You are on page 1of 9

        Manifestasi Klinik

1.       Penonjolan di daerah inguinal


2.       Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
3.       Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan distensi
abdomen.
4.       Terdengar bising usus pada benjolan
5.       Kembung
6.       Perubahan pola eliminasi BAB
7.       Gelisah
8.       Dehidrasi
9.       Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien berdiri atau
mendorong.

G       Pemeriksaan Penunjang

1.       Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.

2.       Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan
hemotokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak
seimbangan elektrolit.

H       Komplikasi

1.       Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada
gangguan penyaluran isi usus.
2.       Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin hernia
menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini
disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3.       Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah
dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.
4.       Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan
kemudian timbul nekrosis.
5.       Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi.
6.       Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7.       Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8.       Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9.       Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.

I          Manajemen bedah

1. Perawatan pre operasi

Persiapan fisik dan mental pasien dan pasien puasa dan dilavamen pada malam sebelum hari
pembedahan.

2.       Perawatan post operasi

a.       Hindari batuk, untuk peningkatan ekspansi paru, perawat mengajarkan nafas dalam.

b.      Support scrotal dengan menggunakan kantong es untuk mencegah pembengkakan dan
nyeri.

c.       Ambulasi dini jika tidak ada kontraindikasi untuk meningkatkan kenyamanan dan
menurunkan resiko komplikasi post operasi.

d.      Gunakan tehnik untuk merangsang pengosongan kandung kemih.

e.      Monitoring intake dan output.

f.        Palpasi abdomen dengan hati-hati.

g.       Intake cairan > 2500 ml/hari (jika tidak ada kontraindikasi) untuk mencegah dehidrasi dan
mempertahankan fungsi perkemihan.

h.      Bila pasien belum mampu BAK, dapat dipasang kateter karena kandung kemih yang distensi
dapat menekan insisi dan menyebabkan tidak nyaman.

i.         Pemakaian celana suppensoar.

3.       Discharge Planning :

a.       Hindari mengejan, mendorong atau mengangkat benda berat.

b.      Jaga balutan luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti balut steril setiap hari dan
kalau perlu.

c.       Hindari faktor pendukung seperti konstipasi dengan mengkonsumsi diet tinggi serat dan
masukan cairan adekuat.

J          Penatalaksanaan

1.       Konservatif
a.       Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan
menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b.      Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5
menit di evaluasi kembali.

c.       Celana penyangga

d.      Istirahat baring

e.      Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic
untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.

f.        Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi
seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB,
hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-
gejala.
2.       Pembedahan (Operatif) :
a.       Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang.

b.      Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat
setinggi lalu dipotong.

c.       Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah
yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus
internus abdominus ke ligamen inguinal.

K        Diagnosa yang mungkin muncul :

1.         Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik

2.         Cemas berhubungan dengan krisis situasional,  rencana operasi

3.         Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya berhubungan dengan
kurangnya informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi, terbatasnya kognitif pasien.

4.         Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, lika post pembedahan

5.         Defisit / syndrom defisit self care berhubungan dengan kelamahan

RENPRA HERNIA

Diagnosa Tujuan Intervensi


No
1 Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
agen injuri fisik askep …. jam nyeri
terkontrol,    Kaji nyeri secara komprehensif ( Lokasi, karakteristik,
peningkatan durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ).
kenyamanan dengan
KH:
   Klien melaporkan    Observasi  reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.
nyeri berkurang,
skala nyeri 2-3    Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
   Ekspresi wajah
tenang & dapat    Berikan lingkungan yang tenang
istirahat, tidur.
   Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll)
   V/S dbn (TD 120/80 untuk mengetasi nyeri.
mmHg, N: 60-100
x/mnt, RR: 16-    Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi
20x/mnt). nyeri.

   Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.

   Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.

   Monitor V/S

   Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek


samping.

 
2 Cemas Setelah dilakukan Penurunan kecemasan
berhubungan asuhan keperawatan
dengan krisis selama .... x 24 jam,          Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
situasional, cemas klien
rencana terkontrol.          Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada
operasi tingkat kecemasan (tachicardia, tachypnea,
Kriteria Hasil ekspresi cemas non verbal)

a.       Ekspresi wajah          Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien
tampak tenang, dan perasaan yang mungkin muncul pada saat
rileks dan melakukan tindakan.
kooperatif.
         Berusaha memahami keadaan klien
b.      Mengenali,
mengungkapkan          Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan
dan tindakan.
menunjukkan
teknik untuk          Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan
mengontrol
kecemasan.          Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang
menciptakan cemas.
c.       Menemukan
sikap tubuh,
ekspresi wajah,          Tentukan kemampuan pasien untuk mengambil
isyarat dan keputusan
tingkat kegiatan
yang          Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik
menggambarkan relaksasi.
berkurangnya
penderitaan.          Kolaborasi untuk pemberian obata penurun cemas
, jika memungkinkan
d.      Menunjukkan
beberapa Peningkatan Koping
kemampuan
untuk          Hargai pemahaman pasien tentang proses
menenangkan penyakit
diri
         Hargai dan diskusikan alternatif respon terhadap
situasi.

         Gunakan pendekatan yang tenang dan


memberikan jaminan.

         Sediakan informasi aktual tentang diagnosa,


penanganan dan prognosis.

         Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek


perawatan saat ini.

         Libatkan keluarga atau orang terdekat dengan


klien.

         Bantu klien untuk mengidentifikasi penggunaan


koping yang efektif.

         Beri penyuluhan tentang prosedur pre operasi dan


post operasi.

         Berikan pujian untuk menggunakan sumber koping


yang efektif.
3 Kurang Setelah dilakukan Peningkatan pengetahuan
pengetahuan asuhan keperawatan
tentang selama .... x 24 jam,          Kaji tingkat pengetahuan tentang proses penyakit.
penyakit, pengetahuan klien
perawatan dan meningkat. Dengan          Jelaskan proses penyakit
pengobatanny Kriteria Hasil
a berhubungan          Tentukan kemampuan pasien untuk mempelajari
dengan a.       Pasin informasi khusus.
kurangnya
informasi, tidak
mengetahui mengungkapkan          Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat
sumber- pengertian pemahaman pasien, ulangi informasi bila
sumber tentang proses dipelrukan.
informasi, penyakit dan
terbatasnya pengobatan.          Ikutsertakan keluarga atau anggota keluarga lain.
kognitif pasien.
b.      Berpartisipasi          Jelaskan tentang program pengobatan dan
dalam alternatif pengobatan.
pengobatan
         Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
digunakan untuk mencegah komplikasi.

         Diskusikan tentang terapi dan pilihannya.

         Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa


digunakan/mendukung.

         Instruksikan kapan harus kepelayanan.

         Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang


penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan.
4 Risiko infeksi Setelah dilakukan Kontrol infeksi :
b/d adanya askep …. jam risiko
luka operasi, infeksi Terkontrol,     Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
imunitas tubuh terdedekti dg KH:
menurun,     Batasi pengunjung bila perlu dan anjurkan u/ istirahat
prosedur    Bebas dari tanda & yang cukup
invasive gejala infeksi
    Anjurkan keluarga untuk cuci tangan sebelum dan
   Angka lekosit setelah kontak dengan klien.
normal (4-11.000)
    Gunakan sabun anti microba untuk mencuci tangan.
   Suhu normal ( 36 –
37 c     Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan.

    Gunakan baju, masker dan sarung tangan sebagai alat


pelindung.

    Pertahankan lingkungan yang aseptik selama


pemasangan alat.

    Lakukan perawatan luka sesuai indikasi

    Lakukan dresing infus,dan dresing kateter sesuai


indikasi.

    Tingkatkan intake nutrisi. & cairan yang adekuat

    Kolaborasi untuk pemberian antibiotik sesuai program.

Proteksi terhadap infeksi

    Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.

    Monitor hitung granulosit dan WBC.

    Monitor kerentanan terhadap infeksi.

    Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan.

    Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan,


panas, drainase.

    Inspeksi keadaan luka dan sekitarnya

    Monitor perubahan tingkat energi.

    Dorong klien untuk meningkatkan mobilitas dan latihan.

    Instruksikan klien untuk minum antibiotik sesuai


program.

    Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala


infeksi.dan melaporkan kecurigaan infeksi.

 
5 Sindrom defisit Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri
self care b/d askep … jam klien dan
kelemahan, keluarga dapat    Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan diri
penyakitnya merawat diri : activity yang mandiri
daily living (adl)
dengan kritria :    Monitor kebutuhan akan personal hygiene, berpakaian,
toileting dan makan, berhias
   kebutuhan klien
sehari-hari    Beri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan untuk
terpenuhi (makan, merawat diri
berpakaian,
toileting, berhias,    Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya sehari-
hygiene, oral hari.
higiene)
   Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
   klien bersih dan sesuai kemampuannya
tidak bau.
   Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin

   dorong untuk melakukan secara mandiri tapi beri


bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.

   Berikan reinforcement positif atas usaha yang


dilakukan.
 

You might also like