui

44,6Hz 63 125 250 500 1k 2k 4k 8k 11,3KHz


f 01 f 02 f03 f 04 f 05 f 06 f 07 f 08
log f
0

Gambar 10. Pembagian Daerah frekuensi Audio pada Equalizer

Pada setiap daerah frekuensi difasiliatsi dengan pengatur yang


dapat menguatkan atau meredam. Rangkaian penguat peredam seperti
Gambar 11.
R+Re Re
Penguatan maksimum sebesar  ; Peredaman maksimum 
Re Re + R

a. Posisi Penguatan b. Posisi Peredaman


Gambar 11. Rangkaian Penguat Peredam

Rangkaian filter pada umumnya menggunakan simulasi induktor


seperti Gambar 12. Dari gambar 12.a didapat ekivalen L = Re Rg Cg
Henry.

10
(a) (b) (c)
Gambar 12. Rangkaian Filter dengan Simulasi Induktor.

Salah satu bentuk rangkaian low pass filter adalah seperti Gambar
13.a dan high pass filter Gambar 13.b.

(a) Low Pass Filter (b) High Pass Filter


Gambar 13. Rangkaian Low Pass Filter dan High Pass Filter

11
Dari Gambar 13.a didapat persamaan :
R3
fL = 
2πR3R4(C3 + C4)
Dari Gambar 13.b didapat persamaan:
1
fh = 
2πR3(C3 + C4)
Salah satu bentuk rangkaian bandpass filter seperti Gambar 14.
1
Dari Gambar 14 didapat persamaan fo = 
2π√LC
L = R3R4(C3 + C4)

C = C2 + C3

Gambar 14. Rangkaian Band Pass Filter

12
Lembar Kerja
Alat dan Bahan:
1. Rangkaian penguat daya ......................................... 1 buah
2. Preamplifier ................................................................ 1 buah
3. Pengatur nada ............................................................ 1 buah
4. AFG .............................................................................. 1 buah
5. Oscilloscope ............................................................... 1 buah
6. Kabel penghubung .................................................... secukupnya

Kesehatan dan Keselamatan Kerja:


1. Berdoalah sebelum melakukan langkah kerja!
2. Pergunakan alat ukur dengan cara yang benar!
3. Matikan sumber listrik ketika mengubah hubungan peralatan!
4. Output AFG jangan melebihi input maksimal perangkat audio!
5. Lakukan langkah kerja secara urut sesuai yang ada!

Langkah kerja:
1. Buatlah rangkaian preamplifier, pengatur nada, penguat daya, dan
beban resistan pengganti loudspeaker, volume pada posisi
minimum, pengatur nada pada posisi tengah!
2. Hubungkan rangkaian tersebut dengan sumber tegangan DC!
3. Hubungkan AFG dan oscilloscope dengan sumber daya!
4. Hidupkan AFG dan oscilloscope, output AFG pada posisi minimum
dengan frekuensi 1 KHz!
5. Hubungkan output AFG dengan input preamplifier!
6. Hubungkan oscilloscope dengan output penguat daya!
7. Aturlah volume pada preamplifier pada posisi tengah!
8. Aturlah output AFG sehingga gelombang pada layar hampir cacat!
9. Cacatlah besarnya tegangan peak-peak output pada layar
oscilloscope tersebut!

13
10. Ukur tegangan output penguat daya dengan menggunakan
oscilloscope untuk frekuensi AFG 20 Hz, 30 Hz., 40 Hz., 50 Hz., 60
Hz., 70 Hz., 80 Hz., 90 Hz., 100 Hz., 200 Hz., 300 Hz., 400 Hz., 500
Hz., 600 Hz., 700 Hz., 800 Hz., 900 Hz., 1000 Hz., 2000 Hz., 3000
Hz., 4000 Hz., 5000 Hz., 6000 Hz., 7000 Hz., 8000 Hz., 9000 Hz.,
10 000 Hz., 20 000 Hz!
11. Dengan pengatur nada pada posisi : pengatur bass cut, treble cut
lakukan pengukuran seperti langkah 10!
12. Dengan pengatur nada pada posisi pengatur bass boos, treble
boss lakukan pengukuran seperti langkah 10!
13. Buatlah grafik yang hubungan antara frekuensi dengan output dari
penguatan langkah 10, 11, dan 12!
14. Matikan AFG, oscilloscope, dan rangkaian lainnya!

Lembar Latihan
1. Apakah pengatur nada pada praktik di atas dapat bekerja seperti
semestinya?
2. Berapakah daya output maksimum rangkaian di atas?

14
KEGIATAN BELAJAR 3

PENGUAT DAYA
Lembar Informasi
Penguat daya adalah bagian penguat yang menguatkan signal
yang dikeluarkan oleh penguat sebelumnya untuk mendapatkan daya
yang dapat menghidupkan loudspeaker. Agar didapatkan daya yang
optimal maka impedansi output penguat daya seharusnya sama dengan
impedansi loudspeaker. Pada bagian ini harus menghasilkan daya yang
mampu menggerakan/menghidupkaqn loudspeaker. Ada beberapa
rangkaian penguat daya yaitu penguat daya push-pull, dan penguat daya
complementary simetris.

Penguat Daya Push Pull


Penguat daya push-pull menggunakan transformator center tap
input dan transformator output. Penguat daya push pull dilukiskan pada
Gambar 15.

Gambar 15. Penguat Daya Push Pull.

15
Apabila ada signal input, transformator center tap input memberikan
arus base kepada kedua transistor yang sama besarnya dan berbeda
phase 1800. Pada setengah periode pertama iB1 = 0, dan transistor dibias
dalam keadaan mati, iC1 = 0. Pada waktu yang bersamaan, transistor T2
hidup , pada base mengalir iB2 dan pada collector mengalir arus iC2 , arus
mengalir pada lilitan primer transformator output. Adanya arus pada lilitan
primer menyebabkan timbulnya perubahan medan magnet pada inti
transformator, sehingga terjadi induksi tegangan pada lilitan sekunder.
Pada setengah periode kemudian T1 hidup, arus iC1 menginduksi medan
magnet pada inti transformator output yang berlawanan phase dengan
medan magnet yang timbul pada saat transistor T2 hidup. Adanya induksi
medan magnet pada inti transformator output menimbulkan tegangan
pada lilitan sekunder transformator output yang berlawanan phase dengan
tegangan yang ditimbulkan pada waktu T2 hidup.
Dari uraian di atas nampak bahwa kedua transistor hidup secara
bergantian. Oleh karena masing-masing transistor bekerja secara simetris,
dan hanya pada setengah periode maka dalam analisis dapat diwakili oleh
salah satu transistor saja seperti dilukiskan pada Gambar 16.

Gambar 16.
Rangkaian Ekivalen untuk Analisis Penguat Push Pull

Dari Gambar 16 didapat persamaan-persamaan :


Persamaan garis beban DC : VCE = VCC
Persamaan garis beban AC : vce = -ic RL’
RL ‘ = N2RL dan N = perbandingan transformasi.

16
Harga arus iC1 dan iC2 maksimum sama yaitu ICm
VCC
Harga ICm = 
RL’
Apabila arus input iin = Iinmsinωt maka daya dari sumber daya
2
PCC =  VCC ICm
π
Besarnya daya dari sumber daya maksimum adalah
2 VCC
PCcmax =  VCC 
π RL’
Daya pada beban adalah
ILm2RL ICm2 RL’
PL =  = 
2 2

Daya pada beban maksimum adalah

VCC 2
PLmax = 
2RL’

Daya yang diserap oleh collector transistor T1 dan T2 adalah


2PC = PCC – PL
2 ICm2 RL’
= VCC ICm - 
π 2

Daya maksimum yang diserap oleh collector transistor T1 dan T2 adalah


2 VCC
2PC =  
π RL’

Daya maksimum yang diserap oleh tiap transistor adalah


1 VCC
PC =  
π RL’

17
Efesiensi( η)
PL π ICm
η =  = -  ≈ 78.5 %
PC 4 VCC/RL’

Penguat Daya Complementary Simetri

Penguat daya complementary simetri menggunakan dua transistor


yang berbeda tipenya yaitu tipe PNP dan NPN namun mempunyai
parameter yang sama. Bentuk rangkaian penguat daya complementary
simetri dilukiskan pada Gambar 17 di bawah ini.

Gambar 17. Penguat Daya Complementary Simetri

Jika signal input positip transistor T1 (NPN) hidup, sedangkan


transistor T2 (PNP) mati. Jika input negatif transistor T1 mati, sedangkan
transistor T2 hidup. Arus beban iL = iC1 – iC2 . Kedua transistor bekerja
saling bergantian dan mempunyai parameter yang sama sehingga untuk
analisis diwakili sati transistor saja. Dari gambar 3 didapat persamaan :
Persamaan garis beban DC : VCC = VCE + iC RL
Persamaan garis beban AC : vce = -ic RL
VCC
Arus beban maksimum ILm = 
RL

18
VCC2
Daya beban maksimum PL = 
2 RL

Daya maksumum yang diserap transistor T1 dan T2 adalah


2 VCC
2PC =  
π RL

Daya maksimum tiap transistor


1 VCC
2PC =  
π RL

Daya yang dikeluarkan sumber daya


2
PCC = VCC  ICm
π
Daya maksimum yang dikeluarkan sumber daya
2 VCC
PCC mak = VCC - 
π RL

Lembar Kerja
Alat dan Bahan:
1. Rangkaian penguat daya ......................................... 1 buah
2. AFG .............................................................................. 1 buah
3. Osciloscope ................................................................ 1 buah
4. Kabel penghubung .................................................... secukupnya

Kesehatan dan Keselamatan Kerja


1. Berdoalah sebelum melakukan langkah kerja!
2. Pergunakan alat ukur dengan cara yang benar!
3. Matikan sumber listrik ketika mengubah hubungan peralatan!
4. Output AFG jangan melebihi input maksimal perangkat audio!
5. Lakukan langkah kerja secara urut sesuai yang ada!

19
Langkah Kerja
1. Hubungkan penguat daya dengan beban resistan pengganti
loudspeaker!
2. Hubungkan rangkaian tersebut dengan sumber tegangan DC!
3. Hubungkan AFG dan oscilloscope dengan sumber daya!
4. Hidupkan AFG dan oscilloscope, output AFG pada posisi minimum
dengan frekuensi 1 KHz!
5. Hubungkan output AFG dengan input penguat daya!
6. Hubungkan oscilloscope dengan output penguat daya!
7. Aturlah output AFG sehingga gelombang pada layar hampir cacat!
8. Catatlah besarnya tegangan peak-peak output pada layar
oscilloscope tersebut!
9. Ukurlah tegangan output penguat daya dengan menggunakan
oscilloscope untuk frekuensi AFG 20 Hz, 30 Hz, 40 Hz, 50 Hz,
60 Hz, 70 Hz, 80 Hz, 90 Hz, 100 Hz, 200 Hz, 300 Hz, 400 Hz,
500 Hz, 600 Hz, 700 Hz, 800 Hz, 900 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz,
3000 Hz, 4000 Hz, 5000 Hz, 6000 Hz, 7000 Hz, 8000 Hz, 9000 Hz,
10000 Hz, 20000 Hz!
10. Hitung besarnya daya output penguat daya pada frekuensi 20 Hz,
30 Hz, 40 Hz, 50 Hz, 60 Hz, 70 Hz, 80 Hz, 90 Hz, 100 Hz, 200 Hz,
300 Hz, 400 Hz, 500 Hz, 600 Hz, 700 Hz, 800 Hz, 900 Hz, 1000 Hz,
2000 Hz, 3000 Hz, 4000 Hz, 5000 Hz, 6000 Hz, 7000 Hz, 8000 Hz,
9000 Hz, 10000 Hz, 20000 Hz!
11. Buatlah grafik hubungan antara frekuensi dengan daya output!

Lembar Latihan
1. Jelaskan hubungan antara frekuensi dengan daya output pada
langkah 11 di atas!

20
KEGIATAN BELAJAR 4

MIKROPUN DAN LOUDSPEAKER

Lembar Informasi
Mikropun
Mikropun adalah suatu piranti yang berfungsi untuk mengubah
getaran suara menjadi getaran listrik. Ada beberapa jenis mikropun yang
biasa digunakan yaitu mikropun piezielektrik, mikropun moving coil,
mikropun ribbon, dan mikropun kondensor.

Mikropun Piezo-elektrik
Susunan mikropun piezo-elektrik terdiri dari kristal piezo-elektrik
yang diletakkan diantara dua elektrode yang salah satu ujungnya
dihubungkan dengan diafragma. Bila ada getaran suara dipermukaan
diafragma maka bahan piezielektrik mendapat tekanan sehingga pada
ujung-ujungnya timbul gaya gerak listrik (ggl). Besarnya ggl tergantung
pada kuatnya suara di depan diafragma, seperti Gambar 18.

Gambar 18. Mikropun Piezo-elektrik

Mikropun Moving Coil


Susunan mikropun moving coil terdiri dari magnet tetap, coil yang
dihubungkan dengan diafragma. Apabila ada suara di depan diafragma

21
maka diafragma bergetar yang juga menggetarkan moving coil. Oleh
karena coil bergetar di dalam medan magnet maka pada ujung-ujung coil
tombul gaya gerak listrik (ggl), seperti dalam Gambar 19.

Gambar 19. Mikropun Moving Coil

Mikropun Ribbon
Susunan mikropun ribbon terdiri dari magnet tetap yang di tengah-
tengahnya ada pita logam yang dihubungkan dengan diafragma. Bila ada
suara di sekitar diafragma maka diafragma akan bergetar yang
selanjutnya menggetarkan pita logam. Oleh karena pita logam bergetar
dalam medan magnet maka pada ujung-ujung pita timbul gaya gerak
listrik yang besarnya sesuai dengan kuatnya suara yang ada di sekitar
diafragma, seperti Gambar 20.

Gambar 20.

Oleh karena impedansi outputnya rendah dan juga outputnya


rendah maka untuk menyesuaikan dengan penguat berikutnya
dihubungkan dengan transformator.

22
Mikropun Kapsitor
Susunan mikropun kapasitor terdiri dari dua plat yang satu tetap
dan yang satunya lentur dihubungkan dengan diafragma. Suara yang ada
di depan diafragma membuat diafragm a dan plat lentur bergetar sehingga
kapasitansi antara dua plat tersebut bervariasi sesuai dengan suara yang
ada di depan diafragma, seperti Gambar 21.

Gambar 21. Mikropun Kapasitor

Mikropun kapasitor menggunakan sumber DC yang mengubah


kapasitansi kedua plat tersebut menjadi perubahan tegangan. Mikropun
kapasitor mempunyai impedansi tinggi serta respon frekuensi yang lebar.
Salah satu karakteristik mikropun adalah sensitivitas yang
dilukiskan dalam satuan dB/volt, dengan patokan 1 µb = 1 dyne/cm2 . Bila
mikropun mempunyai sensitivitas –80dB/volt artinya mikropun tersebut
mengeluarkan signal 80 dB di bawah 1 volt (0,01 mV) bila mendapat
tekanan suara 11 µb.
Mikropun mampu menangkap suara hanya pada daerah tertentu.
Dengan kata lain mikropun mempunyai polar respon tertentu. Polar respon
mikropun seperti pada Gambar 22. Seperti nampak pada Gambar 22 ada
beberapa polar respon mikropun yaitu omnidireksional, figure of eight,
dan cardoit.

23
Gambar 22. Polar Respon Mikropun

Loudaspeaker

Loudspeaker adalah suatu piranti pengubah informasi listrik


menjadi suara. Ada beberapa prinsip kerja loudspeaker, diantaranya
prinsip elektrostatis, elektromagnet, plasma, dan spotlight. Loudspeaker
elektromagnet yang paling banyak dipakai, seperti dilukiskan pada
Gambar 23.

24
Gambar 23. Loudspeaker Elektromagnet

Susunan loudspeaker elektromagnet terdiri dari coil, magnet tetap,


conus, dan suspensi conus. Conus berbentuk lingkaran agar radiasi dapat
merata. Diameter conus berkisar antara 1 sampai 15 inci. Moving coil
yang besar mampu menerima daya yang besar namun efisiensinya
rendah untuk menerima signal frekuensi tinggi.
Moving coil yang kecil hanya mampu menerima daya rendah
namun mempunyai efesiensi yang tinggi untuk merespon signal frekuensi
tinggi. Moving coil juga disebut speech coil berdiamer 0,5 inchi sampai
3 inchi. Untuk mereproduksi signal frekuensi rendah menggunakan voice
coil berdiameter besar, dan juga conus yang lebar, sedangkan untuk
mereproduksi signal frekuensi tinggi menggunakan voice coil berdiameter
sempit, cone yang kecil. Loudspeaker untuk mereproduksi signal frekuensi
tinggi disebut tweeter, untuk mereproduksi signal frekuensi menengah
disebut squawker, sedangkan untuk mereproduksi signal frekuensi rendah
disebut woofer.
Secara listrik loudspeaker elektromagnet dapat diekuivalenkan
paralel sebuah kapasitor dengan induktor yang seri dengan resistor.
Impedansi loudspeaker secara umum adalah 4Ω, 8Ω, 16Ω, 32Ω. Adapun
besarnya daya juga berbeda-beda. Loudspeaker yang dijual di pasaran
sudah menunjukkan karakteristiknya.

25
Susunan loudspeaker elektrostatis terdiri dari plat diam yang
berluang, plat yang fleksibel dapat bergerak. Bila signal diberikan pada
input maka diantara kedua plat tersebut timbul medan elektrostatis yang
menggetarkan plat yang flksibel/lentur. Loudspeaker elektrostatis seperti
dilukiskan pada Gambar 24.

Gambar 24. Loudspeaker Elektrostatis

Loudspeaker mempunyai spesifikasi antara lain:


1. Linieritas yaitu keselarasan antara input terhadap output.
2. Respon frekuensi yaitu tanggapan loudspeaker untuk reproduksi suara
(rendah, menengah, dan tinggi).
3. Bidang dinamika yaitu kemampuan kemampuan mereproduksi suara
dari yang paling lemah sampai yang paling kuat.
4. Efesiensi yaitu perbandingan daya output akustik dengan daya input
listrik.
5. Transient yaitu kemampuan untuk mereproduksi suara yang berubah
sangat cepat.
6. Daerah penyebaran suara.

Crossover

Loudspeaker mempunyai keterbatasan dalam mengubah getaran


listrik menjadi bunyi. Loudspeaker hanya dapat mereproduksi bunyi pada
daerah frekuensi tertentu. Oleh karena itu signal yang dihasilkan oleh
penguat perlu dipilahkan agar setiap loudspeaker mendapat signal yang

26
sesuai dengan daerah frekuensinya. Crossover adalah suatu rangkaian
yang berfungsi untuk memilahkan signal audio menjadi signal frekuensi
rendah, menengah, dan frekuensi tinggi. Daerah frekuensi rendah disebut
bass yaitu antara frekuensi 20 Hz sampai 750 Hz, daerah frekuensi
menengah 750 Hz sampai 5 KHz, dan daerah frekuensi tinggi disebut
tweeter yaitu antara 5 KHz sampai 20 KHz.
Kualitas crossover ditentukan berdasarkan kemampuannya untuk
memilahkan secara tajam untuk masing-masing daerah frekuensinya.
Crossover yang paling sederhana disebut quoter section, respon
frekuensinya pada daerah batas frekuensi kerjanya mempunyai
kemiringan 6 dB/octave. Artinya pada kenaikan atau penurunan frekuensi
dua kali maka outputnya akan naik atau turun 6 dB. Crossover yang lebih
baik kualitasnya disebut half section respon frekuensinya pada daerah
batas frekuensi kerjanya mempunyai kemiringan 12 dB/octave. Artinya
pada kenaikan atau penurunan frekuensi dua kali maka outputnya akan
naik atau turun 12 dB. Rangkaian crossover tipe quoter section dan half
section masing-masing dilukiskan pada Gambar 25.a dan Gambar 25.b.
Parameter crossover tipe quoter section
RL RL 1 1
L1 =  ; L2 =  ; C1 =  ; C2 = 
2 πfC1 2 πfC2 πfC1 RL πfC2 RL
Crossover half section mempunyai parameter sebagai berikut
RL√2 RL√2
L1 = L2 =  ; L3 = L4 = 
2 π fC1 2 π fC2

1 1
C1 = C2 =  ; C3 = C4 = 
πfC1 RL √2 πfC2 RL √2

27
Gambar 25. Rangkaian Crossover

28
Lembar Kerja
Alat dan Bahan
1. Loudspeaker dengan berbagai ukuran dan kekuatan
2. Mikropun dengan berbagai jenis dan impedansi

Kesehatan dan Keselamatan Kerja


1. Berdoalah sebelum melakukan langkah kerja!
2. Pergunakan alat ukur dengan cara yang benar!
3. Lakukan langkah kerja secara urut sesuai yang ada!

Langkah Kerja
1. Lakukan pengamatan terhadap loudspeaker yang ada dari aspek
jenis, penggunaan, ukuran fisik, impedansinya!
2. Lakukan pengamatan terhadap mikropun yang ada dari aspek
jenis, impedansi input, polar respon, dan modelnya bila ada yang
berbeda!

Lembar Latihan
1. Berikan penilaian tentang kualitas dari loudspeaker yang diamati!
2. Berikan penilaian tentang kualitas dari masing-masing mikropun
yang diamati!

29
LEMBAR EVALUASI

Pertanyaan
1. Karakteristik preamplifier juga sebagai rangkaian ekualisasi.
Lukiskan respon frekuensi untuk preamplifier head tape recorder
playback!
2. Power amplifier ada beberapa model yaitu push pull, dan
complementary simetry. Adakah perbedaannya dari model
tersebut?
3. Sebutkan penggunaan yang tepat mikropun polar respon figure of
eight!
4. Sebuah penguat daya push-pull menggunakan dengan beban 4 Ω,
VCC = 12 volt, dan daya output 12,5 watt. Tentukan besarnya
perbandingan transformasi (N) transformator yang digunakan!
5. Crossover tipe quoter section terdiri dari 3 jalur yaitu untuk woofer,
tweeter, dan squawker digunakan untuk beban loudspeaker 8 Ω.
Batas frekuensi kerja untuk woofer, squawker, dan tweeter adalah
700 Hz dan 5 KHz. Tentukan besarnya komponen crossover
tersebut!
6. Sebuah equalizer mempunyai 10 saluran. Sebutkan frekuensi cut
off untuk lowpass dan highpass; sebutkan frekuensi resonansi
untuk bandpass filternya!
7. Apakah saja yang merupakan pembangkit signal pada sistem
audio?
8. Sebutkan apa saja yang merupakan pemroses signal pada sistem
audio!
9. Bandpass filter menggunakan simulasi induktor untuk equalizer
mempunyai fo = 200 Hz. Tentukan besarnya harga komponen yang
digunakan!

30
Kriteria Kelulusan

Skor
Kriteria Bobot Nilai Keterangan
(1-10)
Soal no 1 1
Soal no 2 1
Soal no 3 0,5
Soal no 4 2
Soal no 5 1,5 Syarat lulus
nilai minimal
Soal no 6 1,5 70
Soal no 7 0,5
Soal no 8 0,5
Soal no 9 1,5
Nilai Akhir

31
LEMBAR JAWABAN LATIHAN

Kegiatan Belajar 1
1. Fungsi mikropun, head play back dan cartridge adalah mengubah
gejala non listrik menjadi gejala listrik.
2. –
3. Bila pengontrol loudness bekerja maka bunyi akan menonjol pada
frekuensi tinggi dan rendah.
4. (Gambar 5.)

Kegiatan Belajar 2
1. –
2. –

Kegiatan Belajar 3
1. -

Kegiatan Belajar 4
1. –
2. –

32
Kunci Jawaban Lembar Evaluasi

1. Karakteristik preamplifier head play pada tape recorder pada


prinsipnya setangkup atau berkebalikan dengan karakteristik
respon frekuensi head play (kebalikan dari Gambar 5).
2. a. Power amplifier push pull menggunakan transformator input dan
output, sedangkan compelentay simetri tidak menggunakan
transformator.
b. Power amplifier push pull menggunakan transistor yang tipenya
sama (NPN atau PNP saja), sedangkan complementary simetri
menggunakan transistor yang tipenya berbeda namun
parameternya sama
c. Power amplifier push pull menggunakan satu sumber daya,
complementary simetri menggunakan dua sumber daya.
3. Mikropun model figure of eight digunakan untuk pembicara yang
dekat berhadap-hadapan.
4.
Icm2 RL’ VCC2 122
PL =  ; PLmax =  =  = 12,5
2 2 RL’ 2 RL’

144
RL’ =  = 5.76 = N2 RL
25

N2 = 1,44 N = 1,2

5.
RL 8
L1 =  =  = 1,8mH
2 π fC1 2 π .700

RL 8
L2 =  =  0,2546 mH
2 π fC2 2 π. 5000

33
1 1
C1 =  =  = 26,420 µF
2 π fC1 RL 2 π .700. 8

1 1
C2 =  =  = 4 µF
2 π fC2 RL 2 π. 5000. 8

6. Low pass fh = 44,6 Hz.


Band pass 1 fo = 60 Hz.
Band pass 2 fo = 125 Hz.
Band pass 3 fo = 250 Hz
Band pass 4 fo = 500 Hz
Band pass 5 fo = 1000 Hz
Band pass 6 fo = 200 Hz
Band pass 7 fo = 4000 Hz
Band pass 8 fo = 8000 Hz
High pass flL = 11,3 KHz.
7. Pembangkit signal pada sistem audio antara lain head play pada
tape recorder yang mengubah medan magnet pada pita menjadi
getaran listrik, mikropun yang mengubah bunyi menjadi getaran
listrik, sinar laser mengubah data pada CD menjadi getaran listrik.
8. Pemroses signal pada sistem audio preamplifier, penguat daya,
pengatur nada, dan equalizer.
9. 1
fo = 
2π √ LC
L = 100.0000 x 1000 x 26,7 x 109
= 2,67 H

34
DAFTAR PUSTAKA

Clyde N. Herrick, Audio System. Bombay : D. B. .Taraporevala Son & Co.,


Private Ltd., 1980.
Candra Ghozalli, dkk. Seri Audio Video 5 Loudspeaker II. Jakarta : Sinar
Harapan 1986.
Derek Cameron. Hi-Fi Stereo Installation Simplified. Virginia : Reston
Publishing Company, Inc., A Prentice-Hall Company 1978.
Gordon J. King. The Audio Handbook. London : Mew Butterworth & Co.
Publishers) Ltd. 1975.
Lea Prasetio. Akustik Lingkungan. Surabaya : Erlangga 1993.
Michael Ryerson. Acoustic Troubleshooting of Audio System. Virginia :
Reston Publishing Company, Inc. 1979.
Purba Tambunan. Teknik Audio. Bandung : Yayasan Pembina Pendidikan
dan Hobi Elektronika “Binatronika”. 1982.

35

You might also like