You are on page 1of 17

BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

BAB VIII
HYDROGEN PRODUCTION UNIT
(HPU)

I. Pendahuluan

Hydrogen Production Unit (HPU) menggunakan proses steam/hydrocarbon


reforming. Hydrogen production unit di kilang minyak bumi biasanya diperlukan
oleh unit Hydrocracker untuk menyediakan kebutuhan hydrogen yang
digunakan untuk proses treating-cracking di unit Hydrocracker. Selain di kilang
minyak bumi, HPU juga ada di pabrik ammonia dan methanol dengan tujuan
yang sama, yaitu hydrotreating dan hydrocracking.

II. Teori Hydrogen Production Unit

Pada masa sekarang ini semua produksi hydrogen diproduksi


dengan menggunakan proses steam reforming atau partial
oxidation. Proses electrolysis untuk memproduksi hydrogen
digunakan untuk skala terbatas. Metode lain adalah thermal
decomposition, photolysis, dan bioconvertion.

HPU terdiri dari beberapa unit proses sebagai berikut :


• Desulfurization umpan hydrocarbon.
• Steam reforming (pre-reforming dan reforming).
• Shift conversion.
Shift conversion pada HPU dapat terdiri dari high temperature
shift conversion dan low temperature shift conversion atau
hanya terdiri dari medium temperature shift conversion.
• Carbondioxide removal.
Carbondioxide removal pada HPU dapat berupa benfield
system atau Pressure Swing Absorber.
• Mehtanation.

II.1. Desulfurization

Umpan hydrocarbon harus didesulfurisasi untuk melindungi katalis


yang digunakan di HPU. Jenis proses desulfurisasi tergantung jenis
umpan dan tipe komponen sulfur dalam umpan. Hydrogen sulfide
dan komponen sulfur reaktif dalam umpan dapat dihilangkan baik
dengan cara absorbsi dengan menggunakan activated carbon atau
dengan cara absorbsi dengan menggunakan hot zinc oxide.
Komponen-komponen sulfur non-reaktif dalam umpan dapat
dihilangkan dengan hydrogenation menjadi hydrogen sulfide dan
kemudian diabsorbsi dengan menggunakan hot zinc oxide.

Selain hot zinc oxide, biasanya desulphurizer juga dilengkapi


dengan chloride guard untuk melindungi katalis steam reformer dari
chloride. Chloride sangat mungkin terkandung dalam umpan HPU
mengingat umpan HPU berasal biasanya berasal dari unit catalytic
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 1 dari 17 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

reforming yang menggunakan chloride untuk mengatur aktivitas


katalis catalytic reforming. Jika umpan hydrogen plant berasal dari
natural gas, maka chloride guard tidak diperlukan.

”Katalis” zinc oxide dalam unit desulfurizer sebenarnya tidak


berfungsi sebagai katalis, namun lebih tepatnya zinc oxide adalah
absorbent, yang menyerap senyawa sulfur hingga jenuh. Biasanya
absorbent zinc oxide dapat menyerap senyawa sulfide hingga 25%
berat total absorbent zinc oxide.

Untuk yang menggunakan chloride guard, biasanya desulfurizer


terdiri dari 2 bed catalyst, yaitu bed pertama untuk chloride guard
dan bed kedua untuk zinc oxide. Untuk kemudahan operasi,
biasanya terdapat 2 unit desulfurizer yang beroperasi secara lead-
leg atau secara seri. Keuntungan operasi secara lead-leg adalah
jika terjadi breaktrhough senyawa sulfur dari unit desulfurizer
”lead”, maka masih dapat diabsorbsi di unit desulfurizer ”leg”,
sehingga senyawa sulfur tetap tidak meracuni katalis steam
reformer. Jika sudah terjadi breakthrough senyawa sulfur pada unit
desulfurizer ”lead”, maka unit desulfurizer ”lead” dapat di-bypass
untuk dilakukan penggantian absorbent zinc oxide tanpa
menghentikan operasi HPU karena unit desulfurizer ”leg” dapat
tetap dioperasikan. Setelah selesai penggantian absorbent zinc
oxide tersebut maka unit desulfurizer ”lead” tersebut kemudian
dioperasikan sebagai unit desulfurizer ”leg”.

Saat proses desulfurisasi, zinc oxide diubah menjadi zinc sulfide.

ZnO + H 2 S ZnS + H 2 O

Absorbent zinc oxide dapat digunakan pada temperatur ambient


hingga 454 o C, namun operasi paling efektif adalah pada
temperature diatas 340 o C. Absorbent zinc oxide dapat digunakan
pada tekanan atmospheric hingga tekanan lebih dari 50 kg/cm 2 .
Space velocity disain biasanya antara 200 s/d 2000 jam - 1 .

II.2. Steam Hydrocarbon Reforming

HPU dengan menggunakan metode steam hydrocarbon reforming


telah menjadi aplikasi produksi hydrogen yang paling banyak
digunakan di seluruh dunia. Umpan hydrocarbon setelah melalui
desulfurizer kemudian bergabung dengan umpan steam di di-reform
melalui nickel on alumina based catalyst yang ada dalam reforming
furnace tube. Reaksi yang terjadi dalam reforming furnace tube
adalah sebagai berikut :

CmHn + mH 2 O m CO + ((2m+n)/2) H 2
CO + H2O CO 2 + H2
Keterangan : C m H n dapat berupa CH 4 , C 2 H 6 , C 3 H 8 , dan lain-lain.

Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 2 dari 17 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

Pada temperatur yang tinggi dan tekanan yang rendah,


kesetimbangan akan bergeser ke kanan (produksi hydrogen).
Produk gas hasil reforming berupa hydrogen, carbondioxide,
carbomonoxide, methane (sisa), dan steam (excess/berlebih).
Reaksi steam reforming bersifat endotermis (memerlukan panas).
Panas disediakan oleh burner dalam suatu reforming furnace.
Kondisi operasi optimum tergantung pada jenis feed dan spesifikasi
produk. Biasanya steam reformer beroperasi pada temperatur outlet
760 s/d 850 o C dan temperatur tube skin hingga 980 o C.
Sedangkan tekanan operasi dapat mencapai 37 kg/cm 2 g.

Kinerja katalis steam reformer dapat dipengaruhi oleh impurities


berupa senyawa sulfur, chloride, phosphorous, lead, dan arsenic.
Steam reformer biasanya dioperasi dengan steam berlebih untuk
menjamin ketersediaan steam untuk reaksi (baik reaksi di steam
reformer maupun reaksi di shift converter) dan untuk mencegah
coke build up (carbon deposit) pada permukaan katalis steam
reformer. Steam to carbon ratio biasanya antara 2,5 s/d 8 mol
steam per atom carbon. Pada steam to carbon ratio minimum akan
terbentuk methane, sedangkan pada steam to carbon ratio
maksimum akan terbentuk butane. Pembentukan methane pada
outlet steam reformer (atau biasa disebut methane slip) akan
meningkat dengan menurunnya temperature outlet steam reformer.
Oleh karena itu menjaga temperature outlet steam reformer pada
kisaran 760 s/d 850 o C adalah sesuatu yang mandatory.

Katalis steam reforming biasanya tersusun atas nikel dengan


balance alumina. Komposisi katalis steam reforming biasanya
adalah nikel 10-14%wt, SiO 2 0,2%wt (maksimum), dan Al 2 O 3
(balance). Katalis steam reformer biasanya terdiri dari pre-reformer
catalyst dan reformer catalyst. Pre-reformer catalyst dapat berada
di luar steam reformer furnace (dalam reaktor yang terpisah) atau
dapat juga bergabung dalam steam reformer tube. Umumnya pre-
reformer catalyst bergabung dengan reformer catalyst dalam steam
reformer tube.

Jika pre-reformer dan reformer catalyst berada dalam steam


reformer tube, maka biasanya pre-reformer catalyst mengisi 1/3
bagian tube atas dan reformer catalyst mengisi 2/3 bagian tube
bawah (jika jenis furnace ada top fire). Pertimbangan mengisi 1/3
bagian tube atas dengan pre-reformer untuk top fired steam
reformer adalah pada 1/3 bagian tube atas reaksi belum terlalu
banyak terjadi karena temperatur belum terlalu panas, dan flame
pattern yang bagus adalah jika api menjulur ke bawah 1/3 s/d ½
ketinggian tube dari atas (jika top fired furnace) dengan temperatur
api terpanas adalah pada 1/3 bagian dari ujung api. Selain itu, pre-
reformer juga menjalani fungsi sebagai graded catalyst, yaitu
sebagai particulate trap, sehingga biasanya bentuknya adalah
bentuk yang biasa digunakan oleh graded catalyst (bentuk terbaik
untuk graded catalyst adalah bentuk ring karena mempunyai void
fraction terbesar dibandingkan bentuk lainnya). Pre-reformer juga
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 3 dari 17 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

digunakan untuk mengantisipasi sulfur atau chloride breaktrhough


sehigga tidak merusak katalis utama yang kemudian akan membuat
produk hydrogen menjadi off-spec.

II.3. Shift Converter

II.3.1.Shift Converter di HPU dengan Absorption System

Menggunakan Larutan Benfield

Produk gas outlet steam reformer masih mengandung carbon


monoxide sekitar 10% (dry basis). Carbon monoxide dalam gas
produk steam reformer tidak dapat diabsorbsi di absorption system
yang menggunakan larutan benfield sebagai absorbent, sehingga
carbon monoxide harus di-convert menjadi CO 2 di shift converter
agar CO 2 kemudian dapat diabsorbsi di absorption system. Fungsi
shift converter adalah mereaksikan carbonmonoxide dengan steam
untuk membentuk carbondioxide dan hydrogen.

CO + H 2 O CO 2 + H 2

Berdasarkan teori kinetika reaksi maka pada temperatur tinggi,


kecepatan reaksi akan meningkat, namun konversi tidak dapat
lengkap. Sedangkan pada temperatur rendah konversi dapat
lengkap, namun kecepatan reaksi rendah.

Berlandaskan teori kinetika reaksi inilah maka sebagian HPU


didisain untuk memiliki 2 tahap shift conversion, yaitu high
temperatur shift conversion (untuk mengakomodir kecepatan reaksi
yang tinggi) dan low temperature shift conversion (untuk
mengakomodir konversi reaksi yang tinggi).

High temperatur shift converter (HTSC) biasanya beroperasi pada


temperatur antara 330 o C s/d 510 o C dengan tekanan operasi
hingga 50 kg/cm 2 g. Normal wet gas space velocity berkisar antara
1000 s/d 5000 volume gas pada STP per jam per volume katalis.
Katalis high temperature shift converter tersusun dari Fe 2 O 3 (sekitar
85%wt), Cr 2 O 3 (7-10%wt), dan balance Al 2 O 3 . Kandungan CO inlet
HTSC sekitar 12%mol (dry), sedangkan kandungan CO outlet
HTSC sekitar 3%mol (dry).

Low temperatur shift converter (LTSC) biasanya beroperasi pada


temperatur antara 190 s/d 250 o C dengan tekanan operasi hingga
50 kg/cm 2 g. Normal wet gas space velocity berkisar antara 2000 s/d
5000 volume gas pada STP per jam per volume katalis. Katalis low
temperature shift converter tersusun dari CuO (31-34%wt), ZnO
(48-53%wt), dan Al 2 O 3 (balance). Kandungan CO inlet LTSC sekitar
3%mol (dry), sedangkan kandungan CO outlet HTSC sekitar
0,3%mol (dry).

Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 4 dari 17 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

II.3.2.Shift Converter di HPU dengan Adsorption System Berupa

Pressure Swing Adsorber

Sebagian HPU lainnya didisain hanya memiliki 1 tahap shift


conversion, yaitu medium temperature shift converter (MTSC) atau
high temperature shift converter (HTSC), terutama untuk HPU yang
dilengkapi dengan Pressure Swing Adsorber (PSA). Kandungan CO
inlet MTSC/HTSC sekitar 12%mol (dry), sedangkan kandungan CO
outlet sekitar 4%mol (dry). Jika dibandingkan dengan HPU yang
mempunyai 2 tahap shift conversion, maka kandungan CO outlet
shift conversion ini jauh lebih besar (3,9% mol versus 0,3%mol; dry
basis). Namun dengan menggunakan adsorption system berupa
Pressure Swing Adsorber, maka Hydrogen purity produk dapat lebih
tinggi daripada HPU yang hanya menggunakan benfield system
sebagai CO 2 absorption system.

II.4. CO2 Absorption System/Pressure Swing Adsorption System

II.4.1.CO2 Absorption System

Terdapat beberapa jenis absorbtion system yang digunakan untuk


menghilangkan CO 2 dari produk gas, yaitu :
• Mono Ethanol Amine (MEA)
• Hot potassium carbonate process (benfield process).
• Sulfinol process.

Hot potassium carbonate process memerlukan temperature jauh


lebih tinggi daripada MEA atau sulfinol process. Larutan MEA dan
sulfinol menyerap pada temperature sekitar 35 o C, sedangkan hot
potassium carbonate process efektif pada temperatur 125 o C.
Namun karena upstream process (shift conversion) bertemperatur
tinggi (sekitar 215 o C), maka proses hot potassium carbonate lebih
diminati dengan alasan heat recovery (tidak perlu mendinginkan
aliran gas hingga ke temperature 35 o C).

Larutan benfield adalah larutan yang mengandung :


• K 2 CO 3 (potassium carbonate) = 25-27 %wt.
• DEA (Diethanol Amine) = 3 %wt.
• V 2 O 5 (Vanadium Pentoxide) = 0,7-0,8 %wt.

Reaksi yang terjadi di CO 2 absorption system adalah sebagai


berikut :

K 2 CO 3 + H 2 O KOH + KHCO 3
KOH + CO 2 KHCO 3

Sehingga reaksi totalnya adalah :

K 2 CO 3 + H 2 O + CO 2 2KHCO3

Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 5 dari 17 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

Proses benfield merupakan hot carbonate process dengan DEA


sebagai activating agent. Kehadiran amine (DEA) adalah sebagai
katalisator.

CO 2 + R 2 NH R 2 NCOOH
R 2 NCOH + KOH R 2 NH + KHCO 3

Sedikit amine sangat significant terhadap kecepatan reaksi CO 2


dengan potassium carbonate.

Proses yang serupa dengan benfield process adalah Catacarb


process yang menggunakan activity agent berupa amine borates
menggantikan DEA.

II.4.2.Pressure Swing Adsoption (PSA) System

Feed gas PSA adalah syntesis gas dari reformer furnace yang
carbon monoxide-nya telah diubah menjadi carbon dioxide di Shift
Converter. Biasanya HPU yang menggunakan PSA cukup memiliki
satu Shift Converter, yaitu High Pressure Shift Converter. Purity
hydrogen product HPU yang memiliki PSA dapat mencapai 99,9 %,
dengan recovery sekitar 90 % on feed gas PSA.

Pressure Swing Adsorption process menggunakan fenomena


adsobsi fisis, yaitu senyawa yang sangat mudah menguap dengan
polaritas rendah (seperti diwakili oleh hydrogen atau helium)
biasanya lebih tidak dapat di-adsorb dibandingkan dengan
senyawa-senyawa seperti CO 2 , CO, N 2 , dan hydrocarbon. Oleh
karena itu sebagian besar impurities yang terkandung di dalam
aliran yang mengandung hydrogen dapat secara selektif di-adsorb
sehingga dapat diperoleh high-purity hydrogen product.

Proses PSA beroperasi pada 2 jenis tekanan, yaitu :


• Tekanan tinggi (10 s/d 40 barg) untuk meningkatkan tekanan
parsial dan loading impurities pada material adsorbent (pada
proses adsorbsi impurities).
• Tekanan rendah (sedikit diatas tekanan atmosferis) untuk
mengurangi residual loading impurities sebanyak mungkin untuk
mencapai purity produk yang tinggi, delta loading
adsorption/desorption yang tinggi, dan hydrogen recovery yang
tinggi (pada proses desorption/regeneration).

Proses PSA beroperasi pada temperature ambient dan tidak


memerlukan panas untuk regenerasi. Perubahan temperatur kecil
hanya terjadi pada proses adsorption (heat production) dan
desorption & depressurization (heat loss). Hal ini yang
menyebabkan material adsorbent dapat berumur panjang karena
tidak ada pengaruh panas yang membuat adsorbent mengalami
deaktivasi.

Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 6 dari 17 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

Meskipun proses PSA secara eksternal terlihat sebagai proses


kontinyu, namun secara internal proses PSA merupakan proses
yang tidak kontinyu yang terdiri dari sejumlah sequence operasi
yang berlangsung paralel. Secara umum, tiap adsorber memiliki
siklus PSA yang spesifik yang berulang dengan cara siklikal. Satu
siklus PSA terdiri dari dua fase dasar, yaitu adsorption dan
regeneration. Fase regeneration sendiri merupakan rangkaian sub
fase yang terdiri dari :
• Transisi tekanan tinggi hingga rendah : ekspansi, purging, dan
dump.
• Purging pada tekanan rendah.
• Transisi tekanan rendah hingga tinggi kembali ke tekanan
adsorption : pressurization.

Proses pemisahan adsorptive dengan supply produk yang kontinyu


dilakukan dengan sejumlah pressure vessel yang diisi dengan
material adsorbent, yang dilengkapi dengan interconnecting piping
dan control valve. Selama operasi, minimal satu adsorber dalam
kondisi on-stream pada tekanan tinggi dan beroperasi memisahkan
impurities dari feed stream sedangkan adsorber lainnya menjalani
proses regenerasi. Control program menjamin sequence proses dan
pergantian proses adsorber dari proses adsorption ke desorption
dikendalikan dengan seksama sehingga impurities tidak sampai
lolos terikut ke produk. Oleh karena itu sequence proses harus
menjamin bahwa selama periode adsorption suatu adsorber,
adsorber lain harus menjalani proses regenerasi sehingga dapat
stand by menggantikan operasi adsorber lain sebelum adsorber
tersebut jenuh.

II.5. Methanation

Proses methanation adalah proses mengubah CO dan CO 2 menjadi


methane/CH 4 . CO dan CO 2 dibatasi dalam produk hydrogen karena
CO dan CO 2 dapat membuat reaksi di unit Hydrocracker, yaitu unit
downstream HPU, menjadi tidak stabil dan dapat meningkatkan
kecenderungan terjadinya temperatur excursion/runaway. Residual
carbon monoxide dalam overhead gas CO 2 absorber setelah
mengalami carbon dioxide removal kemudian mengalami reaksi
methanation dengan bantuan katalis hydrogenation yang sangat
aktif untuk menghilangkan CO dan CO 2 .

CO + 3 H 2 CH 4 + H 2 O
CO 2 + 4 H 2 CH 4 + 2H 2 O

Pada proses methanation ini, residual carbon monoxide dapat


dikurangi hingga 5-10 ppm. Biasanya temperatur operasi antara 232
s/d 454 o C dan tekanan operasi hingga 50 kg/cm 2 g (walaupun dapat
juga hingga 250 kg/cm 2 g).

Katalis yang digunakan adalah katalis yang mengandung NiO


(Nickel Oxide) sebagai base metal dengan balance Al 2 O 3 . Katalis ini
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 7 dari 17 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

harus dilindungi dari racun, yaitu senyawa sulfur, chlorine, dan


arsenic. Umumnya methanator dioperasikan dengan space velocity
5000 s/d 12000 volum gas pada STP per jam per volum katalis.

Untuk HPU yang dilengkapi unit PSA, proses methanation tidak


diperlukan karena proses penghilangan impurities, terutama berupa
CO dan CO 2 , dapat dilakukan dengan sangat efektif sehingga dapat
menghasilkan produk hydrogen dengan purity yang sangat tinggi.

III. Feed dan Produk Hydrogen Production Unit

Feed gas HPU dapat berupa :


• Catalytic Reformer/Platformer Hydrogen rich gas (70-80%
hydrogen, sisanya sebagian besar methane).
• Saturated gases dari gas recovery (30-50% hydrogen, sisanya
methane dan ethane).
• Natural gas (85-95% methane, sisanya sebagian besar ethane).
• LPG (propane dan/atau butane).

Spesifikasi produk gas HPU yang menggunakan CO 2


absorber/benfield system adalah sebagai berikut :
• Hydrogen : 97 % vol (minimum).
• Methane : 3 % vol (maksimum).
• CO & C O 2 : 30 ppm (maksimum).
• Basic nitrogen : 0,1 ppm (maksimum).
• Elemental nitrogen : nil.
• Sulfur : nil.

Sedangkan spesifikasi produk gas HPU yang menggunakan PSA


adalah sebagai berikut :
• Hydrogen : 99,9% mol (minimum).
• Carbon monoxide : 70 ppm mol (maksimum).
• Nitrogen : 1000 ppm mol (maksimum).
• Methane + CO 2 : 25 ppm mol (maksimum).

Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 8 dari 17 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

IV. Aliran Proses Hydrogen Production Unit

Process Flow Diagram Fixed Bed Catalytic Reforming dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Process Flow Diagram Hydrogen Production Unit dengan Benfield System
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 9 dari 17 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

Gambar 2. Process Flow Diagram Hydrogen Production Unit dengan Pressure Swing Adsorber

Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 10 dari 17 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

V. Variabel Proses Hydrogen Production Unit

V.1. Desulfurizer

Reaksi desulfurisasi merupakan reaksi eksotermis (mengeluarkan


panas). Sulfur dapat di-absorb oleh katalis mulai temperatur 5 o C,
namun temperatur operasi optimum adalah 200 s/d 400 o C. Pada
desulfurizer, tekanan bukan merupakan variabel proses yang
critical.

V.2. Steam Reformer

Seperti telah dibahas pada point II.2, reaksi yang terjadi di dalam
steam reformer adalah sebagai berikut :

CmHn + mH 2 O m CO + ((2m+n)/2) H 2
CO + H2O CO 2 + H2
Keterangan : C m H n dapat berupa CH 4 , C 2 H 6 , C 3 H 8 , dan lain-lain.

Reaksi pertama berlangsung hingga mencapai kesetimbangan pada


outlet steam reformer. Reaksi pertama ini bergeser ke kanan jika
temperatur tinggi dan tekanan rendah. Sedangkan reaksi kedua
akan bergeser ke kanan pada tekanan rendah dan tidak dipengaruhi
oleh tekanan. Pada tekanan sekitar 815 o C, reaksi kedua menjadi
tidak significant.

Produksi hydrogen dipengaruhi oleh feed gas rate dan konversi.


Komposisi produk steam reformer, terutama methane slip,
dipengaruhi oleh beberapa variabel operasi berikut ini :
• Outlet pressure.
• Outlet temperature.
• Steam/carbon ratio.

Temperatur inlet steam reformer adalah antara 480 s/d 535 o C.


Sedangkan temperatur outlet steam reformer adalah antara 760 s/d
850 o C (diatur dengan memperhatikan hydrogen purity dan methane
slip).

Tekanan operasi steam reformer biasanya antara 20 s/d 30


kg/cm 2 g.

V.3. High/Low Temperature Shift Converter

Seperti telah dijelaskan pada point II.3, berdasarkan teori kinetika


reaksi maka pada temperatur tinggi, kecepatan reaksi akan
meningkat, namun konversi tidak dapat lengkap; sedangkan pada
temperatur rendah konversi dapat lengkap, namun kecepatan reaksi

Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 11 dari 17 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

rendah. Kondisi operasi di HTSC/LTSC diatur sehingga dapat


mencapai tingkat konversi yang sempurna.

Seiring dengan waktu maka aktivitas katalis HTSC/LTSC akan


menurun. Untuk mempertahankan aktivitas katalis, maka temperatur
inlet HTSC/LTSC harus dinaikkan. Batas atas temperatur inlet
HTSC/LTSC adalah saat temperatur tertinggi di dalam reaktor
sudah mendekati mechanical design temperatur reaktor (biasanya
masih lebih rendah daripada temperatur sintering katalis).

V.4. Methanator

Best practice kenaikan temperature untuk reaksi methanation


(sebagai kompensasi untuk menurunkan CO/CO 2 content) adalah
sebagai berikut :
o
• CO : 7 C setiap 0,1 % volum (dry basis).
o
• CO 2 : 5 C setiap 0,1 % volum (dry basis).

Reaksi methanation dapat terjadi mulai temperature 232-260 o C.


Temperatur inlet methanator harus di-set sehingga outlet
temperature sekitar 370 o C.

V.5. Absorption System (Benfield System)

Menaikkan temperatur larutan akan meningkatkan kecepatan


absorbsi CO 2 , tetapi kapasitas absorbsi larutan menjadi menurun.

Benfield system biasanya terdiri dari 2 tahap proses absorbsi, yaitu:


• Dengan menggunakan lean solution (masuk di bagian atas
absorber pada temperatur sekitar 70 o C).
• Dengan menggunakan semi-lean solution (masuk di bagian
tengah absorber pada temperatur sekitar 105 o C).

Kenaikan tekanan pada absorber akan meningkatkan kapasitas


absorbsi, namun tekanan absorber ini bukan merupakan process
variable independent melainkan process variable dependent.
Biasanya absorber dioperasikan pada tekanan 14 s/d 15 kg/cm 2 g.

Meningkatkan jumlah sirkulasi larutan akan meningkatkan kapasitas


absorbsi.

Rendahnya konsentrasi potassium carbonate (K 2 CO 3 ) akan


menurunkan kapasitas absorbsi CO 2 . Rendahnya kandungan DEA
dalam larutan benfield (< 3%) akan menyebabkan penurunan
kecepatan absorbsi CO 2 dan akan meningkatkan CO 2 vapor
pressure. Berdasarkan pengalaman operasi , kandungan DEA
sebesar 3% adalah kondisi optimum.

Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 12 dari 17 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

VI. Troubleshooting
Beberapa contoh permasalahan, penyebab, dan troubleshooting yang terjadi di Hydrogen Production Unit dapat dilihat dalam
table I berikut ini :
Tabel I. Contoh Permasalahan, Penyebab, dan Troubleshooting Hydrogen Production Unit

Permasalahan Penyebab Troubleshooting


Methane slip produk • Steam/carbon ratio rendah. • Naikkan steam/carbon ratio.
hydrogen tinggi • Outlet temperatur steam reformer rendah. • Naikkan temperatur outlet steam reformer.
• Outlet pressure steam reformer tinggi. • Cek penyebab naiknya outlet pressure steam
• Desulfurisasi feed gas tidak sempurna. reformer.
• Cek proses desulfurisasi, jika perlu ganti katalis
desulfurizer.
• Cek line bypass LTSC. Jika line bypass terbuka,
blok.
CO inlet methanator • LTSC di-bypass. • Cek kinerja katalis LTSC.
tinggi. • Penurunan kinerja/aktivitas katalis LTSC • Naikkan temperature inlet LTSC jika masih
mungkin. Jika tidak mungkin maka HPU harus
turun feed atau stop untuk ganti katalis LTSC.
• Cek konsentrasi larutan benfield (K2CO3),
CO2 inlet methanator pertahankan konsentrasi larutan > 25%.
• Kinerja benfield system tidak bagus.
tinggi. • Cek konsentrasi DEA dalam larutan benfield,
pertahankan konsentrasi larutan sekita 3%.

Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 13 dari 17 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

VII. Case Study : Steam Reformer Tube Burst

Jika terjadi steam reformer tube burst maka kemungkinan-kemungkinan


penyebab terjadinya tube burst ada 4 faktor utama sebagai berikut :

1. Tube overheating
Overheating pada tube dapat terjadi apabila terjadi kondisi-kondisi sebagai
berikut:

a. Flame Impigement/Jilatan Api ke Permukaan Tube


Flame impigement yang bersifat terus menerus pada tube akan
mengakibatkan terjadinya panas yang berlebihan pada daerah tube
tersebut. Hal ini berdampak terhadap melemahnya struktur metal
(creep), yang selanjutnya dapat mengakibatkan terjadinya tube burst.

b. Tube Plugging
Apabila terjadi tube plugging, maka dapat terjadi hambatan aliran fluida
di dalam tube yang dapat berakibat penyerapan panas oleh fluida
berkurang, sehingga terjadi overheating pada tube tersebut. Adanya
tube plugging dapat ditandai dengan terjadinya kenaikan pressure drop
steam reformer, dan secara visual dapat terlihat permukaan luar tube
yang memerah atau belang merah-hitam, yang menandakan tidak ada
aliran (panas yang di-supply oleh burner hanya diserap oleh tube dan
tidak diserap oleh reaksi). Tube plugging dapat terjadi karena pressure
drop tube pada saat loading terlalu tinggi atau karena Steam/Carbon
ratio yang rendah yang menyebabkan terbentuknya coke pada
permukaan katalis atau feed gas mengandung olefin atau hydrocarbon
berat.

Pressure drop tube pada saat loading di HPU sangat penting karena
diameter tube yang kecil sehingga jika ada sesuatu yang masuk ke
dalam tube saat loading bisa sangat berpengaruh terhadap pressure
drop. Oleh karena itu prosedur loading katalis steam reformer dibuat
sangat ketat, yaitu pressure drop dicek sebelum loading (pressure drop
tube kosong) dan setelah selesai loading (setelah tube terisi katalis),
sehingga dapat diyakinkan bahwa loading telah dilaksanakan dengan
baik. Jika terjadi tube plugging, cek data pressure drop hasil loading.

Sedangkan untuk steam/carbon ratio, Steam/Carbon ratio yang rendah


dapat mengakibatkan terbentuknya coke/carbon pada permukaan
catalyst yang secara akumulatif akan mengakibatkan terhambatnya
aliran fluida/tube plugging (yang juga ditandai dengan kenaikan
pressure drop tube) yang selanjutnya akan mengakibatkan over
heating/hot spot pada tube.

c. Hambatan Aliran Flue Gas


Apabila terjadi hambatan pada aliran flue gas, maka aliran panas yang
dibawa oleh flue gas akan tertahan, sehingga akan terjadi akumulasi
panas pada cabin steam reformer yang kemudian akan mengakibatkan
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 14 dari 17 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

overheating pada tube maupun cabin/dinding cabin. Adanya hambatan


aliran flue gas ini ditandai dengan tejadinya kenaikan tekanan cabin
Steam Reformer. Terhambatnya aliran flue gas dapat disebabkan oleh :

i. Convection section kotor.


ii. Opening tunnel yang tidak sesuai dengan dimensi design.
Opening tunnel berfungsi untuk mengarahkan dan mendistribusikan
aliran flue gas dari radiant section ke convection section. Apabila
jumlah maupun dimensi dari opening tunnel tidak sesuai dengan
jumlah aliran flue gas, maka akan terjadi hambatan aliran panas flue
gas yang berakibat pada overheating pada tube maupun pada cabin.
iii. Catalyst atau catalyst support material (alumina ball) pecah.
Catalyst dan catalyst support material yang pecah dapat
mengakibatkan terhambatnya aliran fluida di dalam tube/tube
plugging.

d. Catalyst-Activity
Apabila catalyst activity menurun, maka reaksi reforming akan turun
sehingga panasan yang diberikan tidak digunakan seluruhnya sehingga
panas yang diterima tube akan menjadi lebih besar dan akibatnya
temperatur tube akan naik. Semakin tinggi catalyst activity maka akan
semakin tinggi juga daya absorb terhadap panas reaksi pada reaksi
steam reforming (reaksi endotermis), sehingga akan menghasilkan
temperature tube skin yang lebih rendah. Untuk menentukan
performance catalyst reformer dapat dilihat dari temperatur approach
(evaluasi katalis-katalis di Hydrogen plant biasanya menggunakan
pendekatan temperatur approach) dan methane slip.

2. Tube Metal Deterioration

Tube metal deterioration dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :

i. Tube-Life-Time
Metal deterioration dapat terjadi apabila pada tube terjadi penurunan/
kenaikan temperatur yang sangat excessive. Penurunan/kenaikan
temperatur ini dapat terjadi akibat :

- Temperatur operasi
Temperatur operasi yang berlebihan dan bersifat terus menerus dapat
mengakibatkan life time tube yang pendek. Semakin tinggi temperatur
operasi semakin pendek life time tube.

- Frekuensi emergency shut down unit


Terjadinya emergency shut down unit, akan menyebabkan terjadinya
penurunan temperatur yang mendadak pada steam reformer
(biasanya rate penurunan temperatur jika normal shutdown adalah 50
o
C/jam, sedangkan saat emergency shutdown bisa hingga 100
o
C/jam). Dengan penurunan temperatur secara mendadak akan
berpengaruh terhadap struktur material tube tersebut. Semakin tinggi
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 15 dari 17 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

frekuensi emergency shut down unit, semakin besar juga


kemungkinan terjadinya creep pada struktur material tersebut
sehingga semakin pendek life time tube tersebut.

ii. Kualitas Tube

Material tube sangat tergantung dari design dan kondisi operasi dari
peralatan, yaitu steam reformer, diantaranya : temperatur, tekanan, dan
feed/fluida yang mengalir (naphtha, natural gas, refinery/off gas, LPG,
light hydrocarbon). Oleh karena itu setiap pemilihan material harus
disesuaikan dengan kondisi operasi dan design peralatan. Semakin
tinggi temperatur, tekanan operasi maupun korosivitas dari fluida yang
digunakan, maka material yang digunakan harus mampu dan tahan
dengan kondisi temperatur dan tekanan yang tinggi serta korosifitas
yang tinggi juga. Jika hal ini diabaikan, maka akan terjadi kerusakan
material (creep) atau tube burst sebelum waktunya (life time tube
pendek). Sebagai contoh : HP-40 Nb adalah austenitic iron dengan
komposisi 35% Ni, 25% Chromium alloy dan Niobium. Material tube HP-
40 Nb ini mempunyai keunggulan dalam structural stability dan high
temperature stress rupture strength dan ketahanan terhadap
carburization, tetapi mempunyai kelemahan, diantaranya sangat rentan
terhadap impurities, terutama Chloride dan Sulfur.

iii. Metal Poison

Setiap material tube mempunyai kelemahan terhadap impurities tertentu


yang disebut dengan poison, diantaranya chloride dan sulfur. Impurities
kemungkinan terdapat pada fluida yang digunakan (feed gas, feed
steam, fuel oil, ataupun fuel gas). Poison ini pada konsentrasi tertentu
akan merusak/melemahkan struktur material tube. Jika konsentrasi
poison melebihi batasan dari daya dukung material tersebut dan terjadi
secara terus menerus, maka material tube tersebut akan mengalami
kerusakan (creep) atau tube burst.

3. Tube over pressure

Tube over pressure harusnya tidak terjadi, karena steam reformer biasanya
dilengkapi dengan safe guard seperti PSV di outlet steam reformer
disamping PSV yang ada pada discharge compressor feed gas. Namun jika
kedua PSV tersebut fail, maka tube over pressure dapat terjadi.

4. Tube expansion

Pada dasarnya setiap material tube akan mengalami pemuaian apabila


tube tersebut menerima panas. Dan setiap material tube mempunyai daya
muai (tingkat elastisitas) yang berbeda-beda tergantung dari komposisi
materialnya. Apabila terjadi pemuaian (tube expansion) melebihi daya muai
material tube, maka material tube tersebut akan mengalami kerusakan
(creep).
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 16 dari 17 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

Design tube steam reformer dilengkapi dengan counter weight, dimana


masing-masing counter weight biasanya meng-cover 4 tube. Adapun
fungsi dari counter weight adalah untuk mengimbangi pemuaian tube
akibat panas.

Dengan adanya pemanasan/over heating pada tube, tube akan mengalami


pemuaian (temperatur outlet steam reformer antara 760-850 oC). Pada
waktu dipanaskan, tube akan memuai, dan akan kembali ke kondisi seperti
semula setelah didinginkan (tergantung pada elastisitas dari material tube).
Jika counter weight tidak berfungsi dengan baik, maka pada saat operasi
normal tube akan mengalami pemuaian ke samping/radial (bulging) dan
akibatnya level katalis yang ada dalam tube akan turun sehingga katalis
akan mengisi volume tube sebesar muai tube/penambahan keliling tube
tersebut. Saat shutdown, seharusnya pemuaian tidak terjadi lagi dan
kondisi tube yang memuai akan kembali normal, namun karena tube sudah
terisi dengan katalis, maka proses tersebut tidak terjadi. Proses tersebut
terjadi berulang-ulang hingga akhirnya tube tidak mampu lagi menahan
pemuaian ke samping/radial tersebut. Biasanya tube burst terjadi pada
bagian bawah tube, karena bagian tube yang menerima beban terberat
adalah bagian bawah.

VIII. Istilah-istilah

• Methane slip Methan content; kandungan methane pada


produk gas hydrogen.
• Space velocity Adalah flow rate (m 3 /jam) dibagi volume
katalis (m 3 ). Satuannya 1/jam.
• STP Standard Temperatur Pressure, yaitu
kondisi standard, temperature 15,6 o C dan
tekanan 1 atmosfer.
• Temperature runaway Keadaan dimana temperatur bed katalis suatu
reaktor naik secara tiba-tiba dengan cepat
melebihi batasan yang diperbolehkan sehingga
tidak dapat dikendalikan. Proses kenaikan
temperatur yang sangat mendadak ini melebihi
batasan maksimum temperatur disain dan
batasan maksimum ∆T (peak temperature – inlet
temperature) disain.

IX. Daftar Pustaka

Operating Manual Hydrogen Plant PERTAMINA Unit Pengolahan II Dumai.

Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 17 dari 17 Kontributor : Adhi Budhiarto

You might also like