You are on page 1of 294

JIUPING

9 KKOMENT
OMENT AR
OMENTAR
mengenai
PARTAI KKOMUNIS
ARTAI OMUNIS

The Epoch Times


Copyright © 2005 by The Epoch Times

All Rights Reserved

Hak Cipta Terjemahan Indonesia © 2005


PT. Sinar Era Baru
P.O. BOX 1247/JKB11012
Email : contact@erabaru.or.id
Website : http://www.erabaru.or.id
DAFTAR ISI

[Komentar 1]
Apa itu Partai Komunis 1
I. Mengandalkan Kekerasan dan Teror untuk Merebut dan
Mempertahankan Kekuatan 3
II. Menggunakan Kebohongan untuk Membenarkan Kekerasan 5
III. Sikap dan Prinsip yang Selalu Berubah 7
IV. Memusnahkan Sifat Manusiawi dan Mengganti dengan Prinsip
Partai 9
V. Makhluk Jahat yang Menentang Alam dan Menentang Sifat
Manusia 11
VI. Ciri Khas dari Makhluk Kejahatan 12
VII. Mawas Diri Singkirkan Makhluk Merasuk PKT. 14

[Komentar 2]
Awal Partai Komunis Tiongkok 17
I. PKT Tumbuh dengan Cara Menumpuk Kejahatan Secara
Berkesinambungan 20
II. Sejarah Pendirian PKT yang Tidak Terhormat 32
III. Memperlihatkan Perangai Iblis 45

[Komentar 3]
Membahas Kekuasaan Tirani Partai Komunis Tiongkok 57
I. Landreform – Penghapusan Kelas Tuan Tanah 59
II. Pembaharuan dalam Bidang Industri dan Perdagangan –
Menghapus Kelas Kapitalis 61

i
III. Mengambil Tindakan yang Keras Terhadap Kelompok-
kelompok Terkenal dan Menindas Agama 63
IV. Anti Sayap Kanan – Pencucian Otak Nasional 64
V. Lompatan Jauh ke Depan – Menciptakan Kepalsuan untuk
Menguji Kesetiaan 67
VI. Revolusi Kebudayaan – Memutarbalikkan Dunia 68
VII. Masa Reformasi Ekonomi – Kekerasan Tidak Pernah
Berubah 73
VIII. Mencuci Otak Seluruh Bangsa dan Menggantinya dengan
Sebuah “Penjara Pikiran” 79

[Komentar 4]
Komunis Merupakan Kekuatan yang Menentang Alam 87
I. Bertempur Melawan Masyarakat, Menghancurkan
Kemanusiaan. 89
II. Bertempur dengan Bumi, Melanggar alam, Petaka Tiada Batas. 95
III. Bertempur dengan Langit, Menindas Kepercayaan,
Menyangkal Kepercayaan Ortodoks dan Menolak Percaya
Tuhan 98

[Komentar 5]
Jiang Zemin Berkolusi dengan PKT Menindas Falun Gong 103
I. Sejarah Pendirian Yang Sama Menimbulkan Rasa Krisis Yang
Sama 106
II. Jiang Zemin dan PKT Sama-sama Takut Terhadap “Sejati –
Baik – Sabar 108
III. Jiang Zemin dan PKT Saling Berkolusi 116
IV. Bagaimana Jiang Zemin Memperalat PKT Menindas Falun
Gong 119

ii
VI. Jiang Zemin Menghancurkan PKT dari Dalam 129

[Komentar 6]
Partai Komunis Tiongkok Merusak Kebudayaan Bangsa 133
I. Mengapa Partai Komunis Ingin Merusak Kebudayaan Bangsa 137
II. Bagaimana Partai Komunis Merusak Kebudayaan Tradisional 143
III. Kebudayaan Partai 157

[Komentar 7]
Mengomentari Sejarah Pembunuhan dari Partai Komunis
Tiongkok 171
I. Membunuh dengan Dingin 176
II. Cara Membunuh yang Sangat Kejam 184
III. Perjuangan Kejam dalam Partai 193
IV. Memperluas Revolusi dengan Membunuh Orang di Luar
Negeri 195
V. Pengrusakan Keluarga 196
VI. Cara Membunuh dan Konsekuensinya 200

[Komentar 8]
Mengulas Hakekat Agama Sesat PKT 209
I. Karakteristik Agama Sesat Partai Komunis 211
II. Bahaya Agama Sesat Partai Komunis 218
III. Hakekat Partai Sesat Komunis 222
IV. Argumen Hari Kiamat Partai Komunis - Ketakutan tentang
“Kemusnahan Partai” 223
V. Senjata Gaib Bertahan Hidup dari Agama Sesat Partai
Komunis - Pertarungan Kejam 225
VI. Perubahan Jahat Agama Sesat Partai Komunis 232

iii
VII. Perenungan Kembali tentang Penguasaan oleh Agama Sesat
Partai Komunis 234

[Komentar 9]
Watak Dasar Kejahatan dari PKT 243
I. Sifat Hakiki Keberandalan Partai Komunis Sejak Dulu Tidak
Pernah Berubah 245
II. Perkembangan Ekonomi Menjadi Barang Sesajen PKT 249
III. Teknik PKT Mencuci Otak dari “Terang-terangan” Melangkah
Menuju “Halus Mulus” 256
IV. PKC Menerapkan HAM Munafik 259
V. Beragam Tampang Berandal PKT 267
VI. PKT Menampakkan Wajah Berandal, Meng gunakan
Terorisme Negara dalam Usahanya untuk Membasmi “Sejati-
Baik-Sabar” 277
VII. Sosialisme Berandal Karakter Khas Tiongkok 279

iv
[Pendahuluan]

L ebih dari satu dekade setelah runtuhnya kekuasaan rejim komunis di


bekas Uni Soviet maupun negara-negara Eropa Timur, gerakan
komunis internasional telah dicampakkan pula oleh masyarakat dunia. Jalan
Partai Komunis Tiongkok (PKT) menuju liang kubur pun hanya tinggal
hitungan waktu saja.

Nasib sial bagi bangsa Tionghoa, karena sebelum menghadapi


keambrukan total, PKT masih berupaya keras mengikatkan nasibnya pada
rakyat negeri kuno yang telah mempunyai sejarah peradaban lebih dari
5.000 tahun ini. Kini masyarakat Tionghoa harus menghadapi beberapa
masalah, yaitu bagaimana orang Tionghoa memandang Partai Komunis,
bagaimana Tiongkok menempuh suatu kehidupan sosial tanpa PKT, dan
bagaimana menjaga dan meneruskan nyala gemilang obor bangsa Tionghoa.

Dajiyuan menerbitkan rangkaian editorial khusus membahas


“Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis”. Sebelum peti mati PKT
ditutup, kami ingin menyampaikan penilaian akhir tentang PKT dan gerakan
komunis internasional, yang telah menjadi momok bagi umat manusia
selama lebih dari satu abad.

Mengamati sejarah perjalanan PKT selama 80 tahun lebih, semua


yang dilakukan PKT senantiasa diliputi dengan kebohongan, perang,
kelaparan, kediktatoran dan ketakutan. PKT telah merusak secara brutal
kepercayaan dan nilai-nilai tradisional. Mencerai beraikan konsep etika moral
dan sistem sosial yang telah ada sebelumnya. Cinta kasih dan harmonisasi
antar manusia diselewengkan menjadi pertarungan dan dendam kesumat.
Rasa menghargai serta segan dan hormat pada alam jagat raya diubah
menjadi “memerangi langit memusuhi bumi”, membawa keambrukan total
pada sistem moral masyarakat dan sistem ekologi, menyeret bangsa
Tionghoa dan bahkan umat manusia kepada cengkeraman krisis hebat.

v
Segala bencana ini terjadi di bawah perencanaan, organisasi dan kendali
ketat dari PKT.

“Apa boleh buat, bunga-bunga telah berguguran”, kata sebait sajak


Tionghoa yang terkenal. Kekuasaan PKT yang sedang sekarat makin
mendekati ajalnya, kehancuran mereka sudah di ambang pintu. Sebelum
mereka terbasmi total, kita patut merenungkan dan harus menyingkap
berbagai karya organisasi ajaran sesat terbesar yang terhimpun sejak jaman
dulu maupun sekarang, di Tiongkok maupun di luar negeri. Dengan
demikian orang-orang yang masih dibohongi oleh kekuasaan Partai Komunis
bisa mengenal hakikat berbagai kejahatan besar yang dilakukannya.
Membersihkan diri dari pengaruh racun Partai Komunis, membebaskan
diri dari kendali psikologis roh jahat Partai Komunis, melompat ke luar
dari belenggu teror, melepaskan segala khayalan kosong terhadap Partai
Komunis.

Kekuasaan Partai Komunis Tiongkok adalah lembaran paling hitam


dan paling gila dalam sejarah Tiongkok. Penindasan terhadap “Sejati-Baik-
Sabar” yang dimotori oleh Jiang Zemin merupakan puncak keiblisannya.
Gerakan ini merupakan tancapan paku terakhir pada peti mati PKT.
Merenungkan kembali potongan sejarah ini, adalah penting agar drama
tragis semacam ini tidak terjadi lagi. Bersamaan juga mari kita semua mawas
diri dan menimbang hati nurani kita, apakah karena perasaan pengecut dan
kompromi kita telah menyeret ke banyak tragedi yang mestinya bisa dihindari.

vi
[Komentar 1]

Apa itu Partai Komunis


[Komentar 1]
Apa itu Partai Komunis

Penggunaan kekerasan mungkin tak dapat dihindarkan ketika


mencoba untuk merebut kekuasaan politik, tetapi tidak pernah ada
sebelumnya sebuah rejim yang begitu bernafsu melakukan pembunuhan
dalam masa damai seperti Partai Komunis Tiongkok.

Lebih dari lima ribu tahun, bangsa Tionghoa telah tumbuh


berkembang di atas tanah subur yang dialiri Sungai Kuning dan Sungai
Yangtze, melewati puluhan dinasti silih berganti dan menciptakan pasang
surut kebudayaan Tionghoa yang cemerlang. Kisah-kisah yang
mengagumkan telah memainkan peran hidup di panggung sejarah
Tiongkok.

Tahun 1840, sejarah mencatat sebagai awal era modern Tiongkok,


ditandai dengan dimulainya perjalanan dari abad tradisional menuju era
modern. Sejak saat itu, peradaban Tionghoa telah melalui lebih kurang
empat episode tantangan dan tanggapan. Tiga episode pertama meliputi
penyerbuan Beijing oleh aliansi tentara Inggris-Perancis pada awal 1860,
perang Tiongkok-Jepang (disebut juga “Perang Jiawu”) pada tahun 1894,
dan perang Rusia-Jepang di Timur Laut Tiongkok pada tahun 1906.
Terhadap tiga episode tantangan ini, tanggapan Tiongkok adalah
memasukkan peralatan dan senjata modern (yaitu pergerakan kebaratan),
reformasi institusional melalui Gerakan Reformasi pada tahun 1898 dan
usaha memberlakukan hukum konstitusional pada akhir Dinasti Qing, dan
setelah itu, Revolusi Demokrasi pada tahun 1911.

Selesai perang dunia pertama, kepentingan Tiongkok sebagai salah


satu negara pemenang sama sekali tidak diperhitungkan oleh negara-negara
kuat, masyarakat Tiongkok saat itu menganggap bahwa tanggapan terhadap

2
ketiga episode di atas telah mengalami kekalahan, oleh sebab itu muncullah
“Gerakan 4 Mei”, gerakan episode keempat yang merupakan sebuah
tanggapan bidang terakhir, bidang lingkup kebudayaan yang secara menyeluruh
berkiblat ke Barat, setelah itu dimulai revolusi ekstrim yang disebut sebagai
pergerakan komunis.

Yang diurai dalam bab ini adalah dampak dari gerakan komunis
dan Partai Komunis terhadap peradaban di Tiongkok. Menganalisa apa
yang terjadi setelah Tiongkok melewati sejarah 160 tahun lebih, dengan
korban meninggal secara tak wajar yang mendekati ratusan juta orang,
serta hancurnya seluruh kebudayaan dan peradaban Tionghoa, apakah itu
dipilih oleh Tiongkok ataupun dipaksa oleh unsur dari luar.

I. Mengandalkan Kekerasan dan Teror untuk Merebut dan


Mempertahankan Kekuatan

“Komunis mengganggap tidak perlu menyembunyikan pandangan


dan tujuan mereka. Mereka mendeklarasikan secara terbuka bahwa tujuan
mereka hanya dapat dicapai dengan meng gunakan kekerasan,
menggulingkan seluruh sistem sosial yang ada”, demikian kutipan dari
“Manifesto Komunis”; dokumen prinsip-prinsip Partai Komunis.
Kekerasan adalah satu-satunya alat dan cara utama Partai Komunis untuk
memperoleh kekuasaan. Ciri karakter ini telah diputuskan menjadi gen
turunan sejak kelahiran partai tersebut.

Sesungguhnya, Partai Komunis dunia yang pertama didirikan


beberapa tahun setelah kematian Karl Max. Tahun kedua setelah Revolusi
Oktober 1917, “Partai Komunis Rusia (Bolshevik)”, yang nantinya dikenal
sebagai “Partai Komunis Uni Soviet”, didirikan secara resmi. Partai komunis
ini tumbuh ketika menggunakan kekerasan melawan “musuh kelas” dan
setelah itu mempertahankan eksistensinya dengan menerapkan kekerasan
terhadap anggotanya sendiri maupun warga negara biasa yang dianggap
pengkhianat. Tahun 1930 ketika Stalin melakukan pembersihan internal,
Partai Komunis Soviet membunuh lebih dari 20 juta orang yang disebut
sebagai mata-mata dan pengkhianat, serta mereka yang dianggap

3
mempunyai pendapat yang berbeda.

Partai Komunis Tiongkok (PKT) pertama kali didirikan sebagai


cabang Komunisme Internasional Ketiga yang dikendalikan oleh Partai
Komunis Soviet, maka dengan sendirinya telah mewarisi kekerasan
seperti itu. Selama masa perang saudara pertama antara Komunis dan
Kuomintang dari tahun 1927 hingga 1936, jumlah penduduk propinsi
Jiangxi menurun dari 20 juta sampai 10 juta lebih. Kerusakan yang
timbul akibat menggunakan kekerasan dapat dilihat dari besarnya
korban itu sendiri.

Bila dikatakan bahwa penggunaan kekerasan tidak dapat dihindarkan


ketika merebut kekuasaan politik, maka tidak pernah ada sebelumnya sebuah
rejim yang begitu bernafsu melakukan pembunuhan dalam masa damai
seperti Partai Komunis Tiongkok. Sejak tahun 1949, angka kematian akibat
pembunuhan secara kejam oleh PKT telah melebihi jumlah kematian selama
masa perang 30 tahun sebelumnya.

Dalam hal ini, yang mencapai rekor adalah Khmer Merah Kamboja
yang didukung sepenuhnya oleh PKT, setelah merebut kekuasaan lantas
membunuh seperempat penduduk Kamboja, termasuk di antaranya
mayoritas perantauan Tionghoa dan warga asing keturunan Tionghoa.
Bahkan sampai kini Komunis Tiongkok masih menghalangi masyarakat
internasional mengadili Khmer Merah secara terbuka, tujuannya adalah untuk
menutupi peran mereka di dalamnya serta peran kejahatan yang
dimainkannya.

PKT mempunyai hubungan dekat dengan rejim-rejim tirani dan


pasukan revolusioner bersenjata yang paling brutal di dunia. Selain Khmer
Merah, juga Partai Komunis di Indonesia, Pilipina, Malaysia, Vietnam,
Burma, Laos, dan Nepal – semua didirikan atas dukungan PKT. Banyak
di antara pemimpin Partai Komunis ini adalah orang Tionghoa, sebagian
dari mereka sampai hari ini masih bersembunyi di Tiongkok.

Partai komunis lain yang menganut ideologi Mao adalah Shining

4
Path dari Afrika Selatan dan Tentara Merah Jepang yang terkenal dengan
kekejamannya dan dikutuk oleh masyarakat dunia.

Salah satu sumber teori komunisme adalah teori evolusi. Partai


Komunis menerapkan kompetisi species ke dalam pertarungan kelas evolusi
sosial. Partai komunis menganggap perjuangan kelas adalah satu-satunya
kekuatan penggerak dalam kemajuan perkembangan sosial, maka
pertarungan menjadi “keyakinan” utama dalam memperoleh kekuasaan
politik dan mempertahankan hidup. “800 juta orang, apakah dapat tidak
bertarung?” Ini adalah kata-kata terkenal Mao yang merupakan pernyataan
logika kehidupan seperti ini.

Pernyataan Mao lain yang sama-sama terkenal adalah, bahwa Revolusi


Kebudayaan harus diadakan “setiap tujuh atau delapan tahun”. Berulang-
ulang menggunakan kekerasan adalah metode utama Partai Komunis dalam
mempertahankan kekuasaan politik. Tujuan menggunakan kekerasan adalah
menciptakan teror. Setiap gerakan pertarungan adalah untuk membuat
ketakutan, agar rakyat gentar dan takluk hingga menjadi budak ketakutan
di bawah kontrol PKT.

Saat ini, terorisme telah menjadi musuh utuma peradaban dan dunia
bebas. Penggunaan teror kekerasan oleh PKT, dengan membonceng aparat
negara, skalanya semakin besar dan waktunya semakin panjang, kadarnya
pun semakin bengis. Dalam abad ke-21 ini, kita jangan lupa, karakter bawaan
Partai Komunis ini pada saatnya akan membawa pengaruh yang pasti
terhadap nasibnya di masa depan.

II. Menggunakan Kebohongan untuk Membenarkan Kekerasan

Tingkat peradaban umat manusia dapat diukur dengan tingkat


penggunaan sistim kekerasan. Menelusuri penggunaan kekerasan oleh rejim
Komunis, secara jelas mewakili langkah mundur yang besar dalam
peradaban manusia. Namun, sekali lagi komunis telah sukses membuat
masyarakat dunia menganggap bahwa itu adalah suatu kemajuan. Orang-
orang ini beranggapan, penggunaan kekerasan adalah proses yang mesti

5
dan harus dilalui untuk mencapai kemajuan masyarakat.

Berbohong dan berdusta adalah karakter lain yang diwarisi partai


komunis, penggunaan cara ini sudah mendatangkan hasil yang tiada tara.

“Sejak kecil kita sudah tahu bahwa Amerika adalah suatu negara
yang disukai. Kita percaya bukan saja karena Amerika tidak menjajah
Tiongkok, Amerika juga tidak pernah menggerakan peperangan menyerang
Tiongkok; lebih mendasar lagi dapat dikatakan kesan baik orang Tionghoa
terhadap orang Amerika adalah bersumber dari sikap demokratis serta
keterbukaan yang dipancarkan oleh masyarakat Amerika”.

Kutipan ini berasal dari tulisan editorial yang dipublikasikan oleh


surat kabar resmi PKT, Harian Xinhua, 4 Juli 1947. Selang tiga tahun
kemudian, PKT mengirim tentara berperang dengan pasukan Amerika di
Korea Utara, dan juga meng gambarkan orang Amerika sebagai
imperialisme yang paling jahat di dunia. Setiap orang yang berasal dari
daratan Tiongkok, akan sangat terkejut bila membaca editorial PKT yang
ditulis lebih dari 50 tahun yang lalu. Hingga PKT harus memeriksa dan
melarang buku-buku terbitan ulang yang berhubungan dengan artikel
tersebut.

Sejak berkuasa, PKT selalu menggunakan cara yang sama untuk


menghancurkan kontra revolusi, “kerja sama” antara perusahaan umum
dan swasta, gerakan anti kanan, Revolusi Kebudayaan, peristiwa 4 Juni
Tiananmen dan yang paling baru, penindasan terhadap Falun Gong. Di
antaranya yang terkenal adalah penindasan terhadap para intelektual pada
tahun 1957. PKT memanggil para intelektual agar mereka memberikan
pendapatnya kepada PKT, namun setelah itu mereka ditindas sebagai
“golongan kanan”, pendapat mereka dijadikan sebagai bukti tindak kriminal.
Ketika orang mengkritik penindasan tersebut sebagai konspirasi gelap, Mao
memberikan pernyataan kepada publik secara terbuka : “Itu bukan
konspirasi gelap, tetapi siasat dalam keterbukaan”.

Penipuan dan kebohongan telah memainkan peran yang sangat

6
penting bagi PKT dalam memperoleh dan mempertahankan
kekuasaannya. Kaum intelektual Tiongkok sejak dahulu kala memiliki
kesadaran sejarah yang dalam. Tiongkok adalah suatu negara yang
mempunyai catatan sejarah paling panjang dan paling sempurna, karena
orang Tionghoa mau menggunakan sejarah untuk menilai kenyataan,
hingga mencapai peningkatan spiritual pribadi di dalamnya. Oleh sebab
itu, menyembunyikan dan mengubah sejarah juga menjadi metode utama
rejim PKT agar tetap berkuasa. Dalam propagandanya dan publikasinya,
PKT telah menulis ulang sejarah, mulai dari awal masa negara-negara
berperang Chunqiu (770 – 476 SM), hingga yang terakhir Revolusi
Kebudayaan, semuanya diputar-balikkan dan diubah, terus menerus
dilakukan selama lebih dari 50 tahun, segala upaya untuk meletakkan
kembali wajah kebenaran sejarah telah dihalangi, dihancurkan dan
dimatikan.

Ketika kekerasan saja tidak cukup sehingga perlu dimodifikasi, maka


penipuan dan kebohongan lantas digunakan. Kebohongan adalah sisi lain
dari kekerasan dan alat pembenaran kekerasan.

Kita harus mengakui, penipuan dan kebohongan bukan diciptakan


oleh Partai Komunis Tiongkok, itu hanya ketidak senonohan yang telah
ada sejak dahulu dan digunakan oleh PKT tanpa malu. PKT berjanji akan
memberikan tanah kepada petani, berjanji memberikan pabrik kepada
pekerja, berjanji memberikan kebebasan dan demokrasi kepada kaum
intelektual, berjanji memberikan kedamaian. Tak satu pun dari janji-janji ini
terlaksana. Satu generasi orang Tionghoa yang dibohongi telah mati dan
satu generasi berikutnya terus dibohongi. Ini adalah kepedihan paling besar
dari orang Tionghoa, juga adalah kemalangan besar dari bangsa Tionghoa.

III. Sikap dan Prinsip yang Selalu Berubah

Pada acara perdebatan di TV saat pemilihan presiden Amerika tahun


2004, salah satu calon presiden berkata, manusia boleh sering mengubah
pandangannya terhadap masalah tertentu, tapi tidak dapat selalu mengubah
prinsipnya dalam memandang masalah. Orang yang selalu mengubah

7
prinsipnya bukanlah orang yang dapat dipercaya dan diandalkan.

Partai Komunis adalah tipikal yang biasanya berulang-ulang kali


mengubah prinsip-prinsip mereka. Sejak masa didirikannya, PKT telah
mengadakan 16 kali pertemuan perwakilan nasional dan 16 kali mengubah
undang-undang partainya. Setelah 50 tahun merebut kekuasaan politik, PKT
telah lima kali mengubah UUD-nya.

Idealisme Partai Komunis adalah persamaan sosial, persamaan sosial


adalah untuk menerapkan paham masyarakat komunis. Namun, Tiongkok
yang di kuasai oleh Partai Komunis adalah negara terparah didunia dengan
masalah paling serius dalam perbedaan kaya dan miskin. Banyak anggota
partai negara telah menjadi kaya raya, sementara delapan ratus juta rakyat
Tiongkok terjepit di dalam kemiskinan.

Teori PKT berkembang dari Marxisme, ditambah pemikiran Mao,


ditambah lagi teori Deng dan terakhir, teori “Tiga Wakil” Jiang. Antara
Marxisme dan ideologi Mao sama sekali tidak ada sangkut paut sedikit
pun dengan teori Deng dan “Tiga Wakil” Jiang; arah jalan yang ditempuh
berlawanan, perbedaannya sangat besar, namun masih juga bisa “diletakkan
bersama di atas meja sembayang untuk disembah,” sungguh suatu hal yang
tidak lazim.

Partai Komunis tidak mempunyai pendirian, prinsip-prinsip


partai yang berkembang sebagian besar saling bertentangan satu sama
lain. Misalnya gagasan integrasi global yang melampaui negara dan
bangsa bertentangan dengan gagasan nasionalisme yang ekstrim;
penghapusan pemilikan pribadi dan eksploitasi kelas bertentangan
dengan gagasan untuk mengajak para kapitalis bergabung ke partai.
Prinsip dasarnya mengarah ke selatan namun dibawa ke utara dan ini
merupakan suatu hal yang lumrah saja. Sejarah mencatat, dalam upaya
mempertahankan kekuasaannya, prinsip yang dipertahankan kemarin
bisa dilepas hari ini, kemudian esok hari berubah lagi, hal ini ditemukan
di mana-mana. Namun apapun perubahannya, tujuan komunis sangat
jelas, yaitu merampas dan mempertahankan politik kekuasaan, dan tetap

8
berusaha menguasai masyarakat secara mutlak.

Dalam sejarah PKT, sudah lebih dari sepuluh kali terjadi tentang apa
yang disebut sebagai pergulatan “anda mati saya hidup”. Dalam
kenyataannya semua itu pergulatan internal saat terjadi perubahan pendirian
dan prinsip.

Perlu dijelaskan bahwa setiap perubahan pendirian dan prinsip, adalah


datang dari krisis legitimasi dan kelangsungan hidup yang tidak dapat
dihindarkan oleh PKT. Kolaborasi dengan Partai Kuomintang, politik luar
negeri yang memihak Amerika, reformasi ekonomi dan perluasan pangsa
pasar, atau mempromosikan nasionalisme, merupakan kompromi untuk
perebutan dan pemantapan kekuasaan. Siklus penindasan atau rehabilitasi,
semuanya berhubungan dengan perubahan prinsip-prinsip dasar PKT.

Pepatah barat mengatakan kebenaran adalah abadi, kebohongan akan


berubah selamanya. Ada kebijakan dalam pepatah ini.

IV. Memusnahkan Sifat Manusiawi dan Mengganti dengan


Prinsip Partai

PKT adalah rejim otoriter yang menganut paham Leninisme. Pada


awal pendirian PKT, telah ditentukan tiga jalur pokok, yakni jalur politik,
jalur intelektual dan jalur organisasi. Jalur politik adalah untuk menentukan
tujuan, jalur intelektual adalah fondasi filosofi partai, jalur organisasi untuk
melaksanakan tujuan dan mencapai tujuan. Tuntutan utama terhadap
anggota Partai Komunis dan penduduk dalam masyarakat komunis adalah
kepatuhan secara mutlak, inilah makna keseluruhan dari apa yang disebut
jalur organisasi.

Di Tiongkok, orang-orang memahami bahwa secara umum anggota


Partai Komunis memiliki ciri khas kepribadian ganda. Dalam kehidupan
pribadi, anggota Partai Komunis memiliki sifat manusiawi secara umum,
seperti perasaan gembira, marah, sedih, senang, mereka juga memiliki
kelebihan dan kekurangan. Mungkin mereka adalah orang tua, suami, atau

9
pun teman. Namun prinsip partai, sesuai dengan tuntutan Partai Komunis,
jauh melebihi sifat manusiawi secara umumnya. Jika sifat manusiawi adalah
relatif, sedangkan prinsip partai adalah mutlak adanya, tidak boleh diragukan
dan tidak boleh dilawan.

Selama masa Revolusi Kebudayaan, orang tua dan anak saling


menyakiti, suami dan istri saling menyerang, guru dan murid saling
melaporkan ke partai, ini adalah akibat berperannya prinsip partai, konflik
dan saling membenci. Pada periode awal, jika ada anggota keluarga yang
dikategorikan sebagai musuh kelas dan ditindas, pejabat tinggi sekalipun
tidak mampu berbuat apa-apa, contoh yang demikian sangat banyak, semua
karena berperannya prinsip-prinsip partai.

Prinsip kepartaian yang sangat kuat menguasai individu seperti


itu adalah berkat latihan jangka panjang oleh organisasi Partai Komunis.
Latihan seperti ini dimulai sejak taman kanak-kanak. Dalam pendidikan
taman kanak-kanak, walaupun standar jawaban yang diberikan tidak
sesuai dengan pengetahuan umum dan sifat anak-anak, namun
memenuhi standar penilaian yang baik. Pendidikan politik yang dimulai
dari sekolah menengah hingga universitas, yang dipelajari adalah harus
mematuhi jawaban standar yang diberikan oleh partai, jika tidak
memenuhi syarat, maka tidak akan lulus.

Berbicara didepan umum, anggota partai harus tetap konsisten


dengan garis partai sekali pun ia bertindak atas nama pribadi. Organisasi
PKT membentuk piramid besar, dengan kekuasaan sentral ada di puncak
mengontrol keseluruhan hirarki. Struktur yang unik ini merupakan gambaran
rejim PKT, sesuatu yang dapat menghasilkan kepatuhan yang absolut.

Saat ini, Partai Komunis Tiongkok telah merosot menjadi kelompok


politik yang mempertahankan keuntungan pribadi, sudah tidak ada lagi
tujuan memperjuangkan hal yang menjadi cita-cita komunis, namun prinsip
organisasi tetap tidak berubah, tuntutan terhadap sifat partai tidak berubah.
Partai ini, dengan menempatkan dirinya di atas semua umat manusia dan
sifat manusiawinya, menyingkirkan semua organisasi maupun perorangan

10
yang dianggap mengganggu kekuasaan, meski orang itu adalah masyarakat
biasa atau pun pemimpin tingkat tinggi PKT.

V. Makhluk Jahat yang Menentang Alam dan Menentang Sifat


Manusia

Segala makhluk hidup di atas langit dan di bumi semuanya memiliki


siklus lahir, tumbuh, tua dan mati.

Berlainan dengan rejim komunis, semua masyarakat non-komunis,


bahkan yang berada di bawah pemerintah totaliter keras dan diktator
sekalipun, organisasi masyarakatnya masih diperbolehkan berkembang
sendiri dan menentukan nasib sendiri. Masyarakat Tiongkok kuno
sebenarnya adalah suatu struktur dualisme, desa dengan organisasi spontan
yang berintikan klan partriarkal (garis keturunan ayah), sedangkan daerah
perkotaan dengan organisasi spontan yang berintikan serikat pekerja.
Sedangkan struktur pemerintah dari atas hingga ke bawah melulu hanya
mengurusi masalah pemerintah tingkat kabupaten keatas.

Totaliterisme sosial masa kini yang paling jahat selain komunis,


misalnya rejim Nazi, masih memperbolehkan adanya hak properti dan hak
milik pribadi. Dalam rejim komunis, semua organisasi spontan dan yang
berstatus mandiri dibasmi secara total, sebagai penggantinya adalah struktur
penumpukan kekuasaan secara total dari atas ke bawah.

Jika dikatakan kondisi masyarakat sebelumnya adalah tumbuh dari


bawah ke atas, suatu kondisi masyarakat yang tumbuh dan terjadi secara
alamiah, maka kekuasaan politik komunis adalah suatu kondisi masyarakat
yang melawan alam.

Dalam komunisme, tidak ada standar sifat manusia umum seperti


belas kasih dan baik serta rakus dan jahat; hukum dan prinsip menjadi
standar yang bisa diubah sesuai kehendaknya. Tidak boleh membunuh
orang, terkecuali musuh yang ditentukan oleh partai. Hormat kepada or-
ang tua, kecuali orang tua musuh kelas. Kebenaran, kesopanan, kebijakan

11
dan kesetiaan adalah baik, tetapi tidak berlaku ketika Partai tidak
menginginkan atau tidak ingin mempertimbangkannya. Sifat kemanusiaan
pada umumnya dijungkir balikkan secara total, karena memang komunisme
menentang sifat kemanusiaan.

Semua masyarakat non-komunis kebanyakan mengakui dua aspek


peri kemanusiaan, yaitu baik dan jahat yang eksis secara bersama; kemudian
dengan ikrar tetap mencapai keseimbangan dalam masyarakat. Komunis
tidak mengakui sifat kemanusiaan, tidak mengakui kebaikan dalam sifat
kemanusiaan, juga tidak mengakui kerakusan dan kejahatan dalam sifat
kemanusian. Membasmi konsep baik dan jahat ini, menurut perkataan
Marx, adalah secara total menjungkir balikkan konstruksi tingkat atas dari
dunia lama.

Partai Komunis tidak percaya pada Tuhan, bahkan juga tidak


menghargai segala makhluk alam, “menentang langit, menentang bumi,
menentang manusia – penuh kesenangan tanpa batas.” Ini adalah motto
Partai Komunis sewaktu berlangsung Revolusi Kebudayaan. Berperang
dengan langit bertarung dengan bumi, mencelakakan rakyat menjalankan
rencana jahat.

Orang-orang Tiongkok secara tradisional mempercayai kesatuan


langit dan manusia. Laozi berkata dalam Dao De Jing, “Manusia mengikuti
bumi, bumi mengikuti langit, langit mengikuti Dao, dan Dao mengikuti
alam.” Manusia dan alam adalah suatu kondisi alam semesta yang
berkesinambungan.

Komunis adalah juga sebuah kehidupan, tetapi pengingkarannya


terhadap alam, langit, bumi dan manusia adalah suatu kehidupan jahat yang
mengingkari alam semesta.

VI. Ciri Khas dari Makhluk Kejahatan

Organisasi-organisasi Partai Komunis tidak pernah berpartisipasi


dalam kegiatan produksi maupun kegiatan kreatifitas. Segera setelah

12
mengambil alih kekuasaan, mereka melebur dalam masyarakat, mengontrol
dan memanipulasi mereka. Agar tidak kehilangan kekuasaan, mereka
mengendalikan unit-unit paling kecil dalam masyarakat, juga memonopoli
sumber-sumber produksi yang ada didalam masyarakat tersebut agar dapat
menghisap kekayaan mereka.

Di Tiongkok, PKT berada di mana-mana dan mengendalikan


semuanya, namun tidak ada orang yang pernah melihat catatan
finansialnya, yang ada hanya catatan untuk negara, catatan pemerintah
setempat dan catatan perusahaan. Dari pemerintah pusat sampai aparat
desa, pejabat administrasi selalu lebih rendah dari pejabat partai,
pemerintah takluk kepada organisasi partai yang setingkat. Pengeluaran
partai, tidak terpisah sendiri tapi dibiayai dan dilaporkan dalam bagian
administrasi pemerintahan.

Organisasi PKT adalah makhluk jahat yang bagaikan bayangan


mengikuti dan merasuk dalam setiap sel masyarakat Tiongkok. Dengan
kapiler pengisap darah, memasuki setiap pembuluh darah halus dan
setiap unit sel masyarakat; mengendalikan dan memanipulasi masyarakat.

Struktur aneh makhluk yang merasuk ini, dalam sejarah umat manusia,
kadang terjadi di dalam sebagian masyarakat, kadang terjadi dalam seluruh
masyarakat untuk jangka pendek. Namun tidak pernah terjadi seperti dalam
masyarakat komunis yang begitu menyeluruh, lama dan mencengkeram.

Oleh sebab itu petani Tiongkok hidup dalam kemiskinan dan


penderitaan parah. Mereka selain harus menanggung beban pejabat negara
juga begitu banyak kader partai.

Oleh sebab itu, terjadi PHK pekerja Tiongkok secara besar-besaran,


karena pipa penghisap darah PKT ada di mana-mana, terus menerus
menghisap kekayaan perusahaan.

Oleh sebab itu kaum intelektual Tiongkok begitu sulit menemukan


demokrasi, sebab selain struktur administrasi utama, masih ada lagi bayangan

13
yang secara khusus mengintai mereka.

Makhluk merasuk, perlu secara mutlak mengendalikan spirit yang


dirasuki agar dapat memperoleh enerji dan mempertahankan keberadaan
dirinya.

Ilmu pengetahuan politik modern mengang gap kekuasaan


masyarakat datang dari tiga sumber, yaitu kekerasan, kekayaan dan ilmu
pengetahuan. Komunis memonopoli dan tidak ragu-ragu menggunakan
kekerasan untuk merampas harta masyarakat dan yang paling penting adalah
merampas kebebasan berpendapat dan pers, merampas kebebasan spiri-
tual dan kesadaran masyarakat, untuk mencapai tujuan mengendalikan
kekuasaan masyarakat secara mutlak. Dapat dikatakan, pengendalian secara
ketat oleh makhluk komunis Tiongkok ini sulit dibandingkan dengan rejim
mana pun di dunia ini.

VII. Mawas Diri Singkirkan Makhluk Merasuk PKT.

Dalam piagam pertama “Manifesto Komunis”, Marx menyatakan, pada


tahun 1848, “sebuah roh, roh komunis, sedang berkeliaran di Eropa”.
Satu abad kemudian, komunis bukan lagi sebuah roh, melainkan benar-
benar memiliki suatu materi fisik secara konkret. Roh ini, dalam seratus
tahun di abad yang lalu, menyebar ke seluruh dunia seperti suatu epidemi,
membunuh puluhan juta jiwa, merampas harta ratusan juta orang dan juga
kebebasan spirit dan roh asal mereka.

Basis awal Partai Komunis adalah merampas semua harta milik


pribadi untuk membasmi kelas penghisap. Harta milik pribadi seseorang
adalah basis dari semua hak sosial masyarakat, dan sering kali juga adalah
bagian yang paling penting dari pembawa kebudayaan bangsa. Orang-
orang yang telah dirampas harta pribadinya, semangat kebebasan dan
kesadaran sudah tentu juga terrampas. Hingga pada akhirnya kehilangan
kebebasan untuk memperoleh hak sosial dan politik.

Menghadapi krisis kelangsungan hidup dirinya, Partai Komunis

14
Tiongkok terpaksa mengadakan reformasi ekonomi pada tahun 1980.
Sebagian dari hak milik pribadi dikembalikan kepada orang-orang. Ini
menciptakan lubang pertama dalam mesin pengendali kekuasaan politik
PKT yang sangat besar dan rumit. Sampai hari ini, lubang ini makin lama
makin membesar, berkembang menjadi ajang pengumpulan harta secara
gila-gilaan dalam seluruh anggota tubuh PKT.

Dengan kekerasan dan kebohongan, meski makhluk jahat merasuk


ini secara terus menerus mengubah tampak penampilan luar, namun dalam
beberapa tahun ini sudah menampakkan kegagalan, mencapai kondisi histeris
bila menghadapi sedikit gangguan. Mereka mencoba menyelamatkan diri
dengan semakin membabi buta mengumpulkan harta dan kekuasaan, tapi
justru menambah selangkah lebih maju lagi ke ambang pintu krisis.

Tiongkok masa kini tampil makmur, tetapi krisis sosial telah


terakumulasi sampai ke tingkat yang belum pernah dilihat. Menurut
kebiasaan PKT, kemungkinan akan sekali lagi menggunakan teknik politik
masa lalu, termasuk sekali lagi melakukan kompromi sampai tingkat tertentu,
rehabilitasi terhadap penindasan yang pernah dilakukan terhadap gerakan
pro demokrasi Lapangan Tiananmen atau Falun Gong ataupun menciptakan
kelompok lain dari musuh yang ia pilih, agar seterusnya dapat melanjutkan
penggunaan kekuatan teror.

Menghadapi tantangan dalam beberapa ratus tahun ini, bangsa


Tionghoa telah menjawab dengan dimulai dari mengimpor senjata,
membentuk sistem sampai kepada revolusi yang ekstrim dan kejam;
mengorbankan banyak jiwa, kehilangan sebagian besar kebudayaan
tradisional Tiongkok, terbukti sudah bahwa tanggapan atas tantangan
tersebut masih saja merupakan suatu jawaban yang gagal. Tatkala perasaan
dendam dan kemarahan menguasai rakyat Tiongkok, Partai Komunis
mengambil kesempatan masuk dan pada akhirnya mengendalikan bangsa
yang tetap mewarisi peradaban kuno itu.

Dalam krisis yang akan datang, tidak dapat dihindarkan, orang-or-


ang Tionghoa sekali lagi dihadapkan pada pilihan. Tak peduli pilihan mana

15
yang diambil, seluruh rakyat Tionghoa harus jernih dan sadar bahwa angan-
angan apa pun yang diharapkan pada makhluk jahat yang merasuk ini,
semua akan memperbesar bencana bangsa Tionghoa, semuanya adalah
menginjeksi enerji baru bagi makhluk jahat perasuk tubuh itu.

Hanya dengan menanggalkan semua angan-angan dan introspeksi


serta mawas diri, secara teguh tidak dikendalikan oleh perasaan dendam
dan nafsu serakah, barulah mungkin dapat melepaskan diri dari makhluk
merasuk dan mimpi buruk yang membayangi selama lebih dari 50 tahun.
Dengan kebebasan bangsa itu sendiri, menciptakan lagi peradaban Tionghoa
dengan berlandaskan sifat kasih sayang dan peri kemanusiaan kepada semua.

16
[Komentar 2]

Awal Partai Komunis Tiongkok


[Komentar 2]
Awal Partai Komunis Tiongkok

Menurut buku Menjelaskan Bahasa dan Mengurai Kata (Shuowen


Jiezi) yang ditulis oleh Xu Shen (147 AD), huruf Mandarin tradisional yang
berarti “partai” atau “geng” terdiri dari dua akar kata yang meliputi arti
“masih gelap”. “Partai” atau “anggota partai” (yang juga bisa diartikan
“geng” atau “anggota geng”) mengandung arti yang merendahkan.
Konghucu berkata, “Saya dengar bahwa orang yang terhormat tidak akan
bergabung dengan geng (partai).” Dalam kata ulasan buku itu, pengartian
Konghucu untuk huruf ini menjelaskan bahwa orang yang membantu satu
sama lain untuk menyembunyikan kejahatan mereka dan yang melakukan
tindak kejahatan dianggap membentuk geng (partai). Di dalam kebudayaan
Tionghoa tradisional, hal ini mengandung pengertian yang tidak baik,
mempunyai persamaan arti dengan “geng brandalan” dan berhubungan
dengan pengaruh kelompok untuk tujuan egois.

Mengapa Partai Komunis bisa muncul dan akhirnya merebut


kekuasaan di Tiongkok? Partai Komunis Tiongkok (PKT) secara terus
menerus telah menanamkan ke dalam pikiran orang-orang Tionghoa bahwa
sejarah telah memilih PKT, bahwa rakyat telah memilih PKT, dan bahwa
“tanpa PKT tidak akan ada Tiongkok baru”.

Apakah, memilih Partai Komunis atas keinginan mereka sendiri?


Atau Partai Komunis yang memaksakan keinginan egois dan pandangan
mereka kepada rakyat Tionghoa? Kita hanya bisa temukan jawabannya
dalam sejarah.

Sejak masa akhir Dinasti Qing sampai masa awal periode Republik
(1911-1949), Tiongkok mengalami kejutan luar biasa dari luar dan usaha
untuk reformasi internal secara besar-besaran. Masyarakat berada dalam

18
gejolak yang memilukan. Banyak intelektual dan orang-orang dengan
pemikiran yang bijaksana ingin menyelamatkan negara dan rakyat, tetapi di
tengah-tengah krisis dan kekacauan nasional, kekhawatiran mereka tumbuh,
pada awalnya dari kekecewaan yang kemudian menjadi ke-putus asa-an
sepenuhnya. Seperti orang sakit yang sembarangan mencari dokter, mereka
mencari solusi di luar Tiongkok. Ketika cara Inggris dan Perancis gagal,
mereka berpaling pada metode Rusia. Karena ingin cepat berhasil, mereka
tidak ragu-ragu untuk meramu obat yang paling keras untuk penyakitnya,
dengan harapan Tiongkok bisa menjadi kuat dengan cepat.

Gerakan 4 Mei pada 1919 adalah cermin yang jelas dari ke-putus
asa-an ini. Sebagian orang memilih tindakan anarkis, sebagian lain
mengusulkan untuk membuang doktrin-doktrin Konghucu, dan yang
lainnya lagi menyarankan untuk mengadopsi kebudayaan asing. Secara
singkat, mereka menolak kebudayaan tradisional Tionghoa dan menentang
doktrin Konghucu yang mengambil jalan tengah. Karena ingin mengambil
jalan pintas, mereka menjalankan pemusnahan dari semua hal yang bersifat
tradisional. Pada satu sisi kelompok radikal tidak mempunyai cara untuk
menjalankan negara, pada sisi lain mereka percaya sepenuhnya pada
pendapat mereka sendiri. Mereka merasa dunia tanpa harapan, dan percaya
bahwa hanya dengan diri sendiri barulah mereka bisa menemukan cara
yang benar bagi perkembangan masa depan Tiongkok. Mereka bernafsu
untuk melakukan revolusi dan kekerasan.

Pengalaman yang berbeda menyebabkan perbedaan pada teori,


prinsip dan jalur di antara beberapa kelompok. Akhirnya sekelompok or-
ang bertemu dengan penghubung Partai Komunis dari Uni Soviet. Ide
“menggunakan kekerasan untuk menduduki kekuasaan politik” dari teori
Marxisme-Leninisme, menarik bagi pikiran resah mereka dan sesuai dengan
keinginan mereka untuk menyelamatkan negara dan rakyat. Maka mereka
memperkenalkan Komunisme, suatu konsep yang sangat asing ke negeri
Tiongkok. Ada 13 orang wakil yang menghadiri kongres pertama PKT.
Setelah itu, sebagian meninggal, sebagian melarikan diri, sebagian bekerja
untuk kepentingan kubu Jepang dan menjadi pengkhianat, dan sebagian
keluar dari PKT untuk bergabung dengan Kuomintang (Partai Nasional,

19
yang selanjutnya kita sebut KMT). Pada 1949, ketika PKT berkuasa, hanya
Mao Zedong (Mao Tse Tung) dan Dong Biwu yang masih tersisa dari 13
anggota Partai semula. Tidak jelas pada waktu itu apakah pendiri-pendiri
PKT menyadari bahwa “dewa penyelamat” yang mereka perkenalkan dari
Uni Soviet sebenarnya adalah makhluk jahat, dan obat yang mereka dapatkan
untuk menguatkan negara sebenarnya adalah racun mematikan.

Partai Komunis Rusia yang baru saja memenangkan revolusi,


terobsesi untuk menggarap Tiongkok. Pada tahun 1920, Uni Soviet
mendirikan Biro Timur Jauh di Siberia yaitu sebuah cabang dari
Komunis Internasional (Internationale) Ketiga, atau Komintern
(Comintern). Ia bertanggung jawab untuk mengatur pendirian Partai
Komunis di Tiongkok dan negara lainnya. Begitu didirikan, wakil deputi
biro Grigori Voitinsky tiba di Beijing dan menghubungi barisan depan
komunis Li Dazhao. Li mengatur pertemuan Voitinsky dengan
pemimpin komunis lainnya, Chen Dixiu di Shanghai. Pada bulan Agustus
1920, Voitinsky, Chen Dixiu, Li Hanjun, Shen Xuanlu, Yu Xiusong, Shi
Cuntong dan lainnya memulai persiapan dari pendirian PKT.

Pada Juni 1921, Zhang Tailei tiba di Irkutsk – Siberia, untuk


menyerahkan proposal pendirian PKT sebagai cabang dari Komintern
kepada Biro Timur Jauh. Pada 23 Juli 1921, dengan bantuan Nikolsky dan
Maring dari Biro Timur Jauh, maka secara resmi terbentuklah PKT.

Sejak itu gerakan Komunis diperkenalkan ke Tiongkok sebagai uji


coba, dan sejak itu PKT memposisikan dirinya di atas segalanya,
menaklukkan segalanya sehingga membawa bencana tanpa akhir bagi
Tiongkok.

I. PKT Tumbuh dengan Cara Menumpuk Kejahatan Secara


Berkesinambungan

Bukan tugas yang mudah untuk memperkenalkan makhluk asing


seperti Partai Komunis, sesuatu yang sama sekali tidak sejalan dengan
tradisi Tionghoa, ke dalam negeri yang mempunyai sejarah peradaban

20
5000 tahun lebih. PKT dengan mempergunakan ideologi Keserasian
Besar Komunisme membohongi rakyat dan kaum intelektual nasionalis,
melangkah lebih jauh lagi memutar balik teori komunisme yang telah
diselewengkan dengan parah oleh Lenin, menjadikannya sebagai dasar
untuk menghancurkan segala nilai tradisi yang tidak menguntungkan
kekuasaannya, membasmi segala tingkat sosial dan tokoh yang
membahayakan kekuasaannya. PKT membawa pengaruh besar kepada
penghancuran keyakinan beragama, terlebih lagi membawa konsekuensi
atheisme komunis. PKT membawa pengingkaran komunisme akan
sistem kepemilikan pribadi, juga membawa teori revolusi kekerasan
Lenin. Bersamaan pula PKT meneruskan dan mengembangkan bagian
paling jahat dari kaisar Tiongkok.

Sepanjang sejarah PKT, sejak berdirinya sampai memperoleh dan


menjalankan kekuasaan, secara terus menerus ia bertambah jahat. Dalam
perkembangannya PKT mengandalkan sembilan unsur dasar yang diberikan
oleh hantu Komunis, yaitu jahat/ busuk, menipu, menghasut, penjahat
masyarakat, memata-matai, merampok, berkelahi, memusnahkan, dan
mengontrol. Dalam menghadapi krisis yang berkesinambungan, PKT terus
menerus menjalankan dan memperkuat cara-cara serta melanjutkan peran
dari karakter-karakter jahat ini.

Unsur Dasar Pertama: Sesat/ Jahat – Menjalankan Bentuk Kejahatan


dari Marxisme-Leninisme

Pada awalnya Komunis Tiongkok tertarik pada Marxisme karena


berpijak dari “melancarkan revolusi dengan kekerasan untuk
menghancurkan alat-alat negara lama dan mendirikan kekuasaan kaum
proletar.” Ini sesungguhnya adalah akar kejahatan dari Marxisme dan
Leninisme. Teori materialisme dari Marxisme dibuat atas dasar konsep
ekonomi yang sempit dari tenaga produksi, hubungan produksi dan
nilai surplus. Pada masa awal ketika kapitalisme belum begitu
berkembang, Marx membuat prediksi picik bahwa kapitalisme akan
hancur dan kaum proletar akan menang, yang mana sekarang telah
terbukti salah. Teori Marxis-Lenin akan revolusi sosial dengan kekerasan

21
dan kekuasaan kaum proletar, merupakan promosi kekuasaan politik
dan dominasi dari kaum proletar. Pernyataan Komunis berhubungan
dengan basis filosofi dan sejarah dari Partai Komunis terhadap
perjuangan dan konflik kelas. Kaum proletar melepaskan diri dari moral
tradisional dan hubungan sosial demi mendapatkan kekuasaan. Dengan
demikian, sejak awal kemunculannya, doktrin dari Komunis
bertentangan dengan semua tradisi.

Sifat hakiki manusia secara universal menolak kekerasan dalam


bentuk apa pun. Kekerasan membuat orang menjadi brutal dan bersifat
tiran. Oleh sebab itu di segala tempat dan sepanjang waktu, secara
hakiki umat manusia menolak keberadaan dari teori kekerasan Partai
Komunis. Teori yang belum pernah ada dalam sistem-sistem pengajaran,
filosofi, atau tradisi. Sistem komunis yang bersifat menteror jatuh di
muka bumi entah dari mana.

Dasar dari ideologi PKT adalah manusia bisa menguasai alam


dan mengubah dunia. Partai Komunis menarik minat banyak orang
dengan ide-idenya tentang “pembebasan bagi semua umat manusia”
dan “Persatuan dunia”. PKT menipu banyak orang, terutama mereka
yang perduli dengan keadaan manusia dan ingin membuat sejarah dalam
masyarakat. Sehingga orang-orang ini lupa akan keberadaan Tuhan di
atas. Terinspirasi secara keliru dengan konsep indah “membangun surga
dunia”, mereka memandang hina tradisi dan memandang rendah nyawa
orang lain, yang mana malah membuat rendah diri mereka sendiri.

Partai Komunis menyuguhkan mimpi “surga Komunis” sebagai


sebuah kebenaran, dan memicu antusiasme orang-orang untuk
memperjuangkannya: “Dengan alasan ciptakan guntur baru, ada dunia
yang lebih baik dilahirkan”[1] PKT menggunakan ide yang absolut dan
tak masuk akal, untuk memutuskan hubungan antara umat manusia
dan surga, memutuskan hubungan garis yang menyatukan orang dengan
nenek moyang dan tradisi nasional mereka. Dengan menyerukan kepada
rakyat agar menyerahkan hidup mereka kepada komunis, PKT
bertambah kuat untuk melakukan kejahatan.

22
Unsur Dasar Kedua: Menipu-Berbohong Supaya Mencampur
adukkan Baik dan Jahat

Kejahatan harus berbohong. Untuk mengambil keuntungan, PKT


menganugerahi kaum buruh dengan sebutan “Kelas yang paling progresif ”,
“kelas yang tidak egois”, “kelas paling depan” dan “pioner dari revolusi
kaum proletar”. Ketika Partai Komunis membutuhkan para petani, ia
menjanjikan “lahan bagi petani”. Mao menyanjung petani dengan
mengatakan, “Tanpa petani yang miskin tidak akan ada revolusi, menyangkal
peran mereka sama dengan menyangkal revolusi.” [2] Ketika Partai
Komunis membutuhkan bantuan dari kaum kapitalis, ia menyebut mereka
“yang sejalan dalam revolusi kaum proletar” dan menjanjikan mereka
“republik yang demokratis”. Ketika Partai Komunis hampir dibasmi oleh
KMT, mereka memohon dengan lantang, “Orang Tionghoa tidak
bertempur dengan sesama orang Tionghoa.” Tetapi apa yang terjadi? Begitu
perang anti-Jepang berakhir, PKT menggunakan seluruh kekuatannya
melawan KMT dan menumbangkan pemerintahannya. Begitu mulai
berkuasa, PKT juga memusnahkan kaum kapitalis, dan pada akhirnya
mengubah petani dan buruh menjadi kaum proletar yang miskin.

Konsep dari front persatuan adalah sebuah contoh kebohongan


yang biasa dilakukan PKT. Agar bisa memenangkan perang saudara dengan
KMT, PKT memulai dengan taktiknya mengadopsi “strategi front persatuan
sementara” dengan musuh-musuhnya, termasuk para pemilik tanah (kaum
feodal) dan petani kaya. Pada 20 Juli 1947, Mao Zedong mengumumkan
bahwa “Kecuali bagi yang sungguh memberontak, kita harus memberikan
perlakuan yang lebih baik kepada kelompok pemilik tanah…untuk
mengurangi kondisi kekerasan.” Tetapi setelah PKT mendapatkan
kekuasaan, para pemilik tanah dan petani kaya tidak luput dari penghancuran.

Mengatakan suatu hal dan melakukan sebaliknya adalah hal yang


wajar bagi PKT. Ketika PKT membutuhkan KMT, ia mengutarakan bahwa
kedua pihak seharusnya “berjuang demi keberadaan bersama untuk jangka
waktu panjang, menjalankan supervisi bersama, tulus satu sama lain, dan
berbagi dalam kehormatan dan kegagalan”. Tetapi setelah berhasil berkuasa

23
pada 1949, PKT melenyapkan semua orang yang berbicara tentang
demokrasi, menyebut mereka sebagai sayap kanan anti-partai. Semua or-
ang yang tidak setuju atau menolak untuk mengikuti konsep, kata-kata,
tindakan atau organisasi Partai dilenyapkan. Para pemimpin Marx, Lenin
dan PKT menegaskan bahwa kekuatan politik Partai Komunis tidak akan
berbagi dengan kelompok atau individu manapun. Sejak awal, Komunis
dengan jelas membawa sifat kediktatoran. Dengan sewenang-wenang, PKT
tidak pernah berada bersama kelompok atau partai politik lainnya dengan
perilaku yang tulus. Bahkan pada masa yang disebut periode “santai”,
keberadaan PKT dengan kelompok lainnya hanyalah pura-pura semata.

Sejarah membuktikan bahwa kita jangan sampai mempercayai apa


yang dijanjikan PKT, atau mempercayai bahwa apa yang dijanjikan akan
dipenuhi. Percaya dengan kata-kata dari PKT bisa menyebabkan seseorang
kehilangan nyawa.

Unsur Dasar Ketiga: Menghasut-Menyulut Kebencian dan


Menghasut Pertikaian Massa

Penipuan digunakan untuk menghasut kebencian. Pertikaian harus


disulut dari kebencian. Jika kebencian tidak ada, maka bisa dibuat.

Sistem kepala kelompok yang berurat berakar di daerah pedesaan


Tiongkok menjadi halangan utama bagi pendirian kekuasaan politik Partai
Komunis. Masyarakat pedesaan pada awalnya cukup harmonis, dan
hubungan antara pemilik tanah dan penyewa tidak sepenuhnya bertentangan.
Pemilik tanah mengatur dan menyewakan tanah pada petani, dan petani
bertumpu pada tanah ini untuk kelangsungan hidupnya. Dengan kata lain,
pemilik tanah memberikan sarana bagi petani untuk hidup, dengan timbal
balik petani mendukung pemilik tanah.

Hubungan saling ketergantungan ini telah diputarbalikkan oleh PKT


menjadi pertentangan dan pemisahan kelas secara ekstrim. Keharmonisan
dibalikkan menjadi permusuhan, kebencian dan pertikaian; hal yang bisa
diterima menjadi tidak dapat diterima, hal yang lancar dibuat menjadi kacau,

24
dan republik dibuat menjadi otoriter. Partai Komunis mendorong rakyat
untuk tidak mengakui kepemilikan tanah pribadi, membunuh demi
keuntungan dan membunuh pemilik tanah, petani kaya dan keluarga mereka.
Banyak petani yang tidak mau mengambil barang milik orang lain. Sebagian
dari mereka mengembalikannya di malam hari apa yang telah mereka ambil
di siang hari dari para pemilik tanah, tetapi mereka dikritik oleh tim kerja
PKT untuk pedesaan dengan sebutan “kesadaran tingkat rendah”.

Untuk menghasut kebencian kelompok, PKT menjadikan panggung


pertunjukan Tiongkok menjadi alat propaganda. Sebuah cerita terkenal
tentang penindasan kelompok, “Gadis Berambut Putih”, yang mulanya
adalah cerita mengenai seorang dewi dan tidak ada hubungannya dengan
pertentangan kelas. Tetapi oleh seorang penulis dari militer, diubah menjadi
sebuah drama, opera dan balet modern yang digunakan untuk menghasut
kebencian antar kelompok. Ketika Jepang menjajah Tiongkok, PKT tidak
melawan Jepang, malahan menyerang pemerintah KMT dengan tuduhan
menjual negara tidak melawan Jepang, mengakibatkan krisis nasional dan
menghasut rakyat untuk melawan pemerintahan KMT.

Menghasut massa untuk bertikai satu dengan yang lain adalah tipuan
klasik dari PKT. PKT menciptakan tugas kelompok dengan rumus 95:5
yaitu: 95% dari populasi ditugaskan pada berbagai kelompok yang bisa
dimenangkan, sementara 5% sisanya ditempatkan sebagai kelompok musuh.
Orang yang berada dalam 95% aman, tetapi yang termasuk dalam 5%
diperangi. Karena ketakutan dan ingin melindungi diri mereka sendiri, or-
ang-orang berupaya untuk masuk ke dalam kelompok 95%. Ini
menyebabkan banyak kasus di mana orang-orang saling mencederai satu
sama lain, dari penghinaan sampai bentrokan fisik. PKT dalam banyak
gerakan politiknya dengan menggunakan hasutan terus menerus
menyempurnakan taktik ini.

Unsur Dasar Keempat: Berandalan-Perusuh dan Sampah Masyarakat


Menempati Jabatan di PKT

Sampah masyarakat adalah biangnya kejahatan, maka kejahatan

25
harus memanfaatkannya. Revolusi sosial yang dilancarkan komunis pal-
ing sering menggunakan para berandalan pemberontak dan sampah
masyarakat. Contohnya dalam “Komune Paris”, sebenarnya melibatkan
pembunuhan, pembakaran, dan kekerasan yang dilakukan oleh sampah
masyarakat. Bahkan Marx merendahkan “kaum proletar dungu”. [3]
Dalam “Manifesto Komunis” Marx berkata, “Kelompok yang
berbahaya, sampah masyarakat, yang dengan pasif telah membuat
busuk masyarakat dan dibuang oleh lapisan terendah dari masyarakat
lama, dapat dimasukkan dan dipergunakan ke dalam gerakan revolusi
kaum proletar. Tetapi karena kondisi kehidupannya, mereka mau dibeli
dan bisa digunakan lebih lanjut sebagai alat suap dari pertikaian
reaksioner.” Di sisi lain, Marx dan Engels menganggap sifat alamiah
petani yang mudah dipecah belah dan kedunguan mereka, maka tidak
mempunyai kualifikasi untuk termasuk ke dalam kelompok kelas apa
pun.

PKT mengembangkan lebih lanjut sisi gelap dari Teori Marxisme.


Mao Zedong berkata, “Sampah masyarakat dan perusuh selalu ditampik
oleh masyarakat, tetapi sesungguhnya mereka adalah yang paling
pemberani, paling seksama dan teguh dalam revolusi di daerah
pedesaan.” [4] Kaum proletar gelandangan telah memperkuat keganasan
PKT. Telah membangun rejim pedesaan Soviet awal. Kata “revolusi”
dalam bahasa Mandarin yang diartikan satu per satu adalah “memutus
nyawa”. Meskipun PKT bisa menerapkan “revolusi” dalam pengertian
yang positif, tetap saja itu menakutkan dan menjadi bencana bagi or-
ang baik, adalah mengambil “nyawa”. Demikian juga, dalam beda
pendapat mengenai istilah “kaum proletar gelandangan” selama masa
Revolusi Kebudayaan, PKT merasa “gelandangan” terdengar tidak baik,
maka PKT menggantinya dengan “kaum proletar” saja.

Perilaku lainnya dari berandalan adalah bertindak brutal. Ketika


dikritik karena kediktatoran mereka, pejabat partai cenderung untuk
merendahkan orang dan tanpa malu mengeluarkan pernyataan seperti,
“Kamu benar, itulah yang kami lakukan. Pengalaman orang Tionghoa
selama beberapa dekade terakhir mengharuskan kami untuk

26
menjalankan kekuatan demokrasi dengan diktator. Kami menyebutnya
‘kediktatoran demokrasi rakyat’ “.

Unsur Dasar Kelima: Mata-mata – Penyusupan, Penipuan,


Pengkhianatan

Tidak cukup dengan kecurangan, membuat onar dan


memanfaatkan berandalan, tehnik mata-mata dan menanamkan
perselisihan juga digunakan. PKT ahli dalam penyusupan. Beberapa
dekade lalu, “tiga ranking teratas” agen mata-mata PKT adalah Qian
Zhuangfei, Li Kenong dan Hu Beifeng, yang bekerja untuk Chen Geng,
kepala seksi Cabang Mata-mata Nomor 2 dari Komite Pusat PKT.
Ketika Qian Zhuangfei bekerja sebagai sekretaris rahasia dan asisten
kepercayaan dari Xu Enzeng, Direktur dari Kantor Investigasi KMT,
dia menggunakan kop surat dari organisasi KMT untuk menulis dua
surat yang berisikan informasi rahasia tentang rencana strategi pertama
dan kedua dari KMT mengenai pengepungan propinsi Jiangxi oleh
tentara KMT, melalui Li Kenong diserahkan langsung kepada Zhou
Enlai (juga disebut Chou En-lai) [5]. Pada April 1930, sebuah organisasi
agen ganda yang khusus yang dibiayai oleh Cabang dari Investigasi
Pusat KMT didirikan di daerah Timur Laut Tiongkok. Secara
permukaan dimiliki oleh KMT dan dikelola oleh Qian Zhuangfei, tetapi
dibalik itu dikontrol oleh PKT dan dipimpin oleh Chen Geng. Li
Kenong bergabung dalam Pusat Tentara KMT sebagai seorang pemecah
sandi. Li adalah pemecah kode dari pesan rahasia yang berisikan
penahanan dan pemberontakan dari Gu Shunzhang [6], seorang
Direktur Biro Keamanan PKT. Qian Zhuangfei segera mengirim pesan
yang telah dipecahkan ini kepada Zhou Enlai, sehingga menghindari
kemungkinan banyak mata-mata ditangkap dalam penggerebekan.

Yang Dengying adalah seorang pejabat khusus dari Kantor Investigasi


KMT di Shanghai yang pro-Komunis. PKT membiarkannya menangkap
dan menghukum orang-orang yang PKT anggap tidak bisa dipercaya.
Seorang pejabat senior dari propinsi Henan suatu kali membuat kesal
anggota partai, maka orangnya sendiri merekayasa suatu kondisi sehingga

27
dia dimasukkan ke dalam penjara KMT selama beberapa tahun.

Selama Perang Pembebasan [7], agen rahasia PKT menyusup


hingga ke sekitar Chiang Kai-shek (juga disebut Jiang Jieshi)[8]. Letnan
Jenderal Liu Fei, Wakil Menteri dari Departemen Keamanan yang
bertanggung jawab untuk mengirimkan tentara KMT. Liu sebenarnya
adalah agen rahasia PKT. Sebelum tentara KMT mengetahui tugas
mereka berikutnya, informasi mengenai rencana lokasi pengelompokan
tentara, telah sampai pusat PKT di Yan’an. Lalu Partai Komunis akan
mempersiapkan rencana pertahanannya. Rencana Hu Zongnan untuk
menyerang Yan’an diungkapkan kepada Zhou Enlai oleh Xiong
Xianghui, sekretaris dan asisten kepercayaan Hu Zongnan [9]. Sehingga
sesampainya di Yan’an, Hu Zongnan dan tentaranya hanya menemukan
tempat kosong. Zhou Enlai pernah berkata, “Ketua Mao sudah tahu
perintah militer yang dikeluarkan oleh Chiang Kai-shek sebelum sampai
kepada pemimpin tentara Chiang sendiri.”

Unsur Dasar Keenam: Perampokan – Perampasan Dengan Muslihat


atau Kekerasan Menjadi “Peraturan Baru”

Segala yang dimiliki oleh PKT adalah hasil perampokan. Ketika


PKT mendirikan Tentara Merah untuk membangun kekuasaannya
melalui kekuatan militer, mereka membutuhkan uang untuk pengadaan
senjata dan perlengkapan, makanan dan pakaian. PKT melakukan
“pengumpulan dana” dalam bentuk penekanan terhadap gembong lalim
setempat dan merampok bank, berperilaku seperti bandit. Lalu
“pengumpulan dana” ini menjadi salah satu dari tugas utama dari
Tentara Merah yang dipimpin oleh Li Xiannian, salah satu dari
pemimpin senior PKT, Tentara Merah menculik anggota keluarga dari
keluarga terkaya di daerah barat propinsi Hubei. Mereka tidak hanya
menculik satu orang, tetapi satu orang dari setiap keluarga kaya di daerah
itu. Mereka yang diculik dibiarkan hidup agar bisa ditebus terus menerus
oleh keluarga mereka sehingga menjadi sokongan dana bagi tentara.
Setelah Tentara Merah puas atau keluarga dari yang diculik telah
kehabisan hartanya, barulah tahanan dilepaskan dalam kondisi sekarat.

28
Sebagian bahkan telah meninggal karena teror sebelum dikembalikan
pada keluarga mereka.

Melalui “penindasan terhadap gembong lalim setempat dan menyita


tanah mereka”, PKT mengembangkan perampasan dengan muslihat dan
kekerasannya kepada seluruh masyarakat, menggantikan tradisi dengan
“Peraturan Baru”. Partai Komunis telah melakukan segala tindak kejahatan
besar maupun kecil, dan tidak melakukan kebaikan sama sekali. Ia
menawarkan sedikit kebaikan pada pihak lain agar dapat dihasut dan konflik
dengan yang lain. Alhasil, belas kasih dan kebaikan hilang sama sekali, dan
digantikan dengan perselisihan dan pembunuhan. “Cita-cita komunis”
sebenarnya adalah kata pelembut untuk perselisihan dengan kekerasan.

Unsur Dasar Ketujuh : Perkelahian – Pemusnahan sistem Nasional,


Aturan dan Kalangan Tradisional

Penipuan, hasutan, melepaskan sampah masyarakat, dan mata-mata


semuanya bertujuan perampokan dan perkelahian. Filosofi dari komunis
menyanjung perkelahian. Namun revolusi Komunis bukanlah perkelahian,
perusakan dan perampokan yang tanpa aturan. Partai mengatakan, “Tar-
get utama dari penyerangan petani adalah gembong lalim setempat dan
bangsawan jahat serta pemilik tanah ilegal, tetapi bersamaan itu mereka
juga menjatuhkan semua yang berkelompok dan institusi, melawan semua
pejabat yang korupsi di kota-kota dan melawan semua praktek buruk dan
adat di daerah pedesaan.” [4] Sebuah usaha yang terorganisir diluncurkan
untuk memusnahkan sistem tradisional dan adat istiadat di daerah pedesaan.

Pertempuran komunis meliputi kekuatan tentara dan perlawanan


dengan senjata. “Sebuah revolusi bukanlah pesta makan malam, bukan
menulis artikel, bukan melukis atau menyulam; tidak bisa dilakukan dengan
halus, begitu lemah lembut, begitu tenang, baik dan ramah, menahan diri
dan murah hati. Sebuah revolusi adalah pemberontakan, tindakan kekerasan
suatu kelas sosial menjatuhkan kelas sosial yang lain”. [4] Perkelahian tidak
dapat dielakkan dalam upaya merebut kekuasaan. Beberapa dekade
selanjutnya, PKT menggunakan karakter perkelahian yang sama untuk

29
“mendidik” generasi berikutnya selama Revolusi Kebudayaan.

Unsur Dasar Kedelapan: Pemusnahan – Mendirikan Ideologi


Genosida yang Lengkap

Komunisme telah melakukan banyak hal dengan cara sangat kejam.


PKT menjanjikan “surga di atas bumi” kepada kaum intelektual. Tapi
kemudian menyebut mereka “sayap kanan” dan menempatkan mereka
pada kelompok 9 kategori [9] orang yang dianiaya. Mencabut hak kaum
kapitalis akan kepemilikan harta pribadi mereka, melenyapkan tuan tanah
yang kaya, memusnahkan aturan dan adat di daerah pedesaan, merampas
kekuasaan daerah oleh pejabat lokal, menculik dan meminta tebusan dari
orang kaya, mencuci otak tahanan-tahanan perang, “mereformasi” para
industrialis dan kapitalis, menyusupi KMT dan mencerai beraikannya,
melepaskan diri dari Komunis Internasional dan mengkhianatinya,
membersihkan diri dari semua kejadian-kejadian melalui gerakan politik
yang sukses setelah memegang tampuk kekuasaan pada 1949, dan
mengancam anggotanya sendiri dengan paksaan, semuanya dilakukan dengan
tuntas.

Semua kejadian di atas berdasarkan atas teori genosida dari PKT.


Setiap gerakan politiknya di masa lalu merupakan kampanye teror dengan
tujuan genosida. Sejak awal, PKT mulai membangun sistem teori
genosidanya dengan gabungan dari teorinya mengenai kelompok, revolusi,
pertentangan, kekerasan, kediktatoran, gerakan dan partai politik. Ia
melampaui semua pengalaman yang telah dilalui dan menumpuknya melalui
berbagai macam praktek genosida.

Ekspresi inti dari genosida PKT adalah pemusnahan kesadaran dan


pemikiran pribadi. Dengan cara ini, “kekuasaan teror” menjadi hal yang
disukai secara fundamental oleh PKT. PKT tidak hanya memusnahkan
anda jika anda melawannya, tetapi juga mungkin menyingkirkan anda
walaupun anda berpihak padanya. Ia akan melenyapkan siapa saja yang ia
anggap patut dilenyapkan. Dengan begitu, semua orang hidup dalam
bayang-bayang teror dan ketakutan terhadap PKT.

30
Unsur Dasar Kesembilan: Kontrol – Menggunakan Prinsip-prinsip
Partai untuk Mengontrol Seluruh Partai dan Segenap Masyarakat

Semua unsur dasar ini bertujuan untuk mencapai satu cita-cita: untuk
mengontrol penduduk dengan menggunakan teror. Melalui tindakan iblisnya,
PKT telah membuktikan dirinya sebagai musuh dari semua kekuatan sosial
yang ada. Sejak kelahirannya, PKT telah berjuang melalui krisis demi krisis,
dengan puncak kritisnya adalah krisis eksistensi. Eksistensinya adalah
ketakutan, kondisi krisis yang abadi. Perasaan takut dalam krisis menjadi
kepentingan utama PKT — yang dengan susah payah mempertahankan
keberadaan dan kekuasaannya. Untuk mendongkrak kekuatannya yang terus
menurun, terkadang PKT terpaksa memperbaharui penampilannya.
Keuntungan Partai bukanlah pada keuntungan satu anggota partai atau
individu semata, tetapi keuntungan dari Partai secara keseluruhan sebagai
kesatuan. Identitas bersama dari PKT mengungguli perasaan individual.

“Prinsip-prinsip partai” merupakan karakter-karakter yang keji dari


hantu jahat ini. Prinsip-prinsip partai sedemikian menguasai penuh sifat
hakiki manusia sampai pada kondisi di mana orang Tionghoa tidak lagi
bebas berbicara dan bertindak. Misalnya, Zhou Enlai dan Sun Bingwen
dulu berteman. Setelah Sun Bingwen meninggal, Zhou Enlai mengadopsi
putrinya, Sun Weishi. Pada masa Revolusi Kebudayaan, Sun Weishi terkena
kecaman dan kemudian ditangkap. Dia meninggal dalam penahanan dan
keluarganya mendapati paku yang tertancap di kepalanya. Ironisnya, surat
penangkapannya ditanda tangani oleh si ayah angkat, Zhou Enlai.

Salah satu pemimpin pada masa awal dari PKT adalah Ren Bishi,
yang bertanggung jawab untuk perdagangan opium pada masa perang
anti-Jepang. Pada waktu itu, opium adalah simbol dari serangan asing, karena
Inggris menggunakan impor opium untuk meluluhkan ekonomi Tiongkok
dan menjadikan orang Tionghoa kecanduan. Walaupun adanya penolakan
secara nasional terhadap opium, Ren berani menjalankan opium dalam
area yang luas, dengan resiko dikutuk bangsa. Karena sifat yang ilegal dan
sensitif dari perdagangan opium, PKT menggunakan kata “sabun” sebagai
bahasa sandi dari opium. PKT menggunakan pendapatan dari perdagangan

31
gelap opium dengan negara tetangganya untuk menunjang keberadaannya.
Pada peringatan ulang tahun Ren yang ke-100, salah satu dari pemimpin
Tiongkok generasi baru menyanjung prinsip-prinsip partai yang dianut Ren
dengan mengatakan, “Ren mempunyai karakter yang superior dan dia adalah
seorang idola dari anggota partai. Dia juga mempunyai kepercayaan yang
mendalam terhadap Komunisme dan mempunyai kesetiaan tak terbatas
terhadap Partai.”

Contoh lainnya dari prinsip partai adalah Zhang Side. Partai


mengatakan bahwa dia terbunuh karena runtuhnya tempat pembakaran
kapur, tetapi desas desus mengatakan bahwa dia tewas ketika memanggang
opium. Karena secara diam-diam bertugas di Divisi Keamanan Pusat dan
tidak pernah minta promosi, PKT memberi predikat, “kematiannya lebih
besar daripada Gunung Besar” [11] artinya hidupnya sangat penting. Dia
dan Lei Feng yang terkenal sebagai “sekrup yang tidak pernah berkarat,
berfungsi sebagai mesin revolusi” dijadikan model tipikal partai. Untuk
jangka waktu yang lama, Lei dan Zhang dijadikan contoh untuk mendidik
seluruh rakyat Tiongkok agar setia terhadap Partai. Banyak pahlawan dari
Partai digunakan sebagai model dengan sebutan “semangat besi dan prinsip
dari jiwa Partai”.

Begitu memegang kekuasaan, PKT meluncurkan sebuah kampanye


yang agresif untuk mengendalikan cara berpikir dan berhasil membentuk
generasi berikutnya menjadi “alat” dan “sekrup” partai. Partai membentuk
seperangkat “pikiran yang benar” dan satu set perilaku yang dianggap benar.
Prosedur ini pada awalnya hanya digunakan di dalam partai, tetapi dengan
cepat dikembangkan ke seluruh rakyat. Diselubungi dengan sebutan untuk
negara, cara pikir dan perilaku ini dijalankan untuk mencuci otak rakyat
agar sepaham dengan kejahatan dari PKT.

II. Sejarah Pendirian PKT yang Tidak Terhormat

Partai Komunis Tiongkok mengaku mempunyai sejarah yang megah,


dari satu kemenangan menuju kemenangan berikutnya. Ini adalah usaha
agar diri sendiri terlihat bagus dan sesuai dengan deskripsi legalitas kekuasaan

32
PKT. Sebenarnya PKT tidak mempunyai kemegahan sama sekali. Harus
dengan mengandalkan sembilan unsur dasar yaitu Jahat, Menipu, Menghasut,
Berandalan, Mata-mata, Merampok, Berkelahi, Membasmi, Mengendalikan,
barulah mereka dapat membangun dan mempertahankan kekuasaan.

Pendirian PKT – Dibangun dari jerih payah Uni Soviet

“Meriam Revolusi Oktober berdentum, mengirimkan Marxisme


dan Leninisme pada kami”. Itulah bagaimana PKT mencerminkan dirinya
kepada rakyat. Sebetulnya, pada awal berdirinya PKT, merupakan cabang
Asia dari Uni Soviet. Sejak semula ia adalah pengkhianat penjual bangsa.

Selama masa awal pendiriannya, PKT tidak mempunyai uang, tidak


mempunyai ideologi maupun pengalaman, terlebih lagi mereka tidak
mempunyai tulang punggung. PKT bergabung dengan Komintern adalah
untuk ikut serta dan menyandarkan diri pada revolusi kekerasan. Revolusi
kekerasan dari PKT adalah turunan dari revolusi kekerasan fase Marx dan
Lenin. Komintern adalah pusat komando penggulingan kekuasaan
pemerintah berbagai negara di dunia. PKT hanyalah cabang Asia Timur
dari Komunis Soviet yang menjalankan imperialisme dari Tentara Merah
Rusia. PKT bersandar pada kematangan Komunis Soviet dalam kekerasan
merebut kekuasaan serta pengalaman, garis politik, pemikiran dan organisasi
diktator proletariat dalam mematuhi perintah Komunis Soviet, menjiplak
cara organisasi bawah tanah ilegal asing, melaksanakan pengawasan dan
pengontrolan ketat. Uni Soviet adalah tulang punggung dan pembimbing
PKT.

Konstitusi partai pada konferensi pertama PKT disusun oleh


Komintern, manifestasi dari azas-azas Marx dan Lenin, pertentangan kelas,
kediktatoran proletariat dan doktrin pembangunan partai, dengan pro-
gram Partai Komunis Soviet sebagai dasar yang penting. Jiwa dari PKT
berpijak pada ideologi yang diimpor dari Uni Soviet. Chen Duxiu, salah
seorang pejabat penting PKT, mempunyai perbedaan pendapat dengan
wakil dari komite Komunis Internasional, Maring. Maring menulis memo
pada Chen menyatakan jika Chen adalah betul anggota Partai Komunis,

33
dia harus mengikuti perintah dari Komintern. Walaupun Chen Duxiu adalah
salah seorang tokoh pendiri PKT, dia hanya bisa mendengarkan dan
mengikuti perintah. Sesungguhnya dia dan PKT hanyalah bawahan dari
Uni Soviet.

Pada Konferensi PKT ketiga 1923, Chen Duxiu mengakui secara


terbuka bahwa Partai sepenuhnya didanai oleh Komintern. Dalam satu
tahun, Komintern menyumbangkan 200.000 yuan kepada PKT, dengan
hasil yang tidak memuaskan, Komintern menuduh PKT tidak gigih dalam
usaha mereka.

Menurut sebuah dokumen rahasia Partai, dari bulan Oktober 1921


hingga Juni 1922, PKT menerima 16.655 yuan. Pada tahun 1924 mereka
menerima US$1.500 dan 31.927,17 yuan, dan pada tahun 1927 mereka
menerima 187.674 yuan. Rata-rata kontribusi Komintern per bulan berkisar
20.000 yuan. Taktik yang digunakan oleh PKT sekarang, seperti melobi
jalan belakang, menawarkan suap, dan menggunakan ancaman, telah
dijalankan sejak dulu. Komintern secara serius pernah mengritik cara-cara
PKT yang tidak henti-hentinya minta dana. “Mereka memanfaatkan sumber
dana yang berbeda seperti Kantor Komunikasi Internasional, wakil dari
Komintern, dan organisasi militer untuk mendapatkan dana, hal ini bisa
terjadi karena sumber dana yang satu tidak tahu bahwa yang lain telah
memberikan. Hal yang lucu adalah tidak membutuhkan waktu yang lama
bagi teman-teman perwakilan kita untuk memahami kondisi psikologis
dari teman-teman Sovietnya. Yang jelas, mereka tahu pada situasi apa dan
teman yang mana akan lebih mudah untuk menyetujui dana. Begitu mereka
tahu bahwa mereka tidak akan mendapatkannya, mereka menunda
pertemuan. Pada akhirnya mereka menggunakan cara keji, seperti
menyebarkan gosip bahwa beberapa pejabat mempunyai konflik dengan
Soviet, dan dananya malahan diberikan pada militer bukan pada PKT.”

Kerjasama pertama KMT dan PKT – Parasit menyusup ke dalam


dan mensabotase Ekspedisi Utara

PKT selalu memberitahukan orang-orangnya bahwa Chiang Kai-

34
shek mengkhianati gerakan Revolusi Nasional [13], sehingga memaksa PKT
untuk mengangkat senjata dan memberontak.

Pada kenyataannya, PKT bertindak seperti parasit. Ia bekerja sama


dengan KMT pada kerjasama pertama KMT-PKT hanyalah untuk
memperluas pengaruhnya dengan mengambil keuntungan dari revolusi
nasional. Terlebih lagi, PKT sangat antusias untuk meluncurkan revolusi
yang didukung oleh Soviet dan menduduki kekuasaan, dan keinginannya
ini sebenarnya telah menyalahi dan mengkhianati gerakan Revolusi Nasional.

Pada konferensi kedua wakil-wakil nasional PKT yang diadakan


pada Juli 1922, mereka yang menentang hubungan kerjasama dengan KMT
mendominasi konferensi ini, karena para anggota konferensi antusias untuk
menduduki kekuasaan. Tetapi Komintern yang mengontrol di balik layar
memveto resolusi yang dicapai konferensi tersebut dan memerintahkan
PKT untuk bergabung dengan KMT.

Pada masa awal kerjasama KMT-PKT yang pertama, PKT


mengadakan Kongres Rakyat Nasional ke-4 di Shanghai pada Januari 1925,
sebelum Sun Yat-Sen meninggal sudah diajukan masalah tampuk kekuasaan.
Jika Sun Yat-sen [14] belum meninggal, target perebutan kekuasaan tentu
bukanlah Chiang Kai-Sek.

Dengan dukungan Uni Soviet, PKT meraih kekuatan politik di dalam


KMT selama kerjasama mereka. Tang Pingshan menjadi menteri untuk
Departemen Sumber Daya Manusia Pusat di KMT. Feng Jupo, sekretaris
dari Menteri Tenaga Kerja, diberi kekuasaan penuh untuk menangani semua
urusan yang berhubungan dengan ketenagakerjaan. Lin Zuhan adalah
Menteri Urusan Pedesaan, dan Peng Pai adalah sekretaris dari kementerian
ini. Mao Zedong mengambil posisi sebagai penasihat Kementerian Propa-
ganda dari KMT. Sekolah-sekolah militer dan pemimpin-pemimpin militer
selalu menjadi fokus dari PKT: Zhou Enlai memegang posisi direktur
Departemen Politik Akademi Militer Huangpu (Whampoa), dan Zhang
Shenfu adalah wakil direkturnya. Zhou Enlai adalah juga Kepala Biro
Hukum Militer, dia menempatkan penasihat-penasihat militer Rusia di

35
beberapa posisi. Banyak dari para Komunis memegang posisi sebagai
instruktur dan dekan politik dalam sekolah militer KMT. Anggota PKT
juga menjadi wakil dari Partai KMT pada berbagai tingkat dari Tentara
Revolusi Nasional [15]. Ada ketentuan bahwa tanpa tanda tangan wakil
Partai, maka peraturan dianggap tidak berlaku. Dampak keterikatan secara
parasit pada gerakan Revolusi Nasional adalah bertambah dengan cepatnya
anggota PKT mulai kurang dari 1000 di tahun 1925, menjadi 30.000 di
tahun 1928.

Ekspedisi Utara dimulai pada Februari 1926. Dari Oktober 1926


sampai Maret 1927, PKT meluncurkan tiga pemberontakan bersenjata di
Shanghai. Kemudian menyerang pusat militer Ekspedisi Utara yang bisa
digagalkan oleh tentara Ekspedisi Utara. Zhou Enlai yang menggunakan
nama lain Wu Hao, tertangkap dan kemudian dibebaskan setelah
mengeluarkan surat pertobatan dan mengakui kesalahannya. Serdadu
penjaga ketertiban umum propinsi Guangdong senantiasa bentrok dengan
polisi, KMT menambahkan patroli polisinya dengan menggunakan prajurit
tentara dan juga mengirimkan agen rahasia untuk mengawasi orang-orang
yang menyebabkan keresahan sosial. Keonaran ini menyebabkan KMT
melakukan pembersihan terhadap PKT pada 12 April (1927) [16].

Pada Agustus 1927, anggota PKT dalam Tentara Revolusi KMT


melancarkan Pemberontakan Nanchang, yang dengan cepat diredam.
Pada bulan September, PKT melancarkan Pemberontakan Panen
Musim Gugur untuk menyerang Changsha, tetapi serangan ini juga
dapat diredam. PKT lalu mulai mengimplementasikan jaringan
pengontrol yang disebut “Cabang Partai dibangun berkesinambungan”
dan kemudian menyingkir ke daerah Jinggangshan, mendirikan kekuatan
pemerintahan di pedesaan tersebut.

Pemberontakan petani Hunan – Menghasut berandalan untuk


memberontak

Selama masa Ekspedisi Utara, PKT melakukan pemberontakan-


pemberontakan di daerah pedesaan dalam usaha meraih kekuasaan,

36
sementara itu Tentara Revolusi Nasional berperang melawan panglima-
panglima perang.

Pemberontakan Petani Hunan pada tahun 1927 adalah kerusuhan


yang dilakukan oleh kaum gembel dan sampah masyarakat, sama seperti
Commune Paris tahun 1871 yang terkenal, kerusuhan Komunis pertama.
Rakyat Perancis dan orang asing di Paris menyaksikan bahwa Commune
Paris adalah sekelompok bandit perusak yang tidak mempunyai visi. Hidup
dalam gedung-gedung mewah dan rumah-rumah megah dan makan enak,
mereka hanya perduli pada kenikmatan sementara dan tidak memikirkan
masa depan. Selama masa pemberontakan Commune Paris, mereka
menghalangi kebebasan pers. Mereka menahan dan kemudian menembak
Uskup Agung Perancis, Georges Darboy, yang memberi khotbah pada
Raja. Demi kesenangan mereka, mereka membunuh 64 pendeta, membakar
istana-istana, dan memusnahkan kantor-kantor pemerintahan, rumah-rumah
pribadi, monumen-monumen dan prasasti-prasasti. Kekayaan dan
keindahan ibu kota Perancis yang tidak ada duanya di Eropa, hancur musnah
pada masa kerusuhan Commune Paris; bangunan menjadi debu dan manusia
menjadi tengkorak. Kebrutalan dan kekejaman yang sedemikian belum
pernah ada sebelumnya.

Sebagaimana Mao Zedong mengakui, “Benar bahwasanya para


petani di pedesaan ‘sulit diatur’ “. Dengan penuh kekuasaan, organisasi
petani membuat pemilik tanah tidak dapat mengeluarkan pendapat dan
wibawa mereka dicela. Ini berarti memojokkan pemilik tanah dan
menyudutkan mereka disana. Para petani mengancam, “Kami akan
masukkan kalian ke dalam daftar (daftar reaksioner)”. Mereka mendenda
gembong lalim setempat dan bangsawan jahat, mereka meminta jatah dari
mereka, dan mereka merusak kursi mobil mereka. Orang-orang menyerbu
rumah-rumah dari gembong lalim setempat dan bangsawan jahat yang
tidak setuju dengan adanya organisasi petani, memotong babi dan memakan
gandum mereka. Mereka bahkan berbaring di atas tempat tidur bersih
dari anak-anak perempuan di rumah itu. Jika ditegur sedikit saja, mereka
akan menangkap orangnya, memahkotai orang yang ditangkap dengan
topi tinggi terbuat dari kertas, dan mengaraknya keliling desa, dan

37
meneriakkan, “Tuan tanah hina, sekarang kamu tahu siapa kami!” Melakukan
apa saja yang membuat mereka senang dan membalikkan segalanya, mereka
telah menciptakan teror di pedesaan.

Tetapi Mao setuju dengan sifat “sulit diatur” ini, dengan mengatakan,
… “Secara gamblang, untuk sementara ini perlu untuk menciptakan teror
di setiap daerah pedesaan, jika tidak, akan mustahil untuk menekan kegiatan
dari kontra revolusioner di pedesaan terlebih lagi menumbangkan pengaruh
bangsawan jahat. Batasan norma-norma harus dilang gar demi
membenarkan yang salah, jika tidak, yang salah tidak bisa dibenarkan ….
Banyak dari perbuatan mereka pada masa revolusi, yang terlihat keterlaluan
sebenarnya adalah yang dibutuhkan oleh revolusi [4]. Revolusi komunis
menciptakan sistem teror.

Operasi Utara “Anti-Jepang” – Melarikan diri dari kekalahan

PKT menyebut “Perjalanan Panjang - Long March” sebagai operasi


utara anti-Jepang. “Perjalanan Panjang” dijadikan sebagai kisah dongeng
revolusi Tiongkok. Ia mengatakan bahwa “Perjalanan Panjang” adalah “kitab
deklarasi”, “tim propaganda” dan “mesin penyebar bibit” yang berakhir
dengan kemenangan untuk PKT dan kekalahan bagi musuh.

Operasi Utara “Anti-Jepang” adalah kebohongan yang tak kenal


malu dari PKT untuk menutupi kegagalannya. Pada kenyataannya, dari
Oktober 1933 sampai Januari 1934, Partai Komunis mengalami kekalahan
total menghadapi operasi kelima KMT yang bertujuan untuk mengurung
dan memusnahkan PKT, PKT kehilangan satu persatu kekuatannya di daerah
pedesaan. Dengan daerah markasnya yang terus menyempit, Tentara Merah
harus kabur. Inilah hal yang sebenarnya di balik “Perjalanan Panjang”.

“Perjalanan Panjang” sebenarnya bertujuan menerobos


pengepungan dan lari ke sepanjang garis perbatasan Mongolia dan Uni
Soviet. Kala itu perjalanan mereka menghadapi banyak kesulitan, ke
arah Barat menyusuri perbatasan Mongolia, mendekati Soviet agar
mudah melarikan diri sebagai antisipasi bila kalah diserang. Mereka

38
memilih untuk melewati Shanxi dan Suiyuan. Pada satu sisi dengan
menempuh propinsi-propinsi di utara ini, mereka bisa mengakui sebagai
“anti-Jepang” dan memenangkan hati rakyat, di sisi lain, daerah tersebut
sangatlah aman, tidak ada tentara Jepang bermarkas di sana, karena
tentara Jepang hanya menduduki teritori sepanjang Tembok Raksasa.
Setahun kemudian, ketika PKT akhirnya tiba di Shanbei (bagian Utara
propinsi Shanxi), kekuatan inti dari Tentara Merah Pusat telah berkurang
dari 80.000 orang menjadi 6.000 orang.

Insiden Xi’an - PKT menempel kepada KMT untuk kedua Kalinya

Pada Desember 1936, Zhang Xueliang dan Yang Hucheng, dua


Jenderal KMT, menculik Chiang Kai-shek di Xi’an. Ini selanjutnya
disebut Insiden Xi’an.

Menurut versi sejarah yang dibuat oleh PKT, Insiden Xi’an adalah
“kudeta militer” yang didalangi oleh Zhang dan Yang, yang
memberikan ultimatum hidup atau mati pada Chiang Kai-shek. Dia
dipaksa untuk mengambil posisi melawan Jepang. Ditulis bahwa Zhou
Enlai diundang ke Xi’an sebagai wakil dari PKT untuk membantu
melakukan negosiasi damai. Dengan banyak kelompok Tiongkok yang
menjadi penengah, insiden ini dapat diselesaikan dengan damai, sehingga
mengakhiri perang saudara selama 10 tahun dan memulai gabungan
persatuan nasional melawan Jepang. Buku sejarah PKT mengatakan
bahwa insiden ini adalah titik balik yang penting bagi Tiongkok dalam
krisisnya. PKT membanggakan dirinya sebagai partai patriotik yang
memikirkan kepentingan seluruh negeri.

Semakin banyak data yang menyingkap bahwa banyak mata-


mata PKT telah berkumpul di sekitar Yang Hucheng dan Zhang
Xueliang sebelum Insiden Xi’an. Salah satu contoh adalah anggota PKT
bawah tanah Liu Ding, yang diperkenalkan kepada Zhang Xueliang
oleh Song Qingling, istri dari Sun Yat-sen, saudara perempuan dari
Madame Chiang dan seorang anggota PKT. Liu sangat berperan dalam
memicu Insiden Xi’an sehingga setelah itu Mao memberikan pujian

39
bahwa Liu telah menjalankan tugasnya dengan baik. Di antara mereka
yang bekerja disisi Yang Hucheng, istrinya sendiri Xie Baozhen adalah
seorang anggota PKT yang bekerja pada Departemen Politik Tentara
si suami. Xie menikah dengan Yang Hucheng pada bulan Januari 1928
dengan persetujuan PKT. Ditambah lagi, anggota PKT Wang Bingnan
adalah tamu kehormatan di r umah Yang pada waktu itu. Wang
kemudian menjadi Wakil Menteri dari Kementerian Luar Negeri PKT.
Anggota-anggota PKT di sekeliling Yang dan Zhang inilah yang secara
langsung memicu kudeta.

Sebenarnya pada awal insiden, pemimpin-pemimpin PKT ingin


membunuh Chiang Kai-shek, sebagai balas dendam atas penekanannya
terhadap PKT sebelumnya. Pada waktu itu, hanya tersisa markas PKT
yang sangat lemah di utara propinsi Shanxi, begitu rapuh sehingga bisa
saja musnah dalam satu kali serangan. Maka PKT dengan mengerahkan
segala keahliannya menghasut dan menipu, memicu Zhang dan Yang
untuk memberontak. Bertolak dari upaya mencegah Jepang menyerang
Uni Soviet, Stalin menulis surat kepada Komite Pusat PKT dan meminta
mereka untuk tidak membunuh Chiang Kai-shek, sebaliknya bekerja
sama dengannya untuk kedua kalinya. Mao Zedong dan Zhou Enlai
menyadari bahwa dengan kekuatan PKT yang terbatas, mereka tidak
mampu melawan KMT, sekalipun jika mereka membunuh Chiang Kai-
shek, mereka akan dikalahkan bahkan dimusnahkan oleh tentara KMT
yang membalas dendam. Karena kondisi ini, PKT merubah taktiknya,
dengan dalih berkoalisi memerangi Jepang, memaksa Chiang Kai-shek
menerima kerjasama ini untuk kedua kalinya.

PKT lebih dulu memicu pemberontakan, mengarahkan senapan


pada Chiang Kai-shek, tetapi kemudian berbalik dan bertindak seolah-
olah pahlawan panggung, memaksa Chiang untuk menerima PKT.
Dengan cara ini PKT tidak hanya terlepas dari krisis perpecahan, tetapi
jug a meng gunakan kesempatan ini untuk menempel kepada
pemerintahan KMT untuk kedua kalinya. Tentara Merah kemudian
berubah menjadi Tentara Rute Delapan, lebih besar dan lebih kuat dari
sebelumnya. Harus diakui kehebatan PKT dalam hal menipu.

40
Perang Anti-Jepang – Meminjam senjata melakukan pembunuhan,
upaya PKT mengembangkan diri

Buku PKT menyatakan bahwa Partai Komunis-lah yang membawa


kemenangan Tiongkok dalam perang melawan Jepang. Tetapi pada
kenyataannya, ketika perang anti-Jepang terjadi, KMT mempunyai lebih
dari 1.7 juta tentara bersenjata, kapal-kapal perang yang berbobot lebih
dari 110.000 ton, dan sekitar 600 pesawat tempur dari berbagai jenis. PKT
dengan tambahan Tentara Keempat Baru yang terbentuk pada bulan No-
vember 1937, tidak mencapai 70.000 orang, belum lagi dengan adanya
perpecahan politik internal, kekuatannya melemah hingga pada taraf hancur
dalam satu kali serangan. PKT menyadari bahwa jika berperang melawan
Jepang, kekuatannya akan habis. Bagi PKT menyelamatkan kekuatan diri
sendiri jauh lebih penting dibandingkan keselamatan negeri, inilah yang
dianggap “kesatuan nasional”. Oleh karena itu selama kerjasamanya dengan
KMT, PKT melakukan aturan rahasia internal tentang mengutamakan
perjuangan kekuatan politik.

Setelah Jepang menduduki kota Shenyang pada 18 September


1931,dan memperluas kekuasaan hingga daerah Timur Laut Tiongkok,
PKT sebenarnya membantu Jepang berperang melawan KMT. Dalam
deklarasi yang ditulis terhadap pendudukan Jepang, PKT mendorong
segenap rakyat di daerah kekuasaan KMT untuk memberontak, memicu
“buruh mogok, petani membuat keonaran, murid-murid mogok sekolah,
orang miskin berhenti bekerja, tentara untuk memberontak” agar dapat
menjatuhkan pemerintahan Nasionalis.

Walaupun PKT mengusung spanduk yang menyerukan perlawanan


terhadap Jepang, namun tentara dan kekuatan gerilya mereka bermarkas
jauh dari garis depan perang. Kecuali untuk beberapa pertempuran,
termasuk satu pertempuran di Jalur Pingxing, PKT tidak berkontribusi
apa-apa untuk berperang melawan Jepang. Sebaliknya mereka menggunakan
tenaga untuk memperbesar markas mereka. Ketika Jepang menyerah, PKT
meraup tentara-tentara yang menyerah tersebut masuk ke dalam tentaranya,
dan mengaku telah berkembang menjadi 900.000 orang tentara, ditambah

41
dengan dua juta laskar rakyat. Sesungguhnya tentara KMT berada sendirian
di garis depan ketika berperang melawan Jepang, dan kehilangan lebih dari
200 orang Jenderal. Sebaliknya PKT hampir tidak kehilangan seorang
pejabatnya pun. Walaupun demikian PKT tetap berkoar bahwa KMT tidak
berperang melawan Jepang, dan bahwasanya PKT lah yang mendapatkan
kemenangan dalam perang anti-Jepang.

Penataan di Yan’an – Menciptakan metode penindasan yang paling


menakutkan

PKT menarik banyak pemuda patriotik ke Yan’an dengan alasan


berperang melawan Jepang, tetapi kemudian menindas ribuan dari mereka
selama gerakan penataan yang dilakukan di Yan’an. Sejak mendapatkan
kekuasaan di Tiongkok, PKT terus menerus menggambarkan Yan’an
sebagai “tanah suci revolusi”, tetapi tidak menyebutkan kejahatan yang
dilakukannya selama penataan tersebut.

Gerakan penataan di Yan’an adalah permainan kekuasaan yang


paling besar, paling keji dan paling ganas yang pernah ada di dunia
manusia. Dengan alasan membersihkan kaum borjuis yang merusak,
Partai meniadakan moralitas, pikiran pribadi, kebebasan bertindak,
toleransi dan harga diri. Langkah pertama dari penataan adalah setiap
orang membuat data diri yang meliputi: 1) pernyataan pribadi, 2) sejarah
kehidupan politiknya, 3) latar belakang keluarga dan hubungan sosial,
4) otobiografi dan perubahan ideologi, 5) evaluasi menurut prinsip-
prinsip Partai.

Dalam data diri harus tercantum semua kenalannya sejak lahir,


semua kejadian penting, waktu dan tempat kejadian. Orang-orang
diminta berulang menulis data diri, dan setiap hal yang ketinggalan
akan dianggap sebagai sesuatu yang tidak murni. Harus ditulis semua
kegiatan sosial yang mereka pernah ikuti, terutama yang berhubungan
dengan keikut sertaan dalam partai. Penekanannya adalah pada proses
pikiran pribadi selama aktivitas sosial tersebut. Lebih penting lagi adalah
evaluasi berdasarkan prinsip-prinsip partai, setiap orang harus mengakui

42
jika secara sadar mempunyai pikiran atau perilaku yang menentang
partai, baik dalam pembicaraan, perilaku kerja, hidup sehari-hari,
ataupun aktivitas sosial. Dalam evaluasi mengenai kesadaran, setiap
orang diminta untuk menelaah dengan teliti apakah dia hanya perduli
dengan kepentingan pribadi, memanfaatkan pekerjaan di dalam Partai
untuk mencapai tujuan pribadi, apakah dia tidak percaya dan ragu-
ragu tentang masa depan revolusi, takut mati ketika perang, atau rindu
pada keluarga dan kekasih. Tidak ada standard yang objektif sehingga
hampir semua orang memiliki kekurangan.

Pemaksaan digunakan untuk mendapatkan “pengakuan” dari kader


yang sedang diperiksa untuk menjaring “pengkhianat terselubung”. Terjadi
banyak fitnahan, tuduhan benar dan salah, dan sejumlah besar kader ditindas.
Selama penataan, Yan’an disebut sebagai “tempat menempa sifat hakiki
manusia”. Sebuah regu kerja memasuki Universitas Urusan Militer dan
Politik untuk mengkaji sejarah pribadi para kader, menyebabkan teror
berdarah selama dua bulan. Berbagai metode digunakan untuk mendapatkan
pengakuan. Setiap orang diperintah untuk mengaku dan diajari bagaimana
mengaku. Ada pembujuk kolektif, pembujukan lima menit, pembicaraan
terpisah, laporan konferensi, mengidentifikasi “akar bit” (merah di luar,
putih di dalam). Juga ada pengambilan foto, setiap orang berbaris di
panggung untuk diperiksa. Mereka yang kelihatan gelisah dianggap sebagai
tersangka dan dijadikan objek investigasi.

Bahkan wakil dari Komintern terhenyak dengan metode yang


digunakan selama penataan dan mengatakan bahwa situasi Yan’an begitu
depresi. Orang tidak berani berinteraksi satu sama lain. Setiap orang harus
mempunyai senjata yang perlu diasah, gugup dan ketakutan. Tidak ada
yang berani berkata jujur atau melindungi temannya yang diperlakukan tidak
adil, karena semua berusaha untuk menyelamatkan nyawanya sendiri. Yang
jahat – mereka yang bermulut manis, pembohong, dan menghina orang
lain – dipromosikan. Penghinaan merupakan cara hidup di Yan’an. Orang
didorong ke batas kewarasan, dipaksa untuk menanggalkan harga diri,
rasa hormat dan malu, dan kasih terhadap sesama. Mereka tidak lagi
mengungkapkan pendapat mereka sendiri, dan malah melafalkan artikel

43
dari pemimpin-pemimpin partai.

Sistem penindasan yang sama selalu dipakai oleh PKT dalam


kegiatan politiknya sejak menduduki kekuasaan di Tiongkok.

Tiga tahun Perang Saudara – Mengkhianati negara untuk meraih


kekuasaan

Revolusi borjuis Rusia pada Februari 1917 sebenarnya adalah


kerusuhan yang tidak terlalu besar. Tsar menempatkan kepentingan negara
sebagai yang utama dan menyerahkan kekuasaan tanpa melawan. Lenin
segera kembali ke Rusia dari Jerman, melakukan kudeta dan membunuh
golongan revolusioner dari kelompok borjuis yang telah menjatuhkan Tsar
hingga terjadi revolusi borjuis Rusia. PKT seperti halnya Lenin, memetik
buah dari revolusi nasional. Setelah perang anti-Jepang berakhir, PKT
meluncurkan perang revolusi yang menjatuhkan pemerintah KMT,
membawa bencana perang sekali lagi bagi Tiongkok.

PKT mahir dalam memanipulasi massa. Dalam beberapa


pertempuran dengan KMT, termasuk pertempuran Liaoxi-Shenyang,
Beijing-Tianjin, dan Huai Hai, PKT menggunakan taktik yang primitif, barbar
dan tidak berperikemanusiaan yang mengorbankan massanya sendiri. Ketika
mengepung Changchun, agar suplai makanan kota tersebut habis, Tentara
Pembebasan Rakyat (TPR) melarang rakyat sipil meninggalkan kota. Dalam
waktu dua bulan selama Changchun dikurung, hampir 200.000 orang mati
karena kelaparan dan kedinginan. Tetapi TPR tidak mengijinkan orang untuk
pergi. Setelah peperangan berakhir, tanpa malu mereka menyatakan telah
membebaskan Changchun tanpa perlu menggunakan senjata.

Sejak 1947 sampai 1948, PKT menandatangani “Perjanjian Harbin”


dan “Perjanjian Moskow” dengan Uni Soviet, menyerahkan aset nasional
dan memberikan sumber daya alam di bagian Timur Laut dengan imbalan
dukungan penuh dari Uni Soviet dalam hal hubungan luar negeri dan urusan
militer. Menurut perjanjian, Uni Soviet akan mensuplai PKT dengan pesawat
terbang; akan memberikan pada PKT senjata rampasan dari Jepang dalam

44
dua periode; dan akan menjual amunisi dan suplai militer milik Uni Soviet
di Timur Laut Tiongkok kepada PKT dengan harga yang murah. Jika
KMT melakukan pendaratan di Timur Laut, Uni Soviet akan secara diam-
diam membantu tentara PKT. Ditambah lagi, Uni Soviet akan membantu
PKT menguasai Xinjiang; PKT dan Uni Soviet akan membangun angkatan
udara gabungan; Soviet akan membantu mempersenjatai 11 divisi tentara
dari PKT, dan mengirimkan sepertiga dari persenjataan dari AS (senilai $
13 milyar) ke Timur Laut Tiongkok.

Untuk mendapatkan dukungan Uni Soviet, PKT menjanjikan hak


khusus bagi Uni Soviet untuk kebebasan transportasi darat dan udara di
daerah Timur Laut; memberi Uni Soviet informasi tentang aksi pemerintah
KMT dan militer AS; memberi Uni Soviet hasil produk dari Timur Laut
(katun, kedelai) dan suplai militer dangan imbalan senjata mutakhir;
mengijinkan Uni Soviet melakukan penambangan di area tertentu di
Tiongkok; mengijinkan Uni Soviet untuk mendirikan pangkalan militer di
Timur Laut dan Xinjiang; dan mengijinkan Soviet untuk mendirikan Biro
Agen Rahasia Timur Jauh di Tiongkok. Jika perang pecah di Eropa, PKT
akan mengirimkan bantuan 100.000 orang tentara ditambah dengan dua
juta orang pekerja untuk mendukung Uni Soviet. Ditambah lagi, PKT berjanji
untuk menggabungkan beberapa daerah khusus di propinsi Liaoning dengan
Korea Utara jika diperlukan.

III. Memperlihatkan Perangai Iblis

Ketakutan mendalam menandai sejarah partai

Karakter yang paling menonjol dari PKT adalah ketakutan yang


mendalam, terutama ketakutan akan kehilangan kekuasaan. Bertahan adalah
kepentingan utama PKT, yang dilakukannya dengan menggunakan
kekerasan. PKT seperti sel kanker utama yang menyebar dan menyusupi
setiap bagian tubuh, meresap masuk dalam sel normal mengubah menjadi
kanker ganas. Dalam siklus sejarah kita, masyarakat tidak dapat
menghancurkan faktor yang bermutasi seperti PKT ini dan tidak mempunyai
pilihan selain hanya membiarkannya berkembang. Sebagai dampaknya

45
masyarakat banyak menjadi terpolusi, komunisme maupun elemen komunis
merajalela dalam skala luas. Penyebaran PKT secara mendasar telah
menurunkan moralitas dan tatanan sosial masyarakat umat manusia.

PKT tidak percaya dengan prinsip-prinsip moralitas dan keadilan.


Semua prinsip-prinsipnya digunakan sepenuhnya untuk kepentingan sendiri.
Pada dasarnya ia egois, dan tidak ada prinsip yang dapat menahan dan
mengontrol keinginannya. Sesuai dengan prinsipnya, Partai perlu untuk terus
menerus merubah penampilan luarnya, menggunakan selubung baru. Pada
masa awal ketika keberadaannya dipertaruhkan, PKT menempel kepada
Partai Komunis Uni Soviet, kepada KMT, kepada pemerintahan KMT,
dan kepada Revolusi Nasional. Setelah mendapatkan kekuasaan, PKT
menempelkan dirinya pada berbagai macam bentuk kesempatan, kepada
pikiran dan perasaan warga negara, kepada struktur sosial dan berbagai
cara apa saja yang bisa dirambahnya. PKT telah menggunakan setiap krisis
sebagai kesempatan untuk mengumpulkan kekayaan dan memperkuat
dirinya untuk bisa mengendalikan kontrol.

“Senjata Ajaib” dari PKT

PKT mengaku bahwa kemenangan revolusi tergantung dari tiga


“senjata ajaib”: konstruksi Partai, perjuangan bersenjata dan garis depan
yang bersatu. Pengalaman dengan KMT memberikan PKT dua “senjata”
lagi: propaganda dan mata-mata. Berbagai “senjata ajaib” Partai telah
disuntikkan ke dalam sembilan Unsur Dasar PKT: jahat, menipu, menghasut,
melepas berandalan, memata-matai, merampok, berkelahi, memusnahkan,
dan mengontrol.

Secara mendasar Marxisme-Leninisme itu jahat. Ironisnya, Komunis


Tiongkok tidak begitu mengerti Marxisme-Leninisme. Lin Biao [17]
mengatakan bahwa hanya beberapa anggota PKT yang benar-benar
membaca materi Marx atau Lenin. Publik menganggap Qu Qiubai [18]
sebagai seorang ideologis, tetapi dia mengaku hanya membaca sedikit
Marxisme-Leninisme. Ideologi Mao Zedong adalah versi kampung dari
apa yang Marxisme-Leninisme angkat sebagai pemberontakan petani. Teori

46
sosialis Deng Xiaoping mempunyai dasar-dasar kapitalis di dalamnya. Teori
“Tiga Wakil”[19] dari Jiang Zemin dibuat tanpa dasar apa pun. PKT tidak
pernah sungguh-sungguh mengerti apa itu Marxisme-Leninisme, hanya
mengadopsi semua aspek jahatnya, yang kemudian direkayasa oleh PKT
menjadi hal-hal yang lebih keji.

Garis depan persatuan dari PKT adalah gabungan dari penipuan


dan solusi jangka pendek. Tujuan dari persatuannya adalah untuk menambah
kekuatannya. Dengan menggabungkan kekuatan anti-Jepang, PKT bisa
berkembang dari sendiri menjadi kelompok yang besar. Persatuan
membutuhkan kearifan – agar dapat membedakan siapa teman dan lawan;
siapa yang di kiri, di tengah, di kanan; siapa yang dilindungi dan siapa yang
diserang, kapan bersahabat dan kapan bermusuhan. Mudah menjadikan
lawan sebagai kawan dan kemudian berbalik menjadi lawan lagi. Misalnya
selama periode revolusi demokratik, partai bergabung dengan borjuis; di
masa revolusi sosialis memusnahkan borjuis. Misalnya, dalam periode meraih
kekuasaan, pimpinan partai demokratis lain seperti Zhang Bojun dan Luo
Longji dirangkul sebagai pendukung PKT, kemudian setelah selesai dan
tidak dibutuhkan lagi, ditindas sebagai “sayap kanan”.

Partai Komunis adalah kelompok berandalan profesional

Partai Komunis menerapkan strategi dua sisi, satu sisi lembut dan
fleksibel serta sisi lain keras dan tegas. Strategi lembutnya meliputi propa-
ganda, garis depan yang bersatu, memata-matai, bermuka dua, mencekoki
pikiran orang, mencuci otak, berbohong dan menipu, menutupi kebenaran,
melakukan teror mental dan menciptakan kondisi penuh teror. Dalam
melakukan hal-hal ini PKT menciptakan sindrom ketakutan di dalam hati
anggota partai yang membuat mereka mudah untuk melupakan kesalahan
yang telah dilakukan partai. Berbagai metode ini menghilangkan sifat dasar
manusia dan membentuk kebrutalan dalam diri manusia. Taktik keras dari
PKT meliputi kekerasan, penindasan, gerakan politik, membunuh dan
menghancurkan kehidupan, menculik, menekan pendapat orang lain,
serangan bersenjata, penyingkiran pihak lain yang dilakukan setiap kurun
waktu tertentu, dan lain-lain. Metode-metode agresif ini adalah jaminan

47
bagi partai untuk terciptanya teror.

PKT menggunakan kedua metode halus dan kasar secara bersamaan.


Sesaat mereka lakukan dengan ringan sesaat kemudian dengan tegas, atau
mereka akan ramah untuk urusan eksternal tetapi kaku bagi urusan internal.
Dalam suasana ringan, PKT mendorong orang untuk mengeluarkan
pendapat yang berbeda, tetapi bagaikan memancing ular keluar dari
sarangnya, yang mengeluarkan pendapatnya kemudian akan ditindas dan
dilakukan pengawasan yang ketat. PKT sering menggunakan demokrasi
untuk menantang KMT, tetapi ketika para intelektual PKT yang berada di
bawah pengawasan ketat tidak setuju dengan partai, mereka akan disiksa
dan bahkan dipenggal kepalanya. Misalnya kita bisa melihat “Insiden Bunga
Lili Liar” yang terkenal, yang mana intelektual Wang Shiwei terkena gerakan
penataan Yan’an dan dihukum mati oleh PKT pada tahun 1947.

Seorang pejabat korban gerakan penataan Yan’an mengingat


kembali ketika dia di bawah tekanan berat, diseret dan dipaksa untuk
mengaku, satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah mengkhianati
hati nuraninya sendiri dan berbohong. Pada awalnya, dia merasa tidak
enak untuk menyebutkan dan memfitnah teman-temannya sendiri. Dia
begitu membenci dirinya sendiri sampai ingin bunuh diri. Kebetulan
ada sepucuk pistol ada di atas meja. Diambil dan diarahkan ke kepalanya,
dan menarik pelatuknya. Pistolnya kosong tak berpeluru! Orang yang
menginterogasi masuk dan berkata, “Adalah baik karena kamu telah
mengaku bersalah. Aturan-aturan partai sangatlah ringan.” Melalui ujian
yang diberikan, Partai Komunis tahu bahwa kamu telah mencapai batas,
dan tahu bahwa kamu “setia” terhadap Partai, maka kamu telah lulus
ujian. Begitulah caranya Partai Komunis menempatkan anda pada
ambang kematian, setelah menikmati segala kesengsaraan dan
penderitaan anda, di saat anda sekarat, dengan ramah ditawarkan buah
simalakama dan menjadi malaikat penyelamat anda. Puluhan tahun
berlalu, dan pejabat ini berkesempatan mempelajari Falun Gong di
Hongkong, sebuah qigong dan latihan kultivasi yang diperkenalkan di
Tiongkok. Dia menganggap latihan ini baik. Namun ketika penindasan
Falun Gong dimulai, kenangan lama yang menyakitkan datang lagi,

48
maka dia pun tidak berani lagi berkata bahwa Falun Gong baik.

Pengalaman dari Kaisar Puyi [20] mirip dengan pejabat tersebut. Di


penjara dalam tahanan PKT dan melihat orang lain dibunuh, dia pikir dia
juga akan segera mati. Agar tetap hidup, dia membiarkan dirinya dicuci
otak dan bekerjasama dengan sipir penjara. Kemudian dia menulis
otobiografi “Paro Pertama Kehidupan Saya”, yang digunakan oleh PKT
sebagai contoh dari pembentukan ideologi.

Menurut ilmu kedokteran modern, di bawah tekanan psikologis


berat dan terisolasi, banyak korban cenderung jatuh pada kondisi di mana
ia sangat tergantung pada pelaku siksaan, kondisi ini disebut Sindrom
Stockholm. Kondisi emosional si korban ditentukan oleh pelaku, sedikit
saja kebaikan diberikan, si korban akan membalas dengan rasa terima kasih
yang meluap-luap. Juga terjadi hal di mana si korban bahkan jatuh cinta
pada pelaku. Fenomena psikologis ini telah lama diketahui dan digunakan
dengan sukses oleh PKT untuk melawan musuh dan mengontrol pikiran
dari rakyat.

Partai Komunis yang Paling Jahat dan Paling Keji

Partai Komunis memanfaatkan dan membuang pemimpin-


pemimpinnya untuk menghindari reformasi

Tanpa pengecualian, sebagian besar Sekretaris Jendral pertama PKT


pernah disebut sebagai anti komunis. Jelas sekali bahwa PKT mempunyai
roh, sebuah organisme hidup yang mandiri. Menjadi pemimpin partai tidak
berarti dapat mengatur jalannya partai, sebaliknya partailah yang mengatur
nasib si pemimpin. Di propinsi Jiangxi, selama masa perang dengan KMT,
PKT melakukan operasi pembersihan internal, menghukum prajurit-
prajuritnya sendiri – merajam sampai mati dan tidak menggunakan peluru
karena penghematan. Di propinsi Shanxi ketika terjepit di antara Jepang
dan KMT, PKT memulai gerakan penataan Yan’an yang dikatakan sebagai
membersihkan massa, dan membunuh banyak orang. Pembunuhan massal
yang berulang kali dalam skala besar ini tidak menghentikan PKT dalam

49
mengembangkan kekuatannya ke seluruh Tiongkok. PKT mengimpor
metode pembunuhan ini dari Uni Soviet. PKT layaknya kanker ganas: dalam
perkembangannya yang cepat, akar kanker telah mati, namun ia telah
merambah semua organisme sehat di sekelilingnya dan mengembangkan
pengaruhnya. Organisme dan tubuh yang dirambah tertular menjadi kanker
ganas. Tidak masalah apakah pada awal bergabung orang itu baik atau
jahat, dia akan menjadi bagian dari kekuatannya yang merusak. Semakin
lugu orang itu, dia akan berubah semakin rusak. Tentu saja, matinya tubuh
yang tercemar oleh kanker adalah juga kematian kanker itu sendiri. Tetapi
begitulah perilaku kanker PKT.

Pendiri PKT, Chen Duxiu, adalah seorang intelektual dan pemimpin


dari gerakan 4 Mei. Dia menampilkan dirinya sebagai seorang yang tidak
suka kekerasan, dan memperingatkan anggota PKT jika mereka ingin
merubah KMT menjadi ideologi komunis atau terlalu ingin berkuasa, ini
pasti akan membuat hubungan menjadi genting. Sebagai seorang yang pal-
ing aktif dalam generasi 4 Mei, Chen juga seorang yang mempunyai toleransi.
Dialah yang pertama kali mendapat sebutan “oportunis sayap-kanan”.

Pemimpin PKT lainnya, Qu Qiubai, percaya bahwa anggota PKT


harus terlibat dalam pertempuran, pemberontakan organisasi, menjatuhkan
pemerintahan, dan menggunakan cara-cara ekstrim untuk mengembalikan
masyarakat Tiongkok kembali ke fungsi-fungsi normalnya. Tetapi sebelum
meninggal dia mengaku bahwa dia tidak ingin meninggal sebagai seorang
revolusioner, karena dia telah lama menanggalkannya. Dia menyalahkan
bahwa sejarah telah mempermainkan dan menempatkan dia yang intelektual
ke atas panggung politik revolusi dan membuatnya tetap di sana selama
bertahun-tahun. Pada akhirnya, dia berkata dia tidak dapat melepaskan
konsep-konsep baik yang ada dalam dirinya. “Saya tidak bisa menjadi
pejuang proletar”.

Menaati perintah Komintern, pemimpin PKT Wang Ming


mempersatukan partai dengan KMT adalah dalam rangka perang melawan
Jepang, bukan memperluas jangkauan PKT. Pada pertemuan PKT, Mao
Zedong dan Zhang Wentian tidak dapat membujuk teman seperjuangannya

50
ini dan juga tidak dapat mengungkapkan situasi yang sebenarnya:
mengandalkan kekuatan militer Tentara Merah yang terbatas, mereka sendiri
tidak akan dapat menahan tentara Jepang, menuruti emosi kala itu dengan
mengerahkan bala tentara untuk bertempur, maka sejarah Tiongkok tentu
akan berbeda. Mao Zedong dipaksa untuk diam di dalam pertemuan ini.
Kemudian Wang Ming disingkirkan, pertama disebut sebagai penyimpangan
“sayap kiri”, dan kemudian disebut sebagai seorang oportunis dari ideologi
sayap kanan.

Hu Yaobang, seorang Sekretaris partai lagi yang dipaksa


mengundurkan diri pada Januari 1987, padahal dia berjuang demi keadilan
korban-korban tidak bersalah yang telah dianggap sebagai kriminal pada
masa Revolusi Kebudayaan. Dia ingin menghidupkan kembali komunisme
di dalam hati rakyat. Tetapi pada akhirnya dia tetap digunakan sebagai
kambing hitam. Zhao Ziyang adalah Sekretaris [21] terkini yang disingkirkan,
dia ingin membantu PKT dalam reformasi selanjutnya, tetapi tindakannya
malah membawa konsekuensi yang mengerikan.

Lalu apakah yang telah dicapai oleh setiap pemimpin PKT?


Mereformasi PKT berarti adalah menentukan kematiannya, dengan cepat
kekuasaannya akan dibekukan oleh PKT. Ada keterbatasan untuk merubah
sistem PKT, dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri, hanya akan
terbentur pada satu taraf saja. Tidak ada reformasi yang sungguh-sungguh
yang dapat berhasil dijalankan terhadap PKT.

Jika para pemimpin partai semuanya telah menjadi “orang jahat”,


bagaimana PKT bisa mengembangkan revolusinya? Banyak contoh di mana
ketika PKT berada dalam kondisinya yang paling prima -juga paling jahat,
pejabat-pejabat tingginya dipecat dari jabatannya. Ini dikarenakan taraf
kejahatan mereka tidak memenuhi standar partai, yang selalu memilih yang
terjahat. Banyak pemimpin partai yang kehidupan politik mereka berakhir
dengan tragis, namun PKT terus bertahan. Pemimpin-pemimpin PKT yang
dapat bertahan di posisi mereka bukanlah mereka yang dapat
mempengaruhi Partai, tetapi mereka yang dapat memahami keinginan partai
dan mengikutinya. Mereka memperkuat kemampuan PKT untuk bertahan

51
selama masa krisis, dan menyerahkan diri mereka sepenuhnya kepada partai.
Pantas saja mereka dapat menentang langit, memerangi bumi, dan melawan
sesama umat manusia. Tetapi mereka tidak pernah bisa menentang partai.
Dalam organisasi PKT, terutama pada tingkat tinggi, ada hubungan saling
ketergantungan antara para pemimpin dan partai, mengejar kelangsungan
hidup mereka masing-masing secara bersamaan.

Tidak tahu malu adalah kualitas terpuji dalam PKT masa kini.
Menurut Partai, semua kesalahan yang dilakukan oleh pemimpin partai
adalah kesalahan pribadi mereka, misalnya Zhang Guotao atau Geng
Empat [22]. Mao Zedong dinilai oleh Partai mempunyai tiga bagian
kesalahan dan tujuh bagian keberhasilan, sementara Deng Xiaoping
menilai dirinya sendiri mempunyai empat bagian kesalahan dan enam
bagian keberhasilan, tetapi Partai sendiri tidak pernah salah. Bahkan
ketika partai bersalah, dikatakan ia dapat membetulkan dirinya sendiri.
Oleh karena itu, partai memerintahkan anggotanya untuk “melihat ke
depan” dan “jangan terikat dengan hal-hal masa lalu”. Banyak hal dapat
berubah: Surga Komunis dapat berubah rendah menjadi seperti tempat
penampungan dan dapur umum sosialis; Marx dapat digantikan dengan
“Tiga Wakil”; orang-orang tidak akan terkejut melihat negara menjadi
lebih demokratis, terbuka dan bebas untuk menganut kepercayaan,
mencampakkan Jiang Zemin dalam waktu semalam ataupun
“merehabilitasi” Falun Gong bukan lagi hal yang aneh. Tetapi suatu hal
tidak bisa berubah: yaitu target, eksistensi dan kekuasaan partai.
Mempertahan dominasi dan kekuasaan partai senantiasa tidak akan
berubah.

PKT telah mencampur-adukkan kekerasan, teror dan indoktrinasi


tekanan tinggi untuk membentuk dasar teorinya, yang mana kemudian
dijadikan sifat dan prinsip tertinggi Partai, dijadikan roh para pemimpinnya,
dan pada akhirnya seluruh fungsi mekanisme partai dan tindak tanduk
anggotanya berasimilasi dengan konsep ini. Partai Komunis adalah partai
yang terbuat dari besi dan kedisiplinannya sekeras baja. Tujuan dari semua
anggotanya harus disatukan, dan tindakan dari semua anggotanya harus
sepenuhnya sesuai dengan agenda politik Partai.

52
Penutup

Kekuatan sejarah apakah yang telah memilih Partai Komunis?


Mengapa memilih PKT dan tidak memilih kekuatan politik lainnya?
Seperti yang kita ketahui, di dunia ini terdapat dua kekuatan dan dua
pilihan. Yang satu adalah yang tua dan jahat, yang tujuannya adalah
melakukan kejahatan dan memilih hal negatif. Satunya lagi adalah yang
lurus dan baik, yang tujuannya melakukan kebaikan dan belas kasih.
PKT dipilih oleh kekuatan lama. Alasan dari pemilihan ini adalah karena
PKT telah mengumpulkan semua kejahatan di dunia, Tiongkok maupun
asing, masa lampau ataupun sekarang. Ia mewakili kekuatan jahat. Pada
kelahirannya, PKT menggunakan bakat dasar manusia yang bersifat
polos dan belas kasih untuk berbuat curang, dan kini selangkah demi
selangkah dia telah menang dalam mendapatkan kapasitas untuk
menghancurkan.

Apa yang dimaksud oleh PKT dalam pernyataannya bahwa tidak


ada Tiongkok Baru tanpa Partai Komunis? Sejak berdiri pada tahun 1921
sampai pada awal kekuasaan politiknya tahun 1949, bukti dengan jelas
menunjukkan bahwa tanpa penipuan dan kekerasan, PKT tidak akan bisa
berkuasa. PKT berbeda dari berbagai macam organisasi lainnya, ia mengikuti
ideologi miring dari Marxisme-Leninisme dan berbuat sesuka hatinya. Ia
menjelaskan semua perbuatannya dengan teori tinggi dan dengan cerdik
menghubung-hubungkannya dengan bagian tertentu dari massa, sehingga
tindakannya “dibenarkan”. Setiap hari menyiarkan propaganda, menutupi
strateginya dengan berbagai prinsip dan teori dan menyetujuinya sendiri
dengan sebutan pasti benar.

Perkembangan dari PKT adalah sebuah proses yang mengakumulasi


kejahatan. Sejarah PKT mengungkapkan pada kita akan ke-ilegal-annya.
Orang Tiongkok tidak memilih PKT, tetapi PKT memaksakan komunisme,
hantu jahat asing ini, terhadap rakyat Tiongkok dengan cara menjalankan
perangai-perangai jahat yang diwariskan oleh Partai Komunis – jahat/ busuk,
menipu, menghasut, melepaskan bajingan, memata-matai, merampok,
berkelahi, memusnahkan, dan mengontrol.

53
Catatan:

[1] Dari Lagu Kebangsaan Komunis “Internasionale”


[2] Dari laporan milik Mao “Laporan Penyelidikan Gerakan Petani di
Hunan” (1927)
[3] Kaum proletar, secara kasar diterjemahkan sebagai pekerja kasar.
Istilah ini mengidentifikasikan kelompok yang terbuang, bagian yang
rendah atau bawah tanah yang membentuk kelompok populasi
bagian tengah dari industrialis. Termasuk pengemis, pelacur, pre-
man, pemeras uang, penipu, penjahat kecil, gelandangan, tuna karya,
orang-orang yang telah disingkirkan dari industri, dan semua
kelompok yang terbuang, direndahkan dan dihina. Istilah ini dibuat
oleh Marx dalam Perjuangan Kelompok di Perancis, 1848-1850.
[4] Mao (1927)
[5] Zhou Enlai (5 Maret 1898 – 8 Januari 1976), orang penting kedua
setelah Mao dalam sejarah PKT. Dia adalah sosok pemimpin PKT
dan Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok dari 1949 sampai
kematiannya.
[6] Gu Shunzhang adalah salah satu dari pimpinan sistem agen rahasia
PKT yang pertama. Pada 1931 dia ditangkap oleh KMT dan
membantu mereka dalam menyingkap tempat sembunyi PKT.
Kedelapan orang anggota keluarga Gu kemudian dicekik sampai
mati dan dikuburkan di Area Konsesi Perancis di Shanghai. Baca
“Sejarah Pembunuhan PKT” untuk informasi yang berhubungan
dengan ini.
[7] Perang antara PKT dan KMT pada Juni 1946. Perang ditandai
dengan 3 kampanye : Liaoxi-Shenyang, Huai-Hai dan Beiping-Tianjin,
setelah itu PKT menjatuhkan kekuasaan KMT, dan menyebabkan
berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949.
[8] Chiang Kai-shek adalah pemimpin dari KMT, dan kemudian
dikucilkan dan menjadi pemimpin Taiwan.
[9] Hu Zongnan (1896-1962), seorang yang berasal dari Kabupaten
Xiaofeng (sekarang bagian dari Kabupaten Anji), Propinsi Zhejiang.
Dia adalah wakil komandan, asisten komandan dan kepala staff
dari Pusat Militer dan Administratif Baratdaya dari KMT.

54
[10] Ketika PKT memulai reformasi darat, ia mengelompokkan orang.
Diantaranya kelompok orang yang dianggap sebagai musuhnya
adalah intelektual, pemilik tanah, kritikus, mata-mata, dll, dan
diposisikan nomor 9.
[11] Dari sebuah puisi oleh Sima Qian, seorang sejarahwan dan sarjana
pada Dinasti Han Barat. Karya puisinya yang terkenal berbunyi,
“Semua orang pasti mati; seseorang mati dengan tenang bagaikan
gunung Tai atau ringan bagaikan bulu.” Gunung Tai adalah salah
satu dari pegunungan utama di Tiongkok.
[12] Ekspedisi Utara adalah sebuah kampanye militer dari Chiang Kai-
shek pada 1927 yang bertujuan untuk menyatukan Tiongkok dibawah
kekuasaan KMT, dan menghentikan kekuasaan dari panglima perang.
Tujuan ini sebenarnya tercapai. Selama Ekspedisi Utara, PKT
bergabung dengan KMT.
[13] Gerakan revolusi selama gabungan PKT-KMT, ditandai oleh
Ekspedisi Utara.
[14] Sun Yat-sen, pendiri Tiongkok modern.
[15] Tentara Revolusi Nasional yang dikendalikan oleh KMT, dulunya
adalah tentara nasional dari Republik Tiongkok. Selama periode
penggabungan PKT-KMT, didalamnya juga ada anggota PKT.
[16] Pada tanggal 12 April 1927, KMT yang dipimpin oleh Chiang Kai-
shek melakukan operasi militer melawan PKT di Shanghai dan
beberapa kota lainnya. Kira-kira 5.000 sampai 6.000 anggota PKT
ditangkap dan banyak yang terbunuh di Shanghai antara 12 April
1927 sampai dengan akhir tahun itu.
[17] Lin Biao (1907-1971), salah satu dari pemimpin senior PKT, bekerja
dibawah Mao Zedong sebagai anggota dari Politbiro Tiongkok,
sebagai Wakil Ketua (1958) dan Menteri Pertahanan (1959). Lin
dianggap sebagai dalang dari Revolusi Besar Kebudayaan. Lin
dicalonkan sebagai pengganti Mao pada 1966, tetapi tidak disukai
banyak pihak pada 1970. Karena merasa akan jatuh, Lin
merencanakan untuk kudeta dan ketika rencana ini terbongkar, dia
merencanakan untuk melarikan diri ke Uni Soviet. Ketika dalam
pelarian, pesawatnya jatuh di daerah Mongolia, yang menyebabkan
kematiannya.

55
[18] Qu Qiubai (1899-1935) adalah salah satu pemimpin PKT pertama
dan penulis sayap kiri yang terkenal. Dia ditangkap oleh KMT pada
23 Februari 1935 dan meninggal pada 18 Juni 1935.
[19] “Tiga Wakil” pada awalnya disebutkan dalam pidato Jiang Zemin
pada bulan Februari 2000. Menurut doktrin ini partai harus selalu
mewakili; arah perkembangan dari kekuatan produksi Tiongkok
yang maju, orientasi dari kebudayaan Tiongkok yang maju, dan minat
fundamental dari mayoritas rakyat Tiongkok.
[20] Pu-yi, nama Manchurianya adalah Aisin Gioro (1906 – 1967), kaisar
terakhir Tiongkok (1908 – 1912), memerintah dengan nama Hsuan
T’ung. Setelah turun tahta, pemerintahan republik yang baru
memberikan uang pensiun pemerintah dalam jumlah yang besar,
dan mengijinkannya untuk tetap tinggal di Kota Terlarang - Beijing
sampai tahun 1924. Setelah 1925, dia tinggal di daerah konsesi Jepang
di Tianjin. Pada 1934, dengan nama K’ang Te dia memerintah sebagai
kaisar di daerah pendudukan Jepang: Manchukuo atau Manchuria.
Dia ditangkap oleh Rusia pada 1945 dan dipenjara. Pada 1946, Pu
Yi bersaksi pada sebuah pengadilan kejahatan perang Tokyo bahwa
dia telah dipaksa untuk menjadi alat militer Jepang, dan bukanlah
atas keinginannya sendiri sebagai seorang Manchuria. Pada 1950 dia
diserahkan kepada Komunis Tiongkok dan dipenjarakan di Shenyang
sampai tahun 1959, ketika Mao Zedong memberikan pengampunan
padanya.
[21] Sekretaris Jendral yang terakhir dari sepuluh Sekretaris Jendral PKT
yang dipecat karena tidak setuju dengan penggunaan kekerasan
terhadap demonstrasi siswa di Lapangan Tiananmen pada tahun
1989.
[22] “Geng Empat” didirikan oleh istri Mao Zedong; Jiang Qing (1913-
1991), pejabat Departmen Propaganda Shanghai Zhang Chunqiao
(1917-1991), kritikus literatur Yao Wenyuan (1931), dan penjaga
keamanan Shanghai Wang Hongwen (1935-1992). Mereka menjadi
kuat selama masa Revolusi Besar Kebudayaan (1966-1976), dan
mendominasi politik Tiongkok selama masa awal tahun 1970an.

56
[Komentar 3]

Membahas Kekuasaan Tirani


Partai Komunis Tiongkok
[Komentar 3]
Membahas Kekuasaan Tirani
Partai Komunis Tiongkok

Saat membicarakan tentang tirani, orang Tiongkok akan selalu


menghubungkannya dengan Qin Shi Huang (259-210 Sebelum Masehi),
Kaisar pertama dari Dinasti Qin, yang memerintah dengan tangan besi,
membakar buku-buku filsafat dan mengubur hidup-hidup murid-murid
Konghucu. Kebijakan yang dikeluarkan Qin Shi Huang yaitu “mendukung
pemerintah-annya dengan seluruh sumber daya yang ada di bawah langit”
[1] diberlakukan sangat keras pada rakyatnya. Kebijakan ini mempunyai
empat aspek utama yaitu membebankan pajak tinggi, memeras tenaga rakyat
untuk proyek yang mengagungkan dirinya, memberlakukan hukuman yang
kejam, dan menguasai pikiran rakyat dengan memblokade segala bentuk
kebebasan berpikir dan berekspresi, membakar buku-buku dan bahkan
mengubur hidup-hidup para intelektual. Di saat pemerintahan Qin Shi
Huang, Tiongkok memiliki populasi sebesar 10 juta jiwa, kurang lebih 2
juta darinya dikirim dalam kerja paksa atau 1/3 dari jumlah penduduk usia
dewasa. Qin Shi Huang juga memberlakukan hukumnya kepada kalangan
intelektual, melarang kebebasan berpikir dalam skala besar. Selama masa
pemerintahannya, ribuan murid Konghucu dan pejabat yang mengritik
pemerintahannya mati dibunuh.

Dibandingkan dengan kekejaman tirani Dinasti Qin, kekerasan dan


kekejaman yang dilakukan Partai Komunis Tiongkok (PKT) bahkan melebihi
beberapa kali lipat. Seperti diketahui umum, filosofi PKT menganut filosofi
kontradiksi. Kekuasaan Komunis dibangun dari serangkaian “konflik antar
tingkat”, “konflik dalam jalur politik”, “konflik antar intelektual” terhadap
berbagai kalangan dalam dan luar partai. Mao Zedong sendiri pernah
berterus terang, “Apa yang Qin Shi Huang perbuat bukanlah sesuatu yang
besar. Dia telah mengubur hidup-hidup 460 intelektual, sedangkan kita
telah mengubur 46,000 intelektual. Orang memaki kita diktator, adalah

58
Qin Shi Huang, kita mengakuinya karena itu sebuah kenyataan. Sayangnya,
yang kalian ceritakan masih tidak cukup, jadi perlu kami tambahkan.” (2)

Mari kita melihat kesengsaraan yang dialami Tiongkok selama 55


tahun di bawah kekuasaan PKT, bagaimana setelah PKT merebut kekuasaan,
bagaimana mereka menggunakan instansi pemerintah berdasarkan teori
konflik antar kelas sosial untuk menjalankan pemusnahan kelas sosial, dan
memerintah dengan teror yang merupakan manifestasi dari filosofi revolusi
dengan kekerasan. “Membunuh orang” dan “menumpas hati” digunakan
untuk menindas segala kepercayaan di luar Partai Komunis. Setelah itu
membuat satu gerakan yang menggambarkan Partai Komunis sebagai
Kesempurnaan dan Tuhan. Berdasarkan filosofi kontradiksi antar kelas dan
revolusi kekerasan, Partai Komunis berusaha menghapus orang-orang yang
tidak sepaham dan menentang persamaan kelas sosial, menggunakan
kekerasan dan taktik untuk memaksa seluruh rakyat Tiongkok menjadi
abdi yang patuh terhadap peraturan tirani.

I. Landreform – Penghapusan Kelas Tuan Tanah

Saat baru tiga bulan berkuasa, Partai Komunis langsung mengadakan


landreform secara menyeluruh, dengan slogan “Tanah untuk penggarap” telah
membangkitkan sisi keserakahan para petani yang tidak memiliki sawah,
mendorong mereka untuk merampas dengan kekerasan dan tanpa
mempertimbangkan dampak moral yang diakibatkan oleh tindakan mereka,
bahkan juga telah menghasut para petani yang tidak mempunyai lahan untuk
menyerang para petani yang memiliki lahan pertanian. Kampanye ini telah
menghapuskan secara tegas kelas tuan tanah, dimulai dari pengelompokan
populasi penduduk pedesaan ke dalam perbedaan kategori sosial. Lebih
dari 20 juta penduduk desa di seluruh Tiongkok dikategorikan sebagai
“tuan tanah, petani kaya, kaum pembangkang atau elemen buruk”, telah
menjadi kelas terendah dalam masyarakat Tiongkok. Orang-orang buangan
ini mengalami diskriminasi, penghinaan dan kehilangan hak-hak sipil mereka.
Seiring dengan meluasnya program landreform ini sampai ke daerah
terpencil dan ke pedesaan suku minoritas, organisasi Partai Komunis juga
menyebar dengan pesat. Komite Partai beserta cabangnya tersebar di seluruh

59
pelosok Tiongkok dan didirikan di tingkat pedesaan dan kota praja. Cabang-
cabang lokal adalah perpanjangan mulut dari instruksi-instruksi Komite
Pusat PKT dan juga sebagai garis depan pertentangan antar kelas, menghasut
petani untuk melawan tuan tanah. Hampir 100.000 orang tuan tanah tewas
selama gerakan ini. Di beberapa daerah tertentu, PKT dan petani membunuh
tuan tanah beserta seluruh keluarganya, tanpa memperdulikan gender atau
usia, sebagai jalan untuk memusnahkan secara total kelas tuan tanah.

Pada masa itu, PKT mulai mengeluarkan propaganda pertamanya,


yang mendeklarasikan “Pemimpin Mao adalah penolong rakyat” dan
“Hanya PKT yang bisa menyelamatkan Tiongkok.” Selama masa reformasi
ini, para petani yang tidak mempunyai lahan mendapatkan apa yang mereka
inginkan dengan sedikit usaha. Para petani miskin memuji PKT yang telah
merubah hidup mereka dan menerima propaganda PKT; begitulah cara
mereka mengambil hati rakyat.

Bagi para pemilik baru lahan pertanian, hari-hari keberuntungan


“Tanah untuk penggarap” tidak bertahan lama. Dalam jangka dua tahun,
PKT mulai mengadakan serentetan gerakan yang dipaksakan di kalangan
petani seperti membentuk kelompok-kelompok kolektif, komunitas tingkat
dasar, komunitas tingkat tinggi, dan perkumpulan rakyat. Dengan
menggunakan kritikan “wanita berkaki kecil” - ditujukan kepada siapa yang
lamban langkahnya - PKT mulai menyetir dan menekan, tahun berganti
tahun, para petani dihancurkan ke dalam sistem sosialis. Menggunakan satu
wadah bagi pembelian dan penjualan beras, kapas dan minyak goreng di
seluruh negeri, hasil-hasil pertanian utama dilarang masuk ke pasar
perdagangan. Sebagai tambahan, PKT mendirikan sebuah tempat sistem
registrasi, tidak mengijinkan para petani pergi ke kota untuk tinggal atau
bekerja. Orang yang mempunyai kartu penduduk desa tidak diperbolehkan
membeli beras di toko beras negara, dan anak-anak mereka dilarang
menerima pendidikan di kota. Anak petani hanya diperbolehkan menjadi
petani, merubah 360 juta penduduk desa menjadi warga negara kelas dua
di awal tahun 1950-an.

Permulaan tahun 1978, dicanangkan periode “biarkan sebagian or-

60
ang mulai hidup makmur”, tetapi hanya pada lima tahun pertama setelah
berpindah dari sistem kolektivisme ke sistem rumah tangga kontrak,
pendapatan petani mengalami sedikit kenaikan dan status sosial mereka
sedikit lebih baik. Namun, keuntungan kecil ini segera hilang bersamaan
maraknya korupsi oleh aparat pedesaan dan akibat dari ketidakseimbangan
antar komoditi hasil pertanian dan industri. Sebagai hasilnya, 900 juta petani
saat ini sekali lagi terpuruk dalam kemiskinan yang memprihatinkan di saat
seluruh penduduk Tiongkok memperoleh peningkatan standar hidup yang
lebih baik melalui pembaruan ekonomi nasional. Ketimpangan penghasilan
antara penduduk kota dengan desa meningkat drastis dan terus melebar.
Tuan-tuan tanah baru dan petani kaya bermunculan untuk menggantikan
mereka yang telah dimusnahkan oleh propaganda landreform. Menurut
data yang diberikan kantor berita Xinhua, alat propaganda pemerintah,
mengindikasikan bahwa sejak tahun 1997, “Pendapatan petani di daerah
produksi beras utama dan banyak rumah tangga di pedesaan tetap dan
bahkan di beberapa tempat mengalami penurunan.” Perbandingan rasio
pendapatan penduduk kota dengan desa mengalami kenaikan dari 1.8
dibanding 1 di pertengahan 1980 an menjadi 3.1 dibanding 1 pada saat
sekarang ini.

II. Pembaharuan dalam Bidang Industri dan Perdagangan –


Menghapus Kelas Kapitalis

Kelas kapitalis yaitu kelompok orang yang menguasai modal yang


berada di kota-kota besar dan kecil, juga tidak luput menghadapi kehancuran
selama pemerintahan PKT. Ketika mereformasi industri dan perdagangan,
PKT mengatakan bahwa kelas kapitalis dan kelas pekerja pada dasarnya
tidak sama; yang satu adalah kelas pemeras, satunya lagi adalah kelas non-
pemeras atau buruh. Berdasarkan logika ini, kelas kapitalis memang
dilahirkan untuk memeras dan tidak akan bisa berhenti sampai mereka
dibinasakan; hanya bisa dibinasakan, tidak bisa direformasi. Atas dasar
pemahaman ini, PKT menggunakan cara membunuh dan mencuci otak
untuk mengubah kaum kapitalis dan pedagang. Kaum kapitalis akan mujur
jika mereka sejalan dengan pemerintah, tetapi akan binasa jika mereka
menolaknya. Jika kamu menyerahkan semua aset kepada negara dan

61
mendukung PKT, maka akan dianggap sebagai masalah kecil dalam
masyarakat. Akan tetapi jika sebaliknya, kamu tidak setuju atau tidak terima
dengan kebijakan PKT, kamu akan dianggap sebagai pemberontak dan
menjadi target kediktatoran PKT.

Teror yang dilakukan pemerintah selama reformasi ini, membuat


kaum kapitalis dan pedagang menyerahkan seluruh asetnya. Banyak di antara
mereka tidak tahan menghadapi kenyataan ini dan melakukan bunuh diri.
Chen Yi, walikota Shanghai saat itu, selalu bertanya setiap hari, “Berapa
banyak pasukan terjun payung yang kita dapatkan hari ini?” yang berkaitan
dengan jumlah kaum kapitalis yang melakukan bunuh diri dengan melompat
dari atap gedung setiap harinya. Hal ini menunjukkan bagaimana PKT
dengan cepat memusnahkan kepemilikan swasta di Tiongkok.

Pada saat melancarkan program landreform dan pembaruan


perdagangan, PKT menggerakkan banyak massa untuk melakukan
penganiayaan terhadap rakyat Tiongkok. Gerakan ini termasuk: penindasan
terhadap “anti revolusi”, memasang papan-papan kampanye ideologi
komunis, pembersihan kelompok anti PKT yang dipimpin oleh Gao Gang
dan Rao Shushi serta menyelidiki kelompok anti revolusi Hu Feng. [3] Dari
tahun 1951 sampai tahun 1952, PKT mulai melakukan gerakan yang dinamai
“Kampanye Tiga Anti” dan “Kampanye Lima Anti” dengan menyatakan
penghapusan korupsi, membuang birokrasi dalam partai, pemerintahan,
tentara dan organisasi massa. Bagaimanapun juga yang terjadi sesungguhnya
adalah PKT menggunakan gerakan ini untuk menganiaya secara kejam
kepada sejumlah besar rakyat yang tidak berdosa.

Dengan memiliki kontrol penuh terhadap sumber-sumber


pemerintahan, PKT menggunakan mereka secara maksimal sebagai
penghubung Komite Partai, cabang-cabang dan sub-sub cabang di setiap
gerakan politik. Berawal dari tiga anggota partai yang membentuk sebuah
perjuangan kecil merembet ke seluruh tetangga dan pedesaan. Kekuatan
perjuangan ini ada di mana-mana, tidak melewatkan sebutir batu pun untuk
tidak menggelinding. Jaringan kontrol yang berurat akar ini merupakan
warisan dari perjuangan PKT melawan Jepang dan Kuomintang (Partai

62
Nasionalis, KMT), yang dari dulu telah memainkan peranannya sebagai
kunci utama dalam melakukan gerakan-gerakan politik, juga di kemudian
hari, termasuk penganiayaan yang terjadi di masyarakat saat ini.

III. Mengambil Tindakan yang Keras Terhadap Kelompok-


kelompok Terkenal dan Menindas Agama

Kekejaman lain yang dilakukan oleh PKT yaitu memberikan tekanan


keji terhadap kelompok agama (aliran kepercayaan) dan melarang
sepenuhnya kelompok-kelompok non pemerintah semenjak berdirinya
Republik Rakyat Tiongkok. Pada tahun 1950, PKT memerintahkan setiap
pemerintah daerah untuk melarang semua aliran kepercayaan yang tidak
diakui dan organisasi-organisasi yang dianggap ilegal. Dikatakan bahwa
kelompok-kelompok “feodal” bawah tanah merupakan alat perpanjangan
tangan dari tuan tanah, petani kaya, kaum pembangkang dan agen khusus
KMT, merupakan musuh besar PKT. Dalam melancarkan aksinya,
pemerintah menggerakkan kelompok yang mereka percayai untuk
mengindentifikasi dan menganiaya anggota kelompok religius. Pemerintah
di berbagai tingkat secara langsung terlibat membubarkan “kelompok-
kelompok takhayul” seperti komunitas Kristen, Katholik, Tao (khusus aliran
Kwan Tao) dan Buddha. Mereka menyuruh semua anggota gereja, kuil
dan kelompok religius mendaftarkan diri ke agen-agen pemerintah dan
mengaku salah atas aktivitas tidak resmi mereka. Jika tidak maka akan
mendapat hukuman yang kejam. Pada tahun 1951, pemerintah secara resmi
mengumumkan peraturan ancaman yang mengatakan barang siapa yang
melanjutkan aktivitas-aktivitas dalam kelompok yang tidak diakui
pemerintah akan menghadapi penjara seumur hidup atau hukuman mati.

Gerakan ini telah menganiaya sejumlah besar rakyat biasa yang


percaya dan taat kepada Tuhan. Berdasarkan data yang kurang lengkap,
tahun 1950 PKT telah menganiaya, termasuk menghukum mati sedikitnya
tiga juta penganut kepercayaan dan kelompok-kelompok yang dianggap
ilegal, satu juta di antaranya adalah orang Kristen. PKT juga melakukan
pemeriksaan di hampir setiap rumah tangga seluruh negeri dan
menginterograsi anggotanya, bahkan patung Dewa Dapur yang disembah

63
oleh petani tradisional Tiongkok pun dihancurkan. Eksekusi ini menguatkan
pesan yang disampaikan PKT yaitu ideologi komunis sebagai satu-satunya
ideologi dan kepercayaan yang diakui. Konsep semangat “patriotisme”
(cinta negara) segera dimunculkan. Konstitusi negara hanya melindungi
penganut patriotisme. Sebenarnya tak perduli rakyat percaya agama apa,
patokannya hanya ada satu: harus patuh pada pengaturan pemerintah dan
mengakui bahwa PKT di atas segala agama dan kepercayaan. Jika anda
seorang Kristiani, maka PKT adalah tuhannya Tuhan agama Kristen. Jika
anda seorang Budhis, PKT adalah Master Buddha-nya Master Buddha.
Sampai di kalangan muslim pun, PKT adalah Allah-nya Allah. Bicara tentang
Buddha Hidup (Living Buddha) di agama Buddha Tibet, PKT yang akan
menentukan orangnya. Garis dasarnya ialah PKT tidak akan membuat anda
mempunyai pilihan, selain berkata dan mengerjakan apa yang PKT suruh
katakan dan kerjakan. Para pengikut harus mendasarkan kepercayaan
terhadap diri sendiri menjalankan perintah partai, jika tidak demikian, akan
menjadi sasaran penghancuran.

Sejumlah 20.000 umat Kristiani telah melakukan penyelidikan di antara


560.000 umat yang berada di rumah-rumah ibadah di 207 kota dan di 22
propinsi. Hasilnya ditemukan bahwa di antara 130.000 jemaat gereja berada
dalam pengawasan negara. Pada tahun 1957, PKT telah membunuh lebih
dari 11.000 penganut agama, dan yang mengalami penangkapan serta
pemerasan uang lebih banyak lagi. Dengan membinasakan kelas tuan tanah,
kelas kapitalis, menyiksa sejumlah besar pemuja Tuhan dan mentaatkan
rakyat terhadap hukum, telah membersihkan jalan bagi Komunisme menjadi
satu-satunya penguasa yang meliputi seluruh wilayah di Tiongkok.

IV. Anti Sayap Kanan – Pencucian Otak Nasional

Pada tahun 1956, sekelompok intelektual Hongaria membentuk


Lingkaran Petofi (Petofi Circle) sebagai kritikan terhadap pemerintahan
Hongaria dan mereka aktif berpartisipasi di berbagai forum dan perdebatan.
Kelompok ini mencetuskan gerakan revolusi nasional Hongaria, yang
akhirnya berhasil ditumpas oleh tentara Soviet. Mao Zedong segera
mengambil pelajaran dari peristiwa ini. Pada tahun 1957, Mao mengajak

64
para intelektual Tiongkok dan kelompok non komunis untuk “Membantu
PKT membenahi kinerja yang tidak baik.” Gerakan ini terkenal dengan
slogan “Gerakan Ratusan Bunga” yang merupakan kependekan dari slo-
gan “Biarkan seratus bunga bermekaran dan seratus aliran bersaing suara.”
Tujuannya adalah membujuk “elemen-elemen anti komunis dalam
masyarakat.” Dalam suratnya kepada pemimpin-pemimpin Partai Daerah
pada tahun 1957, Mao Zedong mengutarakan maksudnya “membujuk
ular keluar dari liangnya” dengan memberikan mereka kebebasan
mengungkapkan pandangannya untuk membantu Partai Komunis
memperbaiki diri.

Slogan-slogan yang ada saat itu sangat mendorong masyarakat untuk


berbicara terbuka dan berjanji tidak akan ada pembalasan dendam – Partai
Komunis “ tidak akan memotong kuncir rambut, tidak akan memukul
dengan tongkat, tidak akan memberikan cap predikat negatif dan tidak
akan pernah membuat perhitungan setelahnya.”[4] Namun pada akhirnya
PKT melancarkan gerakan “Anti Sayap Kanan”, menyatakan 540,000 or-
ang yang berani berbicara terbuka sebagai “sayap kanan.” Di antaranya
270.000 orang kehilangan jabatan di pemerintahan dan 230.000 digolongkan
sebagai “sayap kanan tengah” atau “elemen anti sosialis.” Taktik yang
digunakan Mao Zedong untuk memperdaya orang ada empat cara : (1)
membujuk ular keluar dari liangnya ( mengelabui mereka yang beda
pendapat untuk berbicara), (2) mengumpulkan kesalahan, serangan
mendadak, satu kata menentukan Bumi Langit (menghukum orang tanpa
prosedur yang sah), (3) Di depan umum berkata menyelamatkan orang,
padahal sebenarnya menyerang orang tanpa ampun, (4) memaksa orang
mengritik diri sendiri, hingga terperangkap.

Lalu “kata-kata reaksioner” apa yang menyebabkan begitu banyak


sayap kanan dan anti komunis menjadi orang buangan selama 30 tahun di
daerah-daerah pinggiran yang miskin? Sejak semula, ada tiga teori pokok
anti revolusi yang menjadi sasaran serangan, secara umum dan intensif,
dibuat berdasarkan pidato dari Luo Longji, Zhang Bojun dan Chu Anping.

Dilihat secara cermat tujuan dan saran-saran mereka sebenarnya

65
adalah harapan yang cukup ramah. Luo menyarankan agar membentuk
komisi gabungan antara PKT dengan berbagai partai “demokrasi” untuk
melakukan pemeriksaan terhadap penyimpangan dalam “Kampanye Tiga
Anti” dan “Kampanye Lima Anti”, serta gerakan untuk membasmi
pemberontakan. Dewan Negara seringkali menyerahkan laporan kepada
Komite Konsultasi Politik dan Anggota Kongres untuk memeriksa dan
memberikan komentarnya, sedangkan Zhang sendiri menyarankan Komite
Konsultasi Politik dan anggota Kongres harus diikut sertakan dalam
membuat keputusan.

Sedangkan pendapat Chu yaitu seseorang yang bukan anggota PKT


akan tetapi mempunyai ide-ide cemerlang, menjunjung tinggi martabat dan
mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, tidak perlu mendaftar menjadi
anggota PKT untuk mengepalai setiap unit kerja, besar atau kecil, atau
bahkan kelompok-kelompok yang berada di bawah unit kerja. Juga tidak
perlu segala sesuatunya, baik mayor atau minor harus dikerjakan sesuai
saran anggota PKT. Ketiga pendapat tersebut menggambarkan kesediaan
mereka untuk mengikuti PKT dan tidak satu pun pendapat mereka
melampaui garis batas, seperti perkataan seorang penulis dan kritikus terkenal
Lu Xun (1881-1936), “Tuanku, jubah anda telah kotor. Mohon dilepas dan
hamba akan mencucinya untuk Tuan.” Seperti halnya Lu Xun, perkataan
mereka sepenuhnya menggambarkan kepatuhan, ketundukan dan
penghormatan.

Tidak satu pun pendapat “sayap kanan” mengatakan PKT harus


digulingkan, semua yang mereka sarankan adalah kritik yang membangun.
Namun dengan arena pendapat-pendapat inilah, maka puluhan ribu
masyarakat kehilangan kebebasannya. Selanjutnya ada beberapa gerakan
tambahan yang dibuat oleh PKT seperti “menceritakan rahasia pribadi
kepada PKT”, menggali keluar garis keras, gerakan “Tiga Anti Baru”,
mengirim para intelektual ke pedalaman untuk kerja paksa, dan menangkap
sayap kanan yang lolos di putaran pertama. Siapa pun yang tidak sepaham
dengan pemimpin di tempat kerja akan diberi cap sebagai anti PKT . Mereka
seringkali menjadi sasaran kritik bulan-bulanan PKT atau mengirim mereka
ke kamp kerja paksa untuk mendidik ulang. Kadang kala partai

66
memindahkan seluruh keluarga mereka ke daerah pedesaan, atau melarang
anak-anak mereka sekolah di universitas atau bergabung dengan angkatan
bersenjata. Mereka tidak boleh melamar pekerjaan di daerah mereka tinggal.
Seluruh keluarga akan kehilangan jaminan pekerjaan dan tunjangan kesehatan.
Mereka telah dimasukkan kedalam barisan petani dan menjadi orang
buangan di antara warga negara kelas dua.

Setelah penganiayaan terhadap para intelektual, beberapa pelajar


mempunyai dua kepribadian seperti menjadi rumput di atas tembok,
bergerak mengikuti angin. Mereka mengikuti “Matahari Merah” dan menjadi
“intelektual-intelektual kontrakan”, mengerjakan atau mengatakan apa pun
yang diminta PKT. Beberapa di antaranya membuat jarak dari hal-hal yang
politis. Intelektual-intelektual Tiongkok yang mempunyai rasa tanggung
jawab terhadap negara, menjadi diam tak bersuara.

V. Lompatan Jauh ke Depan – Menciptakan Kepalsuan untuk


Menguji Kesetiaan

Setelah melancarkan Gerakan Anti Sayap Kanan, Tiongkok mulai


takut pada fakta yang sesungguhnya. Setiap orang dilibatkan untuk
mendengarkan kebohongan, menceritakan kebohongan, membuat cerita
palsu, menghindari dan menutupi kebenaran dengan kebohongan dan ru-
mor. Lompatan Jauh ke Depan adalah sebuah contoh menceritakan
kebohongan skala nasional. Seluruh masyarakat berada dalam arahan setan
jahat PKT, telah melakukan banyak hal yang tidak masuk akal. Di antara
yang berbohong dan yang dibohongi saling mengkhianati. Dalam
kebohongan dan kebodohan ini, PKT dengan paksa menanamkan sifat
kejamnya dan energi jahat ke dalam pikiran para intelektual. Pada saat itu,
banyak orang menyanyikan lagu yang mempropagandakan Lompatan Jauh
ke Depan, “Saya adalah Raja Langit, saya adalah Raja Naga, saya dapat
memindahkan gunung dan sungai, saya telah datang.” Kebijakan seperti
“menaikkan produksi beras melampaui 75.000 kg per hektar”,
“melipatgandakan produksi baja”, dan “melampaui Inggris 10 tahun dan
Amerika 15 tahun” digembar-gemborkan setiap tahunnya. Hingga bencana
kelaparan besar melanda Tiongkok, yang mati kelaparan berserakan di

67
mana-mana, rakyat hidup dalam kesusahan hebat.

Selama pertemuan Lushan pada tahun 1959, seluruh peserta merasa


pendapat Jendral Peng Dehuai [5] adalah benar dan Lompatan Jauh ke
Depan yang diprakarsai Mao Zedong adalah tidak masuk akal. Namun
bagaimanapun juga tidak ada seorang pun berani berbicara. Keputusan
untuk mendukung rencana Mao atau tidak, membuat garis bawah antara
menjadi seorang yang setia atau pengkhianat, dengan kata lain, garis antara
hidup dan mati. Dalam sejarah kuno, saat Zhao Gao [6] mengatakan seekor
rusa besar adalah kuda, sebenarnya dia tahu perbedaan rusa dan kuda, dia
bermaksud untuk menguji dan mengendalikan opini publik. Hasil dari
pertemuan Lushan adalah Peng Dehuai dipaksa menandatangani sebuah
pernyataan bersalah dan mengundurkan diri dari pemerintahan pusat. Sama
halnya saat tahun-tahun terakhir Revolusi Kebudayaan, Deng Xiaoping
dipaksa untuk memberikan jaminan bahwa dia tidak akan menyerang atau
pun melawan keputusan pemerintah untuk meng geser dia dari
kedudukannya.

Biasanya orang mengambil pelajaran dari pengalaman masa lalu.


Namun PKT mensensor media, tidak mengijinkan orang untuk mengambil
pelajaran dari kesalahan-kesalahan pemerintah Tiongkok. Hal ini
mempengaruhi cara berpikir rakyat, menghilangkan kemampuannya untuk
berpikir kritis. Selama pergerakan masa lalu, setiap generasi hanya mengetahui
pokok pikiran partai dan sama sekali tidak mengetahui pemikiran para
oposan. Sebagai hasilnya, banyak gerakan baru yang dihasilkan dengan
berdasarkan pengetahuan sejarah masa lalu yang amat terbatas. PKT sampai
saat ini mengandalkan badan sensor untuk tetap membodohi masyarakat
agar tetap membawa paham kekerasan.

VI. Revolusi Kebudayaan – Memutarbalikkan Dunia

Tak seorang pun dapat membahas tentang setan jahat PKT tanpa
menyebut Revolusi Kebudayaan. Pada tahun 1966, sebuah gelombang
baru kekerasan terjadi di Tiongkok, teror Pengawal Merah meliputi setiap
sudut negara. Penulis Qin Mu menggambarkan Revolusi Kebudayaan

68
sebagai : “Benar-benar sebuah musibah yang tiada taranya. Berapa juta
orang yang bahkan duduk pun sulit, jutaan orang yang membawa perasaan
dendam sampai mati, jutaan rumah tangga tercerai berai, mengajarkan anak-
anak menjadi jahat, buku-buku dibakar, peninggalan kuno dirobohkan,
makam pemikir-pemikir kuno dihancurkan, beragam kejahatan dilakukan
dengan mengatas namakan revolusi”. Menurut hitungan konservatif para
ahli, jumlah orang yang meninggal secara tidak wajar selama Revolusi
Kebudayaan mencapai jumlah 7,73 juta jiwa.

Orang mempunyai salah pengertian tentang kekerasan dan


pembunuhan secara besar-besaran selama masa Revolusi Kebudayaan,
mengira bahwa semua ini terjadi karena tidak berfungsinya sistem
pemerintahan akibat pemberontakan, dan pelakunya adalah “Pengawal
Merah” dan “kelompok pemberontak”. Bagaimanapun juga, ribuan laporan
resmi tahunan pemerintah Tiongkok mengindikasikan puncak kematian
tidak wajar tidak terjadi pada tahun 1966 masa Revolusi Kebudayaan, saat
Pengawal Merah menguasai sebagian besar organisasi-organisasi
pemerintahan, atau pada tahun 1967 ketika antar pemberontak yang berbeda
aliran berperang dengan menggunakan senjata, akan tetapi terjadi di tahun
1968, pada saat Mao berhasil menguasai seluruh negara dan lapisan
masyarakat melalui “Komite Revolusioner.” Pembunuhnya kebanyakan
adalah petugas administratif angkatan dan tentara, pasukan militan dan
anggota PKT di berbagai tingkat pemerintah.

Contoh-contoh di bawah menggambarkan kekejaman yang terjadi


selama Revolusi Kebudayaan bukanlah merupakan perbuatan Pengawal
Merah atau pun kelompok pemberontak, melainkan suatu kebijakan yang
diputuskan oleh PKT dan pemerintah Tiongkok. Pemimpin PKT pada
masa itu dan seluruh jajaran pemerintahnya selalu menutupi keterlibatan
secara langsung dalam melakukan kampanye dan perintah-perintah yang
diberikan; semuanya ditutupi untuk mengelabui rakyat.

Pada bulan Agustus 1996, Pengawal Merah dengan mengatas


namakan “mengembalikan ke tempatnya”, memaksa penduduk Beijing
yang termasuk golongan “tuan tanah, petani kaya, pemberontak, elemen-

69
elemen buruk, dan sayap kanan” untuk pindah dari Beijing ke daerah
pedesaan. Berdasarkan data statistik yang kurang lengkap menunjukkan
33.695 rumah di geledah dan 85.196 penduduk Beijing diusir keluar dari
kota ke pedesaan di mana nenek moyangnya berasal. Pengawal Merah di
seluruh negeri melaksanakan perintah ini, mengusir lebih dari 400.000
penduduk kota ke pedesaan. Bahkan pejabat tinggi pemerintahan yang
memiliki orang tua seorang tuan tanah juga diusir ke luar.

Sebenarnya, PKT telah merencanakan kampanye pengusiran sebelum


Revolusi Kebudayaan dimulai. Walikota Beijing, Peng Zhen mengatakan
penduduk kota Beijing harus memiliki ideologi semurni “panel kaca dan
kristal”, yang bermaksud seluruh penduduk yang termasuk klasifikasi musuh
politik (termasuk mereka atau yang mempunyai orang tua sebagai tuan
tanah, petani kaya, pemberontak, elemen buruk dan sayap kanan) akan
diusir dari kota. Pada bulan Mei 1966, Mao memerintahkan orang
bawahannya untuk “melindungi ibukota” dan membentuk sebuah tim kerja
yang diketuai oleh Ye Jianying, Yang Chengwu dan Xie Fuzhi. Salah satu
tugas dari tim ini adalah menggunakan polisi untuk mengusir keluar
penduduk Beijing yang memiliki klasifikasi politik buruk.

Inilah latar belakang mengapa pemerintah dan departemen


kepolisian tidak mencegah tetapi malahan mendukung Pengawal Merah
menggeledah rumah-rumah dan mengusir lebih dari 2% penduduk
Beijing. Menteri Keamanan Umum, Xie Fuzhi, meminta polisi tidak
mencegah Pengawal Merah melakukan aksinya sebaliknya malahan
diminta memberikan saran dan informasi kepada mereka. Pengawal
Merah dengan mudah diperalat oleh partai untuk mengerjakan rencana
yang sudah dibuat. Pada akhir tahun 1966, Pengawal merah ini
dicampakkan oleh PKT, sebagian besar anggotanya dicap sebagai kontra
revolusioner dan dipenjarakan, sebagian lagi bersama rombongan yang
disebut sebagai “Intelektual Muda” dikirim ke pedesaan untuk
mengikuti program kerja dan merubah pola pikiran. Organisasi
Pengawal Merah Wilayah Kota Barat yang bertanggung jawab terhadap
operasi pengusiran penduduk didirikan dibawah “curahan perhatian
pribadi” pemimpin PKT, perintah yang diberikan adalah ditinjau dan

70
dikeluarkan oleh Sekretaris Dewan Negara saat itu.

Sejalan dengan pembersihan penduduk Beijing yang diklasifikasikan


sebagai musuh politik ke daerah pedesaan, mereka menemukan
meningkatnya penganiayaan yang ada di pedesaan. Pada tanggal 26 Agustus
1966, sebuah perintah dari Xie Fuzhi turun ke kantor polisi Daxing. Xie
memerintahkan polisi untuk membantu Pengawal Merah dengan memberi
informasi dan saran dalam menggeledah rumah-rumah yang penghuninya
dikategorikan dalam “lima kelas hitam – tuan tanah, kaya, anti, jahat, kanan.”
Pembunuhan Daxing [7] dilakukan di bawah petunjuk langsung dari
departemen kepolisian; organisatornya adalah direktur dan sekretaris partai
departemen kepolisian, dan pembunuhnya kebanyakan kalangan militan
yang bahkan tidak menyisakan anak-anak.

Banyak di antaranya diterima bergabung dalam PKT atas “perilaku


baiknya” selama pembunuhan masal. Menurut data statistik untuk propinsi
Guangxi, sekitar 50.000 anggota PKT terlibat dalam pembunuhan massal.
Lebih dari 9.000 diantaranya diterima bergabung dengan partai dalam
jangka waktu singkat setelah membunuh seseorang. Lebih dari 20.000 or-
ang yang melakukan pembunuhan setelah diterima bergabung dengan partai,
dan lebih dari 19.000 anggota partai lainnya berhubungan dengan
pembunuhan.

Selama masa Revolusi Kebudayaan, teori kelas juga dilakukan untuk


“menyerang orang.” Orang jahat selayaknya dipukul orang baik. Merupakan
kehormatan bagi orang jahat untuk memukul orang baik. Adalah
kesalahpahaman jika seorang yang baik memukul orang baik lainnya.
Demikian kata-kata yang diucapkan oleh Mao saat itu, menyebar luas pada
saat mencetusnya pemberontakan. Tindak kekerasan terhadap musuh-musuh
kelas adalah “pantas dirasakan” mereka, hasilnya adalah kekerasan dan
pembunuhan massal yang merajalela.

Dari tanggal 13 Agustus sampai 7 Oktober 1967, pasukan militan


di daerah Dao propinsi Hunan melakukan pembunuhan massal terhadap
anggota organisasi “Angin dan Petir Xiangjiang” dan “lima kelas hitam.”

71
Pembunuhan ini berlangsung selama 66 hari; lebih dari 4.519 orang terbunuh,
meliputi 2.778 rumah tangga yang termasuk 468 divisi dari 36 komunitas
masyarakat yang berada di 10 distrik. Total seluruhnya adalah 9.093 orang
dibunuh di daerah tersebut, dimana 38% termasuk “lima kelas hitam” dan
44% adalah anak-anak “lima kelas hitam.” Dan usia korban yang paling
tua 78 tahun dan yang paling muda berusia 10 hari. Ini hanyalah salah satu
kasus yang terjadi di area yang kecil selama masa Revolusi Kebudayaan. Di
Mongolia dalam, setelah pembentukan “Komite Revolusioner” pada awal
tahun1968, sebuah gerakan penghapusan kelas yang melawan “orang dalam”
partai telah membunuh lebih dari 350.000 orang. Pada tahun 1968, puluhan
ribu orang di propinsi Guangxi berpartisipasi dalam pembunuhan massal
terhadap “organisasi 22 April”, dengan korban 110.000 jiwa.

Dalam kasus ini menunjukkan tindakan utama dari pembunuhan


selama masa Revolusi Kebudayaan adalah seluruhnya di bawah pengendalian
langsung dan instruksi dari pemimpin PKT yang menggunakan dan
memperbolehkan kekerasan untuk menganiaya dan membunuh warga
negara.

Jika selama landreform, PKT memperalat para petani untuk


menggulingkan tuan tanah untuk mendapatkan lahan, pada masa pembaruan
Industri dan Perdagangan, PKT memperalat kelas pekerja untuk
menggulingkan kelompok pemilik modal untuk merebut seluruh asetnya,
dan selama Gerakan Anti Sayap Kanan telah memusnahkan seluruh
intelektual-intelektual yang memiliki pandangan oposisi, dan kemudian jenis
perkelahian antar rakyat yang terjadi di masa Revolusi Kebudayaan ini
menunjukkan bahwa orang tidak bisa menyandarkan nasibnya pada suatu
kelas. Bahkan seandainya anda berasal dari kelas buruh atau seorang petani
penggarap lahan yang dipakai oleh partai, jika pandangan anda berbeda
dari partai, berarti hidup anda berada dalam bahaya. Jadi pada akhirnya,
untuk siapakah semuanya ini?

Tujuannya adalah menjadikan komunisme sebagai satu-satunya


kekuatan yang meliputi keseluruhan, mengontrol penuh atas seluruh wilayah,
tidak hanya tubuh akan tetapi juga pikiran. Revolusi Kebudayaan memaksa

72
pemujaan sepenuhnya terhadap PKT dan Mao Zedong. Teori Mao
digunakan untuk mendominasi segala bidang dan pandangan satu orang
harus ditanamkan di setiap pikiran puluhan juta orang. Yang unik dari
Revolusi Kebudayaan yaitu dengan sengaja tidak menjelaskan apa yang
tidak boleh dikerjakan, malah menegaskan “Apa yang dapat dikerjakan
dan bagaimana mengerjakannya. Segala sesuatu di luar batasan ini tidak
boleh dilakukan atau bahkan dipertimbangkan pun tidak boleh.”

Selama masa Revolusi Kebudayaan, setiap penduduk melakukan


hal-hal ritual seperti “menanyakan perintah-perintah di pagi hari dan
membuat laporan pada malam hari.” Setiap hari mengirim salam hormat
kepada Pemimpin Mao beberapa kali, “mendoakannya” berumur panjang.
Hampir setiap orang terpelajar pernah menulis pernyataan mengritik diri
sendiri. Pernyataan Mao seperti “berperang dengan buas melawan setiap
pikiran egois” dan “melaksanakan perintah meskipun paham atau tidak
memahaminya, paham setelah proses pelaksanaan berlangsung” seringkali
diulang-ulang. Hanya ada satu “Tuhan” (Mao) yang boleh disembah ; hanya
ada satu kitab (ajaran Mao) yang boleh dipelajari. Segera setelah itu timbul
keadaan di mana orang tidak dapat membeli makanan di kantin jika mereka
tidak mengutip perkataan Mao atau memberi salam pada Mao. Ketika
berbelanja, mengendarai bus, atau bahkan menelepon seseorang harus
mengutip salah satu perkataan Mao, meski tidak ada kaitannya. Dalam
melakukan hal ini, rakyat menjadi fanatik atau sinis, dan setiap orang sudah
di bawah kontrol setan jahat komunis. Berbohong, terbiasa dibohongi dan
bersandar pada kebohongan telah menjadi bagian hidup rakyat Tiongkok.

VII. Masa Refor masi Ekonomi – Kekerasan Tidak Pernah


Berubah

Revolusi Kebudayaan merupakan masa yang penuh dengan


pertumpahan darah, pembunuhan, kesedihan, tidak jelas mana yang benar
dan mana yang salah, hitam dan putih bertukar posisi. Setelah revolusi
kebudayaan, kedudukan para pejabat atas bagaikan sebuah pintu putaran,
di mana PKT dan pemerintahannya telah mengganti enam pemimpin
dalam waktu 20 tahun. Hak kepemilikan swasta kembali lagi ke Tiongkok,

73
perbedaan standar kehidupan di desa dan kota makin jauh, padang-padang
pasir semakin banyak, banyak sungai lenyap, obat-obat terlarang dan prostitusi
meningkat. Segala “kejahatan” yang tadinya dilarang PKT , kini
diperbolehkan kembali.

Kekejaman PKT , sifat-sifat dasar yang licik, aksi-aksi kejahatan, dan


kemampuan meruntuhkan negara semakin meningkat. Ketika terjadi
pembunuhan massal di Tiananmen pada tahun 1989, komunis
menggerakkan tentara-tentara dan mobil-mobil tank untuk membunuh
para mahasiswa yang berdemo di Lapangan Tiananmen. Penganiayaan yang
keji terhadap para praktisi Falun Gong bahkan lebih buruk. Bulan Oktober
tahun 2000, untuk mengambil alih tanah rakyat, pemerintah kota Yulin,
propinsi Shaanxi mengerahkan pasukan anti huru hara untuk menembak
dan menangkap lebih dari 50 petani. Kekuatan politik pemerintah Tiongkok
masih didasarkan pada filsafat komunis tentang perjuangan dan
meningkatkan kekerasan. Satu hal yang berbeda adalah menjadi semakin
memperdaya rakyat.

Hukum: PKT tidak pernah berhenti menciptakan konflik di antara


masyarakat. Mereka telah menjatuhi hukuman kepada sejumlah besar warga
negara karena tuduhan sebagai kaum pembangkang, anti-sosialis, anggota
unsur-unsur jahat, dan anggota aliran sesat. Sifat dasar totaliter dari PKT
terus berlanjut dengan menentang semua kelompok-kelompok masyarakat
dan organisasi-organisasi lainnya. Dengan alasan untuk menjaga “stabilitas
sosial”, komunis secara terus menerus mengganti konstitusi, hukum dan
peraturan, dan menganiaya siapa saja yang tidak setuju dengan pemerintah.

Pada bulan Juli 1999, Jiang Zemin telah membuat keputusan sendiri
yang bertentangan dengan keinginan dari partai biro yang lain, untuk
memusnahkan Falun Gong dalam waktu tiga bulan. Fitnah dan kebohongan
kembali menyelimuti negara itu. Setelah wawancara Jiang Zemin dengan
sebuah media Perancis “Le Monde” yang mengumumkan Falun Gong
sebagai aliran sesat, alat-alat propaganda Tiongkok mengikuti dengan secara
cepat menerbitkan artikel yang menekan setiap warga untuk berbalik
melawan Falun Gong. Akhirnya, Kongres Rakyat Nasional dipaksa untuk

74
menyetujui suatu “keputusan” yang tanpa suatu kejelasan untuk menangani
“aliran sesat”; segera setelah itu Pengadilan Tertinggi Masyarakat dan
Pengawas Tertinggi Masyarakat bersama-sama mengeluarkan suatu
penjelasan tentang “keputusan” itu.

Pada 22 Juli 1999, Agen Surat kabar Xinhua mengumumkan pidato


oleh pimpinan Departemen Organisasi dan departemen Propaganda PKT
yang secara umum mendukung penindasan Jiang terhadap Falun Gong.
Menyebabkan khalayak ramai ikut terseret ke dalam penganiayaan yang
membangkitkan amarah dewa dan manusia biasa, karena putusan sudah
ditetapkan oleh pimpinan pusat partai, mereka hanya bisa mendukung dan
melaksanakan, tanpa berani mengutarakan perbedaan pendapat.

Dalam lima tahun terakhir, pemerintah telah memakai seperempat


dari sumber keuangan nasional untuk menindas Falun Gong. Setiap orang
di negara itu harus melewati ujian: siapa saja yang mengaku berlatih Falun
Gong dan menolak untuk melepaskannya akan dipecat dan dihukum untuk
ikut kerja paksa. Para praktisi Falun Gong sama sekali tidak melanggar
hukum, juga tidak mengkhianati negara menentang pemerintah; hanya
karena mereka percaya pada “Sejati, Baik, Sabar”, akhirnya puluhan ribu
orang dipenjara. Meskipun berita itu ditutup rapat, tetapi melalui konfirmasi
dari sanak keluarga dapat diketahui bahwa yang dianiaya sampai meninggal
lebih dari 1.100 orang, yang belum diketahui jumlahnya lebih banyak.

Informasi : Pada tanggal 15 Oktober 2004, surat kabar Wenwei di


Hongkong memberitakan bahwa satelit Tiongkok ke-20 telah jatuh ke bumi,
telah menghancurkan rumah dari Huo Jiyu di desa Penglai, provinsi Sichuan,
kabupaten Dayin. Berita ini mengutip pembicaraan Ai Yuqing, direktur
kantor pemerintahan kabupaten Dayin yang berkata bahwa “bongkahan
hitam” dikonfirmasikan sebagai satelit yang jatuh. Ai sendiri juga adalah
wakil direktur dari pusat pengendali satelit yang kembali. Namun, internet
Xinhua hanya melaporkan waktu kembalinya satelit ini, dan menekankan
bahwa ini merupakan proses kembalinya satelit percobaan ke-20 dari
lembaga ilmu pengetahuan dan teknik Tiongkok. Kenyataan bahwa satelit
telah menghancurkan rumah warga sama sekali tidak disinggung.

75
Melaporkan berita baik, dan tidak melaporkan berita buruk adalah cara
yang dipakai media massa Tiongkok untuk menulis berita berdasarkan
instruksi dari partai.

Kebohongan dan fitnahan yang dipublikasikan oleh surat-surat kabar,


dan ditayangkan di televisi telah banyak membantu siasat PKT dalam
pergerakan-pergerakan politik masa lalu. Di bawah perintah partai, semua
media massa dalam negeri harus melaporkan apa pun yang partai minta
untuk dilaporkan. Bila partai ingin memulai suatu gerakan anti sayap kanan,
maka seluruh media dalam negeri akan melaporkan kejahatan-kejahatan
sayap kanan. Ketika partai ingin membentuk suatu komunitas masyarakat,
seluruh negara akan memuji kebaikan dari komunitas tersebut. Selama satu
bulan pertama penganiayaan terhadap Falun Gong, seluruh media
dikerahkan untuk menghujat Falun Gong secara berulang-ulang selama
jam-jam utama dengan tujuan mencuci otak masyarakat. Sejak saat itu,
Jiang menggunakan seluruh media massa untuk membuat dan menyebarkan
secara berulang kebohongan dan hujatan terhadap Falun Gong. Suatu upaya
untuk membangkitkan kebencian nasional terhadap Falun Gong dengan
menyiarkan berita-berita palsu tentang peristiwa pembunuhan dan bunuh
diri oleh praktisi Falun Gong. Penyiaran insiden “bakar diri di Lapangan
Tiananmen”, mendapat kritikan dari komisi Pembangunan Pendidikan
Internasional PBB di Jenewa sebagai sandiwara yang disutradarai pemerintah
untuk menipu masyarakat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini,
tidak ada surat kabar atau stasiun TV di Tiongkok yang menyiarkan suatu
berita yang benar terhadap Falun Gong.

Masyarakat Tiongkok terbiasa oleh laporan berita-berita palsu.


Seorang reporter dari surat kabar Xinhua pernah berkata, “Bagaimana Anda
bisa mempercayai laporan dari Xinhua?” Masyarakat bahkan beranggapan
bahwa Xinhua adalah anjing milik komunis. Ada sebuah lagu rakyat: “Itu
adalah anjing yang dipelihara oleh partai, menjaga pintu partai. Ia akan
menggigit setiap orang yang ingin digigit oleh partai, dan menggigit seberapa
banyak sesuai yang dikehendaki oleh partai.”

Pendidikan : Di Tiongkok, pendidikan menjadi sarana lain yang

76
dimanfaatkan untuk menguasai masyarakat. Tujuan sebenarnya dari
pendidikan adalah untuk membina para cendekiawan yang memiliki
pengetahuan dan pendapat yang benar. Pengetahuan mengacu pada
pemahaman informasi, materi dan kejadian-kejadian sejarah; pendapat
adalah menunjuk pada proses penelitian dan kemampuan untuk
menganalisis dan menyusun kembali pengetahuan ini, dalam proses
perkembangan spiritual. Mereka yang memiliki pengetahuan tanpa
didukung pendapat adalah kutu buku. Dalam sejarah Tiongkok, para
cendekiawan dengan pendapat yang benar selalu dipandang sebagai
suara hati masyarakat. Tetapi di bawah pengawasan komunis, banyak
sekali ditemukan cendekiawan Tiongkok yang berpengetahuan tapi
tanpa memiliki pendapat atau berpengetahuan namun tidak berani
mengemukakan pendapat mereka sendiri.

Pendidikan di sekolah difokuskan pada pengajaran kepada siswa


untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak diperbolehkan oleh partai.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, sekolah-sekolah mulai mengajarkan
tentang politik dan sejarah komunis Tiongkok dengan penyeragaman
buku pelajaran. Para pengajar tidak mempercayai isi materi, namun
demikian mereka harus mengajarkannya di luar kehendak mereka sendiri.
Para murid tidak mempercayai buku maupun guru mereka, namun
mereka harus menghafalnya untuk dapat lulus ujian. Akhir-akhir ini,
pertanyaan-pertanyaan tentang Falun Gong juga muncul dalam soal-
soal untuk ujian masuk ke SMU dan perguruan tinggi. Siswa yang tidak
mengetahui dengan tepat jawabannya tidak akan mendapat nilai tinggi
untuk dapat masuk ke perguruan tinggi atau SMU yang baik. Bila si
anak mengatakan jawaban yang sesuai kenyataan, maka ia akan langsung
dikeluarkan dari sekolah, dan kehilangan haknya untuk memperoleh
pendidikan.

Dalam lingkup pendidikan negeri, oleh karena pengaruh surat kabar


dan dokumen, banyak sekali pepatah-pepatah ternama misalnya “Kita
memeluk apa yang ditolak oleh musuh, dan menolak apa yang dipeluk
musuh”, di mana hal ini dianggap sebagai kebenaran. Pengaruh jeleknya
telah menyebar: Hal ini telah meracuni hati manusia, kebajikan tersisihkan,

77
dan menghancurkan kehidupan dalam keharmonisan dan kedamaian.

Pada tahun 2004, Pusat Informasi Tiongkok menganalisis hasil


sebuah survei yang dilakukan oleh China Sina Net dengan statistik yang
menunjukkan bahwa 82,6% remaja Tiongkok setuju bahwa seseorang
boleh-boleh saja berlaku kasar terhadap kaum wanita, anak-anak dan para
tawanan semasa perang. Hasil ini sungguh mengejutkan. Tetapi hal ini
merefleksikan pikiran masyarakat Tiongkok yang sudah terbentuk, khususnya
pada kaum muda, yang telah kehilangan pengertian dasar tentang tuntunan
kebajikan dan kemanusiaan.

Pada tanggal 11 Septemberr 2004, seorang pria di kota Suzhou


secara membabi buta telah menyerang 28 anak-anak dengan pisau, seorang
pria di provinsi Shandong telah melukai 25 murid-murid sekolah dasar
dengan pisau. Beberapa guru sekolah dasar telah memaksa murid-muridnya
untuk membuat petasan dengan tangan untuk mencari dana bagi sekolah,
yang berakibat suatu ledakan sehingga menimbulkan korban.

Politik : Pimpinan PKT telah sering menggunakan ancaman dan paksaan


untuk memastikan pelaksanaan dari kebijakan mereka. Salah satu alat yang
mereka pakai adalah slogan politik. Selama ini, banyaknya jumlah slogan
yang ditempel dipakai oleh PKT sebagai penilaian terhadap seseorang atas
kontribusi politik mereka. Selama Revolusi Kebudayaan, Beijing menjadi
“laut merah” yang penuh dengan spanduk-spanduk sepanjang malam.
Spanduk bertuliskan “Pemimpin partai yang mengambil jalan kapitalisme
akan dirobohkan” ada di mana-mana. Anehnya sampai di pedesaan, sudah
disingkat menjadi “Runtuhkan penguasa”

Akhir-akhir ini, untuk mempromosikan Hukum Perlindungan Hutan,


Biro Kehutanan dan pangkalan-pangkalannya serta kantor-kantor pengawas
kehutanan secara ketat menginstruksikan agar sejumlah slogan dipasang.
Bila jumlah yang sudah ditentukan tidak tercapai, maka akan dianggap
tidak memenuhi tugas. Akibatnya, banyak kantor-kantor pemerintahan
tingkat bawah banyak yang memasang slogan-slogan seperti “Siapa pun
yang membakar gunung akan dipenjarakan.” Pada proyek pengaturan

78
jumlah kelahiran yang paling baru, bahkan ada slogan yang lebih mengerikan,
seperti, “Bila satu orang melanggar hukum, seluruh warga desa akan
disterilkan.” “Lebih baik menambah satu kubur daripada menambah
seorang bayi”, atau “Bila seorang pria tidak divasektomi seperti yang
seharusnya dilakukan, maka kita akan merobohkan rumahnya”, “Bila
seorang wanita tidak melaksanakan aborsi seperti yang seharusnya
dilakukannya, maka kami akan menyita ternak dan sawahnya.” Bahkan ada
slogan yang berlawanan dengan undang-undang dan hak asasi manusia
seperti, “Bila Anda tidak membayar pajak hari ini, besok Anda akan masuk
ke penjara”

Pada dasarnya slogan adalah suatu cara penyebaran, mempunyai


efek lebih langsung dan berulang. Oleh karena itu, hal ini sering dipakai
oleh pemerintah Tiongkok untuk menyatakan arah politik, tekad dan
himbauan. Slogan politik juga bisa dipandang sebagai perkataan pemerintah
yang ditujukan kepada rakyatnya. Dan, dari slogan-slogan politik yang
mengumumkan peraturan-peraturan pemerintah, tidaklah sulit untuk melihat
adanya kekerasan dan kekejaman mereka (komunis).

VIII. Mencuci Otak Seluruh Bangsa dan Menggantinya dengan


Sebuah “Penjara Pikiran”

Senjata paling ampuh yang digunakan PKT untuk


mempertahankan peraturan tiraninya adalah jaringan yang mengontrol
dirinya sendiri. Dengan cara yang rapi dan terorganisasi, PKT
memaksakan sebuah mental kepatuhan terhadap seluruh rakyatnya.
Tidak masalah jika peraturan itu bersifat kontradiktif atau tak henti-
henti mengubah kebijakan selama peraturan tersebut secara sistematis
mengatur sebuah cara untuk mencabut hak asasi rakyatnya. Kaki tangan
pemerintah ada di mana-mana. Apakah itu di pedesaan atau daerah
perkotaan, rakyat diperintah oleh suatu komite kota atau daerah.
Menikah atau bercerai, dan memiliki anak semuanya butuh persetujuan
dari komite-komite ini. Ideologi Partai, cara berpikir, organisasi,
infrastruktur sosial, mekanisme propaganda dan sistem administrasi
hanya melayani maksud kediktatorannya. Partai, melalui sistem

79
pemerintahan, berjuang untuk mengontrol setiap pemikiran dan
kelakuan individu.

Manifestasi mengenai betapa brutalnya PKT mengontrol masyarakat


tidak hanya terbatas pada penyiksaan fisik saja. Namun juga membuat
masyarakat kehilangan kemampuan berpikir secara bebas dan membuat
masyarakat takut menyatakan pendapat. Tujuan peraturan PKT adalah untuk
mencuci otak warganya dan membentuk karakter dan cara berpikir mereka
seperti PKT serta melakukan apa yang disuruh. Ada sebuah pernyataan
yang mengatakan bahwa, “Peraturan partai bagaikan bulan, berubah setiap
15 hari.”

Tidak perduli betapa sering Partai mengubah peraturannya, seluruh


masyarakat harus mengikuti apa yang mereka kehendaki. Jika anda merasa
menyakiti orang lain, harus berterima kasih kepada Partai karena menghargai
perbuatan anda; ketika anda disakiti, anda harus berterima kasih kepada
PKT karena “mengajarkan anda sebuah pelajaran”; ketika anda merasa
didiskriminasi dan PKT membantu anda, anda harus berterima kasih kepada
PKT atas kebaikan, keterbukaannya dan kesempatan memperbaiki
kesalahannya. PKT menjalankan tirani melalui siklus kontrol bantuan yang
berkelanjutan.

Setelah tirani tersebut berjalan selama 55 tahun, PKT benar-benar


telah memenjarakan dan menutup pikiran masyarakat dan mengatur jalan
pikiran mereka sampai batas yang diijinkan oleh PKT. Seseorang yang
berpikir di luar jalan pikiran PKT dianggap sebagai penjahat. Setelah berbagai
kritikan dan interogasi, maka kebodohan akan dipuji sebagai pengertian;
menjadi seorang pengecut adalah jalan untuk bertahan hidup. Pada
kehidupan modern dengan internet sebagai jalan utama pertukaran
informasi, PKT bahkan menuntut masyarakat untuk menerapkan disiplin
diri dengan tidak membaca berita-berita dari luar atau masuk ke berbagai
website yang berlabel seperti “hak asasi” dan “demokrasi.”

Pergerakan PKT untuk mencuci otak masyarakatnya adalah bodoh,


brutal, dan memalukan. PKT telah memperburuk nilai moral dan prinsip-

80
prinsip kehidupan masyarakat Tiongkok dan benar-benar telah merombak
total sikap dan gaya hidup masyarakatnya. Untuk memperkuat kediktatoran
selalu menggunakan metode penyiksaan fisik dan mental dan hal ini berlaku
di semua “agama PKT.”

Penutup

Mengapa PKT terus mempertahankan kekuasaannya? Mengapa


PKT percaya bahwa selama ada kehidupan, masalah tidak pernah berakhir?
Untuk mencapai tujuannya, PKT tidak ragu-ragu untuk melakukan
pembunuhan atau menghancurkan ekosistem, bahkan PKT juga tidak
perduli bahwa mayoritas petani dan banyak penduduk desanya hidup dalam
kemiskinan.

Apakah demi ideologi komunisnya PKT melewati masalah yang


terus-menerus timbul? Jawabannya, “Tidak.” Salah satu prinsip dari Partai
Komunis adalah menyingkirkan kepemilikan pribadi, di mana hal itu
dilakukan ketika kekuasaan berbicara. PKT percaya bahwa kepemilikan
pribadi merupakan sumber penyebab kejahatan. Bagaimanapun, setelah
reformasi ekonomi pada tahun 1980-an, kepemilikan pribadi diijinkan
kembali di Tiongkok dan dilindungi oleh konstitusi. Dengan melewati
kepalsuan-kepalsuan PKT, masyarakat akan secara jelas melihat bahwa
selama 55 tahun berkuasa, PKT hanya melakukan sebuah drama yang
mengendalikan distribusi daerah tinggal masyarakat. Setelah melalui
beberapa siklus distribusi, PKT dengan mudah mengambil daerah-daerah
tersebut dan mengklaimnya sebagai bagian mereka.

PKT bahkan memandang dirinya sebagai “tumpuan dari kelas


pekerja.” Tugasnya adalah melenyapkan kelas kapitalis. Bagaimanapun,
peraturan PKT sekarang jelas-jelas mengijinkan kapitalis untuk bergabung
dengan Partai mereka. Anggota PKT tidak percaya lagi pada Partai dan
Komunisme. Apa yang ditinggalkan Partai Komunis hanyalah kulit luar
dari isi peraturan yang dinyatakannya.

Apakah usaha yang dilakukan untuk mempertahankan sistem PKT

81
selama ini bersih dari korupsi? Tidak. Setelah 55 tahun PKT berkuasa,
korupsi, penggelapan, perbuatan yang melanggar hukum, dan perbuatan
lainnya yang merusak bangsa dan masyarakat tersebar di seluruh daerah
bagian yang dikuasai PKT. Pada tahun-tahun belakangan ini, di antara sekitar
20 juta anggota partai yang ada di Tiongkok, 8 juta di antaranya telah
dinyatakan tersangkut kasus korupsi. Tiap tahun, sebanyak 1 juta orang
berunjuk rasa memprotes pejabat-pejabat partai yang belum diselidiki. Sejak
Januari sampai September 2004, Biro Valuta Asing Tiongkok telah
menginvestigasi kasus-kasus penggelapan valas yang tidak mendapat ijin di
35 bank dan 41 perusahaan, dan menemukan US$120 juta transaksi ilegal.
Berdasarkan data statistik pada tahun belakangan ini, banyak pejabat
pemerintah yang telah menggelapkan dan mencuri dana dengan total
kerugian mencapai ratusan juta US dolar.

Apakah usaha yang dilakukan ini bertujuan untuk memperbaiki


pendidikan masyarakat dan kesadaran untuk membuat masyarakat tetap
mengikuti peristiwa yang terjadi di negaranya? Jawabannya tidak. Keadaan
di Tiongkok sekarang, pengejaran atas harta benda semakin merajalela dan
masyarakat telah jauh dari budaya lamanya yaitu nilai kebaikan, kejujuran.
Telah merupakan hal yang biasa bagi masyarakat untuk menipu rekannya
bahkan teman dekat sekali pun. Banyak pernyataan-pernyataan penting
mengenai hak asasi manusia atau penganiayaan terhadap Falun Gong,
masyarakat Tiongkok sepertinya sudah tidak perduli lagi atau menolak untuk
bersuara terhadap hal-hal ini. Menyimpan pemikiran sendiri dan memilih
untuk tidak menyuarakan kebenaran telah menjadi dasar pemikiran agar
dapat tetap hidup di Tiongkok. Sementara itu, PKT telah berulang-ulang
menghidupkan sentimen nasionalisme publik dengan mengambil
kesempatan yang menguntungkan ini. Sebagai contoh, PKT dapat
mengorganisir sekelompok orang untuk melemparkan batu di kedutaan
Amerika dan membakar bendera Amerika. Masyarakat Tiongkok telah
diperlakukan layaknya massa yang patuh atau gerombolan keras, namun
tidak menjanjikan adanya hak asasi bagi penduduknya. Menurut Kang
Youwei (1858-1927), seorang pengamat reformasi pada periode Late Qing,
prinsip moral yang dianut Konfusius dan Mencius, selama ribuan tahun,
menetapkan landasan bagi peraturan sosial dan menetapkan kekuasaan.

82
“Jika semua prinsip ini diabaikan, maka masyarakat tidak akan memiliki
hukum yang mengatur dan tidak dapat membedakan mana yang baik dan
jahat. Mereka akan kehilangan tujuan mereka…Tao akan dihancurkan.” [8]

Filosofi kontradiksi yang dianut oleh PKT ini adalah untuk


menciptakan kekacauan besar yang berkelanjutan, yang mana ini akan
membuat PKT semakin kuat dan menjadi satu-satunya partai yang berkuasa
di Tiongkok, menggunakan ideologi partai untuk mengontrol masyarakat
Tiongkok. Institusi pemerintahan, golongan militer, dan media berita
semuanya merupakan alat yang digunakan PKT untuk mempertahankan
kediktatorannya. PKT telah membawa penyakit yang tidak dapat
disembuhkan di Tiongkok, dirinya sendiri sudah tidak dapat diselamatkan,
dan keruntuhannya sudah tak terelakkan lagi.

Sejumlah orang khawatir bahwa negara akan kacau apabila PKT


runtuh. Siapa yang akan menggantikan peran PKT untuk memerintah
Tiongkok? Di dalam 5.000 tahun sejarah Tiongkok, kekuasaan PKT yang
hanya 55 tahun saja bagaikan awan yang berlalu dengan cepat. Sayangnya,
bagaimanapun, selama waktu yang singkat itu, PKT telah menghancurkan
kepercayaan budaya lama Tiongkok dan nilai-nilainya; menghancurkan
prinsip moral terdahulu dan struktur sosial; mengubah keperdulian dan
cinta di antara manusia menjadi kritik dan kebencian; menggantikan
penghormatan pada surga dan bumi menjadi kesombongan dengan prinsip
“manusia menaklukkan alam.” Perusakan ini telah menghancurkan sistem
tatanan sosial, moral dan ekologi, membuat Tiongkok dalam krisis yang
parah.

Dalam sejarah di Tiongkok, setiap pemimpin yang baik menunjukkan


keperdulian, memelihara dan mendidik masyarakatnya yang juga merupakan
tugas pemerintah. Manusia menginginkan kebaikan, dan peran pemerintah
adalah menghasilkan manusia yang baik ini. Mencius berkata, “Ini adalah
jalan bagi orang-orang; seseorang dengan pikiran yang lurus akan memiliki
hati yang tulus, sebaliknya tanpa pikiran lurus tidak akan memiliki hati yang
tulus.” [9] Pendidikan tanpa kemakmuran sudah tidak efektif lagi; para
pemimpin yang tidak memiliki keperdulian terhadap masyarakatnya namun

83
membunuh yang tidak bersalah akan dipandang rendah oleh masyarakat
Tiongkok.

Dalam sejarah 5000 tahun di Tiongkok, telah banyak muncul


pemimpin yang baik, seperti Kaisar Yao dan Kaisar Shun pada jaman
kuno, Kaisar Wen dan Kaisar Wu dari dinasti Zhou, Kaisar Wen dan
Kaisar Jing dari dinasti Han, Kaisar Tang Taizong pada masa dinasti
Tang, dan Kaisar Kangxi dan Kaisar Qianlong dari dinasti Qing.
Kemakmuran yang dirasakan pada masa dinasti-dinasti tersebut
merupakan hasil dari pemerintahan yang berprinsip pada maha Tao,
mengikuti ajarannya, dan berjuang demi perdamaian dan keharmonisan.
Karakteristik dari pemimpin jenis ini adalah memakai orang-orang yang
bajik dan mampu memimpin rakyatnya, terbuka terhadap pendapat
yang berbeda, menegakkan keadilan dan perdamaian, dan memberikan
masyarakat apa yang memang haknya. Dengan cara ini, penduduk akan
mematuhi hukum, mempertahankan suatu tradisi yang layak, hidup
bahagia dan bekerja dengan efisien.

Mengamati peristiwa dunia, kita seringkali bertanya siapa yang


berperan dominan dalam menentukan apakah suatu negara akan
makmur atau hancur, bahkan walau kita mengetahui bahwa jatuh
bangunnya suatu bangsa mempunyai alasannya sendiri. Ketika PKT
tidak lagi berkuasa, kita dapat memperkirakan bahwa perdamaian dan
keharmonisan akan kembali ke Tiongkok. Masyarakat akan kembali
menjadi baik, jujur, rendah hati dan toleran, dan negara akan kembali
memperdulikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat, dan seluruhnya akan
hidup makmur.

Catatan:

[1] Dari “Sejarah Makanan dan Komoditas” pada Sejarah Pendahulu


Dinasti Han (Han Shu)
[2] Qian Bocheng, Budaya Asia, edisi ke 4, 2000.
[3] Gao Gang dan Rao Shushi, keduanya adalah anggota Komite
Pusat. Setelah tawaran yang gagal pada perjuangan kekuasaan,

84
pada 1954, mereka dituduh berkomplot untuk memecah Partai
dan kemudian diusir dari Partai. Hu Feng, sarjana dan pengritik
sastrawan, dilarang untuk mensterilkan peraturan sastra di PKT
. Dia diusir dari Partai pada 1955 dan dihukum 15 tahun penjara.
“ tidak akan memotong kuncir rambut, tidak akan memukul
dengan tongkat, tidak akan memberikan cap predikat negatif
dan tidak akan pernah membuat perhitungan setelahnya.”
[4] “Picking pigtails” artinya ; “striking with a bat” artinya menghukum
secara fisik atau mental; “putting on a hat” artinya memasang
label negatif; “settling an account afterwards” artinya membalas
dendam di kemudian hari.
[5] Peng Dehuai (1898-1974): anggota komunis Tiongkok dan
pemimpin politik. Peng dulunya adalah kepala komandan pada
perang Korea, wakil Dewan, anggota Politbiro, dan menteri
pertahanan era 1954-1959. Ia disingkirkan dari kedudukannya
setelah tidak menyetujui pendekatan sayap kiri Mao pada PKT
Lushan Plenum pada 1959.
[6] Zhao Gao (tanggal lahir tidak diketahui, meninggal 210 Sebelum
Masehi) : Kepala orang kasim selama Dinasti Qin. Pada 210
Sebelum Masehi., setelah kematian Kaisar Qin Shi Huang, Zhao
Gao, Perdana Menteri Li Si dan anak kedua Kaisar Hu Hai mulai
menjalankan perlahan-lahan dua keinginan Kaisar, yaitu
mengangkat Hu Hai sebagai kaisar baru dan memerintahkan
Pangeran Fu Su untuk melakukan bunuh diri. Setelahnya, konflik
berkembang di antara Zhao Gao dan Hu Hai. Zhao membawa
seekor kijang ke istana besar dan mengatakan bahwa itu adalah
seekor kuda. Hanya sedikit dari para pejabat yang berani berkata
bahwa itu adalah seekor kijang. Zhao Gao percaya bahwa para
pejabat ini tidak senang terhadapnya dan menyingkirkan mereka
dari pemerintahan.
[7] Pembunuhan massal Daxing terjadi pada Agustus 1966 saat
pergantian pemimpin Partai Beijing. Pada saat itu, sebuah pidato
dibuat oleh Menteri Keamanan, Xie Fuzhi, dalam sebuah
pertemuan dengan Biro Keamanan Umum Beijing menunjuk
pada tidak adanya intervensi dengan aksi Pasukan Merah melawan

85
“lima kelas hitam.” Siaran pidato itu segera bereaksi dengan
diadakannya pertemuan di Biro Keamanan Umum Daxin. Setelah
pertemuan, Biro Keamanan Umum Daxin segera melaksanakan
aksinya dan membentuk sebuah rencana untuk menghasut massa
di wilayah Daxin untuk membunuh “lima kelas hitam.”
[8] Dari Kang Youwei, “Kumpulan tulisan politik” 1981. Zhonghua
Zhuju.
[9] Dari Mencius.

86
[Komentar 4]

Komunis Merupakan Kekuatan


yang Menentang Alam
[Komentar 4]
Komunis Merupakan Kekuatan
yang Menentang Alam

Orang Tiongkok sangat menaruh perhatian pada “Dao” (Tao). Pada


zaman dahulu seorang raja lalim dijuluki sebagai “Raja Dungu tanpa Dao”.
Jika mengerjakan sesuatu pekerjaan tidak sesuai dengan standar moral yang
telah diakui umum sebagai “tanpa prinsip”. Sampai-sampai petani yang
memberontak pun mengeluarkan semacam spanduk besar yang bertuliskan
“Mewakili langit melaksanakan Dao”. Lao Tze mengatakan hanya
berdasarkan “Dao”-lah tercipta langit dan bumi.

Akan tetapi hampir seratus tahun ini, roh komunis menyerbu dengan
dentuman yang keras, terbentuklah sebersit tenaga yang bertentangan dengan
alam dan kemanusiaan, hingga terjadilah berbagai kesengsaraan dan tragedi,
juga mendorong peradaban manusia ke jurang kehancuran. Roh komunis ini
mengkhianati “Dao” dengan melakukan berbagai macam tindakan yang biadab,
melawan langit dan bumi, hingga menjadi semacam kekuatan sangat jahat
yang menentang alam semesta.

“Manusia mengikuti bumi, bumi mengikuti langit, langit mengikuti


hukum Dao, Dao mengikuti hukum alam”. Sejak dahulu orang Tiongkok
percaya dan mematuhi bahwa langit dan manusia menyatu, manusia menyatu
dengan langit dan bumi, hidup saling bergantung. Aturan langit tidak berubah,
mempunyai aturan peredaran, bumi mengikuti ketepatan waktu maka ada
empat musim. Manusia menghormati langit dan bumi, berterima kasih dan
menyayangi keberuntungan yaitu yang disebut sebagai “peluang, letak geografis
yang menguntungkan, dukungan rakyat”. Dalam konsep pikiran masyarakat
Tionghoa, astronomi, geografi, penanggalan, kedokteran, kesusastraan, sampai
kepada struktur masyarakat, semuanya sejalan dengan pengertian ini.

Akan tetapi, komunis mempropagandakan bahwa “Manusia pasti

88
akan menang melawan langit”. “Filsafat konflik” komunis meremehkan
alam semesta. Mao Zedong berkata, “Berperang dengan langit asyiknya
tak terhingga, berperang dengan bumi asyiknya tak terhingga, berperang
dengan manusia asyiknya tak terhingga”. Mungkin komunis mendapatkan
keasyikan yang sesungguhnya, akan tetapi rakyat telah membayar dengan
pengorbanan pahit atas kegembiraan ini.

I. Bertempur Melawan Masyarakat, Menghancurkan


Kemanusiaan.

Kebaikan dan kejahatan diputarbalikkan tanpa perikemanusiaan.

Manusia, pertama-tama hidup menurut alamnya, kemudian baru


menyesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat. “Pada awalnya, watak
hakiki manusia adalah baik; semua orang mempunyai rasa belas kasih”.
Penilaian orang terhadap benar atau salah, baik dan jahat, kebanyakan
adalah bawaan lahiriah. Akan tetapi bagi Partai Komunis Tiongkok
(PKT), manusia itu seperti binatang atau bahkan seperti mesin. Apakah
itu seorang kapitalis ataupun proletar, dari kacamata mereka semuanya
adalah hanya materi.

Tujuan komunis ialah mengendalikan manusia, berangsur-angsur


merubah manusia menjadi pemberontak yang revolusioner. Marx
berkata, “Kekuatan materi harus dihancurkan dengan kekuatan materi.”
Marx percaya bahwa sebuah teori, jika sudah menguasai massa, bisa
dirubah menjadi kekuatan materi. Menurutnya, seluruh sejarah manusia
tak lain adalah perubahan yang terus menerus dari sifat kemanusiaan,
dan sifat kemanusiaan itu nyatanya adalah watak kelas. Marx
berang gapan bahwa segala sesuatunya tidak ada yang disebut
pembawaan sejak lahir. Semuanya dihasilkan dari lingkungan. Dia
berpendapat bahwa umat manusia, secara keseluruhannya adalah
“individu masyarakat”, dia tidak setuju dengan konsep “manusia alam”.

Lenin percaya bahwa teori dari Marx tidak mungkin bisa


diterapkan secara wajar dalam kelas buruh, harus di indoktrinasi dari

89
luar. Walaupun Lenin telah mencurahkan segala pikirannya, tetap tidak
bisa membimbing para buruh merubah konfliknya yaitu dari konflik
ekonomi menjadi konflik politik untuk merebut kekuasaan. Maka dari
itu dia menaruh harapan pada “Teori refleks bersyarat”-nya Ivan
Petrovich Pavlov yang meraih hadiah Nobel. Lenin percaya bahwa
teori tersebut mempunyai arti yang sangat penting bagi kelas buruh di
seluruh dunia. Lebih-lebih Trotsky berkhayal bahwa “Refleks Bersyarat”
tidak hanya bisa merubah seseorang secara batiniah, tetapi juga secara
fisik. Sama seperti anjing yang mengeluarkan air liurnya setelah
mendengarkan bel makan siang berdering. Membuat tentara maju terus
pantang mundur setelah mendengarkan suara pistol, rela mengorbankan
jiwa untuk Partai Komunis.

Sejak dulu, orang yakin bahwa dengan giat bekerja bisa


mendapatkan imbalan, melalui rajin bekerja membuat hidup serba
berkecukupan yang didambakan oleh setiap insan. Sedangkan gemar
makan malas bekerja, tidak bekerja tapi mendapatkan, dipandang
sebagai tidak bermoral. Komunis sama seperti wabah menyebar ke
seluruh negeri. Setelah masuk ke dalam masyarakat, PKT mendorong
para preman dan pemalas untuk merampas tanah, dan membaginya.
Tindakan semacam ini semuanya dilegalkan secara terang-terangan.

Semua orang mengerti orang yang lebih tua senang jika yang
muda itu baik, sedangkan tidak menghormati orang yang lebih tua
adalah kelakuan tidak baik. Di jaman dulu pendidikan kaum penganut
Konfusius dibagi menjadi pendidikan tingkat atas dan tingkat dasar.
Sebelum umur 15 tahun diberikan pendidikan dasar, isi pelajarannya
adalah mengenai kesehatan, tingkah laku dan tutur kata. Setelah itu
pendidikan tingkat atas dititikberatkan pada moral dan filsafat Konfusius.
Akan tetapi komunis dalam gerakan kampanyenya mengritik Lin Biao
dan Konfusius serta terhadap martabat guru, telah membuat standar
moral tersebut terhapus seluruhnya dari benak generasi muda.

Orang zaman dahulu berkata: “Sekali menjadi guru saya, maka selama
hidup saya akan menghormatinya sebagai ayah saya.” Apa yang kita saksikan

90
di masa Tiongkok dikuasai oleh Partai Komunis?

Pada 5 Agustus 1966, di salah satu SMA wanita yang merupakan


bagian dari Universitas Pendidikan Guru di Beijing, ada seorang guru
bernama Bian Zhongyun. Oleh murid-murid wanitanya, dia dipaksa
memakai topi tinggi, sekujur badannya disiram tinta, di arak keliling jalanan,
dadanya digantungi kartu hitam, dipaksa berlutut, dipukul pakai kayu yang
berpaku, disiram dengan air panas serta cara penganiayaan lainnya hingga
menemui ajal.

Di salah satu SMA yang merupakan bagian Universitas Beijing, kepala


sekolah wanitanya dipaksa oleh murid-murid menabuh ember rusak sambil
berteriak “Saya adalah setan dan siluman”. Rambutnya digunting habis
dengan seenaknya, kepalanya dipukul hingga berdarah, didorong jatuh dan
merangkak di tanah.

Semua orang menyetujui bahwa bersih itu baik, sedangkan kotor itu
tidak baik. Akan tetapi komunis mempropagandakan bahwa: Orang baik
adalah orang yang “sekujur tubuh berlumpur, tangan menjadi kapalan”,
atau “tangan berwarna hitam, di kaki ada tahi sapinya”. Cara berpikir or-
ang semacam inilah yang disebut sebagai berpikiran merah, baru
diperbolehkan sekolah di perguruan tinggi, jadi anggota partai, naik pangkat,
menjadi penerus komunis yang merah.

Kemajuan umat manusia adalah kemajuan ilmu pengetahuan, akan


tetapi di bawah kekuasaan komunis, ilmu pengetahuan menjadi sesuatu
yang tidak baik. Para ilmuwan dijuluki sebagai “kaum intelektual busuk”,
orang yang berkebudayaan harus belajar dari orang yang tak berbudaya,
harus menerima didikan lagi dari petani miskin baru bisa memulai kehidupan
baru. Demi terlaksananya pendidikan ulang bagi kaum intelektual, para
guru dari Universitas Qinghua dikirim ke pulau Liyu di Nanchang, Propinsi
Jiangxi. Daerah ini terkenal dengan cacing pengisap darahnya, bahkan kamp
rehabilitasi yang semula berada di sana pun terpaksa pindah tempat. Begitu
para guru dan dosen serta para intelektual menyentuh air sungai, segera
terjangkit penjakit. Semuanya terjangkit cirrhosis hati, busung perut, banyak

91
orang kehilangan kemampuan untuk bekerja.

Khmer Merah di Kamboja yang dihasut oleh Zhou Enlai, meningkatkan


penindasan terhadap para ilmuwannya hingga mencapai puncak kesempurnaan.
Perlu dilakukan pembentukan kembali bagi siapa pun yang mempunyai
pemikiran mandiri, dengan cara pembasmian jiwa sampai pelenyapan jasmani.
Dari tahun 1975 hingga 1978, seperempat dari jumlah penduduk Kamboja
telah dibunuh. Ada orang yang tidak bisa terhindar dari pembunuhan ini hanya
karena di pipinya terdapat bekas kaca mata.

Setelah kemenangan Khmer Merah pada 1975, Pol Pot mulai


membangun impian sosialisme, yaitu “surga masyarakat sosialis” yang tidak
mengenal adanya perbedaan kelas, tidak ada perbedaan antara kota dan desa,
tidak ada mata uang, tidak ada transaksi perdagangan. Pada akhirnya keluarga
juga bubar, dibentuk barisan pekerja laki-laki, barisan pekerja wanita. Semua
dipaksa bekerja, makan bersama di kuali nasi besar, sama-sama memakai
seragam revolusi berwarna hitam atau seragam militer. Suami istri hanya bisa
berkumpul satu kali seminggu setelah mengantongi ijin.

Komunis mengatakan dirinya tidak takut dengan langit, tidak takut


dengan bumi, berkhayal merubah jagat raya, padahal adalah mengingkari
kekuatan dan unsur lurus alam semesta ini. Mao Zedong berkata: “Di setiap
abad, berbagai bangsa melakukan bermacam-macam revolusi besar.
Membersihkan yang lama, mengganti dengan yang baru, semua itu adalah
perubahan besar bagai proses hidup dan mati, berhasil atau musnah. Pemusnahan
alam pasti tidak berakhir pada pemusnahan saja, tidak diragukan bahwa disini
musnah disana pasti jadi. Saya mengharapkan kemusnahan, sebab musnahnya
alam semesta lama dapat diganti dengan alam semesta baru, yang mestinya
adalah lebih baik dari alam semesta yang lama!”

Prinsip yang tepat dan layak adalah mengasihi antar sesama, suami istri,
anak, ayah ibu, teman, sehingga antar sesama manusia terjalin hubungan yang
normal dan terbentuklah masyarakat. Melalui bermacam-macam gerakan politik
yang tak pernah berhenti, Partai Komunis Tiongkok telah merubah manusia
menjadi serigala. Bahkan buas dan kejamnya melebihi macan dan serigala.

92
Sebuas-buasnya macan tidak akan memakan anaknya, tetapi di bawah kekuasaan
PKT, ayah ibu, anak, suami istri saling membongkar, kasus memutuskan
hubungan keluarga terjadi di mana-mana.

Pada tahun 1960-an pada sebuah sekolah dasar di Beijing, seorang guru
wanita sewaktu mendiktekan kata-kata baru pada murid-muridnya secara tidak
hati-hati meletakkan kata-kata “sosialisme” dan “runtuh” menjadi satu. Kejadian
itu dibongkar oleh murid-muridnya. Setelah itu setiap hari dia dikritik dan
diganyang, ditempeleng oleh yang laki-laki. Anak perempuannya memutus
hubungan dengan ibunya, bagaikan rumput yang mengikuti arah angin politik,
dia langsung membongkar ibunya di depan kelas tentang “arah perkembangan
baru pertempuran dalam kelas” si ibu. Setelah itu selama bertahun-tahun
pekerjaan si ibu guru tersebut adalah membersihkan toilet sekolah.

Mereka yang telah melewati masa Revolusi Kebudayaan tidak akan


melupakan kisah Zhang Zhixin saat dipenjarakan. Polisi penjara tanpa
perikemanusiaan telah berkali-kali menelanjanginya, tangan diborgol di belakang,
dimasukkan ke ruang tahanan pria, dibiarkan diperkosa secara bergilir, yang
akhirnya jiwanya terganggu. Meskipun demikian, sewaktu akan dieksekusi, kuatir
dia meneriakkan slogan, algojo penjara langsung menekan kepalanya di atas
batu bata, tanpa dibius tenggorokannya langsung digorok….

Meskipun penindasan terhadap Falun Gong terjadi baru beberapa tahun


belakangan ini, PKT masih tetap menggunakan cara-cara lama yaitu membuat
permusuhan dan menghasut terjadinya tindakan kekerasan.

Partai Komunis mengekang sifat hakiki manusia yang baik dan jujur,
sebaliknya menghasut, membiarkan dan memanfaatkan sifat jahat manusia
untuk memperkuat kekuasaannya. Gerakan yang bersifat jahat berkali-kali
dilakukan, sehingga orang yang berhati nurani pun merasa ngeri akan kekerasan
itu dan terbenam dalam kebungkaman. Komunis secara sistematik telah
merusak hampir semua pengertian umum tentang moral yang ada di alam
semesta ini. Konsep “tahu malu akan perbuatan jahat” yang telah dipertahankan
manusia selama ribuan tahun telah sirna. Sebaliknya orang menjadi tidak tahu
malu berbuat jahat.

93
Kejahatan yang melampaui unsur saling mendorong dan mengatasi.

Lao Tze berkata bahwa di dunia ini terdapat unsur saling menghidupi
dan saling membatasi. Manusia tidak hanya terbatas menjadi baik dan buruk,
di dalam diri manusia sendiri secara bersamaan juga terdapat unsur baik dan
jahat.

Dao zhi, ikon yang dianggap mewakili perampok, tapi dia berkata
pada bawahannya bahwa “perampok juga mempunyai Dao”. Katanya lebih
lanjut, “Menjadi penyamun harus bijaksana, gagah berani, adil, arif dan
berperikemanusiaan.” Dengan kata lain, meskipun jadi penyamun tidak boleh
bertindak sewenang-wenang, masih harus mematuhi aturan yang ada.

Menengok kembali sejarah PKT, boleh dikatakan penuh dengan


penipuan dan pengkhianatan, tidak ada aturan apa pun yang mengekang.
Misalkan perampok pun mengutamakan “keadilan’, bahkan tempat membagi
hasil rampokan pun disebut sebagai “ruang berkumpul keadilan untuk membagi
pendapatan.” Akan tetapi dalam tubuh PKT antara sesama teman jika menemui
bahaya, segera saling membongkar, memukul orang yang sudah jatuh, bahkan
memfitnah dan mengada-ada.

Contohnya Peng Dehuai. Mao Zedong yang terlahir dari petani, sudah
pasti tahu bahwa sepetak tanah tidak mungkin menghasilkan 130.000 kati beras,
dan secara pasti tahu bahwa ucapan Peng Dehuai itu jujur. Mao tentunya juga
tahu bahwa Peng Dehuai tidak berniat merebut kekuasaannya, bahkan telah
menyelamatkan hidupnya. Ketika perang PKT melawan Kuomintang, Peng
dengan 20.000 pasukannya mati-matian melawan pasukan Hu Zongnan yang
berjumlah 200.000, beberapa kali menolong nyawa Mao Zedong. Namun
ketika Peng Dehuai hanya mengritik Mao dengan dua patah kata, Mao segera
membuang puisi yang pernah dia buat untuk Peng ke dalam tong sampah.
Mao kemudian menvonis mati Peng, dengan demikian dapat dikatakan tak
mengenal balas budi bahkan meniadakan rasa keadilan.

PKT memerintah bukannya dengan kebajikan dan kebaikan melainkan


membunuh dengan bengis dan kejam, tidak berperikemanusiaan. Sesama

94
anggota saling berperang, bermusuhan, tidak setia. Boleh dikata, komunis telah
mengabaikan batas terendah dari “Perampok juga ada Dao-nya’, kejahatannya
sudah melampaui prinsip saling mendorong dan mengatasi di antara kelima
unsur yang berada di alam semesta ini. PKT telah merusak watak manusia
wajar secara total. Tujuannya mengacaukan kriteria antara baik dan jahat,
mengacaukan aturan alam, sangat pongah dan tak tahu diri. Arogansi ini dengan
sendirinya tidak akan terhindar dari akhir kemusnahan.

II. Bertempur dengan Bumi, Melanggar alam, Petaka Tiada


Batas.

Pertempuran kelas yang berkepanjangan sampai ke alam

Jin Xunhua, seorang siswa lulus SMU pada 1968 di Wu Song, Shanghai
menjadi pengurus tetap dari kelompok Hongdahui. Maret 1969, naik gunung
turun ke desa di Heilongjiang. Pada 15 Agustus 1969 terjadi air bah, dua tepi
sungai mengalami genangan air yang sangat luas, untuk menyelamatkan dua
buah tiang listrik hasil kerja timnya, Jin Xunhua melompat ke dalam arus deras
hingga kehilangan nyawanya.

Berikut catatan harian Jin Xunhua semasa hidupnya :

Tanggal 4 Juli
Saya sekarang mulai merasakan pertarungan kelas yang sengit dan meruncing di
pedesaan. Sebagai seorang prajurit Garda Merah Mao, saya mempersiapkan diri sepenuhnya,
menggunakan pemikiran Mao yang tak pernah kalah memberikan pukulan keras yang
langsung kepada kekuatan reaksioner, walau harus berkorban juga harus dengan penuh
kerelaan. Demi mengukuhkan kediktatoran proletar, lalu giat bertempur! bertempur!
bertempur!

Tanggal 19 Juli
Keganasan dan kecongkakan barisan xx, musuh kelas, masih menjadi-jadi. Pemuda
terpelajar datang ke pedesaan, untuk ikut serta dalam tiga gerakan dalam revolusi besar
yang ada di pedesaan. Pertama dan yang paling sengit adalah, pertarungan kelas. Kita
memang seharusnya bergantung pada petani miskin dan petani sedang lapisan bawah,

95
menggerakkan massa, agar kegarangan musuh dapat ditekan. Kita pemuda terpelajar
harus senantiasa menjunjung tinggi bendera merah agung ideologi Mao, selalu tidak melupakan
pertarungan kelas, selalu tidak lupa pada kediktatoran proletar.

Jin Xunhua bercita-cita memerangi langit bertempur dengan bumi, dan


mengubah manusia datang ke pedesaan. Dari catatan hariannya dapat dilihat
bahwa alam pikirannya penuh dengan pikiran “bertempur”. Dia melaksanakan
pemikiran “bertempur dengan manusia” terhadap alam ini, pada akhirnya
kehilangan nyawa. Jin Xunhua adalah salah satu contoh dari filsafat bertempur;
bersamaan itu tanpa keraguan dia adalah korbannya.

Frederick Engels mengatakan bahwa kebebasan adalah refleksi dari


ketidakpastian. Mao Zedong menambahkan: “dan reformasi dunia”.
Penambahan ini bagai menambahkan biji mata pada lukisan naga.
Sesungguhnya hal ini sudah cukup menunjukkan sikap PKT terhadap alam,
yaitu mereformasi alam. “Kepastian” yang dikenal komunis adalah materi
buta, tidak dapat menjelaskan sumber “hukum/aturan”. Mereka
beranggapan bahwa dengan mengembangkan pengenalan inisiatif subjektif
manusia akan mengerti hukum objektif, sudah dapat menaklukkan alam
dan manusia. Komunis telah memporakporandakan Rusia dan Tiongkok,
dua bidang “sawah percobaannya”.

Lagu rakyat Dayuejin, selama Lompatan Jauh ke Depan,


menggambarkan kedunguan dan kebodohan PKT: “Biarkan gunung
menundukkan kepala, biarlah sungai menyingkir”. Di langit tidak ada raja
giok, di bumi tidak ada raja naga. Akulah raja giok, akulah raja naga.
Kuperintahkan tiga pegunungan dan lima bukit untuk menyingkir dan
membuka jalan, Aku telah datang!”

Partai Komunis datang! Dia telah merusak dunia yang seharusnya


harmonis, dia telah merusak keseimbangan alam.

Merusak alam, menanggung sendiri akibat buruknya

Partai Komunis Tiongkok melaksanakan kebijakan pertaniannya

96
dengan bahan pangan sebagai kunci semua programnya. Secara besar-
besaran mereklamasi tanah yang tidak sesuai untuk pertanian yaitu tanah
pegunungan dan padang rumput; menguruk/menimbun sungai, danau dan
laut yang berada di Tiongkok. Apa akibatnya? PKT menyatakan hasil pangan
tahun 1952 sudah melebihi hasil pada masa Pemerintahan Nasional, tetapi
yang tidak dibocorkan oleh PKT adalah: sampai 1972, total hasil pangan
Cina baru melewati total hasil pada dinasti Qing saat pemerintahan Qianlong.
Sampai saat ini rata-rata hasil pangan per kapita, masih jauh tertinggal dari
masa Dinasti Qing; hanya 1/3 dari masa kejayaan pertanian pada dinasti
Song.

Penebangan hutan yang kacau balau dan serampangan,


pembendungan sungai, pengurukkan laut mengakibatkan lingkungan
ekologi di Tiongkok mengalami kerusakan besar. Kini ekosistem di
Tiongkok sudah diambang kehancuran. Pemutusan aliran Sungai Hai, Sungai
Huang, Sungai Huai dan pencemaran Sungai Yangtze, nadi yang menjadi
sandaran hidup bangsa Tionghoa diputus sepenuhnya. Dengan hilangnya
padang rumput di Gansu, Qinghai, Mongolia dalam dan Xinjiang ini,
menyebabkan gulungan pasir kuning menerjang ke dataran tengah.

Pada tahun1950-an, PKT di bawah pengawasan para profesional


Rusia, telah membangun PLTA “Sanmenxia” di Sungai Huang. Aliran listrik
yang dihasilkan sampai kini hanya setara dengan yang dihasilkan oleh sebuah
sungai berukuran sedang (Sungai Huang adalah sungai terbesar ke-2 di
Tiongkok), bahkan menyebabkan timbunan pasir di hulu, dasar sungai
menjadi tinggi. Jika terjadi air bah yang agak besar, penduduk di sekitarnya
mengalami kerugian besar atas harta dan nyawanya. Tahun 2003, banjir
Sungai Wei dengan puncak tertinggi debit airnya 3.700 m3 per detik, hanya
merupakan banjir biasa yang dialami setiap tiga sampai lima tahun sekali;
tetapi bencana yang diakibatkan merupakan bencana yang tak pernah ditemui
dalam kurun waktu 50 tahun sebelumnya.

Di Zhumadian, Provinsi Henan telah dibangun beberapa waduk


besar. Tahun 1975, penopang tangggulnya beruntun runtuh, dalam waktu
singkat selama dua jam, menelan korban 60.000 orang, jumlah total yang

97
meninggal mencapai 200.000 jiwa.

Yang perlu dijelaskan di sini adalah bahwa tindakan sesuka hati PKT
terhadap tanah Tiongkok masih berlanjut. Dam besar di Sungai Yangtze, air
selatan dipindahkan ke utara. Semua ini menelan biaya yang sangat besar dan
bermaksud merubah ekosistem alam. “Melawan bumi” yang berskala
menengah kecil macamnya beraneka ragam. Lebih dari itu, ada orang yang
mengusulkan jalan tembus di dataran tinggi Qinghai-Tibet dengan
menggunakan bom atom, agar lingkungan alam Tiongkok Barat bisa berubah,
sifat pongah dan meremehkan bumi ini membuat orang sedunia terbelalak,
tetapi tidak jauh dari dugaan orang.

Leluhur kita mengatakan bahwa manusia harus bersikap menerima langit


mematuhi bumi, hormat pada alam.

Komunis dengan sikap bertempur dengan langit melawan bumi,


bertindak secara serampangan terhadap bumi. Tindakan sewenang-wenang
ini bertentangan dengan langit dan bumi; pada akhirnya pasti mendapatkan
ganjaran dari langit dan bumi serta hukuman dari alam.

III. Bertempur dengan Langit, Menindas Kepercayaan, Menyangkal


Kepercayaan Ortodoks dan Menolak Percaya Tuhan

Kehidupan yang terbatas bagaimana dapat mengenal ruang waktu


yang tak terbatas?

Einstein pernah ditanya oleh anaknya, Edward: “Ayah, mengapa


anda sangat ternama?” Einstein menjawab: “Apakah kamu melihat seekor
kumbang buta yang berjalan di atas bola kulit itu? Ia tidak merasa bahwa
jalan yang dilaluinya berliku, tetapi Einstein mengetahuinya.” Kalimat ini
artinya sangat mendalam, orang Tiongkok berkata: “Tidak mengenal wajah
asli Gunung Lu, karena mereka berada di gunung itu.” Jika ingin mengenal
suatu sistem, maka harus diamati dari luar sistem itu. Namun menggunakan
jiwa manusia yang terbatas ini untuk meneliti ruang waktu yang tidak
terbatas, manusia tidak akan dapat mengetahui keseluruhannya, maka alam

98
akan menjadi misteri manusia yang abadi.

Halangan yang tidak bisa dilewati oleh ilmu pengetahuan tentunya


metafisika. Hal tersebut logis jika menjadi kategori “kepercayaan”.

Keyakinan orang semacam ini, dalam pergerakan batinnya, penghayatan


dan pemikirannya terhadap jiwa, ruang waktu dan alam semesta sama sekali
bukan kategori pengaturan dari suatu partai politik. “Milik Tuhan kembali ke
Tuhan, milik setan kembali ke setan.” Namun PKT mengandalkan pengertiannya
terhadap jiwa dan alam semesta yang minim dan menggelikan. Semua yang di
luar teori, mereka anggap “takhayul”. Mereka yang percaya akan Tuhan masih
akan dicuci otaknya, diubah, dikritik, bahkan sampai pada pelenyapan jasmani.

Sesungguhnya, ilmuwan yang pandangannya terhadap alam semesta


sangat terbuka dan luas, tidak akan menggunakan pengetahuan yang terbatas
untuk menyangkal “hal yang belum diketahui” yang tak terbatas. Ilmuwan
yang ternama, Newton, pada 1678 menerbitkan karya besarnya “Prinsip
Matematika”. Dalam buku itu Newton mengurai secara terperinci tentang
prinsip mekanika, menjelaskan pasang dan surut, pergerakan planet, juga
memperhitungkan pola pergerakan tata surya. Newton yang telah memperoleh
keberhasilan dan kehormatan besar tentang bukunya, selalu menjelaskan bahwa
semua hanya melukiskan semacam gejala saja, dia tidak akan berani berdiskusi
tentang apa arti sebenarnya Yang Maha Kuasa menciptakan alam semesta ini.
Sewaktu cetakan kedua “Prinsip Matematika” diterbitkan, dalam buku itu New-
ton pernah menuliskan sebait kata yang menyatakan keyakinannya: “Semua
sistem besar yang sempurna dan indah ini termasuk matahari, planet dan komet,
hanya tercipta dari tangan Tuhan Yang Maha Esa…sama seperti orang buta
yang tidak akan pernah mengerti tentang warna, kita sama sekali tidak paham
terhadap cara Tuhan memahami segala materi di dunia ini”.

Kita tidak perlu memasalahkan apakah surga itu ada, atau apakah
seorang kultivator bisa mencapai kondisi kembali ke jati diri, orang yang
benar-benar percaya pada agama ortodoks percaya akan adanya hukum
karma, prinsip hubungan antara sebab dan akibat. Yang jelas kita akan
sepakat bahwa kepercayaan ortodoks bisa mempertahankan moral manusia

99
pada standar tertentu. Dari Aristoteles hingga Einstein, mereka semua
percaya bahwa ada suatu hukum universal dalam alam semesta ini. Manusia
dengan tak mengenal lelah, melalui berbagai macam cara meneliti prinsip
alam. Maka selain penelitian melalui ilmu pengetahuan, bukankah agama,
kepercayaan dan kultivasi juga mungkin merupakan jalan dan cara lain untuk
menemukan kebenaran?

Komunis Tiongkok menghancurkan kepercayaan lurus ortodoks


manusia

Semua bangsa dalam sejarah dunia ini percaya akan adanya Tuhan,
atau yang maha tinggi. Kepercayaan ini, dan juga kepercayaan akan hukum
sebab dan akibat bahwa kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, kejahatan
akan dibalas dengan kejahatan membuat manusia bisa mengekang diri,
dan dapat mempertahankan moral masyarakat pada standarnya. Dari dulu
hingga sekarang, baik aliran ortodoks di Barat maupun aliran Konfusius,
Budha dan Tao di Timur, semua mengajarkan kepada manusia bahwa
kebahagiaan yang sejati adalah datang dari kepercayaan pada dewa, hormat
pada langit, baik pada sesama, menghargai berkah yang diterima dan tahu
membalas budi.

Pemikiran dasar paham komunis adalah atheisme,


mempropagandakan tidak adanya dewa, Budha, dan Tao, tidak ada
kehidupan sebelumnya dan kehidupan mendatang, tidak ada karma. Karena
itu, negara-negara komunis memberi semangat pada rakyat jelata dan para
gelandangan proletar untuk tidak percaya pada dewa, tidak perlu membayar
karma, tidak perlu patuh pada hukum, sebaliknya harus memberontak
untuk menjadi keluarga kaya dengan jalan kekerasan dan tipu muslihat.

Jaman dulu di Tiongkok, walaupun para kaisar menganggap diri


mereka tinggi, namun masih menyebut diri mereka sebagai anak-anak surga.
Di bawah kuasa dan kendali “takdir dari surga” sering kali kaisar
mengeluarkan maklumat menyalahkan diri sendiri, mohon pengampunan
padaNya. Komunis menetapkan diri mewakili “takdir dari surga”, dengan
apa yang disebut tiada hukum, tiada Tuhan, sama sekali tanpa batasan,

100
akibatnya tercipta dunia neraka di mana-mana.

Marx, bapak komunisme, beranggapan bahwa agama ibarat candu


yang melumpuhkan semangat rakyat. Dia takut jika semua orang percaya akan
dewa dan Tuhannya, maka tidak akan menerima paham komunisnya. Bab
pertama dari buku Dialektika Alam yang ditulis oleh Engels berisi kritikan
terhadap hal-hal mistik.

Engels pernah berkata: “Segala hal yang ada pada abad pertengahan
dan sebelumnya, harus dibuktikan alasan-alasan keberadaannya di depan meja
pengadilan rasional manusia”. Dengan ucapannya ini, dia telah menempatkan
dirinya dan Marx sebagai hakim di belakang meja pengadilan. Bakunin, seorang
anarkis yang juga adalah teman Marx, telah menggambarkan Marx sebagai,
“Dia bagai Tuhan bagi orang-orang. Dia tidak bisa menerima orang lain sebagai
Tuhan kecuali dirinya. Dia menghendaki orang lain memujanya bagai dewa,
menjadikannya idola untuk disembah sujud, jika tidak, akan dihukum atau
dianiaya”.

Bagi orang-orang komunis yang berniat jahat, kepercayaan


tradisional ortodoks dianggap merupakan rintangan alam.

Penganiayaan Partai Komunis Tiongkok terhadap agama boleh


dikatakan sudah pada taraf kegila-gilaan. Pada saat Revolusi Kebudayaan,
banyak kuil yang dihancurkan, para biksu digiring ke jalan. Di Tibet, 90 persen
kuil mengalami kerusakan, dan hingga saat ini masih ada ribuan anggota Nasrani
dipenjarakan. Ignatius Kardinal Kung Pin Mei, seorang pastor Katolik di Shang-
hai dipenjarakan selama 30 tahun oleh PKT, tahun 1980-an baru bisa pergi ke
Amerika. Menjelang meninggal dunia di usia 90 tahun lebih, dia membuat
surat wasiat yang berbunyi: “Tunggu sampai komunis sudah tidak berkuasa di
Tiongkok, pindahkan kuburan saya kembali ke Shanghai”. Seseorang karena
kepercayaannya, telah mendapatkan perlakuan kejam dari kekuatan jahat. Seorang
diri secara rahasia dipenjarakan selama 30 tahun lebih; PKT telah berkali-kali
memaksanya, asalkan mau menyetujui “tiga komitmen patriot” dari PKT, dia
akan dilepas. Beberapa tahun belakangan ini, PKT juga melakukan penindasan
terhadap para kultivator Falun Gong yang percaya akan “Sejati, Baik, Sabar”,

101
hal ini merupakan kelanjutan PKT untuk “memerangi langit”.

Partai Komunis yang atheis bermaksud memimpin dan mengekang


kepercayaan manusia kepada Tuhan. “Bertempur dengan langit, asyiknya tak
terhingga”; sungguh sangat menggelikan, sifat keangkuhan yang tidak dapat
dilukiskan.

Penutup

Realisasi paham komunis telah mengalami kegagalan total di seluruh


dunia. Pemimpin dari negara besar komunis yang terakhir di dunia, yaitu Jiang
Zemin, di bulan Maret 2003 pernah berkata kepada wartawan Washington Post:
“Ketika muda saya percaya bahwa komunisme akan segera tiba, tetapi sekarang
saya tidak lagi mengira demikian.” Sampai saat ini yang benar-benar percaya
akan paham komunis sudah sangat sedikit.

Kegagalan gerakan komunisme sudahlah pasti, karena melanggar hukum


alam, berlawanan dengan jalan Tuhan. Sebersit kekuatan yang melawan alam,
maka sudah pasti mendapat hukuman dari Yang Maha Kuasa.

Partai Komunis Tiongkok meskipun berkali-kali berganti rupa, berkali-


kali dapat melewati masa krisis, tetapi dunia melihat jelas akan akhir
kesudahannya. Selembar demi selembar PKT menanggalkan mantelnya yang
indah, hingga tampaklah jelas wujud keiblisannya, kekejamannya. Tidak punya
malu dan melawan alam. Sampai hari ini masih mengekang pikiran orang, dan
membunuh etika moral manusia. Komunis masih merupakan bencana yang
amat besar bagi peradaban manusia, moral, perdamaian dan kemajuan.

Alam semesta yang luas ini membawa kehendak langit yang tak dapat
dilawan, boleh dikatakan sebagai tekad dewa, atau sebagai hukum alam, juga
boleh dikatakan sebagai kekuatan alam. Bila manusia menaruh hormat pada
kehendak alam, patuh pada alam, mengindahkan alam semesta, memperhatikan
dan mengasihi semua kehidupan, barulah mempunyai kemungkinan untuk
memiliki masa depan.

102
[Komentar 5]

Jiang Zemin Berkolusi


dengan PKT Menindas
Falun Gong
[Komentar 5]
Jiang Zemin Berkolusi dengan PKT
Menindas Falun Gong

Zhang Fuzhen, wanita berumur 38 tahun, semula adalah pekerja


taman Xianhe di kota Pingdu, Kabupaten Shandong. Zhang pada No-
vember 2000 pergi ke Beijing membela Falun Gong dari tuduhan fitnah,
dia lalu di tangkap. Ada saksi yang mengatakan, polisi menelanjangi Zhang
dengan paksa, mencukur botak rambutnya, menyiksa, mempermalukan
dia. Diikat di ranjang dengan posisi dua tangan dan kaki terbentang, buang
air kecil dan besar pun dilakukan diranjang itu. Kemudian, polisi dengan
paksa menyuntikkan sejenis racun yang sangat ganas, setelah disuntik, Zhang
Fuzhen kesakitan hebat, ia terus meronta kesakitan dan akhirnya meninggal
di atas ranjang. Seluruh proses kejadian tersebut disaksikan langsung oleh
seluruh pejabat Kantor 610. [Berita Minghui.net 31 Mei 2004.]

Yang Lirong, wanita berusia 34 tahun, tinggal di Jalan Pintu Utara Kota
Dingzhou wilayah Baoding Kabupaten Hebei, karena berkultivasi dan berlatih
Falun Gong, keluarganya sering diteror dan diancam oleh polisi. Malam tanggal
8 Februari 2002, setelah didatangi polisi, sang suami yang bekerja sebagai sopir
di Biro Metrologi menjadi sangat ketakutan akan kehilangan pekerjaannya, dia
merasakan tekanan yang tak tertahankan. Keesokan harinya, ketika kedua or-
ang tuanya tak di rumah, ia mencekik leher istrinya, Yang Lirong yang malang
pun mati mengenaskan, meninggalkan seorang anak berusia 10 tahun. Setelah
kejadian, si suami melapor ke polisi, polisi datang ke TKP, membawa pergi
tubuh korban yang masih hangat dan langsung mengotopsi. Ketika dilakukan
otopsi, tubuh yang dibedah masih mengepulkan uap panas, darah segar
mengucur deras. Seorang bagian keamanan kota Dingzhou mengatakan: “Ini
bukanlah mengotopsi mayat, tetapi membedah tubuh orang yang masih hidup.”
(Berita dari Minghui.net 22 September 2004)

Dalam kamp kerja paksa di Propinsi Hei Longjiang, seorang wanita

104
yang sedang hamil sekitar 6 bulan, dengan kedua tangannya terikat dia
digantung ditiang penyangga bangunan, lalu kursi penopang kaki di tendang
menjauh, sehingga seluruh tubuh jadi berdiri tergantung. Tiang penyangga
bangunan tingginya tiga meter di atas tanah, simpul tali yang satu diikat di
bulatan balok di atas tengah bangunan, simpul satunya lagi di tangan sipir
penjara. Begitu tali ditarik, orang yang terikat langsung mengayun di udara,
jika dikendurkan dia jatuh melorot ke bawah dengan cepat. Begitulah si
wanita hamil ini terus disiksa dalam penderitaan yang hebat, hingga
mengakibatkan keguguran. Yang lebih keji adalah, polisi menyuruh suami
korban menyaksikan eksekusi biadab terhadap istrinya. (Berita dari
Minghui.net 15 Nopember 2004, berdasarkan wawancara dengan praktisi
Falun Gong Wang Yuzhi yang disiksa secara kejam dan di kurung di kamp
kerja selama 100 hari lebih).

Contoh kasus mengerikan yang menyayat hati seperti itu, terjadi di


Tiongkok masa kini, dialami oleh praktisi Falun Gong yang ditangkap dan
dianiaya. Hal-hal yang disebutkan di atas tadi hanyalah sekelumit dari sekian
banyak penyiksaan keji sejak terjadinya penindasan terhadap Falun Gong
yang sudah berjalan 5 tahun lebih dan masih berlangsung hingga hari ini.

Setelah masa reformasi dan keterbukaan, Partai Komunis Tiongkok


(PKT) berusaha memperbaiki citra dengan menampilkan wajah positif
dan terbuka terhadap dunia luar, tetapi masalah penindasan berdarah
terhadap komunitas kultivator Falun Gong sangat irasional. Area penindasan
sedemikian luas, tingkat penindasan sedemikian tinggi, cara yang digunakan
teramat kejam dan keji. Sekali lagi masyarakat dunia dapat melihat wajah
asli dari PKT, menambah aib citra buruk PKT yang memang mempunyai
reputasi buruk dalam bidang HAM. Di saat orang-orang yang sudah
terbiasa melemparkan tanggung jawabnya kepada polisi bermutu rendah,
mengira PKT sedang dalam tahap pembenahan diri yang diartikan sebagai
kemajuan, maka penindasan keji terhadap Falun Gong yang dilakukan secara
vertikal dan sistimatis di semua pelosok di Tiongkok, secara tuntas
membuyarkan angan-angan mereka. Banyak orang berpikir mengapa
penindasan berdarah yang sangat irasional seperti ini dapat terjadi di
Tiongkok? Mengapa baru saja “membuat kekacauan” dengan Revolusi

105
Kebudayaan 20 tahun yang lalu, kini jatuh lagi ke dalam lingkaran setan
perjalanan sejarah bangsanya? Mengapa ajaran “Sejati-Baik-Sabar” yang
dapat berkembang pesat di lebih dari 60 negara di seluruh dunia, hanya di
Tiongkok saja yang mengalami penindasan ? Di tengah penindasan ini,
apa sebenarnya hubungan antara Jiang Zemin dengan PKT ?

Jika saja tidak ada PKT – mesin penggerak kekerasan yang


spesialisasinya adalah membunuh dan berbohong sebagai alat bantunya,
maka tidak mungkin seorang seperti Jiang Zemin yang tidak berbudi dan
tanpa kemampuan itu dapat menggerakkan sebuah tindakan keji genosida
yang melanda seluruh bumi Tiongkok dan bahkan melebar ke seluruh dunia.
Bagi PKT, di saat Tiongkok membuka diri dan masuk dalam era globalisasi,
jika tidak ada Jiang Zemin diktator keji yang bertindak semaunya, tak mau
mendengar pendapat orang lain, maka PKT akan sulit bergerak menantang
arus sejarah. Demikianlah Jiang dan PKT saling berkolusi. Bagaikan suara
teriakan seorang pendaki gunung es dan gumpalan salju yang bergetar
bersama-sama, menimbulkan malapetaka longsor yang lebih dahsyat, Jiang
dan PKT saling menarik keuntungan dengan penindasan yang tingkat
kekejamannya tiada tandingan dalam sejarah peradaban manusia.

I. Sejarah Pendirian Yang Sama Menimbulkan Rasa Krisis Yang


Sama

Jiang Zemin lahir di tahun 1926, sama seperti PKT yang selalu
menyembunyikan sejarah kelahirannya terhadap rakyat, Jiang Zemin juga
berbohong terhadap PKT dan rakyat perihal sejarah penghianatan dirinya
terhadap negara.

Ketika Jiang Zemin berumur 17 tahun, pertempuran anti fasis


berkobar di berbagai negera. Di saat para pemuda patriotik berduyun-
duyun maju ke medan perang melawan Jepang, Jiang malah memilih
menekuni pendidikan tinggi di sebuah Perguruan Tinggi Sentral gadungan
yang didirikan di Nanjing tahun 1942 oleh pemerintahan gadungan Wang
Jingwei. Berdasarkan penyelidikan, ini disebabkan ayah kandung Jiang yaitu
Jiang Shijun di masa pendudukan Jepang di daerah Jiangsu adalah pejabat

106
tinggi di sebuah Badan Intelijen Jepang yang memata-matai bangsanya
sendiri, ayah Jiang adalah seorang pengkhianat Tiongkok tulen.

Seperti halnya PKT, Jiang bukan hanya piawai dalam menjual dan
mengkhianati negara, mereka sama-sama tidak cinta rakyat, bahkan boleh
membunuh sesuka hati mereka.

Saat PKT menang dalam pertempuran dalam negeri, Jiang Zemin


berusaha masuk ke dalam PKT mencari kekayaan, berbohong bahwa ia
sebenarnya telah diangkat anak oleh pamannya Jiang Shangqing – anggota
PKT yang meninggal dibunuh penjahat. Adanya hubungan ini membuat
karir Jiang menanjak pesat dalam waktu singkat, dari pejabat menengah
menjadi Wakil Kepala Departemen Industri Elektronik. Ditilik dengan
seksama, Jiang melesat karena nepotisme dan kepandainya menjilat. Ketika
menjabat Sekjen PKT Distrik Shanghai, dengan semangat menjilat yang
luar biasa, Jiang mendekati Li Xiannian, Chen Yun dan para sesepuh partai
yang setiap tahun datang ke Shanghai merayakan Imlek. Sang Sekjen partai
Distrik Shanghai ini pernah berdiri berjam-jam lamanya di tengah dinginnya
salju, hanya untuk mempersembahkan sepotong kue tar ulang tahun kepada
Li Xiannian.

Peristiwa pembunuhan mahasiswa di Lapangan Tiananmen pada


tahun 1989 merupakan titik balik lain dalam karir politik Jiang Zemin.
Dengan mengandalkan kekuasaan politik, membreidel Koran Berita Ekonomi
Dunia yang terkenal vokal, mengenakan tahanan rumah kepada Ketua DPR
Wanli dan mendukung penindasan berdarah terhadap mahasiswa pada
tanggal 4 juni 1989, semua ini mengantar Jiang menuju tampuk tertinggi
menjabat Sekjen PKT. Jauh sebelum peristiwa 4 Juni 1989, Jiang telah menulis
surat rahasia kepada Deng Xiaoping, meminta Deng bersikap tegas dan
keras, alasannya jika tidak demikian, niscaya “PKT dan negara Tiongkok
akan hancur”. Selama 15 tahun, Jiang dengan mengatas namakan “kestabilan
adalah segalanya”, menindas keras semua oposan dan kelompok
rohaniawan.

Saat Tiongkok dan Soviet mengadakan survei perbatasan kedua

107
negara pada tahun 1991, Jiang Zemin mengakui penjajahan yang pernah
dilakukan oleh dinasti Tsar dan bekas Uni Soviet, menerima syarat-syarat
berat sebelah yang diajukan pihak Rusia dalam perjanjian AI HUI, bersedia
menyerahkan lebih dari 1 juta km persegi tanah negara Tiongkok kepada
mereka.

Biografi Jiang Zemin memanipulasi dirinya sebagai anak seorang


pahlawan kemerdekaan, adalah contoh nyata kebiasaan berbohong Partai
Komunis. Mendukung penindasan berdarah 4 Juni 1989 di Lapangan
Tiananmen, menindas pergerakan ormas dan kelompok kepercayaan, itu adalah
contoh nyata kebiasaan PKT membunuh. PKT yang pada awal pendiriannya
adalah cabang Partai Komunis Internasional di Divisi Timur Jauh, terbiasa
didikte oleh Uni Soviet. Jiang Zemin tanpa syarat menyerahkan 1 juta km
persegi tanah negara, adalah contoh nyata kebiasaan komunis “menjual diri”.

Jiang Zemin dan PKT mempunyai kesamaan latar belakang sejarah


yang tidak terpuji, hal ini menyebabkan rasa tidak aman terhadap kekuasaan
yang mereka genggam di tangan.

II. Jiang Zemin dan PKT Sama-sama Takut Terhadap “Sejati –


Baik – Sabar

Sejarah pergerakan Partai Komunis Internasional ditulis dengan darah


ratusan juta jiwa manusia. Setiap negara komunis menerapkan gaya
Stalinisme yang nyaris sama dalam memberantas pemberontakan,
membunuh jutaan bahkan puluhan juta jiwa yang tak berdosa. Di tahun
1990-an, Uni Soviet tercerai berai, negara Eropa Timur berubah bentuk,
hanya dalam satu malam, blok komunis telah kehilangan setengah kubunya.
Pelajaran yang didapat oleh PKT dari peristiwa ini adalah, menghentikan
penindasan, membuka lebar kebebasan berpendapat, yang berarti menuju
kebinasaan diri sendiri. Jikalau kebebasan berpendapat dibuka lebar,
bagaimana cara menyembunyikan kekerasan? Bagaimana menutup
kebohongan ideologi? Jika menghentikan penindasan, bukankah rakyat tidak
terancam teror lagi, sehingga bebas dan berani memilih bentuk kehidupan
dan kepercayaan selain komunisme? Bukankah itu berarti akan kehilangan

108
fondasi masyarakat tempat PKT berpijak untuk hidup?

Bagaimanapun PKT mengubah penampilan luarnya, secara dasar ia


adalah tetap sama. Oleh karena itu kalau bohong kepada rakyat harus
berbohong sampai tuntas, menindas rakyat juga harus sampai tuntas. Itulah
kesimpulan Jiang Zemin yang dilandasi oleh rasa ketakutan yang memuncak
setelah penindasan mahasiswa di Lapangan Tiananmen. Seterusnya dia
berteriak: “Basmi segala unsur ketidak-stabilan selagi masih embrio”.

Saat ini, di Tiongkok muncul Falun Gong. Walaupun Falun Gong


pada awal kemunculannya dikenal orang sebagai qigong – suatu metode
pelatihan tubuh untuk menyembuhkan penyakit, namun orang mulai
memperhatikan inti ajaran Falun Gong yang bukan hanya terbatas pada
lima perangkat latihan gerakan tubuh, namun juga ajaran “Sejati-Baik-Sabar”
yang dapat menuntun orang menjadi orang yang baik.

Falun Gong berbicara tentang “Sejati – Baik – Sabar”, PKT berbicara


tentang “dusta – jahat – tempur”.

Falun Gong memprakasai “Sejati”, meliputi berkata secara jujur,


berbuat secara baik. Namun PKT selalu mengandalkan pencucian otak
dan berbohong. Jika setiap orang berbicara secara jujur, masyarakat luas
akan mengetahui bahwa ternyata PKT tumbuh dengan mengandalkan dan
berpihak kepada Uni Soviet, membunuh orang, menculik, melarikan diri,
menanam candu, pura-pura melawan Jepang. PKT mengatakan, tidak ada
yang bisa dicapai tanpa berbohong. Setelah membentuk kekuasaan, PKT
terus menerus mengadakan gerakan politik dan bermacam pergolakan yang
berlumuran darah. Tentu saja ini merupakan hutang yang harus dibayar
dan kiamat pun menjelang didepan mata.

Falun Gong berpedoman kepada “Baik”, meliputi mendahulukan


kepentingan orang lain jika menemui masalah dan berbuat baik untuk orang
lain. PKT menganjurkan “berperang dengan kejam”, “menghajar tanpa
perasaan”. Pahlawan PKT Lei Feng berkata “Hadapi musuh tanpa perasaan,
bagai dinginnya musim dingin”. Sesungguhnya tidak hanya terhadap musuh,

109
kepada orang sendiri pun ia sangat kejam. Para sesepuh jenderal yang berjasa
kepada negara, bahkan kepala negara pun mengalami hal serupa, dipermalukan
di muka umum, dipukul bahkan dihukum berat. Bagi yang dianggap “musuh
kelas” nasibnya lebih tragis lagi. Jika unsur “Baik” mendapat hati di tengah
masyarakat, maka kekuasaan lalim dan gerakan massa yang berdasarkan
“kejahatan” tidak bisa muncul.

Manifesto Komunis menyatakan: “Hingga kini semua sejarah masyarakat


adalah sejarah pertentangan kelas”. Ini mewakili konsep sejarah dan konsep
universal PKT. Falun Gong menganjurkan agar mencari permasalahan
pada diri sendiri jika timbul konflik. Konsep senantiasa introspeksi diri
yang diterapkan Falun Gong jelas-jelas bertentangan dengan filosofi komunis
yang bertarung keluar.

Pertarungan adalah cara utama komunis memperoleh dan


mempertahankan eksistensinya. Mengobarkan pergerakan politik secara
berkala untuk menghukum orang adalah mengisi energi baru bagi dirinya,
“menyalakan semangat perlawanan revolusioner.” Proses kekerasan dan
kebohongan yang berulang untuk mendewasakan diri dan membuat takut
masyarakat serta mempertahankan kekuasaannya. Dari sudut pandang
ideologi, “filosofi” tumpangan hidup Partai Komunis sudah tentu bertolak
belakang dengan ajaran Falun Gong.

Kepercayaan membuat orang tidak merasa takut, namun PKT malah


mengandalkan rasa takut untuk mempertahankan kekuasaannya

Bagi orang yang telah mengenal dan memahami apa itu kebenaran
sejati, tidak mengenal rasa takut. Umat Kristiani pernah ditindas selama
hampir 300 tahun lamanya, banyak pengikut Kristus yang dihukum pancung,
dibakar sampai mati, ditenggelamkan sampai mati oleh Kaisar Roma,
bahkan diumpankan ke singa, namun umat Kristiani tidak pernah takluk.
Sejarah umat Buddha juga memperlihatkan keteguhan hati yang sama, ketika
agama Buddha mengalami penindasan.

Salah satu tujuan penting yang disebarkan oleh atheis adalah agar

110
orang percaya tidak ada surga dan neraka, tidak ada balasan terhadap
kebaikan dan kejahatan, sehingga melepaskan ikatan hati nurani, beralih
menitik beratkan pada realita kekayaan dan kenikmatan duniawi. Dengan
begitu, kelemahan manusia bisa dimanfaatkan dan diintimidasi, dengan
diimingi materi bisa mendatangkan hasil maksimal. Orang yang memiliki
kepercayaan, dapat melepaskan hidup dan mati, melepaskan duniawi. Saat
itu, umpan materi duniawi dan ancaman jiwa berubah menjadi tidak berarti,
itu berarti komunis kehilangan kekuatan untuk mengendalikan kelemahan
orang.

Standard moral yang tinggi dari Falun Gong membuat risih PKT.

Setelah peristiwa pembantaian mahasiswa di Tiananmen pada tahun


1989, ideologi PKT hancur total, terutama setelah bubarnya komunis di
Uni Soviet pada bulan agustus 1991, disusul dengan perubahan dahsyat
yang terjadi di Eropa Timur. Semua itu telah membawa tekanan serta rasa
takut yang luar biasa, himpitan situasi luar dan dalam negeri membuat
keabsahan kekuasaan dan eksistensinya menghadapi tantangan besar yang
tidak pernah dialami sebelumnya. Saat ini komunis Tiongkok sudah tidak
dapat lagi menggunakan ideologi semula dari Marx, Lenin dan Mao untuk
menyelaraskan anggota partainya, namun berubah menggunakan
kebobrokan total untuk mendapatkan loyalitas anggota partai. Dengan
kata lain, asalkan mau mengikuti kemauan partai, maka partai akan
mengijinkan korupsi atau cara-cara lain untuk menggantikan keuntungan
yang tidak dapat diperoleh jika tidak menjadi anggota partai. Terutama
sejak Deng Xiaoping meninjau Tiongkok Selatan pada tahun 1992, korupsi
merebak masuk sektor berisiko tinggi seperti properti dan bursa.
Kebanyakan pejabat mempunyai wanita simpanan, melakukan pekerjaan
maksiat seperti penyelundupan, pornografi, perjudian dan obat-obatan
terlarang.

Meskipun tidak dapat mengkategorikan semua pejabat sebagai


“setali tiga uang”, tetapi kepercayaan rakyat kepada Partai Komunis
Tiongkok telah merosot tajam. Rakyat berpendapat, perbandingan
pejabat korup mulai dari tingkat menengah sampai tinggi telah

111
melampaui 50 persen.

Prinsip Sejati–Baik–Sabar yang dikultivasi dan dilatih oleh praktisi


Falun Gong serta gaya dan ciri moralitas yang ditampilkan telah menyentuh
rakyat yang masih menyimpan kebaikan dan rasa belas kasih dalam lubuk
hati, mendatangkan rasa hormat ratusan juta orang, membuat mereka ikut
berkultivasi dan berlatih; cermin moralitas Falun Gong memantulkan segala
sesuatu yang tidak lurus dari PKT.

Perkembangan dan cara koordinasi Falun Gong Menimbulkan iri


hati PKT yang sangat besar.

Metode penyebaran Falun Gong hanya mengandalkan cerita dari


mulut ke mulut, dari hati ke hati, suatu pengaturan tanpa ikatan, tiap orang
dapat keluar dan masuk dengan bebas. Ini sangat bertentangan dengan
organisasi PKT yang sangat ketat. Walaupun demikian, baik kegiatan belajar
politik yang diadakan minimal seminggu sekali maupun kehidupan
organisasi PKT penuh dengan kesemuan formalitas. Kesamaan ideologi
anggota PKT terhadap partai nyaris nihil, sedangkan kultivator Falun Gong
dengan sendirinya melaksanakan “Sejati-Baik-Sabar.” Juga, perubahan fisik
dan jiwa yang nyata setelah berlatih Falun Gong, membuat grafik pengikut
Falun Gong naik drastis. Para praktisi dengan tekun mempelajari semua
ajaran Mr. Li Hongzhi yang telah dibukukan, bahkan ajaran tersebut
dikembangkan kepada sahabat dan kerabat dengan cara swadaya. Dalam
kurun waktu tujuh tahun yang singkat, pengikut Falun Gong telah
berkembang pesat menjadi ratusan juta orang, saat itu, hampir di setiap
taman, terdengar alunan musik orang yang berlatih Falun Gong di pagi
hari.

PKT menganggap Falun Gong “merebut” massanya, mencap


Falun Gong adalah “agama”. Sesung guhn ya Falun Gong
memperkenalkan sebuah kebudayaan dan metode kehidupan yang
memelihara kebudayaan leluhur dan akar tradisi masyarakat bangsa
Tiongkok yang telah lama hilang. Falun Gong begitu ditakuti Jiang
Zemin dan PKT, sebab utamanya adalah: sekali moralitas tradisional

112
melebur menyatu dalam hati rakyat, maka kekuatan apa pun tidak dapat
menghalangi kecenderungan perkembangan yang sangat cepat. Nilai
tradisi yang sedemikian luhur ini diputus dan dicabik-cabik oleh PKT
selama puluhan tahun, dikembalikannya tradisi leluhur itu sendiri adalah
merupakan pilihan sejarah. Suatu kelompok massa yang menderita
sekian lama, kembali ke asal mula adalah pilihan sendiri. Keputusan
memilih seperti ini adalah beranjak dari pengertian yang betul tentang
benar dan salah, membuang kejahatan sudah tentu adalah suatu bentuk
hakiki menyangkal dan menyingkirkan Partai Komunis. Ini sama saja
menotok mati syaraf PKT. Terlebih ketika jumlah pengikut Falun Gong
melampaui anggota PKT, rasa ketakutan dan iri hati PKT kepada Falun
Gong dapat kita bayangkan.

Kendali PKT menjangkau hingga ke akar masyarakat, cabang


partai terdapat disetiap dusun kecil, organisasi partai menyusup masuk
ke setiap kantor administrasi di setiap jalanan kota, unit tentara,
pemerintah dan perusahaan. Monopoli secara mutlak dan manipulasi
eksklusif ini adalah metode utama PKT dalam mempertahankan
kekuasaannya. UUD mencantumkan sebutan halus menjadi “teguh
mempertahankan kepemimpinan partai”. Sebaliknya pengikut Falun
Gong secara nyata dengan rela lebih memilih “Sejati, Baik, Sabar”
sebagai pedoman. PKT memandang hal ini sebagai “menyangkal
kepemimpinan partai”, hal yang secara mutlak tidak dapat diterima.

PKT menganggap Falun Gong tidak atheis, ini membahayakan


legitimasi regim komunis.

Kepercayaan yang mengakui adanya Tuhan, merupakan tantangan


besar bagi Partai Komunis. Karena sumber legitimasi rejim komunis adalah
apa yang disebut sebagai “materialisme sejarah”, sebab mereka ingin
mendirikan “surga di dunia”, yang hanya bisa terlaksana dengan
mengandalkan “pasukan garis depan” dunia, yaitu pimpinan “Partai
Komunis”. Juga karena tidak ber-Tuhan, maka moralitas baik dan buruk
bisa seenaknya diartikan oleh Partai Komunis, tak ada makna hakiki
sesungguhnya yang bisa dibicarakan lagi, asalkan rakyat mengingat Partai

113
Komunis yang senantiasa “agung, luhur dan lurus”, itu sudah cukup.

Tetapi, kondisi ber-Tuhan memberikan orang-orang suatu standard


baik dan buruk yang tidak berubah. Bagi praktisi Falun Gong, “Sejati,
Baik, Sabar” menjadi standard untuk mengukur benar atau salah. Hal ini
jelas merupakan hambatan PKT yang selalu menghendaki “keseragaman
pikiran”.

Jika analisis ini dilanjutkan, masih terdapat banyak alasan lain, yang
manapun dari lima alasan di atas, semuanya adalah kefatalan bagi PKT.
Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa tindakan Jiang Zemin menindas Falun
Gong juga berasal dari alasan-alasan tersebut di atas.

Jiang Zemin yang karir politiknya dimulai dengan memanipulasi


otobiografinya, tentunya sangat takut akan “Sejati”; laju karir politik yang
dibangun dengan menindas rakyat, tentunya tidak suka “Baik”;
mempertahankan kekuasaan dengan konflik internal partai, tentunya tidak
suka mendengar “Sabar”.

Kepicikan dan iri hati Jiang Zemin yang sangat besar bisa dilihat
dari hal-hal sepele. Di daerah tingkat II Yuyao Propinsi Zhejiang
(sekarang telah menjadi kota) terdapat sebuah museum, “Museum
Peninggalan Hemudu” adalah museum penyimpanan benda penting
dari seluruh negeri Tiongkok. Inskripsi papan nama “Museum
Peninggalan Hemudu” adalah tulisan kaligrafi Qiao Shi. September
1992, ketika Jiang mengunjungi museum tesebut dan melihat inskripsi
yang ditulis Qiao Shi, raut mukanya memberengut tidak senang. Pejabat
yang mendampinginya sangat ketakutan, karena mereka mengerti betul
satu sisi Jiang yang tidak dapat mentolelir Qiao Shi dan sisi lainnya
adalah Jiang suka pamer, ke mana saja ia berkunjung, inskripsinya juga
harus dipajang di sana. Sampai-sampai ketika berkunjung ke “Kantor
Cabang Polantas Kota Jinan” dan “Asosiasi Pensiunan Insinyur Kota
Zhengzhou”, Jiang juga meninggalkan inskripsinya. Pejabat museum tidak
berani gegabah terhadap Jiang yang berhati picik, bulan Mei 1993, dengan
alasan membuka kembali museum untuk umum setelah pemugaran, inskripsi

114
papan nama museum diganti dengan inskripsi Jiang Zemin.

Jika Mao Zedong terkenal dengan karyanya “Empat Jilid Tulisan


yang Mendalam dan Berbobot”, Pilihan Karya Tulis Deng Xiaoping juga
mengetengahkan seperangkat “Teori Kucing” yang mempunyai pemikiran
pragmatis, sementara Jiang Zemin meski telah memeras otak hanya mampu
menghasilkan tiga kalimat, berkeras disebut teori “Tiga Wakil”. Buku yang
diterbitkan hanya laku terjual dengan pemasaran melalui sistem tingkat
organisasi partai yang memaksa semua lapisan anggota partai untuk
membeli. Anggota partai bukan saja tidak menghormati Jiang Zemin,
mereka malah dengan semangat menggunjingkan gosip hubungan gelap
Jiang dengan seorang penyanyi; kesukaan Jiang menyanyikan lagu “O Sole
Mio” pada setiap kunjungan ke luar negeri; menyisir di hadapan Raja
Spanyol Juan Carlos, dan banyak cerita-cerita lainnya yang mengolok-olok
Jiang. Pencipta Falun Gong Tuan Li Hongzhi terlahir dari rakyat
kebanyakan, ketika membuka kelas ceramah, dosen-dosen dari berbagai
perguruan tinggi, para ahli dan mahasiswa, professor dan sarjana, mereka
semua rela menempuh ribuan mil, datang untuk mendengarkan. Mr. Li
Hongzhi dengan panjang lebar dan makna mendalam berceramah beberapa
jam tanpa teks. Hanya berdasar rekaman suara, ceramahnya disalin ke kertas
dan diterbitkan menjadi buku. Kenyataan ini membuat Jiang Zemin yang
haus ketenaran dan sempit pandangan menjadi iri hati tak tertahankan lagi.

Kehidupan Jiang Zemin sangat bobrok dan tak bermoral. Ia


menghabiskan 900 juta Yuan untuk membeli pesawat terbang pribadi yang
mewah. Dengan mudah mengambil milyaran Yuan dari kas negara, diberikan
pada anaknya untuk modal berbisnis. Ia menerapkan nepotisme
mempromosikan famili dan kerabat dekatnya menjadi pejabat tinggi
setingkat menteri, melindungi kerabat dekatnya yang korup dan berbuat
jahat, dan lain-lain. Oleh sebab itu, Jiang sangat takut dengan kekuatan
moralitas dari Falun Gong, terlebih ia sangat takut terhadap realitas yang
dikatakan Falun Gong tentang surga dan neraka, baik dan buruk ada
balasannya.

Walaupun Jiang memegang tampuk kekuasaan tertinggi dalam PKT,

115
dikarenakan prestasi politik dan talentanya yang kurang, selalu khawatir
dirinya akan tersingkir dari PKT dalam perebutan kekuasaan yang jahat.
Jiang sangat sensitif tentang statusnya sebagai “inti” dari kekuasaan. Untuk
menyapu bersih orang yang mempunyai pandangan lain dengannya, Jiang
menggunakan tipu muslihat melengserkan saingan politiknya, Yang Shangkun
dan Yang Baibing bersaudara. Dalam Kongres Nasional ke 15 tahun 1997
dan Kongres Nasional ke-16 tahun 2002, Jiang memaksa oposisi mundur
dari posisinya, sedangkan Jiang sendiri tidak memperdulikan peraturan yang
ada, berkeras tetap berada dalam kabinet dan tidak mau lengser.

Pada tahun 1989, Jiang Zemin diangkat sebagai Ketua PKT yang
baru. Ketika mengadakan konferensi pers dalam dan luar negeri, seorang
wartawan wanita dari Perancis bertanya kepada Jiang perihal seorang
mahasiswi yang divonis bersalah dalam peristiwa pembantaian berdarah
di lapangan Tiananmen 4 Juni. Mahasiswi itu dihukum dan dibuang ke Si
Chuan menjadi pekerja pemindah bata, diperkosa secara bergilir oleh petani
setempat. Jiang menjawab: “Saya tidak yakin apakah yang anda katakan itu
benar atau tidak. Ia adalah pemberontak. Kalau pun benar, itu merupakan
dosa yang harus ditanggungnya”. Pada masa Revolusi Kebudayaan seorang
wanita bernama Zhang Zhixin diperkosa secara bergilir dan digorok
lehernya di dalam penjara, semua itu bagi Jiang Zemin adalah “dosa yang
harus ditanggungnya”. Dari sini kita dapat melihat sifat Jiang yang tidak
berperikemanusiaan dan sangat kejam.

Secara keseluruhan, sisi hati Jiang yang gelap, kediktatoran, haus


kekuasaan, tidak berperikemanusiaan, kejam dan ketakutannya terhadap
“Sejati-Baik-Sabar” menjadi alasan utama Jiang untuk menindas Falun
Gong. Dan ini jelas sejalan dengan garis organisasi Partai Komunis Tiongkok.

III. Jiang Zemin dan PKT Saling Berkolusi

Meskipun Jiang ingin melenyapkan Falun Gong untuk melampiaskan


dendam pribadinya, semua kalangan mengetahui bahwa Jiang tidak
mempunyai kepandaian khusus. Jiang hanya mengandalkan kepintaran dalam
permainan intrik politik dan suka pamer diri. Falun Gong berakar pada

116
tradisi kebudayaan Tiongkok dan menjadi begitu populer sehingga
mempunyai basis sosial yang begitu luas. Untuk menghadapi kelompok
orang-orang yang berlatih tersebut, Jiang sendiri tidak mempunyai
kemampuan. Suatu kebetulan bahwa mesin tirani PKT yang telah cukup
panas dan siap pakai ini juga mempunyai ambisi untuk melenyapkan Falun
Gong. Sebagai pimpinan PKT waktu itu, Jiang merasa mendapat angin,
dengan mudah langsung menekan tombol penindasan. Jiang dan PKT
berkolusi dan selaras dalam penindasan, bagai teriakan pendaki gunung es
yang akan menimbulkan efek runtuhnya gumpalan salju.

Jauh sebelum Jiang mengeluarkan keputusan menindas Falun Gong,


PKT sudah mulai menumpas, memonitor, menyelidiki dan mengumpulkan
data-data yang dapat dijadikan alasan tuduhan. Sebab PKT telah merasakan
adanya ancaman “Sejati, Baik, Sabar” terhadap keberadaannya, mereka
tidak memperkenankan kelompok orang yang begitu banyak berlatih apalagi
tumbuh demikian pesatnya. Sejak 1994, pihak keamanan PKT banyak yang
menyusup ke dalam Falun Gong, tetapi mereka tidak menemukan masalah
apa pun. Bahkan orang yang menyusup pun pada akhirnya serius ikut berlatih
Falun Gong. Pada 1996, harian “Guang Ming” melanggar “Tiga Larangan”
kebijakan politik terhadap qigong, yaitu “tidak menyebarkan, tidak campur
tangan, tidak menyerang”, tanpa alasan mereka memuat sebuah artikel
bermuatan ideologi yang dengan semena-mena menjelek-jelekkan Falun
Gong. Disusul kemudian gangguan-gangguan yang datang dari aparat
keamanan dan orang-orang politik berstempel “ilmuwan”, mereka tak
habis-habisnya mengganggu Falun Gong. Pada awal 1997, Kepala Biro
Politik dan Keamanan Pusat Luo Gan dengan menggunakan kekuasaannya
memerintahkan Departemen Keamanan melakukan investigasi di seluruh
negeri terhadap Falun Gong, dengan tujuan menggunakan tuduhan palsu
melarang Falun Gong. Ketika laporan dari berbagai daerah yang
menyimpulkan “tidak ditemukan adanya masalah”, pada bulan Juli 1998
Luo Gan melalui Biro Pertama Departemen Keamanan Publik (Biro
Kemanan Politik), mengeluarkan surat resmi nomor 555 (tahun 1998)
dengan judul: “Pemberitahuan Dimulainya Penyelidikan terhadap Falun
Gong”. Dengan terlebih dahulu menetapkan Falun Gong sebagai ajaran
sesat, ia lalu memerintahkan pihak keamanan di seluruh negeri secara sistimatis

117
melakukan “penyelidikan rahasia” dan mengumpulkan bukti. Namun
penyelidikan tersebut tidak menemukan sesuatu apa pun.

Ketika PKT sebagai sebuah organisasi berkarakter iblis ingin menindas


Falun Gong, diperlukan orang yang tepat untuk memulai mekanisme
penindasan ini. Bagaimana cara pimpinan PKT menyelesaikan isu ini menjadi
masalah krusial. Sebagai individu, pucuk pimpinan Partai Komunis mestinya
mempunyai sisi baik sekaligus sisi jahat manusiawi, jika memilih sisi baik,
maka untuk sementara dapat menekan efek sifat jahat PKT, jika memilih
sisi “jahat”, maka sifat kejahatan partai PKT niscaya akan tampil keluar
semua.

Saat terjadi peristiwa pergerakan pro-demokrasi mahasiswa 4 Juni


1989, Zhao Ziyang, Sekjen PKT saat itu tidak berniat menindas mahasiswa,
namun delapan anggota tua yang menguasai PKT bersikukuh menindas.
Deng Xiaoping berkata : “Membunuh 200.000 orang, untuk ditukar dengan
stabilitas negara selama 20 tahun”. Perkataan “ditukar dengan stabilitas
selama 20 tahun” pada hakikatnya adalah ditukar dengan kekuasaan PKT
selama 20 tahun, ini sesuai dengan tujuan sebenarnya dari diktator PKT,
oleh karena itu usulan tersebut diterima PKT.

Dalam isu Falun Gong, di luar tujuh anggota komite tetap dari
komite pusat PKT, hanya Jiang Zemin seoranglah yang bersikukuh
menindas. Alasan yang dikemukakan oleh Jiang adalah hal ini menyangkut
“kelangsungan hidup negara dan partai”. Ini menyentuh syaraf sensitif PKT
dan membangkitkan minat pertarungan PKT. Upaya Jiang Zemin
melindungi kekuasaannya dan tujuan PKT mempertahankan kediktatorannya
partai tunggal menemukan irama selaras dan mendapat tanggapan yang
besar.

Malam 19 Juli 1999, Jiang Zemin memimpin rapat tingkat tinggi


PKT, mengganti hukum negara dengan kekuasaan, pendapatnya dikatakan
sebagai “persamaan pendapat”, mengatas namakan negara mengetuk palu
dan memutuskan untuk secara tuntas menindas Falun Gong; membohongi
masyarakat dunia. Maka PKT, pemerintah Tiongkok dan mekanisme

118
kekerasan yang dikendalikan oleh negara dijalankan sepenuhnya, merambah
langit menyelimuti bumi menindas kelompok massa Falun Gong yang tidak
bersalah.

Mari kita bayangkan, andai Ketua Partai PKT saat itu bukan Jiang
Zemin, namun adalah orang lain, penindasan ini mungkin tidak terjadi,
ditilik dari sudut pandang ini, sebenarnya PKT telah memperalat Jiang
Zemin.

Sebaliknya, jika bukan karena sekujur tubuh PKT yang berlumuran


darah dan rasa tidak aman, jika bukan karena sifat asli PKT yang iblis,
menentang alam dan tanpa sifat kemanusiaan, ia tidak akan menganggap
Falun Gong sebagai sebuah ancaman. Jika PKT tidak menerapkan sistem
menguasai rakyat di segala bidang dan di segala aspek kehidupan, penindasan
Jiang tidak akan mempunyai polis asuransi yang mencakup jaminan
organisasi, keuangan, sektor diplomatis, sumber daya manusia, fasilitas
negara dan penjara, serta dukungan dari polisi, tentara, keamanan dan segala
yang menamakan agama, tehnokrat, partai demokrasi, serikat buruh,
lembaga, asosiasi wanita, dan lain-lain. Dari sudut pandang ini, Jiang Zemin
pun memperalat PKT.

IV. Bagaimana Jiang Zemin Memperalat PKT Menindas Falun


Gong

Jiang Zemin memanfaatkan prinsip organisasi PKT “seluruh anggota


PKT harus tunduk kepada perintah pusat” serta kendali PKT atas seluruh
alat negara, yang meliputi tentara, media massa, keamanan, polisi, tentara
khusus, keamanan negara, aparat hukum dan menggalang kerjasama dengan
Kongres Rakyat Nasional, diplomatik, kelompok organisasi berkedok
agama untuk menindas Falun Gong. Tentara PKT dan polisi tentara terlibat
langsung dengan penyanderaan, penangkapan para praktisi Falun Gong.
Media massa bekerja sama menyebarkan berita bohong yang menjelekkan
Falun Gong dan memutarbalikkan fakta. Semua sistem keamanan negara
mengabdi pada Jiang Zemin pribadi, memberikan dan mengumpulkan
data, membuat isu fitnah, memberikan info palsu. Kongres Rakyat Nasional

119
dan sistem hukum negara menyandangkan jubah “sesuai dengan hukum”,
“selesaikan sesuai hukum” untuk kejahatan Jiang Zemin dan PKT,
membohongi seluruh lapisan masyarakat, menurunkan martabat mereka
hingga hanya menjadi alat dan payung pelindung Jiang Zemin. Polisi,
kejaksaan dan pengadilan mempraktekkan pelanggaran hukum, menjadi
tukang pukul Jiang Zemin. Sistem diplomatik menyebarkan berita bohong
di kalangan komunitas internasional, dengan imbalan insentif politik dan
ekonomi, membeli beberapa pemerintahan dan media luar negeri, agar
mereka berdiam diri terhadap penindasan yang dialami oleh Falun Gong.

Dalam sidang rapat kerja komite pusat tentang penindasan terhadap


Falun Gong di tahun 1999, Jiang Zemin berkata: “Saya tidak percaya jika PKT
tidak bisa menang melawan Falun Gong”. Ini telah menghasut dan memperkuat
tekad serta keganasan penindasan oleh PKT. Dalam mendukung keseluruhan
posisi penindasan, untuk menghadapi praktisi Falun Gong yang mempercayai
“Sejati, Baik, Sabar” Jiang menggunakan tiga cara keji yang disebut: “busukan
namanya, hancurkan ekonominya dan lenyapkan fisiknya”, dengan itu
menggerakan penindasan secara menyeluruh terhadap Falun Gong.

Menggunakan media memblokir berita

Praktek “membusukan namanya” terhadap pengikut Falun Gong


dilakukan dengan menjalankan kekuasaan absolut PKT di bidang media.
Tanggal 22 Juli 1999, hari ketiga setelah dimulainya penangkapan besar-
besaran terhadap praktisi Falun Gong, media di bawah kekuasaan PKT
mulai menyebarkan luaskan berita anti Falun Gong. Contohnya seperti
CCTV Beijing, selama tahun 1999, CCTV setiap hari menyediakan tujuh
jam siaran untuk menayangkan acara yang khusus dibuat, melencengkan
dan mengubah isi ceramah pencipta Falun Gong Tuan Li Hongzhi, ditambah
lagi tayangan yang disebut sebagai peristiwa bunuh diri, membunuh, mati
karena menolak diobati dan berbagai kisah lainnya. Mereka melakukan
apa saja yang bisa dilakukan untuk memfitnah dan mendiskreditkan Falun
Gong dan penciptanya, Tuan Li Hongzhi.

Contoh yang paling terkenal lainnya, yaitu mengubah perkataan yang

120
diberikan oleh Tuan Li Hongzhi pada sebuah kesempatan acara terbuka:
“bahwasanya cerita mengenai bumi meledak itu tidak ada”, kata “tidak”
dihilangkan, yang muncul di TV menjadi “bahwasanya cerita mengenai
bumi meledak itu ada”, menfitnah Falun Gong telah meramalkan “hari
kiamat bumi”. Ada lagi, bagaikan mencangkok pohon, periaku kriminal
umum ditransplantasikan ke Falun Gong, dengan tujuan membohongi
masyarakat. Contohnya, orang gila bernama Fu Yibin di Beijing yang
membunuh keluarganya, pengemis di Propinsi Zhejiang yang meracun mati
orang dan orang yang sakit ingatan serta berbagai peristiwa pembunuhan
lainnya, semua ditimpakan untuk memfitnah Falun Gong. Kemudian
menggunakan media menghasut masyarakat yang tidak memahami fakta
sesungguhnya tentang Falun Gong agar menimbulkan kebencian yang besar
dalam hati mereka, mencari pembenaran dan dukungan dalam tindasan
berdarah yang tidak mendapat hati publik.

Lebih dari 2.000 koran, lebih dari 1.000 majalah, ratusan stasiun televisi
lokal dan pemancar radio yang mutlak dikendalikan oleh PKT, bergerak dengan
beban berlebihan dalam upaya melancarkan propaganda memfitnah Falun
Gong. Melalui kantor berita milik negara seperti kantor berita Xinhua, Zhongxin,
Zhongtong dan media milik PKT di luar negeri, propaganda ini disebarkan ke
seluruh negara di luar Tiongkok. Berdasarkan perhitungan kasar, hanya dalam
waktu setengah tahun, media masa milik PKT baik di dalam dan di luar negeri
telah mengeluarkan lebih dari 300.000 artikel atau tayangan berita fitnah yang
mengecam. Racun telah merasuki orang-orang di dunia yang tidak memahami
fakta sebenarnya dari Falun Gong.

Kedutaan besar Tiongkok di seluruh dunia juga secara besar-besaran


ikut membantu menyebarkan berbagai buku bergambar, booklet, brosur,
VCD, majalah dan dokumen yang disebut sebagai untuk mengungkap Falun
Gong. Situs departeman luar negeri menyediakan kolom khusus, melakukan
apa yang disebut mengungkap dan mengritik Falun Gong.

Tidak hanya itu, akhir tahun 1999, pada saat konperensi APEC di
New Zealand, Jiang Zemin turun tangan sendiri membagikan booklet
buatan PKT yang isinya memfitnah Falun Gong, lebih dari sepuluh kepala

121
negara yang hadir saat itu mendapatkan booklet tersebut, cara-cara buruk
dan rendah ini menjadi bahan tertawaan dunia internasional. Saat di Perancis,
Jiang Zemin sekali lagi melanggar UUD Tiongkok, melalui media massa
luar negeri secara langsung mengumumkan Falun Gong adalah “ajaran
sesat”, sehingga tercapai sudah tujuannya “membusukkan namanya”.

Seketika itu awan hitam menyelimuti dan menekan seluruh negeri,


suasana mirip revolusi kebudayaan yang mematikan sepertinya datang
kembali.

Perbuatan paling jahat dilakukan pada Januari 2001, Jiang dan PKT
menyutradarai adegan “bakar diri” yang menghebohkan, melalui kantor berita
negara Xinhua dengan pesat disebarkan ke seluruh dunia, mencelakakan Falun
Gong. Adegan konyol tersebut dikritik oleh organisasi-organisasi internasional,
termasuk Organisasi Pendidikan dan Pengembangan Internasioanl (IED) PBB
di Geneva, mereka menyatakan bahwa adegan tersebut adalah bohong dan
rekayasa belaka. Seorang kru yang terlibat dalam pembuatan film tersebut
ketika ditanya langsung mengungkapkan, potongan adegan yang ditayangkan
oleh CCTV tersebut “ditambahkan dan di-shooting setelah kejadian
berlangsung”. Tidak diragukan lagi terungkaplah sifat biadab penindas. Dari
adegan tersebut muncul pertanyaan orang-orang, “Para pengikut Falun Gong
yang tidak takut mati itu” bagaimana mungkin mau bekerjasama begitu erat
dengan PKT?

Kebohongan takut pada sinar matahari. Dalam melakukan rekayasa


dan memfitnah, sekuat tenaga PKT memblokir berita, terhadap berita luar
negeri yang berhubungan dengan Falun Gong, ataupun berbagai pengadilan
yang sah terhadap Falun Gong, tanpa ampun semuanya diblokir dan
dihancurkan. Segala buku-buku dan materi Falun Gong dimusnahkan tanpa
kecuali, bagi media massa luar negeri yang ingin mencoba mewawancarai
praktisi Falun Gong di Tiongkok, akan berhadapan dengan tindakan ekstrim
yang sama, reporter diusir keluar dari Tiongkok, menggunakan ancaman agar
bungkam, dan menggunakan berbagai bentuk sogokan.

Bagi praktisi Falun Gong yang berusaha menyampaikan keadaan

122
Falun Gong yang sebenarnya dan menyebarkan materi penindasan brutal
pihak penguasa ke dunia luar, pihak PKT juga memberlakukan metode
penindasan yang ekstrim dan berdarah. Sebut saja Li Yanhua, seorang wanita
berusia 60 tahun yang berasal dari kota Dashiqian, propinsi Liaoning, dia
diculik oleh polisi ketika sedang membagi materi yang berisi informasi
tentang penyiksaan terhadap Falun Gong pada 1 Februari 2001, dia akhirnya
mati dipukul polisi. Untuk menutupi kasus kejahatan ini, polisi memfitnahnya
dan mengatakan: “dia meninggal karena tersesat dalam Falun Gong”. Di
Universitas Qinghua, puluhan dosen dan mahasiswa dikenakan hukum berat,
karena membagi materi Falun Gong. Setelah kasus pemerkosaan terhadap
seorang praktisi Falun Gong Wei Xingyan, mahasiswi pascasarjana Uni-
versitas Chongqing, sedikitnya tujuh orang praktisi Falun Gong kota
Chongqing dikenai hukuman berat.

Denda uang, menggeledah rumah dan merampas hak hidup

Perintah “hancurkan ekonominya” dilakukan oleh seluruh aparatur


negara. Lebih dari lima tahun sejak penindasan, ratusan ribu pengikut Falun
Gong di Tiongkok dikenakan denda dengan ancaman, paling sedikit ribuan
Yuan, terbanyak sampai puluhan ribu Yuan. Denda tersebut tidak
mempunyai dasar hukum apa pun, dilakukan seenaknya oleh pemerintahan
daerah, unit-unit organisasi, kantor polisi dan tentara. Orang yang membayar
denda tidak pernah mendapat tanda terima legal.

Menggeledah rumah, adalah suatu cara perampasan ekonomi dan


intimidasi. Para praktisi yang gigih berkultivasi dan latihan, sewaktu-waktu
menghadapi penggeledahan rumahnya oleh polisi, uang tunai dan harta
benda dalam rumah diambil begitu saja oleh peng geledah. Di
perkampungan, bahkan persediaan pangan yang ada di rumah juga tidak
luput. Sama saja, barang-barang berharga yang dirampas tersebut tidak
mendapat tanda terima apa pun, kebanyakan masuk kantong pribadi petugas
penanggung jawab penggeledah.

Bersamaan dengan itu, praktisi Falun Gong juga menghadapi


hukuman PHK, para petani menghadapi ancaman diserobot tanahnya. PKT

123
bahkan sama sekali tidak melepaskan orang tua yang sudah pensiun, banyak
orang tua yang uang pensiunnya dikurangi atau dihentikan, diambil kembali
rumah tinggalnya. Jika ada praktisi Falun Gong yang berwiraswasta, maka
kekayaannya disita, simpanan di bank dibekukan.

Jika dalam unit kerja ataupun perusahaan negara terdapat praktisi


Falun Gong, maka pemimpin perusahaan dan seluruh karyawan perusahaan
tersebut tidak diberi bonus, tidak naik pangkat, dengan demikian masyarakat
dipaksa membenci praktisi Falun Gong. Keluarga praktisi juga menghadapi
ancaman PHK, kehilangan pekerjaan, anak dikeluarkan dari sekolah, rumah
yang diambil kembali dan banyak lagi ancaman lainnya. Semua perlakuan
ini, tujuannya adalah memutuskan sumber keuangan praktisi Falun Gong,
sehingga ia terpaksa melepaskan kepercayaannya.

Disiksa secara brutal dan dibunuh sesukanya

Praktek “lenyapkan fisiknya” yang paling berdarah itu pada prinsipnya


dilakukan oleh sistem badan keamanan. Menurut data statistik minghui.net
yang belum lengkap dan data yang terkumpul dari masyarakat, sejak 20
Juli 1999 sampai sekarang, yang telah berjalan lebih dari lima tahun, bukti-
bukti konkret menunjukkan paling sedikit sudah ada 1.143 praktisi Falun
Gong yang disiksa hingga mati. Kasus penyiksaan sampai mati tersebar di
seluruh negeri, meliputi daerah otonom, daerah tingkat I pada 30 propinsi.
Sampai 1 Oktober 2004, kasus tingkat kematian paling tinggi akibat
penyiksaan berurut mulai dari daerah Heilongjiang, diikuti oleh Jilin, Liaoning,
Hebei, Shandong, Sichuan, Hubei dan lain-lain. Di antaranya yang termuda
baru berusia 10 bulan, yang tertua berusia 82 tahun, perbandingannya adalah
wanita sebanyak 51.3 persen, yang berusia diatas 50 tahun sebanyak 38.86
persen. Bahkan pejabat PKT ada yang membocorkan, angka kematian
sebenarnya jauh di atas angka tersebut.

Bentuk penyiksaan brutal yang dilakukan pada praktisi Falun Gong


sangat beragam dan tak terhitung. Dipukul sampai babak belur, dicambuk,
distrum dengan listrik, dibekukan (berjalan telanjang kaki di salju), diikat
dengan tali, diborgol sepanjang waktu, dibakar, disetrika, digantung,

124
dihukum berdiri atau berlutut sepanjang waktu, jari ditusuk dengan stik
bambu dan kawat halus, pelecehan seksual, diperkosa dan lain-lain. Oktober
2000, petugas kamp kerja paksa Masanjia di Propinsi Liaoning melucuti
pakaian 18 wanita praktisi Falun Gong dan memasukkan mereka ke dalam
sel pria. Contoh seperti ini telah didokumentasi secara penuh dan terlalu
banyak jumlahnya untuk dibuat daftar.

Salah satu bentuk penyiksaan yang juga banyak digunakan adalah


“pengobatan penyakit jiwa”. Para praktisi Falun Gong yang waras, jernih
pikirannya dan sehat jasmani, ditangkap secara ilegal dan dimasukkan ke
rumah sakit jiwa, disuntik obat perusak sistem syaraf pusat. Mengakibatkan
kelumpuhan lokal ataupun kelumpuhan total. Ada yang buta kedua matanya,
telinga menjadi tuli. Ada lagi yang otot tubuh dan organ tubuhnya
membusuk, ada yang amnesia ataupun lupa ingatan, menjadi idiot. Ada
yang berakibat organ dalam tubuhnya rusak parah; ada yang disiksa hingga
gila; ada yang langsung meninggal karena reaksi suntikan obat.

Hasil survei membuktikan, kasus “pengobatan penyakit jiwa”


terhadap praktisi Falun Gong meliputi 23 propinsi, distrik dan daerah
otonomi di seluruh Tiongkok. Paling sedikit ada ratusan rumah sakit jiwa
yang tersebar di propinsi, kota, kabupaten dan daerah yang ikut terlibat
praktek penyiksaan tersebut. Jika dilihat dari jumlah kasus dan lingkup daerah
terjadinya penyiksaan, maka dapat disimpulkan penyiksaan yang dilakukan
terhadap praktisi Falun Gong dengan memakai obat penenang adalah hal
yang sudah direncanakan, dengan sistim pelaksanaan dari atas ke bawah.
Lebih dari seribu orang praktisi Falun Gong yang normal dipaksa masuk
ke rumah sakit jiwa atau ke tempat rehabilitasi narkoba. Banyak dari mereka
diinjeksi secara paksa atau dipaksa menelan berbagai macam obat penenang,
terikat dalam waktu yang panjang, disetrum dan mengalami berbagai bentuk
penyiksaan lainnyai perusak syaraf pusatlaksanaan dari atas hingga bawah.
. Diketahui sedikitnya 15 orang meninggal akibat penyiksaan seperti ini.

Kantor 610 yang melampaui sistem lembaga hukum

Tanggal 7 Juni 1999, dalam rapat Departemen Politik PKT, Jiang

125
Zemin tanpa dasar memfitnah Falun Gong. Proses penetapan dalam
menyelesaikan masalah Falun Gong berjalan bagaikan menghadapi suatu
medan “pertempuran politik”, mencap Falun Gong sebagai musuh politik
PKT yang menohok urat syaraf pertempuran PKT. Dengan begitu dia
memerintahkan komite pusat partai membentuk “kantor khusus untuk
menyelesaikan masalah Falun Gong.” Karena dibentuk pada tanggal 10
Juni, maka disebut “Kantor 610”. Selanjutnya, Kantor 610 menyebar ke
seluruh negeri mulai dari atas hingga ke bawah diseluruh tingkat
pemerintahan. Secara konkret Kantor 610 bertugas menangani semua
kegiatan penindasan terhadap Falun Gong. Sementara dewan politik dan
kehakiman, media, organisasi keamanan publik, kejaksaan pengadilan rakyat
dan organisasi keamanan nasional dan sebagainya yang merupakan
mekanisme pemerintah di bawah pimpinan PKT, semuanya menjadi tukang
pukulnya. Kantor 610 secara simbolis terdaftar di Dewan Negara, tetapi
sebenarnya adalah suatu organisasi partai yang berada di luar sistem organisasi
negara dan pemerintah. Tidak dibatasi oleh aturan hukum dan ketentuan
kebijakan negara, memiliki mekanisme kekuasaan yang sangat besar yang
bisa memakai sumber daya negara sesuai dengan kehendaknya, mirip dengan
gestapo Nazi Jerman, yang banyak berbuat kejahatan. Setelah Jiang Zemin
memerintahkan menindas Falun Gong pada 22 Juli 1999, kantor berita
Xinhua memuat pembicaraan penanggung jawab pusat organisasi PKT,
penanggung jawab pusat propaganda PKT dan lainnya. Mereka secara
terbuka menyatakan mendukung kebijakan Jiang Zemin menindas Falun
Gong, dari sudut pandang ini, semua kesatuan ini bekerja sama dengan
organisasi ketat PKT untuk melaksanakan rencana jahat Jiang Zemin.

Banyak kasus telah membuktikan, jika kasus itu berhubungan dengan


Falun Gong, maka kantor keamanan, kejaksaan, kehakiman dan pengadilan
tidak berhak menyelesaikan sendiri, harus tunduk pada perintah “kantor
610”. Ketika keluarga praktisi Falun Gong yang disiksa mati datang
mengadu kepada sistem organisasi keamanan publik, kejaksaan dan
pengadilan, semua diberitahu harus menunggu keputusan “pejabat Kantor
610”.

Keberadaan Kantor 610 ini tidak mempunyai dasar hukum. Perintah

126
yang diberikan kepada semua mekanisme sistem organisasi PKT, tidak
dilakukan secara tertulis, hanya dengan perintah lisan. Juga ditentukan semua
yang mendapat perintah dilarang merekam, mengambil gambar dan
dilarang membuat catatan.

Pembentukan organisasi yang bersifat sementara, merupakan


muslihat sewenang-wenang yang sudah biasa digunakan PKT. Dalam
operasi pembersihan gerakan-gerakan politik sebelumnya, selalu
menggunakan cara-cara tidak lajim dan dikendalikan oleh organisasi ab-
normal yang bersifat sementara, seperti kelompok revolusi kebudayaan
sentral PKT, yang mendorong dan menyebarkan tirani Partai Komunis
Tiongkok ke seluruh negeri.

Dalam perjalanan kekuasaan tirani dan tekanan politik berat jangka


panjang, PKT piawai menggunakan kekerasan, kebohongan dan
pemboikotan berita, menjadi negara teror paling besar dan paling jahat di
dunia. Profesional dalam menggunaan kebrutalan dan kebohongan, dengan
skala yang luasnya tiada taranya. Dalam sejarah pergolakan politik, PKT
telah mengumpulkan cara-cara sistematis yang paling efektif dalam
membunuh dan mencelakakan orang, penuh pengalaman, licik dan kejam.
Pada contoh sebelumnya, suami yang tidak tahan akan ancaman dan
gangguan dari polisi, mencekik mati istri yang baik hati, ini adalah buah
kejahatan dari terorisme PKT dengan membohongi media, melakukan
tekanan politik, melibatkan orang lain, mengintimidasi dan lain-lain untuk
memilin dan melencengkan sifat manusia serta menghasut kebencian.

Menggunakan militer dan sumber keuangan negara untuk


melakukan penindasan

Kendali PKT terhadap militer membuat mereka leluasa melakukan


penindasan terhadap rakyat tanpa rasa takut. Dalam penindasan terhadap
Falun Gong ini, Jiang Zemin bukan saja menggunakan polisi dan polisi
militer, bahkan antara Juli-Agustus 1999, ketika ratusan bahkan jutaan rakyat
sipil datang ke Beijing mengajukan permohonan damai atas fitnahan
terhadap Falun Gong, Jiang Zemin langsung mengerahkan tentara bersenjata,

127
ditempatkan diberbagai sudut kota Beijing, selain itu, jalan protokol Beijing
dipenuhi oleh tentara bersenjata dengan peluru berisi; militer berkoordinasi
dengan polisi menghalangi dan menangkap praktisi Falun Gong yang
bermaksud mengajukan permohonan damai ke Beijing. Jiang Zemin secara
langsung mengalokasikan kekuatan bersenjata untuk meratakan perjalanan
menuju penindasan berdarah.

Pengendalian keuangan negara oleh PKT, menjadi beking keuangan


bagi Jiang Zemin dalam menindas Falun Gong. Pada rapat besar di “Kamp
kerja paksa Masanjia”, seorang pejabat tinggi Departemen Kehakiman
Provinsi Liaoning mengakui: “Besarnya dana yang digunakan untuk
menghadapi Falun Gong melebihi biaya sebuah peperangan”.

Meskipun saat ini belum dapat dipastikan berapa banyak sumber


ekonomi negara dan hasil keringat darah rakyat yang telah dipakai Jiang
Zemin untuk menindas Falun Gong, akan tetapi jika dihitung, dengan
mudah akan terlihat deretan angka yang sangat besar. Tahun 2001, menurut
informasi yang diberikan oleh orang dalam Keamanan Umum PKT, hanya
disekitar Tiananmen saja, untuk menangkap praktisi Falun Gong diperlukan
biaya antara 1.7 juta sampai 2.5 juta Yuan setiap harinya, biaya pengeluaran
setiap tahunnya berkisar antara 620 juta Yuan sampai 910 juta Yuan.
Diseluruh Tiongkok, mulai dari kota besar sampai di pedesaan terpencil,
dari anggota polisi, Biro Keamanan Umum, sampai berbagai tingkat pejabat
“Kantor 610”, diperikirakan Jiang Zemin telah menggunakan jutaan orang
untuk menindas Falun Gong, biaya untuk upah saja setiap tahun bisa
mencapai ratusan milyar Yuan. Bukan hanya itu, Jiang Zemin menghabiskan
biaya yang sangat besar untuk kamp kerja paksa yang menahan praktisi
Falun Gong dan pusat pencucian otak atau rehabilitasi. Misalnya pada
Desember 2001, Jiang Zemin mengeluarkan uang sebesar 4.2 milyar Yuan
hanya untuk membangun pusat pencucian otak atau tempat untuk
me”rehabilitasi” praktisi Falun Gong. Dengan iming-iming uang
mendorong lebih banyak orang ikut serta dalam aksi menindas Falun Gong,
diberbagai daerah, disediakan hadiah ribuan bahkan puluhan ribu Yuan
bagi yang berhasil menangkap praktisi Falun Gong. Contohnya seperti pusat
kamp kerja paksa Masanjia di Provinsi Liaoning yang terkenal paling ganas

128
menyiksa Falun Gong. Bonus 50.000 Yuan disediakan bagi kepala kamp
Tuan Su, dan sebanyak 30.000 Yuan bagi wakil kepada kamp Tuan Shao.

Sekjen PKT Jiang Zemin adalah orang yang memulai penindasan


dan juga orang yang merencanakan dan pemegang komando. Jiang
menggunakan mekanisme penggerak dari PKT untuk memulai penindasan
terhadap Falun Gong, ia tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab
terhadap kejahatan sejarah ini. Jika tidak ada PKT serta mekanisme
kekejaman yang terlatih dalam sejarah yang panjang, maka mustahil Jiang
Zemin dapat menggerakkan dan melaksanakan penindasan ini.

Jiang Zemin dan PKT saling memperalat. Dengan mengabaikan


pendapat umum, mereka berkolusi melawan “Sejati, Baik, Sabar” demi
keuntungan pribadi dan keuntungan partai, inilah alasan sesungguhnya yang
melandasi terjadinya kejahatan dan kegilaan ini.

VI. Jiang Zemin Menghancurkan PKT dari Dalam

Jiang Zemin dengan motivasi keuntungan pribadinya,


mempergunakan kejahatan yang sudah menyatu dengan Partai Komunis,
melancarkan penindasan berdarah terhadap kelompok masyarakat yang
berkultivasi dan berlatih “Sejati, Baik, Sabar”. Menjatuhkan hukuman
terhadap suatu kekuatan masyarakat yang menginginkan kebaikan,
kekuatan yang tidak berbahaya dan bahkan berguna bagi negara.
Penindasan ini bukan saja menyeret negara dan bangsa dalam suatu
kejahatan dan malapetaka, namun pada akhirnya secara dasar juga
menghancurkan Partai Komunis.

Dengan memanfaatkan PKT, Jiang Zemin mengadaptasi segala


metode kejahatan dalam maupun luar negeri Tiongkok untuk
menghadapi Falun Gong. Hukum, moralitas dan sifat kemanusiaan
mengalami kerusakan parah, secara hakiki menghancurkan fondasi
kendali kekuasaan politik negara.

Kelompok Jiang Zemin meng gunakan segala yang bisa

129
digunakan: keuangan negara, materi dan sumber daya manusia untuk
menghancurkan Falun Gong, menindas orang baik, mengakibatkan
beban yang sangat besar bagi negara dan masyarakat, menciptakan
tekanan yang besar bagi sistem keuangan. Komunis Tiongkok tidak
mampu mempertahankan terus penindasan yang memang ditakdirkan
kalah. Dengan mengandalkan simpanan rakyat, menerbitkan obligasi
hutang dan mengumpan investasi asing barulah dapat dipertahankan.

Kebrutalan, kebohongan dan berbagai metode lainnya digunakan


dalam penindasan terhadap Falun Gong, Aneka pengalaman jahat PKT
dicurahkan dalam proses penindasan ini.

Bermacam alat propaganda digunakan untuk menciptakan berita


bohong menjelekkan Falun Gong, dijadikan alasan pembenaran untuk
tindakan penindasan dan penyiksaan. Namun, kebohongan tidak akan
berumur panjang. Ketika pada akhirnya kebohongan terungkap, segala
kejahatan menemui kegagalan, penindasan pun terungkap dan diketahui
orang banyak, alat propaganda kebohongannya tidak mampu
membelenggu masyarakat luas lagi dan PKT pun secara total kehilangan
kredibilitas, kehilangan hati masyarakat.

Pada awal penindasan terhadap Falun Gong, Jiang Zemin


mentargetkan “tiga bulan” untuk menyelesaikan masalah Falun Gong.
PKT meremehkan kekuatan Falun Gong, meremehkan kekuatan tradisi
dan kepercayaan.

Sejak dahulu kala, kejahatan tidak bisa menang atas kebaikan,


kejahatan tidak bisa “memberantas” kebaikan dalam hati manusia. Lima
tahun telah berlalu, Falun Gong tetap saja Falun Gong, malah tersebar
secara luas di seluruh dunia. Jiang Zemin dan PKT telah mengalami
kegagalan besar dalam pertempuran antara kebaikan dan kejahatan,
kekejian, kekejaman dan sifat hakiki kejahatan dirinya telah terungkap
secara tuntas. Nama Jiang Zemin telah rusak, masalah di luar dan di
dalam saling tumpang tindih, ia menghadapi banyak tuntutan hukum
dan tuntutan rehabilitasi, terancam ditangkap dan dibawa ke pengadilan

130
untuk dituntut sesuai dengan hukum.

PKT sebenarnya ingin mempergunakan penindasan ini untuk


mengkonsolidasi kekuasaan tiraninya, namun hasil yang didapat bukan
saja tidak dapat “mengisi muatan listriknya”, bahkan menghabiskan
energi dirinya. Sekarang ini kerusakan PKT sudah demikian parah, ibarat
sebatang pohon yang layu dan membusuk, tanpa perlu tiupan angin
kecil, akan tumbang sendiri. Setiap mimpi yang mencoba
menyelamatkan PKT hanya akan bergerak menentang arus sejarah,
bukan cuma usaha sia-sia, namun akan menghancurkan masa depan
dirinya.

Penutup

Jiang Zemin yang kala itu menjabat sebagai Sekjen PKT adalah
orang yang memulai, merencana dan memegang komando penindasan
ini. Jiang Zemin secara penuh telah menggunakan kekuasaan, posisi
dan mekanisme pergerakan PKT serta berbagai metode untuk
menggerakkan penindasan terhadap Falun Gong. Di sisi lain, jika tidak
ada PKT, Jiang Zemin tidak mungkin dapat meng gerakkan dan
melakukan penindasan jahat ini. PKT, dimulai dari saat kelahirannya,
bermusuhan dengan keadilan dan kebaikan. Dengan penindasan sebagai
metode, dengan penyiksaan sebagai kemampuan, dasar kekuasaannya
adalah dengan ideologi yang dikontrol partai secara menyeluruh. Partai
komunis lahir dengan membawa sifat dasar tersebut, takut pada “Sejati,
Baik, Sabar”, bermusuhan dengan Falun Gong, maka penindasan dan
penganiayaan yang dilakukan terhadap Falun Gong merupakan suatu
peristiwa kebetulan yang tidak terelakkan. Ketika menyerang “Sejati,
Baik, Sabar”, Jiang Zemin dan PKT memberi kesempatan kepada
kebohongan, keiblisan, kejahatan, racun, kelicikan dan korupsi
merajarela, diikuti kemerosotan moralitas secara menyeluruh di daratan
Tiongkok, kebiasaan umum berubah menjadi jahat, setiap orang
menderita karenanya.

PKT dan Jiang Zemin berkolusi, bersama-sama melakukan

131
kejahatan, nasib mereka berdua pun terikat jadi satu. Saat ini Falun
Gong sedang menuntut Jiang Zemin, bila Jiang Zemin ditangkap dan
dihukum, akhir nasib PKT pun sudah dapat diperkirakan.

Penindasan tidak manusiawi terhadap sekelompok orang baik


yang berkultivasi “Sejati, Baik, Sabar” tidak dapat ditolelir oleh prinsip
alam semesta. Kelakuan jahat Jiang Zemin dan PKT, meninggalkan
pengalaman pahit yang abadi bagi umat manusia.

132
[Komentar 6]

Partai Komunis Tiongkok


Merusak Kebudayaan Bangsa
[Komentar 6]
Partai Komunis Tiongkok
Merusak Kebudayaan Bangsa

Segala sesuatu dari Partai Komunis Tiongkok (PKT) adalah demi


kepentingan politiknya untuk dapat meraih, melindungi dan memperkokoh
kekuasaan zalimnya. PKT telah menggantikan watak manusia dengan watak
partai yang jahat, menggantikan kebudayaan tradisional dengan kebudayaan
partai yang “palsu-jahat-agresif ”.

Kebudayaan adalah sukma dari suatu bangsa, adalah unsur spiritual


yang sama pentingnya dengan unsur-unsur materi seperti ras dan tanah.

Sejarah peradaban suatu bangsa adalah sejarah perkembangan


kebudayaan dari bangsa tersebut, perusakan secara menyeluruh atas budaya
bangsa menandakan musnahnya suatu bangsa. Bangsa-bangsa kuno yang
menciptakan peradaban gemilang dalam sejarah umat manusia, mungkin
ras mereka beruntung masih tetap eksis, tetapi bangsa mereka telah sirna
seiring lenyapnya kebudayaan tradisional mereka. Sama halnya seperti
sekarang orang-orang tidak akan menyamakan penduduk asli di benua
Amerika Latin dengan bangsa Maya kuno. Sedangkan Tiongkok sebagai
negara satu-satunya di dunia yang mewariskan secara berkelanjutan
peradaban kuno selama 5000 tahun, perusakan terhadap kebudayaannya
lebih-lebih merupakan sejenis perbuatan dosa yang amat besar.

“Pan Gu menciptakan langit dan bumi”, “Nuwa menciptakan


manusia”, “Shen Nong menciptakan aneka tumbuhan”, “Cang Ji
menciptakan huruf ”, semua ini telah mengukuhkan awal mula kebudayaan
warisan Dewa. “Manusia mengikuti bumi, bumi mengikuti langit, langit
mengikuti Tao (jalan kebenaran), Tao menuruti alam”, doktrin aliran Tao
yang menyatukan langit dan manusia telah meresap kedalam sendi-sendi
kebudayaan Tionghoa. “Inti pelajaran di sekolah tinggi, utamanya pada

134
pembinaan akhlak”, Konghucu pada dua ribu tahun lalu mendirikan balai
pendidikan mengajar murid, mengajarkan kepada masyarakat “kebajikan-
persaudaraan-kesopanan-kebijaksanaan-keyakinan” yang mewakili doktrin
aliran Konghucu. Pada abad pertama, Dharma Buddha Sakyamuni yang
berupa “penyelamatan secara universal dengan belas kasih” disebarkan ke
Timur, telah lebih memperkaya kebudayaan Tionghoa. Doktrin Konghucu,
Buddha dan Tao, tiga aliran ini saling berefleksi menyatu, menciptakan masa
jaya dinasti Tang yang gilang gemilang sebagai goresan sejarah dalam dunia.

Meskipun kebudayaan bangsa Tionghoa pernah mengalami banyak


sekali perusakan dan pukulan dalam sejarah, kebudayaan tradisional
Tionghoa senantiasa menampakkan daya peleburan dan daya vitalitas yang
amat besar, inti sarinya tetap diwariskan temurun. “Langit dan manusia
menyatu” mewakili pandangan nenek moyang bangsa Tionghoa terhadap
alam semesta. “Perbuatan baik dan jahat pasti ada balasannya” merupakan
pengetahuan umum di tengah masyarakat. “Sesuatu yang diri sendiri tidak
menghendaki, jangan dilakukan kepada orang lain” adalah dasar moral
kebaikan sebagai seorang manusia. “Setia - berbakti - berbudi luhur -
persaudaraan” adalah standar hidup bagi seseorang. “Kebajikan -
persaudaraan - kesopanan - kebijaksanaan-keyakinan” adalah sebagai fondasi
moral untuk menstandarisasi manusia dan masyarakat. Dengan prasyarat
tersebut, kebudayaan Tionghoa telah menampakkan ketulusan, kebaikan,
keharmonisan, toleransi dan ciri khas baik lainnya. Ritual pemujaan yang
dilakukan rakyat kebanyakan, mencerminkan kandungan makna kebudayaan
yang tertanam berurat dan berakar, antara lain berupa penghormatan
terhadap Dewa (langit dan bumi), kesetiaan terhadap negara, perhatian
terhadap hubungan keluarga, dan penghargaan terhadap guru. Kebudayaan
tradisional Tionghoa mendambakan keharmonisan langit dan manusia,
menitik-beratkan penyempurnaan batin individu, dengan keyakinan kultivasi
dari doktrin Konghucu-Buddha-Tao sebagai akar, sehingga dapat
merangkum segalanya dan dapat berkembang, dapat mempertahankan
moralitas di dunia, dapat membuat manusia memiliki keyakinan tulus.

Perbedaan pengekangan kebudayaan dengan pengekangan secara


peraturan adalah pengekangan kebudayaan bersifat lembut. Peraturan

135
menitik-beratkan pada hukuman setelah berbuat kesalahan, sedangkan
pendidikan moral dari kebudayaan memerankan fungsi untuk mencegah
tindakan kejahatan. Nilai-nilai moralitas dari suatu masyarakat acapkali
tercermin melalui kebudayaannya.

Dalam sejarah Tiongkok, masa dinasti Tang di mana kebudayaan


tradisional mencapai puncak kejayaan, justru adalah masa puncak kejayaan
dari kekuatan negara Tiongkok. Ketika itu dari benua Eropa, Timur Tengah,
Jepang dan tempat lainnya mengutus orang belajar ke Chang-An (ibu kota).
Negara tetangga juga menjadikan Tiongkok sebagai negara induk, mereka
berdatangan memberikan persembahan. Setelah dinasti Qin, Tiongkok
seringkali diduduki oleh bangsa minoritas, termasuk masa-masa dinasti
Xui, Tang, Yuan dan Qing, tetapi mereka hampir semuanya diasimilasi
oleh budaya Han (Tiongkok asli). Ini tidak dapat dikatakan bukan
disebabkan oleh kekuatan asimilasi yang raksasa dari kebudayaan tradisional,
persis seperti yang dikatakan oleh Konghucu: “Jika orang dari jauh tidak
mau patuh, dekatilah mereka dengan kebudayaan dan akhlak”.

Semenjak tahun 1949 Partai Komunis Tiongkok (PKT) merebut


kekuasaan, maka mulailah mendayagunakan seluruh kekuatan negara untuk
merusak kebudayaan bangsa Tionghoa. Ini mutlak bukan perbuatan bodoh
yang dilakukan karena timbulnya fanatisme pada industrialisasi, atau
keinginannya untuk mendekatkan diri pada peradaban Barat, melainkan
bentuk pemikirannya yang bertolak belakang dengan kebudayaan tradisional.
Oleh karena itu perusakan kebudayaan yang mereka lakukan sudah pasti
terorganisir, berencana dan sistimatis, lagipula dengan menggunakan
kekerasan dari kekuatan negara sebagai beking. Sejak pendirian partai hingga
sekarang, “revolusi” PKT terhadap kebudayaan Tionghoa tidak pernah
berhenti, dan mereka betul-betul mencoba secara menyeluruh
“menyembelih” kebudayaan Tionghoa.

Yang lebih parah lagi, PKT terus menggunakan cara-cara curang


dalam menghadapi kebudayaan tradisional. Mereka mengembangkan
praktek-praktek pergulatan dalam istana raja, konspirasi meraih kekuasaan,
penerapan kediktatoran, dan lain-lain, yang kesemuanya muncul setelah

136
orang-orang menyimpang dari kebudayaan tradisional. Kemudian
menciptakan seperangkat teori milik mereka yang menyangkut standar
penilaian baik dan buruk, cara pemikiran dan sistem pembicaraan, dan
juga agar orang-orang menganggap “kebudayaan partai” semacam ini
barulah merupakan warisan kebudayaan tradisional. Bahkan memanfaatkan
antipati orang-orang terhadap “kebudayaan partai”, untuk lebih lanjut
membuat seseorang mencampakkan kebudayaan tradisional Tionghoa yang
sesungguhnya.

Ini telah menimbulkan akibat yang membawa malapetaka bagi


Tiongkok. Bukan saja membuat hati seseorang kehilangan ikatan nilai-nilai
moral, bahkan secara paksa PKT telah mengindoktrinasionalkan ajaran-
ajaran jahatnya.

I. Mengapa Partai Komunis Ingin Merusak Kebudayaan Bangsa

Kebudayaan Tionghoa bersejarah amat panjang, dengan keyakinan


sebagai pokok, moralitas sebagai yang dihormati

Kebudayaan orang Tionghoa yang sebenarnya diawali oleh Huang-


Di sejak lima ribu tahun silam, oleh sebab itu Huang-Di disebut sebagai
“leluhur awal budaya manusia”. Sesungguhnya Huang-Di juga adalah pendiri
doktrin aliran Tao Tiongkok. Doktrin Konghucu sangat dipengaruhi oleh
aliran Tao, kitab “Zhou-Yi” yang mengurai tentang langit dan bumi, Yin-
Yang, alam semesta, masyarakat dan hukum kehidupan manusia, oleh aliran
Konghucu disanjung sebagai “induk dari aneka kitab”. Ilmu prediksi yang
terdapat di antaranya bahkan ilmu pengetahuan modern juga sulit melacak
apa dasar perhitungannya. Doktrin aliran Buddha, terutama doktrin sub-
aliran Zen, telah membawa pengaruh secara halus yang tak terasa bagi para
cendekiawan.

Doktrin aliran Konghucu adalah bagian “tingkat duniawi” dari


kebudayaan tradisional Tionghoa, mengutamakan norma-norma hubungan
keluarga. Di antaranya ajaran “berbakti” telah menduduki porsi yang sangat
besar, dengan ungkapan “segala kebajikan diawali dengan berbakti”,

137
Konghucu memprakarsai kebajikan, persaudaraan, kesopanan,
kebijaksanaan dan keyakinan.

Norma-norma hubungan keluarga dapat secara alami diperluas menjadi


norma-norma masyarakat. “Berbakti” dijulurkan ke atas menjadi “kesetiaan
pejabat terhadap penguasa”, “hormat terhadap yang lebih tua” adalah
hubungan antara saudara dalam keluarga, dapat diperluas menjadi
“persaudaraan” sesama teman. Aliran Konghucu mengajarkan kasih sayang
orang tua, bakti anak terhadap orang tua, persahabatan antara saudara,
penghormatan adik terhadap kakak, di antaranya “kasih sayang dapat dijulurkan
ke bawah menjadi “kebajikan” penguasa terhadap pejabat.” Asalkan adat istiadat
dalam rumpun keluarga dipertahankan, maka norma-norma masyarakat
dengan sendirinya juga dapat dilestarikan, ini adalah “membina watak pribadi,
menyempurnakan keluarga, memerintah negara dan menentramkan dunia”.

Doktrin aliran Buddha dan aliran Tao adalah bagian “luar duniawi”
dalam kebudayaan tradisional Tionghoa. Pengaruh Buddha dan Tao terhadap
kehidupan masyarakat umum boleh dikatakan tersebar di mana-mana. Ilmu-
ilmu pengobatan Tiongkok kuno, qigong, Hongsui, ramal-meramal yang
berakar mula dari doktrin aliran Tao, bersama kepercayaan adanya surga dan
neraka, perbuatan baik dan jahat pasti ada balasannya, yang berasal dari doktrin
aliran Buddha, serta norma-norma dari aliran Konghucu, semua ini telah
membentuk inti kebudayaan tradisional Tionghoa.

Keyakinan dari tiga macam aliran Konghucu, Buddha dan Tao telah
membangun seperangkat sistem moralitas yang amat kokoh bagi orang-or-
ang Tionghoa, yang disebut “langit tidak berubah, Tao niscaya tidak berubah”.
Perangkat sistem moralitas ini adalah fondasi yang berfungsi sebagai sandaran
bagi masyarakat untuk tetap eksis, stabil dan harmonis.

Moralitas yang termasuk dalam lingkup spiritual sering kali bersifat


abstrak, sedangkan suatu fungsi penting dari kebudayaan, adalah untuk
menyampaikan sistem moralitas tersebut secara populer.

Dengan mengambil empat karya budaya besar berikut sebagai contoh.

138
“Xi You Ji” (Kisah Perjalanan Ke Barat, lebih dikenal dengan legenda Kera
Sakti) yang memang adalah cerita dongeng; “Hong Lou Mung” (Impian Balkon
Merah) yang pada awalnya juga dijelujuri unsur-unsur dongeng; “Shui Fu Zhuan”
(Kisah Para Pahlawan dari Gunung Liang) yang mengisahkan asal usul 108
pendekar; “Shan Guo Yan Yi” (Cerita Tiga Negara atau Sam Kok) yang dimulai
dengan peringatan bencana alam, dan diakhiri dengan “peristiwa di dunia tak
pernah ada habisnya, apa yang menjadi takdir tak akan terloloskan”.

Semua ini mutlak bukan merupakan kebetulan yang mengilhami sang


penulis, melainkan adalah pandangan dasar dari kaum intelektual Tiongkok
saat itu terhadap alam semesta dan kehidupan manusia. Hasil karya kebudayaan
mereka membawa pengaruh yang sangat dalam bagi generasi berikutnya.
Sehingga orang Tionghoa sekali membicarakan tentang “persaudaraan”, yang
terpikir tidak hanya berupa sebuah konsep, melainkan berbagai kisah dan tokoh
yang berkaitan dengan hal ini. Seperti Guan-Yu sang tokoh dalam cerita Samkok
yang menjunjung tinggi persaudaraan dalam situasi apa pun, serta kisah-kisah
perjalanannya; saat berbicara tentang “kesetiaan”, dengan sendirinya akan terpikir
tentang kisah Yue Fei yang setia pada negara dengan sepenuh hati, serta Zhu
Ge Liang dalam cerita Sam Kok yang membaktikan segenap jiwa raganya
hingga akhir hayat, dan lain-lain.

Pujian terhadap “kesetiaan” di dalam nilai-nilai tradisional, melalui


karya kaum intelektual yang berupa kisah-kisah menarik diperlihatkan secara
gamblang di depan para pembaca. Dengan demikian, ajaran moralitas yang
abstrak, telah dibuat menjadi konkret dan berbentuk melalui cara-cara
kebudayaan.

Aliran Tao berbicara tentang “sejati”, aliran Buddha berbicara tentang


“kebajikan”, aliran Konghucu berbicara tentang “kesetiaan dan
pengampunan”. Walaupun bentuk luarnya berbeda, namun pemahaman
dari sisi dalamnya sama, tak lain adalah merujuk pada kebaikan. Ini baru
merupakan letak basis yang paling berharga dari kebudayaan tradisional
yang berakar pada keyakinan “Konghucu, Buddha dan Tao”.

Dalam kebudayaan tradisional menjelujur unsur-unsur “langit, Tao,

139
Dewa, Buddha, nasib, takdir, kebajikan, persaudaraan, kesopanan,
kebijaksanaan, keyakinan, kejujuran, rasa tahu malu, kesetiaan, rasa bakti,
keluhuran jiwa” dan lain-lain. Banyak orang mungkin seumur hidup buta
huruf, namun mereka sangat akrab di telinga bahkan ingat sekali terhadap
drama dan jalan cerita tradisional. Bentuk-bentuk kebudayaan yang demikian
adalah jalur penting bagi kalangan rakyat untuk memperoleh nilai-nilai
tradisional. Maka perusakan PKT terhadap kebudayaan tradisional adalah
secara langsung merusak moralitas Tiongkok, juga adalah merusak fondasi
kestabilan dan kedamaian masyarakat.

Pertentangan antara teori jahat PKC dengan kebudayaan tradisional

Falsafah PKT dapat dikatakan persis terbalik dengan kebudayaan


tradisional Tionghoa yang sesungguhnya. Kebudayaan tradisional tunduk
pada kehendak langit, Konghucu beranggapan “hidup dan mati adalah
takdir, miskin dan kaya tergantung kehendak langit”. Doktrin aliran Bud-
dha dan aliran Tao semuanya mengakui keberadaan Dewa, percaya
reinkarnasi, perbuatan baik dan jahat pasti ada balasannya. Sebaliknya Partai
Komunis Tiongkok bukan saja berpegang pada “atheis” tetapi juga “tak
mengenal aturan dan tak mengenal langit”. Aliran Konghucu mengutamakan
konsep keluarga, sedangkan di dalam “Manifesto Komunis” dengan tegas
menyatakan ingin “membasmi bentuk keluarga”. Kebudayaan tradisional
“membedakan jelas bangsa Tionghoa dengan bangsa lain”, sedangkan
“Manifesto Komunis” menggemborkan “penghapusan bangsa”. Kebudayaan
aliran Konghucu mengutamakan “kebajikan dan kasih sayang kepada
manusia”, Partai Komunis menganjurkan pertentangan kelas. Aliran
Konghucu mengajarkan setia pada raja dan cinta pada negara, sedangkan
“Manifesto Komunis” malah memprakarsai “penghapusan tanah air”.

Partai Komunis bila ingin merebut dan mengukuhkan kekuasaannya


di Tiongkok, maka harus terlebih dahulu membuat doktrinnya yang
merusak nilai-nilai manusia itu dapat berpijak di Tiongkok. Persis seperti
yang dikatakan oleh Mao Zedong: “Barang siapa ingin menjatuhkan sebuah
kekuasaan, harus terlebih dahulu menciptakan opini publik, terlebih dahulu
melaksanakan pekerjaan di bidang pola pemikiran.” PKT juga telah melihat,

140
“ideologi” komunis yang sepenuhnya ditopang oleh popor senapan, yang
merupakan sampah dari doktrin Barat, tidak akan mampu beroposisi
bersebelahan dengan kebudayaan Tionghoa yang luas mendalam selama
5000 tahun. Maka ibarat kaki sudah melangkah, kepalang tanggung
diteruskan saja, dengan membinasakan secara menyeluruh kebudayaan
Tionghoa, paham “Marxis-Leninis” baru dapat masuk menduduki ruang
megah di Tiongkok.

Kebudayaan bangsa menghalangi kediktatoran PKC

Mao Zedong pernah mengucapkan kata yang demikian, “Saya adalah


biksu yang menggunakan payung – tak mengenal aturan dan tak mengenal
langit!” Keberadaan budaya bangsa tak dapat dipungkiri adalah sebuah
halangan besar bagi PKT untuk berbuat “tak mengenal aturan dan tak
mengenal langit”.

“Kesetiaan” yang terdapat dalam kebudayaan tradisional, mutlak


bukanlah “kesetiaan dungu”. Di tengah mata rakyat, kaisar adalah “anak
langit”, di atasnya masih ada “langit”. Kaisar tidak selamanya benar, maka
perlu diangkat penasehat utuk menunjukkan kesalahan kaisar, bersamaan
itu setiap ucapan dan perbuatan kaisar dicatat oleh pejabat sejarah dalam
sistem pencatatan sejarah. Baik buruknya tindakan kaisar dinilai dengan
kitab aliran Konghucu, bahkan di saat penguasa bertindak semena-mena
tak menuruti aturan, orang-orang boleh bangkit menjatuhkannya. Bila dilihat
dari sudut pandang kebudayaan tradisional, ini bukan berarti tidak setia,
bukan berupa pengkhianatan, sebaliknya adalah menjalani peraturan demi
langit. Aliran Konghucu mengajarkan “rakyat di posisi terhormat, negara
di posisi kedua, penguasa di posisi kemudian”.

Semua ini tentu tidak dapat diterima oleh PKT yang diktator, karena
mereka ingin mendewakan tokoh utama yaitu mengkultuskan seseorang,
tidak ingin di atas dia masih ada “langit”, “Tao”, “Dewa” – sebuah konsep
mengikat yang telah berurat dan berakar dalam kebudayaan tradisional.
Mereka tahu tindak tanduk PKT jika dinilai dengan kriteria kebudayaan
tradisional, semuanya adalah melawan langit dan mengkhianati jalan

141
kebenaran, dosanya amat besar. Asalkan kebudayaan tradisional masih eksis,
rakyat tentu tidak mungkin menyanjung mereka dengan sebutan “agung
mulia dan benar”. Kaum cendekiawan juga masih akan mempertahankan
nilai-nilai kriteria “rela mati demi kebenaran”, “penguasa berada di posisi
yang kemudian dan rakyat di posisi terhormat”, serta tidak akan menjadi
serangga yang mengikuti suara mereka, sehingga seluruh rakyat tidak dapat
“bersatu dalam satu pemahaman yang sama”.

Penghormatan dan rasa segan terhadap bumi, langit dan alam


semesta yang terdapat dalam kebudayaan tradisional, merupakan halangan
bagi PKT untuk “merubah langit dan bumi”, “memerangi langit dan bumi”.
“Nyawa manusia amat penting” yang berupa penghargaan terhadap jiwa
seseorang dalam kebudayaan tradisional, adalah halangan bagi PKT untuk
menerapkan kekuasaan “genosida” dengan teror. “Jalan kebenaran dari
langit” dalam kebudayaan tradisional barulah merupakan kriteria terakhir
dari baik buruknya moralitas, ini sama dengan melucuti hak interpretasi
PKT dalam hal moralitas, maka PKT menganggap kebudayaan tradisional
sebagai halangan raksasa bagi mereka untuk mempertahankan kekuasaan.

Kebudayaan tradisional menantang keabsahan kekuasaan PKT

Di dalam kebudayaan tradisional mengandung “theisme” dan


“doktrin takdir Tuhan”. Dengan mengakui “takdir Tuhan” maka penguasa
harus membuktikan bahwa diri sendiri adalah “penguasa bijak yang
berpegang pada jalan kebenaran”, serta “mengemban nasib negara atas
perintah langit”. Jika mengakui “theisme”, harus mengakui “hak penguasa
adalah dianugerahkan oleh Dewa”. Sedangkan teori kekuasaan PKT sejak
semula tidak mengenal yang disebut juru selamat dunia, juga tidak
mengandalkan Dewa atau kaisar, “jika ingin menciptakan kebahagiaan umat
manusia, sepenuhnya mengandalkan diri kita sendiri”.

PKT mempropagandakan pandangan “materialisme sejarah”,


mempropagandakan bahwa komunisme adalah “surga dunia”, sedangkan
jalan menuju “surga dunia” itu adalah dengan mengandalkan “barisan
pelopor kaum proletar”, yaitu kepemimpinan Partai Komunis. Dengan

142
mengakui theisme berarti secara langsung telah menantang keabsahan
kekuasaan PKT.

II. Bagaimana Partai Komunis Merusak Kebudayaan Tradisional

Segala sesuatu dari PKT adalah demi kepentingan politiknya untuk


dapat meraih, melindungi dan memperkokoh kekuasaan zalimnya. PKT
perlu menggantikan watak manusia dengan watak partai yang jahat,
menggantikan kebudayaan tradisional dengan kebudayaan partai yang
“palsu-jahat-agresif ”. Perusakan dan penggantian ini tidak hanya meliputi
benda-benda sastra peninggalan kuno dan buku-buku kuno yang dapat
dilihat dengan mata, lebih daripada itu, perusakan tersebut juga dilakukan
dari perilaku, pemikiran serta cara hidup manusia dan berbagai aspek lainnya,
dengan merubah nilai-nilai pandangan tradisional, pandangan hidup dan
pandangan universal. Sedangkan pada sisi lain, bentuk penampilan yang
tidak begitu penting dalam kebudayaan dipandang sebagai “intisari” untuk
dipertahankan, kemudian dengan “intisari” tersebut sebagai tampang muka,
menggantikan kandungan makna dibaliknya dengan kebudayaan partai.
Selanjutnya dengan kedok “mewariskan dan mengembangkan” kebudayaan
tradisional Tionghoa, mengelabui rakyat dan masyarakat internasional.

Tiga agama ditumpas sekaligus

Sebagaimana kebudayaan tradisional dengan doktrin Konghucu,


Buddha dan Tao sebagai akarnya, maka langkah pertama PKT dalam
merusak kebudayaan adalah dengan memberantas agama, yang merupakan
perwujudan konkret dari ketiga doktrin tersebut.

Ketiga agama juga pernah mengalami perusakan dalam sejarah pada


periode berbeda. Misalnya agama Buddha, pernah terjadi empat kali
bencana Dharma di dalam sejarah, namun saat itu kaisar Taiwu dari dinasti
Wei-Utara dan kaisar Tang Wu Zhong cenderung mengembangkan agama
Tao dan menumpas agama Buddha. Kaisar Zhou Wu menumpas agama
Tao dan Buddha secara serempak, tapi menjunjung agama Konghucu. Kaisar
Zhou Shi Zhong menumpas agama Buddha sesungguhnya demi mencetak

143
uang logam dari patung Buddha, terhadap agama Konghucu dan Tao
sama sekali tidak menyentuhnya. Hanya PKT yang sekaligus menumpas
tiga agama.

Partai Komunis Tiongkok di saat awal membangun kekuasaannya


sudah mulai merusak kuil dan membakar kitab, memaksa biksu dan Biksuni
kembali menjalani kehidupan duniawi. Perusakannya terhadap tempat
ibadah agama lain juga selalu dengan jalan kekerasan. Sampai pada tahun
1960-an, tempat kegiatan agama di Tiongkok hanya sisa sedikit sekali. Saat
Revolusi Kebudayaan dengan slogan “menjebol empat unsur usang”, lebih-
lebih merupakan sebuah babak bencana dahsyat bagi agama dan
kebudayaan.

Sebagai contoh, kuil agama Buddha pertama di Tiongkok adalah kuil


Bai-Ma (Kuda Putih) yang dibangun diluar kota Luo-yang pada awal dinasti
Han-timur, di saat “menjebol empat unsur usang” kuil ini tentu tidak dapat
lolos dari kemalangan. Di bawah pimpinan seorang sekretaris ranting partai,
para petani miskin di dekat kuil dikerahkan untuk berevolusi menghancurkan
patung tanah “18 arhat” yang bersejarah ribuan tahun. Sebuah kitab daun
lontar yang dibawa dari India oleh seorang biksu senior dua ribu tahun lalu
dibakar, patung kuda putih terbuat dari batu giok yang merupakan barang
langka di dunia dipecahkan. Beberapa tahun kemudian, pemimpin negara
Kamboja di pengasingan, pangeran Norodom Sihanouk berhasrat untuk
mengunjungi kuil Bai Ma, perdana menteri saat itu Zhou Enlai bergegas
memerintahkan untuk mendatangkan kitab daun lontar dari istana kuno di
Beijing dan patung 18 Arhat dari kuil Bi Yun di gunung Xiang Shan ke kota
Luo-Yang sebagai pengganti sementara, dengan demikian sebuah masalah
diplomatik yang pelik dapat diatasi. (Sumber: “Berapa banyak benda-benda
budaya musnah dibakar api” karangan Ding-Shu )

Sejak bulan Mei tahun 1966 dimulai Revolusi Kebudayaan. “Revolusi”


ini benar-benar telah membantai kebudayaan Tionghoa. Dimulai dari bulan
Agustus tahun itu, kobaran api “Menjebol empat unsur usang” membakar
di seluruh daratan Tiongkok. Kuil Buddha dan biara Tao, patung Buddha,
tempat-tempat peninggalan sejarah, lukisan kaligrafi, barang-barang antik

144
dan lain-lain segera menjadi objek perusakan utama oleh pengawal merah.
Misalnya patung Buddha, di puncak gunung Wan Shou istana musim panas
di Beijing terdapat seribu patung Buddha ukiran, setelah mengalami
“penjebolan empat unsur usang”, sampai-sampai tidak satu pun yang terlihat
masih utuh. Di ibu kota terjadi demikian, di seluruh negeri juga demikian,
bahkan sampai jauh ke desa-desa terpencil, juga tidak luput dari perusakan
tersebut. Di sebuah desa di Propinsi Shan Xi terdapat kuil Tian Tai yang
dibangun 1600 tahun silam, patung dan lukisan dindingnya sangat berharga,
walaupun letaknya di lembah yang jauh dari desa. Pasukan “penjebol empat
unsur usang” berani menantang bahaya pergi ke sana menyapu bersih semua
patung-patung dan lukisan dinding. Di pedalaman Desa Zhou-Zi Propinsi
Xian-Xi terdapat sebuah menara pengamat yang menyimpan kitab “Dao-
De-Jing” peninggalan Lao-Zhi 2500 tahun silam, di sekitarnya sepanjang
garis keliling lima kilometer, tersebar lima puluh lebih situs-situs peninggalan
sejarah yang mengelilingi sebuah mimbar kotbah, termasuk “istana Zhong
Shen” yang dibangun 1300 tahun silam oleh kaisar Dinasti Tang. Kini menara
pengamat dan peninggalan sejarah lainnya telah dirusak, para biarawan
Tao seluruhnya dipaksa meninggalkan tempat.

Menurut peraturan agama Tao, biarawan yang telah melepaskan


kehidupan duniawi selamanya tidak boleh mencukur kumis dan menggunting
rambut. Sekarang mereka dipaksa gunting rambut, melepaskan jubah biarawan,
menjadi anggota komune rakyat, bahkan ada yang telah menjadi menantu dari
keluarga petani setempat. Lebih lanjut, patung-patung Dewa, alat-alat sesajen,
kitab dan benda-benda budaya, papan nama kelenteng dari berbagai tempat
suci aliran Tao di Lao-Shan propinsi Shan-Dong semuanya dirusak dan dibakar.
Klenteng “Wen” di kota Ji Lin adalah satu di antara empat kelenteng aliran
Konghucu terbesar di seluruh Tiongkok, saat “menjebol empat unsur usang”
mengalami perusakan yang parah. (sumber: “Berapa banyak benda-benda
budaya musnah dibakar api” karangan Ding-Shu )

Cara penumpasan yang spesifik

Lenin mengatakan “benteng paling mudah dihancurkan dari dalam”.


PKT sebagai kelompok anak cucu dari Marx dan Lenin, dengan sendiri

145
mengerti dalam hati atas perkataan ini.

Buddha Sakyamuni dalam kitab “Maha Parinirwana” meramalkan,


setelah wafatnya beliau, akan ada raja iblis reinkarnasi menjadi biksu, biksuni
dan penganut agama Buddha awam untuk merusak Buddha-Dharma. Kita
tentu tidak dapat menemukan ujung pangkalnya yang dapat membuktikan
secara konkret apa yang dimaksud oleh Buddha Sakyamuni, namun
perusakan terhadap agama Buddha oleh PKT betul-betul dimulai dari “front
persatuan perang” terhadap sebagian bhiksu. Bahkan dengan mengutus
anggota partai rahasia, secara langsung menyusup ke dalam agama untuk
melakukan perusakan. Pada rapat kritik yang pertama setelah Revolusi
Kebudayaan, maka ada orang yang bertanya kepada wakil ketua himpunan
agama Buddha Tiongkok saat itu bernama Zhao-pu-chu: “Anda adalah
anggota Partai Komunis, mengapa menganut agama Buddha?”

Buddha Sakyamuni melalui ajaran “Berpantang-Samadhi-


Kebijaksanaan” berhasil kultivasi mencapai kesadaran sempurna yang tiada
taranya, maka sebelum wafat, beliau dengan sungguh-sungguh menasehati
para pengikutnya untuk “mematuhi pantangan, jangan melanggarnya”. Di
samping itu juga diperingatkan: “Orang yang melanggar pantangan, akan
dikutuk naga langit, Dewa dan hantu. Setelah meninggal segera mengikuti
karma mengalami penderitaan di neraka, melewati waktu yang amat panjang,
kemudian bebas dari neraka kembali reinkarnasi menjadi hantu kelaparan
atau binatang, demikian berputar-putar tanpa dapat membebaskan diri.”

Peringatan Sang Buddha bagaikan angin lalu di telinga para “biksu


politik”. Pada 1952, saat didirikan “Himpunan Agama Buddha Tiongkok”
di daratan Tiongkok, PKT mengutus anggotanya hadir, dalam rapat tersebut
banyak umat mengusulkan untuk menghapus peraturan dan pantangan
kebiaraan dalam agama Buddha, dan mengatakan pasal-pasal tersebut telah
mencelakakan banyak muda-mudi. Ada orang malah mengusulkan
“menganut agama secara bebas, biksu dan biksuni boleh menikah, boleh
minum arak dan makan daging, siapa pun tidak boleh melarangnya”. Biksu
senior Shu Yin yang menghadiri pertemuan saat itu melihat bahaya yang
akan menimpa agama Buddha menuju kebinasaan, kemudian tampil ke

146
depan membela dan menentangnya, beliau memohon tetap dipertahankan
aturan pantangan dan gaya busana agama Buddha. Justru karena hal ini,
biksu senior Shu Yin pernah dituduh “anti revolusi”, disekap dalam ruang
biksu, dihentikan pemberian makanan, untuk buang air besar dan kecil
juga tidak diizinkan keluar, bahkan diperintahkan untuk menyerahkan emas,
perak dan senapan. Setelah Shu Yin menjawab “Tidak ada”, beliau
mengalami siksaan berat hingga kepalanya bocor dan tulang iganya patah.
Ketika itu Shu Yin sudah berumur 122 tahun, polisi mendorongnya dari
atas pembaringan hingga jatuh ke lantai, pada hari kedua saat mereka datang
lagi, menemukan Shu Yin belum meninggal, maka dihujani lagi dengan
pukulan bengis.

Himpunan agama BuddhaTiongkok yang didirikan tahun 1952 dan


himpunan agama Tao Tiongkok yang didirikan tahun 1957, dalam akte
pendiriannya secara tegas menyatakan akan “berada di bawah pimpinan
pemerintah rakyat”, sesungguhnya adalah berada di bawah pimpinan Partai
Komunis yang “atheis”. Bersamaan itu kedua agama menyatakan akan
berpartisipasi dalam pembangunan produktif, menjabarkan kebijaksanaan
pemerintah dan lain-lain. Dengan demikian telah sepenuhnya menjadi sebuah
organisasi yang duniawi. Sedangkan para biksu yang gigih menjalani aturan
pantangan malah dicap sebagai oknum anti revolusi, anasir ilegal yang
takhayul. Di bawah slogan revolusi “pasukan pemurnian agama Buddha
dan Tao”, mereka dijebloskan dalam penjara, menjalani rehabilitasi kerja
paksa, bahkan dihukum mati. Sekalipun agama Katolik dan Kristen yang
disebarkan dari Barat juga tidak luput dari penindasan tersebut. Menurut
statistik dalam buku “Bagaimana PKT menganiaya agama Kristen” yang
diterbitkan tahun 1958, hanya yang disingkap melalui buku tersebut
menunjukkan, pekerja Tuhan di daratan Tiongkok yang dibunuh dengan
tuduhan “tuan tanah”, “benggolan jahat”, banyaknya mencapai 8.840 or-
ang, yang direhabilitasi dengan kerja paksa sebanyak 39.200 orang; yang
dibunuh dengan tuduhan “anti revolusi” sebanyak 2.450 orang, yang
direhabilitasi dengan kerja paksa sebanyak 24.800 orang. (Sumber: “Teori
dan realita PKT dalam menumpas dan menindas agama” karangan Bai-Ji)

Agama tidak dapat dipungkiri adalah jalan untuk berkultivasi

147
mencapai pencerahan yang melampaui duniawi, tujuan utamanya adalah
“pantai seberang” atau “surga”. Sakyamuni pernah menjadi pangeran raja
di India, demi mencari pelepasan yang murni dan abadi, beliau
meninggalkan tahta kerajaan masuk ke hutan melakukan pertapaan yang
berat. Yesus sebelum mencapai pencerahan sempurna, setan mengajak dia
ke sebuah gunung, memperlihatkan kemegahan ribuan negara di bawah
langit kepadanya, dan berkata “Jika engkau bersembah sujud kepada aku,
maka aku akan menganugerahkan semua ini kepadamu”. Namun Yesus
tidak tergoda. Sebaliknya biksu politik, pendeta politik yang dikuasai dalam
front persatuan perang oleh PKT telah mengarang seperangkat teori
kebohongan “agama Buddha duniawi”, agama adalah kebenaran, sosialisme
juga adalah kebenaran”. Dan “pantai di sini tidak bertentangan dengan
pantai seberang”. Mereka menganjurkan para biksu mengejar kebahagiaan
nyata dan kegemerlapan, mengubah ajaran dan kandungan makna dalam
agama.

Agama Buddha melarang pembunuhan, sedangkan PKT di saat


“penindasan anti revolusi” membunuh orang dalam jumlah tak terhitung,
biksu politik kemudian mengarang sebuah dalil yang mengatakan
“membunuh mereka yang anti revolusi adalah belas kasih yang lebih besar”.
Bahkan di masa “melawan Amerika membantu Korea”, secara langsung
mengirim para biksu ke garis depan untuk berperang membunuh orang.

Dengan agama Kristen sebagai satu contoh lagi, Wu Yao Zhong


pada tahun 1950 telah mendirikan sebuah perkumpulan Kristen “tiga
mandiri”, bergembar-gembor ingin lepas dari hubungan “imperialisme”
dan berinisiatif mengabdikan diri dalam “melawan Amerika membantu
Korea”. Seorang sahabat karibnya karena tidak mau bergabung dalam
“tiga mandiri” dipenjara selama dua puluh tahun lebih, dengan penuh derita
mengalami penyiksaan. Sahabat ini bertanya pada Wu Yao Zhong:
“Bagaimana anda menyikapi mukjizat yang dilakukan Yesus?” Wu Yao
Zhong menjawab : “Semua itu sudah saya singkirkan”.

Tidak mengakui mukjizat Yesus, berarti tidak mengakui surga Yesus.


Jika surga Yesus sampai tidak diakui, apakah anda masih terhitung umat

148
Kristiani? Namun Wu Yao Zhong sebagai pendiri kelompok kristen “Tiga
Mandiri” telah menjabat sebagai ang gota dewan tetap majelis
permusyawaratan politik rakyat Tiongkok. Ketika melangkahkan kaki masuk
ke balai agung rakyat, dia pasti telah lupa perkataan Yesus “Anda harus
menyayangi Tuhan dengan sepenuh hati, sepenuh iman dan sepenuh
kehendak”, ini adalah firman Tuhan yang pertama, juga adalah yang paling
penting.

PKT menyita aset kelenteng, memaksa biksu dan biksuni mempelajari


teori Marxisme, untuk mencuci otak mereka, lebih-lebih memaksa para
biksu ikut kerja bakti. Misalnya di Ning-Bo propinsi Zhe-Jiang terdapat
sebuah “bengkel Buddhis”, di dalamnya ada 25.000 lebih biksu yang diperas
tenaga kerjanya. Yang lebih gila lagi, PKT menganjurkan para biksu menikah,
untuk meruntuhkan keyakinan mereka terhadap agama Buddha. Misalnya
pada tahun 1951 sebelum Hari Wanita Internasional 8 Maret, Asosiasi Wanita
di Chang-Sha propinsi Hu-Nan, di luar dugaan mengeluarkan perintah
bagi para Biksuni, harus dalam beberapa hari memutuskan untuk menikah!
Di samping itu, para biksu yang muda dan sehat dipaksa ikut dinas militer,
dikirim ke medan perang untuk dijadikan umpan peluru. (sumber: “Teori
dan Realitas PKT dalam Menumpas dan Menindas Agama” karangan Bai-
Ji )

Berbagai organisasi keagamaan telah tercerai berai di bawah tindasan


kekerasan oleh PKT. Para elit sejati dari kalangan agama Buddha dan Tao
telah ditindas, yang tersisa sudah banyak kembali menjalani kehidupan
duniawi. Sementara itu masih ada banyak anggota Partai Komunis yang
terselubung, mereka secara khusus mengenakan jubah atau pakaian pendeta,
menginterpretasikan secara serong isi kitab Buddha, kitab Tao dan Alkitab,
dan mencari dalil dari kitab-kitab tersebut untuk keperluan gerakan PKT.

Merusak benda-benda budaya

Perusakan terhadap benda-benda budaya (peninggalan kuno) juga


merupakan bagian penting dari perusakan kebudayaan tradisional oleh PKT.
Di dalam “menjebol empat unsur usang”, berapa banyak buku-buku

149
tunggal (tulisan tangan) dan tulisan kaligrafi yang disimpan dengan hati-hati
oleh para cendekiawan, semuanya dibakar dan dihancurkan jadi bubur
kertas. Di rumah Zhang Bao Jun tersimpan lebih dari 10.000 jilid buku,
oleh pentolan pengawal merah, dijadikan bahan bakar untuk menghangatkan
badan, sisanya dikirim ke pabrik kertas untuk dihancurkan jadi bubur kertas.
Seorang kakek ahli tempel tulisan kaligrafi bernama Hong Qiu Sheng, or-
ang-orang menjulukinya “dokter ajaib” tulisan kaligrafi, pernah
menyelesaikan penempelan karya-karya ternama kaligrafi dan lukisan dalam
jumlah yang tak terhitung. Selama beberapa puluh tahun, tulisan kaligrafi
kuno yang diselamatkan dari kehancuran sebanyak ratusan buah, kebanyakan
adalah benda-benda berharga milik negara. Tulisan-tulisan kaligrafi yang
disimpannya dengan mencurahkan segenap upaya, kini dengan dua kata
“unsur usang” dilalap oleh api. Setelah kejadian ini, bapak tua Hong berkata
kepada orang-orang dengan mata berkaca-kaca : “Tulisan kaligrafi seberat
100 jing (50 kg) lebih, dibakar dalam waktu yang cukup lama!” (sumber:
“Berapa Banyak Benda-benda Budaya Musnah Dibakar Api” karangan
Ding-Shu )

Orang-orang Tionghoa zaman sekarang jika masih mempunyai


sedikit ingatan terhadap sejarah, maka tempat-tempat wisata peninggalan
sejarah yang terkenal dari negara Tiongkok, di dalam hujan badai “menjebol
empat unsur usang” juga telah dihancurkan dan sirna. Anjungan Lan-Ting
yang tertulis dalam “cerita serial Lan Ting”, sebuah karya turun temurun
karangan Wang Yi Zhi (kaligrafer ternama dalam sejarah dari dinasti Tang),
bukan saja telah dirusak, bahkan kuburan Wang Yi Zhi sendiri juga dirusak.
Bekas tempat tinggal Wu Chen En (pengarang dan pujangga dari dinasti
Ming) di propinsi Jiang Shu telah dihancurkan, bekas tempat tinggal Wu
Jing Xin (penulis ternama dari dinasti Qing) di propinsi An Hui telah
dihancurkan. Batu nisan tulisan pujangga kuno Shu Dong Bo (pujangga
Tiongkok kuno yang tersohor dari dinasti Song) dirobohkan oleh “Jendral
cilik revolusi”, tulisan di atas batu nisan dikerok hingga rontok.

Saripati kebudayaan Tionghoa ini adalah kristal dan warisan melalui


beberapa ribu tahun, sekali dirusak sudah selamanya tidak dapat kembali
semula. Tetapi PKT malah atas nama “revolusi” telah menghancurkannya

150
dengan penuh dalil yang dibuatnya. Kami menyesalkan ketika tentara sekutu
Inggris-Perancis membakar istana kebudayaan Yuan Ming, karya besar
sejarah ludes akibat api perang kaum agresor, kami sungguh tidak bisa
memperkirakan bagaimana mungkin perusakan oleh PKT ternyata lebih
luas, lebih bertahan lama dan lebih menyeluruh dibandingkan kaum agresor?

Perusakan dalam lingkup spiritual

PKT selain ingin melenyapkan agama dan kebudayaan dalam lingkup


materi, masih dengan segenap upaya merusak kepercayaan dan kebudayaan
melalui sisi spiritual. Sebagai contoh, PKT menganggap adat istiadat rakyat
suku Hui (Kaum muslim) termasuk “empat unsur usang”, maka memaksa
rakyat suku Hui memakan daging babi, juga memerintahkan keluarga petani
suku Hui dan masjid memelihara babi, ditentukan setiap keluarga tiap tahun
harus menyerahkan dua ekor babi. Pengawal Merah bahkan memaksa Bud-
dha hidup (living Buddha) urutan dua dari agama BuddhaTantra Tibet – Ban
Chan Lama memakan kotoran manusia. Juga memaksa tiga orang biksu
dari kuil Ji Le, sebuah kuil modern terbesar di kota Harbin, mengacungkan
sebuah papan yang terbuat dari kertas, di atasnya tertulis “kitab Buddha
macam apa, semuanya kentut (omong kosong).”

Tahun 1971, Lin Biao melarikan diri, pesawatnya jatuh di Undurkhan


Mongolia, namun kutipan kata-kata Konghucu yang berhasil dirazia di Mao
Jia Wan telah menyulutkan kampanye fanatik yang mengritik Konghucu di
seluruh negeri. Liang Xiao mempublikasikan sebuah artikel dalam majalah
“Panji Merah” berjudul “Individu Konghucu”, yang melukiskan Konghucu
sebagai “orang gila yang memutar balik roda sejarah”, “penipu politik
yang munafik dan licik”, serentetan karikatur dan lagu-lagu yang
mendiskreditkan Konghucu juga muncul beriringan. Kekhidmatan dan
sakralnya agama dan kebudayaan telah dirusak hingga ludes.

Perusakan yang Tanpa Akhir

Pada zaman Tiongkok masa lampau, penguasaan pemerintah


pusat terhadap daerah hanya sampai tingkat kabupaten. Di bawah

151
kabupaten sepenuhnya mengandalkan otonomi agama, oleh sebab itu,
peristiwa “membakar buku dan mengubur hidup-hidup kaum
intelektual” yang dilakukan oleh kaisar Chin Shi Huang, maupun
pemusnahan agama Buddha pada tiga periode kekerasan, perusakan
semacam ini adalah gerakan yang dimulai dari atas hingga ke bawah,
tidak mungkin secara tuntas, buku-buku dan faham agama Buddha
maupun Konghucu niscaya masih ada ruang eksistensi di kalangan rakyat.
Sedangkan para pelajar sekolah menengah yang berada dalam masa
puber, di bawah hasutan PKT melakukan gerakan “menjebol empat
unsur usang”. Ini adalah semacam gerakan dari akar rumput yang
bersifat spontanitas menggebu, yang merambat ke seluruh negeri; di
samping itu, sistim pengendalian masyarakat dari PKT yang ketat “tiap
desa terdapat ranting partai”, membuat “revolusi” semacam ini tiada
tempat yang tak terjangkau, setiap orang, setiap jengkal tanah juga telah
tersentuh.

Lagipula, dalam sejarah tidak pernah ada seorang kaisar seperti PKT,
yang selain menggunakan kekerasan, masih menggunakan bentuk-bentuk
fitnahan dan caci maki, untuk mencabut sampai ke akar-akarnya hal-hal
yang oleh orang-orang dianggap paling sakral dan paling indah dalam lubuk
hati seseorang. Pemusnahan dalam bentuk kesadaran pikiran, seringkali lebih
efektif dan lebih bertahan lama daripada pemusnahan secara materi semata-
mata.

Merubah kaum intelekutal

Huruf-huruf Han Tiongkok telah menyatukan intisari peradaban


kebudayaan selama 5000 tahun, dari bentuk huruf dan bunyi bacaan
huruf sampai istilah, ungkapan yang terbentuk olehnya, semua
mengandung makna yang mendalam dari kebudayaan Tionghoa. PKT
selain menyederhanakan huruf-huruf Han, juga pernah menerapkan
rancangan pengejaan huruf, berkeinginan menghapus segala tradisi
dalam kebudayaan melalui huruf bahasa hidup, belakangan karena
sungguh tidak dapat diterapkan, barulah dibatalkan. Sedangkan kaum
intelektual yang sama-sama telah mewariskan kebudayaan tradisional

152
merasa sangat malang harus mengalami kerusakan juga.

Sebelum tahun 1949, di Tiongkok kira-kira terdapat dua juta kaum


intelektual, walaupun di antara mereka ada sebagian yang melanjutkan studi
ke negara Barat, tetapi masih mewariskan sebagian doktrin Konghucu.
PKT tentu tidak akan membiarkan mereka, karena sebagai kaum terpelajar
dari golongan elit, pemikiran mereka memerankan fungsi yang tidak dapat
diremehkan terhadap bentuk kesadaran di kalangan rakyat.

Maka pada bulan September 1951, PKT mulai mengadakan sebuah


“kampanye perubahan pikiran” yang besar-besaran terhadap kaum
intelektual. Kampanye dimulai dari Universitas Beijing, kemudian meminta
atas dasar hal ini, diorganisir gerakan “pertanggung jawaban sejarah yang
setia dan jujur”, untuk membersihkan anasir anti revolusi yang ada di
dalamnya.

Mao Zedong sejak dulu membenci kaum intelektual. Ia mengatakan:


“Seharusnya mereka mengetahui sebuah kebenaran, bahwa banyak yang
disebut sebagai kaum intelektual, sesungguhnya bila dibandingkan dengan
kaum buruh dan tani yang paling buta pengetahuan, kadang-kadang
pengetahuan kaum buruh dan tani sedikit melebihi mereka”. “Bila
membandingkan kaum intelektual yang belum dirubah dengan buruh dan
tani, akan terasa kaum intelektual bukan saja mentalnya ada banyak hal
yang tidak bersih, bahkan badannya juga tidak bersih; yang paling bersih
masih terhitung buruh dan tani, sekalipun tangan mereka hitam, dan di
kakinya menempel kotoran sapi…”

Penganiayaan PKT terhadap kaum intelektual dimulai dengan


kritikan besar dalam berbagai bentuk. Sejak tahun 1951 kritikannya
terhadap pendidikan militer, hingga tahun 1955 Mao Zedong turun
tangan mencap Hu Feng sebagai anti revolusi, saat itu kaum intelektual
masih belum secara besar-besaran dikategorikan sebagai kaum jenis
lain. Namun sampai tahun 1957, di saat beberapa agama tradisional
yang besar sudah tunduk di bawah “Front Persatuan Perang”, PKT
akhirnya menjulurkan tangan menghadapi kaum intelektual, inilah yang

153
dikenal dengan sebutan “perjuangan anti kanan.”

Pada bulan Februari 1957, PKT menyerukan semboyan “seratus


bunga mekar bersama, seratus aliran bersaing bersuara”, mendorong kaum
intelektual mengajukan pendapat bagi Partai Komunis, dengan janji tidak
akan dipersalahkan. Kaum intelektual ini sudah sejak lama merasa tidak
puas dengan sikap partai yang ingin memimpin segalanya walaupun awam
dalam bidang tersebut, serta pembantaian sewenang-wenang terhadap yang
tidak bersalah di dalam berbagai tindakan penindasan dan pembersihan.
Syukurlah kini PKT akhirnya bersikap terbuka, maka mereka mulai
mengutarakan apa yang ada didalam hati, ucapannya juga makin lama
semakin membara.

Bagaimana reaksi Mao? Setelah sekian lama berlalu, masih ada banyak
orang menganggap serangan balik Mao Zedong hanya dikarenakan kritikan
kaum intelektual terhadap PKT itu karena sudah melewati batas kesabaran
Mao saja. Tetapi kenyataannya adalah lain.

Pada tanggal 15 Mei 1957 Mao sudah membuat sebuah tulisan


“segalanya mulai terjadi perubahan”, disampaikan kepada kader-kader
tingkat tinggi dalam partai. Di antaranya disebutkan: “Akhir-akhir ini,
penampilan golongan kanan terlihat paling gigih dan beringas. Mereka ingin
meniupkan angin topan dalam skala tingkat tujuh, di atas daratan Tiongkok
ini, berkhayal membasmi Partai Komunis”. Selanjutnya, para pejabat partai
dari berbagai tingkat yang tidak tertarik dengan “penyuaraan besar-besaran”
mendadak berubah jadi sangat bersemangat dan ikhlas. Putri Zhang Bo
Jun dalam catatan memorinya berjudul “Peristiwa masa silam bukan
bagaikan asap” menceritakan sebagai berikut.

Menteri bagian “Front Persatuan Perang” dari PKT bernama Li


Wei Han menelpon Zhang Bo Jun, mengundang beliau menghadiri semi-
nar perbaikan kinerja, dan mempersilahkan beliau duduk di sofa besar
barisan pertama. Zhang tidak tahu ini merupakan sebuah perangkap, beliau
telah mengajukan banyak pendapat. Dalam seluruh proses acara, Li Wei
Han berpenampilan riang dan puas. Zhang mengira dia menyetujui

154
pembicaraannya. Tidak disangka, dia merasa riang karena mangsanya masuk
perangkap. Di kemudian hari Zhang Bo Jun telah dijadikan tokoh utama
golongan kanan di Tiongkok.

Kita bisa lihat beberapa tanggal di bawah ini, di mana para tokoh
intelektual menyampaikan pendapat dalam bentuk tulisan: “Akademi
Rancangan Politik” oleh Zhang Bo Jun, 21 Mei; “Menentang teori semu
Uni Soviet”, oleh Lung Yun, 22 Mei; “Panitia rehabilitasi” oleh Luo Lung
Ji, 22 Mei; “Menepis sosialisme feodal PKT” oleh Lim Xi Ling yang
merupakan pidatonya di Universitas Beijing, 30 Mei; “Partai sebaiknya sejak
dini tinggalkan dominasinya terhadap kalangan seni” oleh Wu Zhu Guang,
31 Mei; “Dunia partai” oleh Chu An Ping, 1 Juni. Semua ini adalah pendapat
yang dipublikasikan oleh kaum intelektual atas “undangan” PKT, setelah
Mao menyiapkan pisau yang telah diasah.

Kaum intelektual tersebut kemudian telah dijadikan “golongan


kanan”, golongan kanan semacam ini ada lebih dari 550 ribu di seluruh
negeri.

Dalam kebudayaan tradisional Tionghoa ada suatu bentuk ungkapan


jiwa yang berbunyi: “Orang terpelajar boleh mati tapi tidak boleh dihina”.
Sedangkan PKT bahkan dapat membuat, “Anda jika tidak mendapat
penghinaan, maka tidak mendapat jatah nasi”. Dengan demikian banyak
kaum intelektual benar-benar menyerah, dalam proses ini ada sebagian
dari mereka demi tujuan melindungi diri telah menyingkap orang lain, yang
sungguh telah menusuk perasaan banyak orang. Sedangkan mereka yang
benar-benar tidak dapat dihina, telah dibunuh untuk menakuti yang lain.
Sebagai teladan moralitas dari masyarakat tradisional, golongan “kaum
terpelajar” dengan demikian telah sirna.

Mao Zedong pernah berkata : “Kaisar Qin Shi Huang terhitung


apa? Dia hanya mengubur hidup-hidup 460 orang terpelajar, kami telah
mengubur 46.000 orang terpelajar. Saat kami menindas pemberontakan,
apakah sebagian kaum intelektual yang anti revolusi belum terbunuh? Saya
pernah berdebat dengan tokoh demokrasi, anda mencaci kami sebagai

155
Qin Shi Huang, itu tidak betul, kami melebihi Qin Shi Huang seratus kali
lipat.”

Sesungguhnya, mereka tidak hanya mengubur hidup-hidup orang


terpelajar, yang lebih parah ialah mereka telah membinasakan keyakinan
dan sukma dari orang-orang tersebut.

Kebudayaan permukaan yang dipereteli dan ditambal

Setelah PKT memulai gerakan perubahan dan keterbukaan, telah


merenovasi banyak kelenteng, biara dan gereja, juga membentuk asosiasi
kelenteng di dalam negeri, juga mengadakan festival kebudayaan di luar
negeri. Ini adalah perusakan dan pemanfaatan terakhir kali oleh PKT
terhadap sisa kebudayaan tradisional. Dalam hal ini, dikarenakan PKT tidak
berdaya memutuskan tali kebaikan yang terdapat dalam otak manusia, yang
bisa membuat “kebudayaan partai” melangkah menuju kebangkrutan.
Alasan lain PKT memanfaatkan kebudayaan tradisional sebagai alat kosmetik
menutupi watak dasar jahatnya yang “palsu-jahat-agresif ”.

Dasar dari kebudayaan adalah kandungan makna dalam moralitas,


hal-hal yang kecil di dalamnya berfungsi sebagai hiburan. PKT dengan cara
menghidupkan kembali fungsi hiburan dari kebudayaan permukaan, untuk
menutupi hakekatnya yang merusak kandungan makna moralitas. Tak peduli
PKT menampilkan berapa banyak tulisan kaligrafi dan benda-benda kuno
untuk dipamerkan. Berapa pun PKT menyelenggarakan festival kebudayaan,
festival makanan dengan tarian barongsai dan naga, serta membangun dan
merenovasi berapa banyak gedung dengan tiang berhiasan. Semua itu hanya
menghidupkan kembali bentuk permukaan kebudayaan dan bukan
intisarinya. Tujuan promosi kebudayaan oleh PKT ini ujung-ujungnya tiada
lain adalah sebagai alat kosmetik belaka untuk menutupi kebohongan,
kejahatan, dan kekerasan mereka.

Misalnya ambil kuil sebagai contoh. Di sini memang adalah tempat


untuk menjalani kultivasi dengan bunyi genta di pagi dan sore hari, atau untuk
orang-orang dalam masyarakat datang bertaubat dan mengadakan kebaktian.

156
Dalam menjalani kultivasi mengutamakan ketenangan, untuk melakukan taubat
dan kebaktian juga menghendaki lingkungan yang khidmat. Namun kini malah
telah menjadi tempat wisata demi perkembangan ekonomi. Yang benar-benar
datang ke kuil, ada berapa orang yang setelah mandi dan ganti pakaian, lalu
dengan hati tulus menghormat di depan patung Buddha untuk mengintrospeksi
kesalahan dirinya?

Memperbaiki permukaan, merusak inti maknanya, ini juga


merupakan siasat PKT untuk menyesatkan orang-orang di dunia. Baik agama
Buddha, maupun agama lainnya atau kebudayaan turun temurun, PKT
dengan sengaja telah membuat keadaan merosot seperti itu.

III. Kebudayaan partai

PKT di dalam merusak kebudayaan tradisional yang semi Dewa,


bersamaan juga melalui kampanye politik yang tiada hentinya, secara tidak
terasa telah membangun kebudayaan partai dari PKT sendiri. Kebudayaan
partai ini telah merubah orang-orang dari generasi tua, meracuni generasi
muda, juga mempengaruhi generasi anak-anak. Pengaruhnya amat dalam
dan luas, bahkan termasuk banyak orang di saat mencoba ingin menyingkap
PKT juga tak terhindar akan membawa tanda-tanda cap dari kebudayaan
partai, serta menggunakan kriteria penilaian baik dan jahat, cara pemikiran
dan sistem pembicaraan dari PKT.

Kebudayaan partai selain banyak menyerap “kejahatan” luar dari


kebudayaan Marxis-Leninis, masih secara efektif memadukan unsur-unsur
negatif orang-orang Tionghoa yang terakumulasi sejak beberapa ribu tahun.
Seperti pergulatan dalam istana raja, persekongkolan dalam partai untuk
kepentingan pribadi, siasat merongrong orang lain, bermain curang dan pro-
paganda komunis tentang revolusi kekerasan, falsafah perseteruan dan lain-
lain. Di dalam krisis eksistensinya selama beberapa puluh tahun, dengan tiada
hentinya mereka mengembangkan dan memperkaya karakteristik “palsu-jahat-
agresif ” tersebut.

Sifat kebudayaan partai adalah otoriter dan diktator, demi melayani

157
pertarungan politik dan pertarungan kelas. Dia telah membentuk lingkungan
“teori manusia” partai yang otoriter dan menakutkan dari empat aspek.

Aspek Penguasaan
a. Budaya yang Diblokir
Kebudayaan Partai Komunis adalah tertutup dan dimonopoli. Tidak
ada kebebasan berpikir, berbicara, berserikat dan berkeyakinan. Kekuasaan
partai ibarat seperangkat sistem tekanan cairan, mengandalkan tekanan keras
dan pemblokiran untuk bertahan. Sebuah kebocoran yang sangat kecil juga
mungkin menyebabkan runtuhnya sistem tersebut. Ambil sebuah contoh,
saat peristiwa “4 Juni”, pembantaian di Tiananmen, partai tidak mau
mengadakan dialog dengan mahasiswa, karena takut membuka kesempatan
untuk berdialog. Begitu dibuka, maka kaum buruh, tani, cendekiawan, tentara
semua akan minta diadakan dialog, dengan demikian Tiongkok akan menuju
demokrasi, ini sama dengan menantang kediktatoran satu partai. Oleh sebab
itu, lebih baik membunuh orang daripada meluluskan permintaan para
mahasiswa itu. Sekarang mereka memblokir internet, juga supaya rakyat
Tiongkok tidak dapat mengakses isi program yang oleh PKT tidak
diperkenankan untuk dilihat.

b. Budaya Teror
Selama 55 tahun PKT dengan cara teror menekan jiwa rakyat
Tiongkok. Bayang-bayang pecut yang digantung, pisau penyembelih yang
diacungkan, malapetaka yang entah kapan akan menimpa, telah
membakukan tingkah laku manusia. Orang-orang di tengah ketakutan, telah
menjadi hamba penurut yang alim dan patuh. Tokoh demokrasi, penganut
keyakinan bebas, orang-orang yang dicurigai dalam sistem partai, anggota
berbagai perkumpulan spiritual, semuanya menjadi objek untuk dibunuh
guna memperingatkan orang banyak, mereka yang beda pendapat harus
dibasmi pada saat bertunas.

c. Budaya pengendalian jaringan masyarakat


Pengendalian PKT terhadap masyarakat merambah ke dalam segala
bidang, ke semua jaringan masyarakat, termasuk sistem kartu keluarga,
sistem panitia rukun warga, struktur dewan partai berbagai tingkatan.

158
Cabang-cabang partai dibentuk di tingkat perusahaan, pabrik. “Setiap desa
ada cabang partai”, setiap cabang dan perkumpulan anak-anak muda
mempunyai aktivitas-aktivitas masing-masing. Partai juga menganjurkan
serentetan semboyan-semboyan yang relevan dengan masing-masing
kelompok tersebut. Seperti, “Jaga baik-baik pintu sendiri, awasi baik-baik
orang sendiri”, “Mencegah dan menahan pengajuan permohonan”,
“Dengan teguh merealisasi penunaian kewajiban dan sistem pengusutan
kewajiban, penjagaan dan pengendalian yang ketat, disiplin yang tegas, benar-
benar mempertahankan penanganan penjagaan 24 jam tanpa istirahat”.
“Kantor 610 membentuk tim pengawas, secara tidak berkala melakukan
pengawasan terhadap berbagai tempat dan berbagai unit kerja”, dan lain-
lain.

d. Budaya yang melibatkan orang lain


PKT sama sekali tidak menghiraukan prinsip peradilan yang berlaku
di masyarakat sekarang, malah secara luas menerapkan politik yang
melibatkan orang lain. Ini digunakan untuk menghukum anggota keluarga
sendiri yang tergolong “tuan tanah, orang kaya, pembangkang, orang jahat,
golongan kanan”, sampai dicanangkannya “teori asal-usul seseorang”.

Hukuman juga akan dikenakan “terhadap pimpinan yang tidak


memenuhi kewajiban, cara kerja yang tidak efektif, sehingga tidak bisa
mencegah praktisi Falun Gong masuk ke Beijing. Harus diadakan pengusutan
kewajiban terhadap pimpinan utama, dengan mengedarkan pemberitahuan
surat kritik. Bila kasusnya parah, akan dikenakan hukuman disiplin”.

“Satu orang berlatih Falun Gong, seluruh anggota keluarga


diberhentikan dari pekerjaan dll.” “Satu orang staf berlatih Falun Gong,
bonus seluruh staf perusahaan dikenakan potongan”, dan lain-lain. PKT
juga mencanangkan politik diskriminasi seperti “anak yang baik boleh
dididik”, menilai orang masuk golongan yang harus dimusuhi “lima golongan
hitam” (tuan tanah, orang kaya, pembangkang, orang jahat, golongan kanan
). Partai juga mempromosikan “kepatuhan diri terhadap partai dan
menempatkan keadilan di atas kesetiaan keluarga”. Di samping itu juga
menerapkan jaminan sistem melalui jaringan personil, sistem pengadaan

159
dokumen, sistem pengendalian luar, “pemberian bonus kepada yang berjasa”
untuk partai.

Aspek Propaganda Kebudayaan


a. Budaya satu opini ketentuan atasan
Selama Revolusi Kebudayaan Tiongkok dipenuhi dengan slogan.
“Petunjuk paling tinggi”, “satu kata dari Mao setara dengan sepuluh ribu
kata, dan semuanya adalah benar”. Segenap media serentak maju, secara
kolektif menyuarakan puji-pujian yang mendukung partai. Bila perlu
kerahkan partai, pemerintahan, tentara, buruh, pemuda, wanita dari berbagai
tingkatan mengadakan unjuk rasa menyatakan dukungan untuk program-
program partai, setiap orang dilibatkan.

b. Budaya mempropagandakan kekerasan


Mao Zedong mengatakan, “Delapan ratus juta orang, tanpa
pertarungan apakah bisa?” “Dipukul mati biarlah mati sia-sia”. Di dalam
penganiayaan Falun Gong, Jiang Zemin mengatakan, “Tidak ada
hukumannya bagi mereka yang memukul praktisi Falun Gong hingga mati.”
Bom atom adalah macan kertas... sekalipun mati separoh dari jumlah or-
ang, separoh yang tersisa masih dapat membangun kembali rumah kita di
atas puing-puing.

c. Budaya penghasut dendam


“Jangan lupa akan kegetiran kelas, ingat benar-benar akan dendam
darah dan air mata”. Motto tersebut menjadi dasar politik negara, kekejaman
terhadap musuh kelas dipandang sebagai suatu keindahan. PKT
mengajarkan: “gigitlah dendam, gigitlah kebencian, setelah dendam dan
benci dikunyah halus lalu paksakan diri menelannya, dendam dan benci
masuk ke dalam hati agar dia bertunas.”

d. Budaya dusta
Inilah beberapa contoh kebohongan PKT selama ini: “Hasil panen
dari satu Mou (1/15 hektar) ladang melebihi sepuluh ribu Jing (1/2 Kg)”,
“Peristiwa 4 Juni di Tiananmen tidak ada satu orang pun yang meninggal”,
“Kami sudah mengendalikan penyakit SARS”, “Dewasa ini adalah masa

160
paling baik dari HAM di Tiongkok”, “Tiga Wakil”.

e. Budaya cuci otak


Berikut ini adalah slogan untuk mencuci otak orang: “Jika tidak ada
PKT maka tidak ada Tiongkok baru”, “Kekuatan inti yang memimpin
usaha kita adalah PKT, dasar teori yang membimbing pikiran kita adalah
Marxisme-Leninisme”, “Pertahankan kesatuan yang tinggi dengan sentral
partai”, “Yang dipahami harus dilaksanakan, yang tidak dipahami juga harus
dilaksanakan, karena di dalam pelaksanaan pemahaman akan mendalam
seiring menuruti perintah”.

f. Budaya menjilat
“Sekalipun begitu besarnya langit dan bumi, tidaklah sebesar budi
baik partai”, “Segala jasa dikembalikan pada partai”, “Saya membandingkan
partai dengan ibunda”, “Dengan jiwa membela pimpinan pusat partai”,
“Partai yang agung, mulia dan benar”, “Partai yang tidak pernah kalah
dalam perang”, dll.

g. Budaya numpang lewat


Dalam mengadakan kampanye “Pembangunan peradaban semangat
sosialisme” dan “pendidikan mental”, ditampilkan tokoh teladan. Masing-
masing orang tersebut menularkan satu per satu ke orang berikutnya, secara
berantai. Pada akhir kampanye berlalu, semua orang kembali melakukan
apa yang mereka lakukan sebelumnya. Semua tempat-tempat rapat, tempat
belajar, dan tempat tukar pengalaman, semuanya menjadi “tempat pamer”,
dan “numpang lewat dengan sungguh-sungguh”, dan moralitas masyarakat
terus melangkah mundur.

Aspek hubungan antar manusia


a. Budaya sirik
Mempropagandakan “teori pemerataan absolut”, sirik terhadap
orang yang berkemampuan dan orang kaya. “Penyakit mata merah”.

b. Budaya orang menginjak orang


PKT mendorong adanya “Pergulatan yang secara terang-terangan

161
dan saling mematikan”, membuat laporan pada atasan, menulis bahan
berita fitnahan, mengada-ada dan mengajukan program yang berlebihan.
Semua itu telah menjadi simbol untuk mendekatkan diri dengan
organisasi partai dan permohonan maju secara aktif.

Aspek dalam hal membakukan mentalitas internal dan tingkah laku


eksternal seseorang secara halus tak terasa

1. Budaya yang merubah manusia menjadi mesin


Menginginkan rakyat umum menjadi “paku sekrup yang
selamanya tidak bisa berkarat dari mesin revolusi”, menjadi “alat partai
yang patuh”, “partai menunjuk ke mana, kita gempur ke arah itu”.
“Prajurit paling patuh terhadap ucapan ketua partai Mao, di mana
diperlukan kita pergi ke sana, di mana keadaannya sulit kita menetap di
sana.”

2. Budaya memutar-balikkan salah dan benar


Lebih menginginkan rumput sosialisme, daripada tunas kapitalisme.
Menembak mati orang adalah demi “menukarkan kestabilan selama dua puluh
tahun”. “Apa yang diri sendiri tidak menghendaki, harus dilakukan kepada
orang lain.”

3. Budaya merubah pendirian sendiri agar patuh secara mutlak


“Bawahan patuh pada atasan, segenap partai patuh pada pimpinan
pusat”, “di dalam lubuk sukma kobarkan revolusi”, “mempertahankan
kesatuan yang kuat dengan pimpinan pusat partai”, “satu pikiran bersama,
satu langkah bersama, satu perintah bersama, satu komando bersama”.

4. Budaya menduduki posisi sebagai budak secara mantap


“Bila tidak ada PKT, Tiongkok akan kacau”, “Wilayah Tiongkok
yang begitu besar, kalau bukan komunis, siapa yang dapat
memimpinnya”, “Tiongkok begitu runtuh, merupakan malapetaka bagi
dunia, maka harus bantu Partai Komunis mempertahankan
kekuasaannya”. Perkumpulan yang mendapat tekanan dalam jangka
panjang oleh Partai Komunis, dikarenakan rasa takut dan ingin

162
melindungi diri sendiri, kadang-kadang penampilannya lebih kiri dari
pada Partai Komunis.

Mengenai hal-hal semacam ini, masih sangat banyak ditemukan


berbagai macam unsur kebudayaan partai dari apa yang dialami masing-
masing orang.

Orang yang telah mengalami masa Revolusi Kebudayaan


mungkin masih segar dalam ingatannya terhadap bermacam opera,
lagu kutipan kata-kata Mao dan tarian kesetiaan, bahkan terhadap dia-
log dalam film-film “Gadis Berambut Putih”, “Perang Terowongan
Bawah Tanah”, “Perang Ranjau” juga akrab di telinga. Sesungguhnya
PKT memang melakukan cuci otak terhadap orang-orang melalui bentuk-
bentuk kesenian seperti ini. Secara paksa mengindoktrinasi konsep-konsep
nilai PKT ke dalam otak manusia, antara lain bahwa PKT betapa “agung
bijaksana”, dalam menghadapi musuh betapa “berat dan sulit”, prajurit
partai betapa setia terhadap partai, telah mengorbankan segalanya demi
partai, sedangkan musuh betapa bodoh dan bengis, dan lain-lainnya. Dengan
demikian memasukkan secara paksa konsep nilai-nilai yang diperlukan oleh
partai kepada setiap orang melalui propaganda hari demi hari. Kini bila
kita menolehkan kepala melihat tarian musikal “Merah di Ufuk timur”,
seluruh tema dan cara penampilannya adalah “bunuh, bunuh, bunuh”.

Bersamaan itu PKT masih menciptakan seperangkat sistem


pembicaraannya sendiri, bahasa kritik besar-besaran ala caci maki,
bahasa pujian yang memuakkan, formalitas buatan yang hampa tak
berarti. Dengan demikian membuat orang begitu berbicara akan tak
terasa terjerumus ke dalam bentuk pikiran “pertarungan kelas” dan
“memuji partai”, dengan hegemoni pembicaraan menggantikan dalil
kata-kata yang luwes. Penggunaan yang semena-mena terhadap istilah
agama oleh mereka, lebih-lebih telah menyerongkan kandungan makna
dari istilah-istilah tersebut.

Kebenaran maju satu langkah menjadi teori yang tidak masuk akal.
Kebudayaan partai dalam taraf tertentu masih dengan semena-mena

163
memanfaatkan konsep nilai-nilai kebudayaan tradisional. Misalnya
“keyakinan” yang disebut dalam kebudayaan tradisional, Partai Komunis
juga menyebutnya, namun yang dimaksud adalah “harus setia dan jujur
terhadap partai”. Yang disebut “berbakti” dalam kebudayaan tradisional,
bagi Partai Komunis boleh memenjarakan orang yang tidak menghidupi
orang tuanya, tetapi ini dikarenakan bila si anak tidak menghidupi orang
tuanya, maka akan menjadi “beban” pemerintah, lagipula saat diperlukan
oleh Partai Komunis, anak masih harus dibuatkan garis pembatas dengan
orang tuanya. Di dalam kebudayaan tradisional disebutkan “kesetiaan”,
sedangkan yang disebut “kesetiaan” oleh Partai Komunis adalah “kesetiaan
dungu”, yaitu “percaya sampai taraf buta terhanyut, patuh sampai taraf
buta menuruti”.

Istilah yang sering dipergunakan oleh PKT sangat memiliki sifat


memukau. Misalnya mereka menyebut perang saudara antara komunis dan
nasionalis sebagai “perang pembebasan”. Sepertinya mereka yang
membebaskan rakyat dari tekanan. Mereka menyebut pasca tahun 1949
sebagai masa “setelah berdirinya negara”, sedangkan sesungguhnya negara
Tiongkok sudah eksis sebelum Partai Komunis, PKT hanya mendirikan
sebuah kekuasaan baru belaka. Mereka menyebut kelaparan besar selama
tiga tahun sebagai “tiga tahun bencana alam”, padahal sama sekali bukan
bencana alam, melainkan terang-terangan adalah malapetaka buatan manusia.
Namun orang-orang terpengaruh oleh apa yang terus-terusan didengar
dan dilihat, sehingga dengan tak terasa akan menerima konsep yang ingin
diindoktrinasikan oleh PKT.

Di dalam kebudayaan tradisional, musik merupakan cara untuk


mengekang nafsu manusia. “Buku musik” di dalam “catatan sejarah”
menjelaskan bahwa watak alami manusia suka akan ketenangan, setelah
tersentuh oleh sensasi dari luar akan mempengaruhi emosi manusia,
kemudian mengikuti akal pikiran timbul perasaan baik atau buruk, jika
tidak selayaknya dikekang. Maka manusia akan dileburkan oleh godaan
dari luar yang tak mengenal batas dan sifat baik atau buruk dalam
hatinya, sehingga melakukan banyak hal buruk. Oleh karena itu raja-
raja pada zaman sebelumnya membuat musik penghormatan untuk

164
mengekang manusia. Syair lagunya harus “gembira namun tidak
berlebihan, sedih namun tidak melukai hati”, yaitu mengekspresikan
perasaan, sebaliknya juga ada pengekangan terhadap perasaan tersebut.
Konghucu berkata: “tiga ratus syair, dapat disimpulkan dengan satu
kata, yaitu tiada pikiran buruk dalam kehidupan sehari-hari”.

Hal-hal yang indah seperti ini malah dipergunakan oleh Partai


Komunis sebagai cara untuk mencuci otak, seperti lagu-lagu “sosialisme
baik”, “Tidak ada Partai Komunis maka tidak ada Tiongkok baru” dan
lainnya, dinyanyikan terus menerus sejak taman kanak-kanak hingga uni-
versitas. Di dalam proses melantunkan lagu, membuat orang-orang secara
halus dan tak terasa telah menerima makna yang diekspresikan dalam syair
lagu tersebut. PKT bahkan secara langsung membajak melodi lagu kalangan
rakyat yang paling enak didengar, lalu diisi dengan syair lagu yang menyanjung
partai, dengan demikian merusak kebudayaan tradisional sekaligus
mendukung partai.

“Pidato pada seminar kesenian di Yan An” yang disampaikan oleh


Mao, oleh PKT dielu-elukan bagaikan kitab. Di dalamnya Mao menyebutkan
bahwa kebudayaan dan militer sebagai “dua front perang yang mencakup
budaya dan militer”, juga disebutkan bahwa hanya dengan memiliki tentara
yang menyandang senapan tidaklah cukup, masih harus memiliki “tentara
kebudayaan”, ditetapkan “kebudayaan dan kesenian tunduk pada politik”,
“kesenian budaya kaum proletar…adalah roda gigi dan paku sekrup dari
segenap mesin revolusi”. Dengan demikian, kebudayaan partai yang
dilahirkan dari hal-hal tersebut di atas, yang berupa seperangkat teori dengan
“atheis” dan “pertarungan kelas” sebagai intinya, sama sekali bertolak
belakang dengan kebudayaan tradisional.

Kebudayaan partai benar-benar telah mengukir jasa yang besar bagi


PKT dalam mendirikan negara dan mempertahankan negara, sama dengan
tentara, penjara, polisi, yang semuanya merupakan mesin kekerasan, hanya
saja yang diberikan kebudayaan partai adalah kekerasan jenis lain, yaitu
“kekerasan budaya”. Perusakan kebudayaan tradisional yang berusia lima
ribu tahun oleh kekerasan budaya semacam ini telah membuat mentalitas

165
manusia mengalami kemerosotan, juga telah membuat daya kesatuan bangsa
mengalami kemerosotan.

Dewasa ini ada banyak orang Tionghoa sudah tidak tahu sama sekali
terhadap intisari kebudayaan tradisional, bahkan menyamakan kebudayaan
partai yang hanya berusia 50 tahun dengan kebudayaan tradisional yang
berusia 5000 tahun, ini merupakan sesuatu yang menyedihkan bagi orang
Tionghoa. Banyak orang di saat menentang kebudayaan tradisional, mereka
juga mengerti dengan jelas, sesungguhnya yang mereka tentang adalah
“kebudayaan partai” dari PKT, bukan kebudayaan tradisional Tiongkok
yang sebenarnya.

Banyak orang berharap diterapkan sistem demokrasi ala Barat di


Tiongkok untuk menggantikan sistem yang berlaku sekarang. Sesungguhnya
demokrasi Barat juga berpijak atas dasar kebudayaan yang berporos pada
agama Kristen, mengusulkan “setiap orang sama tinggi di hadapan Tuhan”,
menghormati watak manusia dan pilihan manusia. “Kebudayaan partai”
yang begitu otoriter dan di luar batas manusia, bagaimana mungkin dijadikan
dasar bagi sistem demokrasi ala Barat.

Penutup

Kebudayaan tradisional sesungguhnya sudah mulai mengalami


perusakan terus menerus sejak zaman dinasti “Song”, sehingga terjadi
pelencengan dari aslinya. Setelah gerakan kebudayaan “4 Mei”, sebagian
cendekiawan yang mengejar hasil dan keuntungan di depan mata, juga
pernah mencoba mencari jalan keluar bagi Tiongkok melalui
penyangkalan kebudayaan tradisional dan pendekatan pada peradaban
Barat. Tetapi pertikaian dan perubahan yang terjadi dalam lingkup
kebudayaan senantiasa berada dalam batas persaingan suara di antara
kalangan akademis, tidak ada campur tangan dari kekerasan negara.
Munculnya PKT, telah menaikkan pertikaian kebudayaan sama tinggi
dengan hidup-matinya PKT itu sendiri. Oleh sebab itu PKT telah
menempuh cara perusakan langsung yang bersifat meluluh-lantakkan
kebudayaan tradisional, juga dengan cara tidak langsung yang

166
“mengambil ampasnya, membuang esensinya” serta cara penggunaan
yang semena-mena.

Proses perusakan kebudayaan bangsa juga merupakan proses


berdirinya “kebudayaan partai”. Partai Komunis sedang meruntuhkan
konsep kebaikan nurani di dalam pikiran orang, membuat orang-orang
bertolak belakang dengan tradisi bangsa. Saat kebudayaan bangsa dirusak
secara total, juga merupakan saatnya “hanya tinggal nama belaka” dari
bangsa tersebut, ini mutlak bukan sesuatu yang dibesar-besarkan untuk
menakuti orang.

Bersamaan itu, perusakan kebudayaan bangsa masih mendatangkan


kerugian materi yang tak terbayangkan.

Kebudayaan tradisional bersifat “langit dan manusia menyatu”,


manusia harus bersikap harmonis menyatu dengan alam. Sedangkan Partai
Komunis mempropagandakan “berperang dengan langit asyik tak
terhingga, berperang dengan bumi asyik tak terhingga”, perusakan berat
lingkungan hidup di Tiongkok sekarang, mempunyai hubungan langsung
dengan kebudayaan partai. Dengan mengambil sumber air saja sebagai
contoh, orang-orang di Tiongkok telah mencampakkan tradisi “raja
menyukai harta, dapatkanlah dengan cara yang benar”, melakukan
perampokan dan pencemaran yang gila-gilaan terhadap alam. Dewasa ini
di Tiongkok terdapat 50.000 kilometer aliran sungai, di antaranya ada lebih
dari tiga perempat tidak dapat dihuni oleh ikan, pencemaran air tanah
dibandingkan puluhan tahun lalu telah melebihi sepertiga, sekarang masih
terus memburuk. Di atas sungai Huai bahkan muncul pemandangan aneh
seperti ini: anak-anak bermain di permukaan sungai yang tercemar minyak.
Ada sedikit percikan api jatuh ke permukaan air, segera melambungkan
jilatan api setinggi lima meter lebih, puluhan pohon di sekitarnya terbakar
hangus. Bisa dibayangkan orang-orang di sekitar daerah tersebut yang
memanfaatkan air sungai semacam ini untuk diminum, bagaimana tidak
terserang berbagai penyakit kanker dan penyakit aneh? Daerah Barat Laut
Tiongkok yang mengalami perubahan mengarah ke iklim gurun pasir,
fenomena alkalisasi serta pencemaran di daerah yang berindustri maju, semua

167
ini berhubungan dengan hilangnya rasa hormat dan kecintaan manusia
terhadap alam.

Kebudayaan tradisional hormat dan segan terhadap jiwa


manusia. Sedangkan PKT mempropagandakan “pemberontakan punya
dalilnya”, “berperang dengan manusia asyik tak terhingga”, boleh atas
nama revolusi mempekerjakan seseorang hingga mati, membiarkan
jutaan manusia mati kelaparan, dengan demikian menyebabkan orang-
orang menyepelekan jiwa manusia, menyebabkan barang-barang palsu,
barang-barang yang meracuni manusia marak beredar di masyarakat.
Ambil sebuah contoh di kota Fuyang propinsi Anhui. Banyak anak
yang tadinya sehat dalam masa penyusuan, kemudian mulai timbul gejala
kaki dan tangannya pendek tak berkembang, badan kurus lemah,
terutama bagian batok kepala terlihat besar sebelah, dan juga ada delapan
bayi yang meninggal dikarenakan penyakit aneh ini. Setelah diteliti
penyebabnya, ternyata ada pedagang yang berhati jahat
memperdagangkan susu bubuk beracun demi meraup keuntungan. Ada
orang memberi makanan kepada kepiting, ular, kura dengan
mencampurkan hormon dan bahan anti-biotik, menggunakan alkohol
industri dicampurkan dalam arak palsu, menggunakan minyak mesin
untuk mengkilapkan beras, menggunakan bahan pemutih industri untuk
memutihkan terigu. Di propinsi He Nan ada sebuah desa selama delapan
tahun memproduksi minyak sayur beracun dengan bahan dasar minyak
sampah, minyak air limbah dapur dan minyak tanah putih, yang dapat
mengakibatkan kanker, kuantitas produksi tiap bulan mencapai ribuan
ton. Makanan beracun tersebut tidak terbatas pada satu daerah dan
satu periode, melainkan berupa fenomena umum yang menyebar di
seluruh negeri. Semua ini mempunyai hubungan erat dengan pasca
dirusaknya kebudayaan, hati manusia telah kehilangan ikatan moral, lalu
dengan semata-mata mengejar kenikmatan materi.

Perbedaan kebudayaan tradisional dengan “kebudayaan partai”


yang mutlak bersifat monopoli serta anti terhadap yang lain ialah,
kebudayaan tradisional memiliki sifat intisari yang sangat besar. Saat
masa jaya dinasti Tang, doktrin aliran Buddha, agama Kristen dan agama

168
barat lainnya dapat saling berdampingan secara harmonis dengan
doktrin aliran Tao dan aliran Konghucu. Kebudayaan tradisional yang
asli juga pasti mempertahankan sikap yang terbuka dan merangkum
terhadap peradaban Barat modern. Empat naga kecil di benua Asia
telah membentuk “lingkaran kebudayaan aliran Konghucu baru”,
kemajuan mereka yang pesat telah membuktikan bahwa kebudayaan
tradisional bukan merupakan halangan bagi ilmu pengetahuan dan
perkembangannya.

Di samping itu, kebudayaan tradisional yang asli dalam menilai kualitas


hidup manusia berdasarkan kegembiraan dalam lubuk hati seseorang, bukan
kenikmatan materi secara eksternal. Tao Yuanming (pujangga ternama dalam
sastra Tionghoa) walau miskin tapi tidak patah semangat, juga memiliki
suasana hati yang lega dan santai, bagaikan “memetik bunga aster di bawah
pagar Timur, sambil asyik memandang Gunung Selatan di depan mata”.

Sesungguhnya bagaimana mengembangkan produksi, menerapkan


sistem sosial macam apa, semua itu bukan merupakan masalah yang harus
dijawab oleh kebudayaan. Ia hanya memerankan fungsi penting sebagai
pembimbing dan pengikat di dalam lingkup moralitas. Kebudayaan
tradisional yang asli seharusnya mengembalikan kerendahan hati manusia
terhadap langit, bumi dan alam, penghargaan terhadap kehidupan dan
penghormatan terhadap Penciptanya, agar manusia hidup berdampingan
secara harmonis dengan langit, bumi dan alam.

169
170
[Komentar 7]

Mengomentari
Sejarah Pembunuhan
dari Partai Komunis Tiongkok
[Komentar 7]
Mengomentari Sejarah Pembunuhan
dari Partai Komunis Tiongkok

Sejarah pemerintahan yang didirikan oleh Partai Komunis Tiongkok


selama 55 tahun adalah sejarah yang ditulis dengan darah segar dan
kebohongan. Cerita-cerita yang di balik darah segar itu tidak hanya sangat
mengerikan bagi dunia manusia, juga jarang diketahui oleh orang. Sekarang,
setelah pengorbanan nyawa sebanyak 60 - 80 juta rakyat Tiongkok yang
tidak bersalah serta kehancuran keluarga yang lebih banyak lagi, orang masih
berpikir: Mengapa Partai Komunis Tiongkok (PKT) membunuh orang?
Hingga hari ini Komunis Tiongkok masih membunuh pengikut Falun Gong,
bahkan di awal bulan Nopember 2004, terjadi penembakan yang merupakan
penindasan terhadap masyarakat yang sedang mengajukan protes, membuat
orang kembali berpikir: Apakah pada suatu hari Komunis Tiongkok bisa
berhenti membunuh orang, belajar berbicara dengan mulut, bukan dengan
senapan?

Mao Zedong ketika membuat kesimpulan tentang Revolusi


Kebudayaan mengatakan : “Terjadinya kekacauan di dunia, membuat dunia
sangat tenteram, setelah lewat 7-8 tahun ulangi lagi.” Jabarannya adalah
setelah 7-8 tahun melakukan aksi lagi, 7-8 tahun membunuh sekelompok
orang lagi.

Partai Komunis mempunyai landasan teori dan keperluan realitas


dalam membunuh orang. Berdasarkan teori, Partai Komunis menganut
dan menjunjung teori “diktator proletariat” dan “di bawah diktator prole-
tariat tidak hentinya mengadakan revolusi”. Maka setelah mendirikan
pemerintahan, PKT “membunuh tuan tanah” untuk mengatasi masalah
hubungan produksi di pedesaan; “membunuh kelas kapitalis” untuk
menyelesaikan perombakan perusahaan industri dan perdagangan swasta,
mengatasi hubungan produksi di kota. Setelah golongan kedua kelas tersebut

172
dihabisi, masalah dasar ekonomi secara keseluruhan sudah terselesaikan.
Penyelesaian masalah kelas menengah ke atas (kalangan intelektual) juga
mengandalkan pembunuhan, termasuk menindas kelom-pok anti partai
Hu Feng dan anti golongan kanan demi membenahi kaum intelektual.
Membunuh perkumpulan keyakinan yang dianggap takhayul untuk
menyelesai-kan masalah agama, membunuh orang di saat Revolusi
Kebudayaan untuk menyelesaikan hak absolut partai memimpin bidang
politik dan kebudayaan. Membunuh orang pada peristiwa 4 Juni di lapangan
Tiananmen adalah untuk menghindari krisis politik, menyelesaikan masalah
tuntutan demokratis. Melakukan penindasan Falun Gong untuk
menyelesaikan masalah kepercayaan dan olahraga jasmani, dan lain-lain.
Semuanya ini merupakan proses PKT dalam rangka memperkuat
kedudukannya, mempertahankan kekuasaannya, sebagai reaksi yang tak
terelakkan atas aksi-aksinya mengatasi krisis berkepanjangan. Dimulai dari
krisis ekonomi (harga-harga meroket sejak berdirinya pemerintahan,
ekonomi yang nyaris hancur setelah Revolusi Kebudayaan), krisis politik
(pembangkangan dan perebutan kekuasaan politik dalam partai), krisis
kepercayaan (runtuhnya Uni Soviet dan perubahan drastis di Eropa Timur,
isu Falun Gong). Terkecuali isu Falun Gong, semua gerakan politik yang
disebut di depan, hampir semuanya adalah untuk menghidupkan roh jahat
PKT, sebagai proses membangkitkan semangat revolusi, juga sebagai upaya
pembersihan tubuh organisasi partai, bagi anggota partai yang tidak
memenuhi persyaratan akan tersisih keluar.

Bersamaan itu, pembunuhan orang juga bertolak dari keperluan


realitas Partai komunis. Kala itu PKT didirikan dengan mengandalkan
berandalan dan pembunuh. Sekali pembunuhan dimulai, mutlak tidak bisa
berhenti di tengah jalan, malah harus terus menerus menciptakan teror,
agar rakyat gentar berhadapan dengan lawan yang sangat kuat dan hanya
bisa menerima kenyataan, tunduk pada yang berkuasa.

Dilihat dari permukaan, PKT seringkali membunuh secara pasif.


Sepertinya suatu peristiwa dalam masyarakat terjadi dengan kebetulan dan
secara kebetulan pula mencetuskan roh jahat PKT dan mekanisme eksekusi
organisasi PKT. Padahal, tindakan membunuh secara berkala yang

173
tersembunyi di belakang kebetulan adalah suatu keharusan bagi PKT, karena
jika tidak, maka “setelah luka sembuh akan lupa rasa nyerinya”. Bila dua
tahun lewat tanpa membunuh, orang-orang akan salah mengartikan bahwa
PKT telah berubah baik, bahkan seperti peristiwa tahun 1989 di mana
pemuda idealis menuntut demokrasi. Tujuh-delapan tahun sekali melakukan
pembunuhan akan selalu memperbaharui ingatan terhadap teror, juga akan
memberi peringatan kepada kaum muda yang baru tumbuh dewasa. Barang
siapa menentang partai komunis, barang siapa menentang pimpinan mutlak
PKT, siapa yang ingin mencoba mengembalikan wajah sejarah yang
sebenarnya, maka dialah yang akan mencicipi “tangan besi dari diktator
proletariat”.

Dilihat dari segi ini, membunuh orang adalah salah satu keharusan
yang paling penting guna mempertahankan kekuasaan PKT. Dalam keadaan
hutang darah yang semakin banyak, meletakkan pisau jagal adalah sama
dengan menyerahkan diri pada massa rakyat untuk diadili. Karena itu PKT
tidak hanya melakukan pembunuhan massal, mayat bertebaran di mana-
mana, aliran darah telah menjadi sungai, tapi juga harus menggunakan
tindakan yang sangat kejam, terlebih pada masa permulaan berdirinya
pemerintahan, jika tidak demikian massa rakyat tidak akan gentar.

Sekalipun membunuh orang adalah untuk menciptakan teror, korban


dipilih tanpa mengikuti rasio. Pada setiap manuver politik, PKT selalu
menggunakan cara “basmi total”. Sebagai contoh, di saat “menindas kaum
kontra revolusioner”, PKT bukannya menindas “aksi” kontra revolusioner,
tapi menumpas “anggota” kontra revolusioner. Hanya karena seseorang
sebelumnya pernah beberapa hari menjadi tentara negara dan meski setelah
PKT mendirikan pemerintahan mereka tidak berbuat apa pun, tetap harus
dihukum mati, karena dia sudah termasuk dalam daftar sejarah kontra
revolusioner. Dalam proses landreform, PKT kadangkala menerapkan cara
“membabat rumput hingga ke akarnya”, selain membunuh si tuan tanah,
anggota keluarganya pun dibunuh semua.

Sejak tahun 1949, lebih dari separuh penduduk Tiongkok mengalami


penindasan PKT. Korban tewas secara tidak wajar diperkirakan mencapai

174
50-80 juta orang, melampaui jumlah korban tewas pada dua kali perang
dunia.

Sama dengan negara komunis lainnya di dunia, PKT tidak hanya


membunuh rakyat dengan sewenang-wenang, ke dalam tubuh partai pun
dilakukan pembersihan yang berbau darah, tindakannya amat kejam, salah
satu tujuan adalah menyingkirkan orang yang berpandangan lain, yang “sifat
manusia”nya mengalahkan “sifat kepartaian”. Tidak hanya harus menakut-
nakuti rakyat, juga harus menakut-nakuti orang-orang sendiri, membentuk
sebuah benteng pertahanan yang tak dapat dihancurkan.

Dalam suatu masyarakat yang normal, terjalin kebudayaan kasih


sayang dan perhatian antar sesama manusia, menghormati kehidupan dan
segan serta berterima kasih kepada Tuhan. Orang Timur mengatakan “apa
yang diri sendiri tidak menghendaki, jangan dilakukan pada orang lain”.
Orang Barat mengatakan “mengasihi orang lain seperti mencintai diri
sendiri”. Hanya Partai Komunis yang beranggapan “sampai hari ini semua
sejarah masyarakat adalah sejarah pertentangan kelas”. Demi
mempertahankan satu kata “berjuang”, menghasut kebencian di antara
rakyat; PKT tidak hanya membunuh orang, bahkan juga menghasut massa
agar saling membunuh. Di tengah peristiwa pembunuhan yang tak henti-
henti, mengajarkan rakyat mengabaikan jiwa dan penderitaan orang lain.
Kebal terhadap berbagai tindakan biadab, kejam yang tak
berperikemanusiaan, sehingga kesempatan terhindar dari tindakan biadab
menjadi hal yang patut disyukuri, dengan demikian kekuasaan PKT dapat
dipertahankan mengandalkan penindasan yang kejam.

Maka, pembunuhan selama puluhan tahun yang dilakukan oleh PKT


tidak saja memusnahkan kehidupan yang tidak terhitung, namun lebih jauh
lagi memusnahkan semangat bangsa Tionghoa. Pada banyak orang, telah
terbentuk semacam refleks bersyarat di dalam perjuangan kejam. Begitu
PKT mengangkat pisau jagal, orang-orang ini segera saja melepaskan segala
prinsip dan pertimbangan, langsung angkat tangan dan menyerah.
Dipandang dari suatu pengertian, jiwa mereka telah mati. Ini adalah suatu
hal yang lebih mengerikan dibandingkan kematian fisik.

175
I. Membunuh dengan Dingin

Sebelum mendirikan pemerintahan, Mao Zedong telah menulis


artikel yang menunjukkan, “Kami tidak memberi kompromi politik
terhadap perbuatan reaksioner dari golongan dan kelas reaksioner”. Dengan
kata lain, jauh sebelum PKT masuk Beijing, sudah diambil keputusan akan
melaksanakan kekuasaan lalim, dan memberi nama indah: “Kediktatoran
demokrasi rakyat”. Berikut ini adalah contoh sebagian gerakan.

Menindas kaum kontra revolusioner dan landreform

Maret 1950 PKT mengeluarkan: Petunjuk menindas elemen kontra


revolusioner dengan keras. Sejarah menyebutnya sebagai gerakan menindas
penentang.

Berbeda dengan kaisar dinasti masa silam, yang memberi


pengampunan besar-besaran setelah naik tahta, begitu PKT memegang
kekuasaan lalu mengangkat pisau jagal. Dalam sebuah dokumen Mao
mengatakan, “Banyak daerah yang menguatirkan banyak hal, tidak berani
membunuh kontra revolusioner secara besar-besaran”. Pebruari 1951, PKT
pusat memberi petunjuk lagi, selain wilayah Zhejiang dan Wannan, daerah
lainnya yang masih kurang membunuh, terutama kota besar dan sedang,
seharusnya melanjutkan dengan sepenuhnya menangkap dan membunuh
sejumlah orang, jangan terlalu cepat berhenti. Mao bahkan memberi ulasan
pada laporan: Di pedesaan, membunuh kontra revolusioner pada umumnya
harus melebihi perbandingan penduduk seper seribu…di kota umumnya
harus kurang dari seper seribu. Memperhitungkan jumlah penduduk RRT
saat itu yang berjumlah 600 juta, begitu Mao menurunkan “TITAH RAJA”
maka sebanyak 600.000 orang kehilangan nyawa. Tidak diketahui bagaimana
cara menghitung perbandingan satu per seribu, barangkali adalah Mao
menepuk-nepuk kepala, beranggapan bahwa adanya 600.000 nyawa or-
ang sebagai alas, maka ketakutan rakyat sudah mulai tampak bentuknya,
lalu target ini disampaikan kepada bawahan.

Mengenai apakah karena kejahatannya sehingga orang tersebut harus

176
dibunuh, sama sekali tidak menjadi pertimbangan PKT. Dalam “Peraturan
RRT menghukum kaum kontra revolusioner” yang diumumkan pada tahun
1951, ditentukan bahwa “menyebarkan desas desus” pun dapat “segera
dihukum mati”.

Bersamaan dengan gerakan “menindas kaum kontra


revolusioner” yang berkobar-kobar, adalah juga “gerakan landreform”
yang sama gegap gempitanya. Sesungguhnya, pada akhir abad 20, PKT
sudah memulai “landreform pada daerah pendudukannya. Lahiriahnya
adalah mewujudkan cita-cita “Kerajaan Surga Taiping” (Revolusi
Taiping, pemberontakan tani tahun 1851-1864), “Ada ladang sama-
sama menggarap,” dalam kenyataannya, tujuan sebenarnya adalah
mencari alasan untuk membunuh orang. Orang nomor empat di dalam
tubuh PKT yang bernama Tao Zhu meneriakkan slogan landreform,
“Darah mengalir di setiap desa, setiap keluarga bertarung,” yaitu tuan
tanah di tiap desa harus ditembak mati.

Sebenarnya landreform sama sekali tidak perlu membunuh or-


ang, boleh memakai cara menebus, sama seperti yang dilakukan
pemerintah Taiwan, tetapi karena PKT yang didirikan dengan
mengandalkan bandit dan kaum proletar preman, hanya tahu
“merampas”. Setelah merampas barang orang, takut akan pembalasan
dendam, maka dihabisi semuanya. Saat landreform, cara membunuh
orang yang paling sering terlihat adalah dalam ajang rapat pertempuran,
menyusun rekayasa tuduhan untuk tuan tanah dan petani kaya, lalu
melemparkan pertanyaan “bagaimana” ke bawah panggung. Di bawah
panggung pun telah diatur sejumlah anggota PKT atau elemen aktif
untuk mendahului berteriak “harus dibunuh!” Segera saja para tuan
tanah dan petani kaya dihukum mati di tempat. Saat itu pemilik ladang
pertanian di pedesaan digolongkan sebagai “penguasa lalim”; yang
sering menggertak dan menindas rakyat jelata disebut “penguasa lalim
jahat”; yang sering memperbaiki jembatan, membuat jalan, mendirikan
sekolah, beramal untuk korban bencana disebut “penguasa lalim yang
bijaksana”, yang tidak berbuat apa-apa disebut sebagai “bukan penguasa
lalim”. Pengelompokan semacam ini pada hakekatnya tidak ada

177
bedanya, karena tidak peduli golongan mana pun, seringkali berakhir
sama - dihukum mati di tempat.

PKT mengumumkan, hingga akhir tahun 1952, jumlah kontra


revolusioner yang telah dibasmi adalah 240.000 orang lebih. Sebenarnya
yang terbunuh mulai dari kalangan Kuomintang (KMT) berpangkat bupati
ke bawah hingga pegawai pemerintah dan guru daerah tingkat satu serta
tuan tanah, paling sedikit lebih dari 5 juta orang.

Aksi “Menindas kontra revolusioner” dan “landreform” tersebut,


mempunyai beberapa efek yang sangat langsung: Pertama, basis organisasi
kekuasaan Tiongkok jaman dulu digariskan pada otonomi desa suku
seturunan, orang yang berpengaruh di desa menjadi pimpinan otonomi
daerah. Melalui “menindas kontra revolusioner” dan “landreform”, PKT
membunuh habis pegawai tata usaha pada sistem semula, menjadikan “setiap
desa mempunyai cabang partai”, terwujudlah kendali kekuasaan total pada
pedesaan. Kedua, melalui penindasan kontra revolusioner dan landreform,
merampok sejumlah besar harta benda. Ketiga, melalui tindakan kejam
terhadap tuan tanah dan petani kaya mencapai efek menakuti rakyat jelata.

Tiga menentang dan lima menentang

Jika gerakan “menindas kontra revolusioner” dan “landreform”


terutama ditujukan pada tingkat basis desa, maka gerakan selanjutnya “Tiga
Menentang, Lima Menentang” adalah gerakan membunuh secara kejam
dan besar-besaran di dalam kota.

Gerakan “Tiga Menentang” dilancarkan sejak Desember 1951,


merupakan gerakan “menentang korupsi, menentang pemborosan,
menentang birokrasi” yang ditujukan pada kebejatan kader intern PKT.
Pada saat itu menghukum mati kader yang korup, tetapi selanjutnya PKT
beranggapan rusaknya para kader adalah akibat bujukan kaum kapitalis,
maka pada Januari tahun berikutnya dimulai “Lima Menentang,” yaitu
“menentang judi, menentang pengelakan pembayaran pajak, menentang
pencurian harta kekayaan negara, menentang bekerja sembrono dan

178
manipulasi bahan, menentang pencurian informasi ekonomi negara.”

“Lima Menentang” sebenarnya adalah merampas uang kaum


kapitalis, bahkan membunuh seseorang untuk merampas uangnya. Chen
Yi yang saat itu menjabat walikota Shanghai setiap malam mendengarkan
laporan di atas sofa sambil meminum segelas teh hijau, dengan santai
bertanya: “Ada berapa pasukan terjun payung hari ini” yang sebenarnya
adalah menanyakan berapa orang pengusaha yang bunuh diri melompat
dari atas bangunan. Gerakan “Lima Menentang” membuat semua kaum
kapitalis sulit untuk menghindar dari malapetaka. Yang dimaksud dengan
“menentang pengelakan pembayaran pajak” adalah perhitungan pajak
dimulai dari berdirinya kota Shanghai, sehingga seluruh harta keluarga kaum
kapitalis pun tidak cukup untuk membayar pajak. Melompat ke dalam
sungai Huang Pu tidak akan menyelesaikan masalah, namun karena lari ke
Hongkong pun, seluruh keluarga yang ada akan terus dikejar, terpaksa
melompat bunuh diri dari atas bangunan, agar PKT tidak menaruh harapan
lagi setelah melihat mayat yang terkapar. Dikatakan saat itu di Shanghai
tidak ada orang yang berani lewat disisi bangunan bertingkat, karena takut
tiba-tiba tertimpa oleh orang yang melompat dari atas.

Menurut angka dalam catatan “Realita Gerakan Politik dan Sejarah


Berdirinya Negara” yang disusun bersama oleh empat departemen
penyelidikan sejarah partai sentral PKT pada tahun 1996, dalam gerakan
“Tiga Menentang dan Lima Menentang,” jumlah orang yang ditangkap
lebih dari 323.100 orang, yang hilang dan bunuh diri lebih dari 280 orang.
Pada “Gerakan menentang Hu Feng” di tahun 1955, lebih dari 5.000 or-
ang yang terlibat, yang ditangkap lebih dari 500 orang, yang mati bunuh
diri lebih dari 60 orang, 12 orang mati secara tidak wajar. Pada gerakan
“Pembersihan penentang” berikutnya, yang divonis hukuman mati lebih
dari 21.300 orang, yang hilang atau bunuh diri lebih dari 4.300 orang.

Bencana kelaparan skala besar

Sejak PKT mendirikan pemerintahan, gerakan politik yang paling


banyak menimbulkan kematian adalah bencana kelaparan skala besar yang

179
terjadi setelah “Lompatan Jauh ke Depan.” Sebuah artikel berjudul “Bencana
Kelaparan Skala Besar” dalam buku “Catatan Peristiwa Sejarah Republik Rakyat
Tiongkok” yang diterbitkan pada tahun 1994 oleh badan penerbit Bendera
Merah mengatakan: Tahun 1959-1961, angka kematian tidak wajar dan
pengurangan kelahiran penduduk mencapai sekitar 40 juta
orang….Penduduk Tiongkok berkurang 40 juta orang. Ini kemungkinan
adalah bencana kelaparan yang terbesar di dunia pada abad ini.” Ternyata,
pengamat dalam maupun luar negeri memperkirakan hanya dalam kasus
orang yang mati kelaparan saja angka kematian bisa mencapai 30-45 juta
orang.

Bencana kelaparan skala besar tersebut oleh PKT diputarbalikkan


menjadi “bencana alam selama tiga tahun”. Kenyataannya selama tiga tahun
itu alam memberi cuaca yang baik, bencana alam besar dan serius seperti
air bah, kekeringan, gelombang pasang tsunami, gempa bumi, badai salju,
hama belalang ataupun bencana alam lainnya tidak pernah sekali pun terjadi,
yang ada adalah sebuah “bencana manusia”. Karena “Lompatan Jauh ke
Depan” membuat seluruh rakyat mengolah baja, sejumlah besar tanaman
di sawah ladang terlantar, tidak ada yang memotong, sehingga menjadi
busuk; bersamaan itu setiap daerah “berebut melepas satelit”. Sekretaris I
Komite daerah Liuzhou yang bernama He Yiran bahkan membuat skenario
sebuah berita khusus, yaitu hasil panen padi di kabupaten Huan Jiang adalah
“tiap Mu (1/15 hektar) menghasilkan panen 130.000 pon”. Pada saat selesai
rapat Lu Shan, PKT melaksanakan gerakan “Menentang Penyelewengan
Kanan” di seluruh negeri, untuk mencerminkan ketetapan yang konsekuen,
pembelian bahan pangan oleh negara di seluruh negeri didasarkan pada
laporan jumlah produksi yang palsu, alhasil seluruh rangsum makanan petani,
persediaan benih bahkan makanan ternak pun harus dijual. Merampas pun
tetap tidak bisa mencukupi jumlah pembelian oleh negara, dan petani pun
difitnah menyembunyikan bahan pangan.

He Yiran pernah mengatakan: ‘’Tidak peduli jumlah orang yang mati


kelaparan, Liu Zhou harus merebut juara!’’ Ada petani yang dirampas hingga
hanya tersisa beberapa genggam beras yang disimpan di pot air seni. Komite
daerah Xun Le kabupaten Huan Jiang bahkan mengeluarkan perintah

180
“dilarang memasak”, agar petani tidak bisa makan meskipun mempunyai
bahan pangan. Milisia melakukan patroli malam, bila terlihat nyala api
langsung menggeledah, mengejar dan menangkap. Memasak sayuran hutan
dan kulit pohon pun tidak berani, sehingga banyak petani yang mati
kelaparan.

Dahulu di saat terjadi bencana kelaparan besar, pemerintah setempat


selalu mendirikan dapur umum, memasak bubur untuk makan bersama.
Gudang dibuka untuk membagikan bahan pangan, mengijinkan rakyat yang
kelaparan mengungsi dari daerah yang tertimpa bencana kelaparan. Tapi PKT
jelas menganggap, pengungsian bisa merusak “kewibawaan partai”. Lalu
mengirim milisia melakukan penjagaan di persimpangan jalan desa, mencegah
rakyat yang kelaparan mengungsi ke luar. Bahkan di saat rakyat tidak dapat lagi
menahan bencana kelaparan dan merampok gudang bahan pangan, dikeluarkan
perintah untuk ditindas dan ditembak, dan difitnah bahwa korban yang mati
ditembak itu adalah oknum kontra revolusioner. Pada waktu itu, di berbagai
provinsi seperti Gansu, Shandong, Henan, Anhui, Hubei, Hunan, Sichuan,
Guangxi banyak terdapat korban mati kelaparan yang berserakan di mana-
mana. Petani yang kelaparan pun masih dipaksa untuk mengerjakan “proyek
pengairan skala besar”, “proyek pengolahan besi baja skala besar”. Banyak
orang yang tidak mampu berjalan dan terjatuh tidak bangun lagi untuk
selamanya. Akhirnya, korban yang mati tidak ada yang mengubur, di banyak
desa keluarga mati satu demi satu.

Ketika sejarah Tiongkok mencatat bencana kelaparan yang paling kritis,


terjadilah peristiwa “Barter anak dengan makanan”. Namun pada masa
kekuasaan PKT, terjadi cerita demikian, orang hidup tidak hanya memotong
mayat, dimasak dan dimakan, malahan memangsa pengungsi dan bahkan anak
sendiri pun dibunuh dan dimakan. “Ada satu keluarga petani, keluarganya sudah
dimakan sehingga tinggal tersisa ayah dan dua anak, laki dan perempuan. Pada
suatu hari, si ayah mengusir anak perempuannya keluar, sewaktu putrinya
kembali, adik lelakinya sudah tidak terlihat, di dalam kuali terapung-apung
selapis benda berbuih putih dan bergelimang minyak, di samping dapur
tertinggal seonggok tulang belulang. Beberapa hari kemudian, ayah menambah
air lagi ke dalam kuali, lalu memanggil putrinya. Anak itu ketakutan dan

181
bersembunyi di luar pintu, menangis keras-keras dan memohon: “Ayah, jangan
memakan saya, saya mengumpulkan rumput untukmu, menyalakan api dapur,
bila saya dimakan, tidak ada lagi orang yang bekerja untukmu”.

Kita tidak tahu berapa banyak peristiwa tragis drama kehidupan


manusia yang menyedihkan ini, tapi kami tahu bahwa gembong penjahat –
PKT yang mengakibatkan peristiwa yang menyedihkan tersebut malahan
menjadikannya sebagai nyanyian pujian dalam memimpin rakyat melawan
bencana alam, dan mengatakan dirinya “agung, mulia, benar”.

Tahun 1959, didalam rapat Lu Shan, Peng De Huai yang mengajukan


permohonan atas nama rakyat mengalami pembenahan dan pembasmian.
Sejumlah besar kader yang berani berkata jujur dipecat, ditahan, diperiksa,
sehingga pada waktu bencana kelaparan besar terjadi, sudah tidak ada or-
ang berani berkata jujur. Untuk mempertahankan jabatannya, hampir
semuanya menutupi fakta tentang orang yang mati kelaparan, bahkan saat
provinsi Shaanxi berinisiatif mengajukan bantuan pangan untuk provinsi
Gansu, ditolak dengan alasan bahan pangan berlebihan hingga tak termakan.

Bencana kelaparan besar kali itu juga digunakan sebagai kesempatan


untuk memeriksa kader PKT. Menurut standar PKT, kader-kader tersebut
tentu saja semuanya “memenuhi syarat”, karena mereka sudah bisa
membiarkan puluhan juta orang mati kelaparan, tanpa berkata yang
sebenarnya, mengikuti PKT, nurani mereka sudah tidak mempunyai
perikemanusiaan ataupun prinsip surgawi. Setelah terjadi bencana kelaparan
besar, kader-kader tingkat provinsi di tempat kejadian hanya melakukan
otokritik secara sepintas lalu saja. Sekretaris komite partai propinsi Sichuan
yang bernama Li Jingquan, di mana ratusan ribu orang mati kelaparan,
malahan diangkat menjadi sekretaris utama daerah Barat Daya.

Mulai dari Revolusi Kebudayaan, “Peristiwa 4 Juni” sampai Falun


Gong

Revolusi Kebudayaan resmi dimulai pada tanggal 16 Mei 1966. Waktu


itu, PKT sendiri menyebutnya “Bencana Besar Selama Sepuluh Tahun”. Hu

182
Yaobang di kemudian hari mengatakan kepada wartawan Yugoslavia: “Pada
waktu itu yang terlibat dalam perkara kriminal kira-kira 100 juta orang,
merupakan sepersepuluh dari penduduk Tiongkok.”

“Realitas Gerakan Politik dan Sejarah Berdirinya Negara” disusun


bersama oleh bagian penyelidik sejarah partai dari sentral PKT, melaporkan
angka-angka seperti ini: “Mei tahun 1984, sentral PKT membutuhkan waktu
dua tahun tujuh bulan untuk menyelidiki secara keseluruhan, memeriksa
kebenaran, menghitung kembali angka-angka yang berhubungan dengan
Revolusi Kebudayaan. Data itu meliputi yang ditahan dan diperiksa lebih dari
4.200.000 orang; yang mati secara tidak wajar lebih dari 1.728.000 orang; yang
dijatuhi hukuman mati atas kejahatan kontra revolusioner aktif lebih dari 135.000
orang; yang mati karena kekerasan lebih dari 237.000 orang, terluka hingga
cacat lebih dari 7.030.000 orang; 71.200 keluarga hancur” dan menurut
perhitungan pakar dari kutipan catatan umum kabupaten di Tiongkok, yang
mati secara tidak wajar dalam Revolusi Kebudayaan paling sedikit mencapai
7.730.000 orang.

Selain memukul mati orang, pada permulaan Revolusi Kebudayaan, di


Tiongkok muncul kasus bunuh diri kaum intelektual, misalnya: Lao She, Fu
Lei, Jian Bozan, Wu Han, Zhu Anping dan lain-lain, semuanya pada permulaan
Revolusi Kebudayaan menempuh jalan buntu.

Masa Revolusi Kebudayaan adalah kondisi “condong ke kiri” Tiongkok


yang paling gila. Membunuh orang pada masa tersebut adalah semacam pamer
kekuatan untuk memperlihatkan “sifat revolusi”, maka itu pembunuhan
terhadap “musuh kelas” dilakukan dengan sangat kejam dan buas.

Namun, “Revolusi informasi” membuat peredaran berita mendapatkan


perkembangan yang sangat besar, membuat banyak wartawan di luar negeri
Tiongkok dapat menyaksikan peristiwa berdarah “4 Juni” tahun 1989 di Beijing,
rekaman pembantaian mahasiswa yang hancur dilindas tank ditayangkan stasiun
TV luar negeri.

Sepuluh tahun kemudian, pada 20 Juli 1999 Jiang Zemin mulai menindas

183
Falun Gong. Sampai pada akhir tahun 2002, ada berita intern dari daratan
Tiongkok menunjukkan lebih dari 7.000 orang dalam rumah tahanan, kamp
kerja paksa, penjara dan rumah sakit jiwa disiksa hingga meninggal, rata-rata
setiap hari terbunuh 7 orang.

Pada masa ini, jumlah pembunuhan yang dilakukan oleh PKT tidaklah
sebesar dahulu di mana seringkali berjumlah mencapai jutaan bahkan puluhan
juta, hal ini dikarenakan dua sebab penting. Pertama adalah kebudayaan PKT
telah merubah rakyat menjadi lebih sinis; yang satu lagi korupsi dalam jumlah
besar dan penggelapan kas negara mengakibatkan ekonomi negara memerlukan
“transfusi darah”, modal asing telah menjadi pilar penting untuk
mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan kestabilan sosial. Masih segar
dalam ingatan ketika PKT mendapat sanksi ekonomi setelah kejadian “Peristiwa
4 Juni,” sadar sepenuhnya bahwa membunuh orang secara terang-terangan
pada saat ini bisa mengakibatkan modal asing menarik diri dari Tiongkok,
dengan demikian membahayakan kekuasaannya.

Tetapi PKT dengan diam-diam tetap tidak berhenti membunuh sampai


sekarang, hanya dengan sekuat tenaga menyembunyikan jejak lumuran darah.

II. Cara Membunuh yang Sangat Kejam

Semua yang dilakukan oleh PKT hanya demi satu tujuan yakni
mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan. Membunuh adalah cara
yang sangat penting bagi PKT untuk mempertahankan kekuasaan.
Semakin banyak yang terbunuh dan semakin kejam cara pembunuhan
yang dilakukan, maka semakin ia dapat mencapai tujuan menakut-nakuti
rakyat. Cara menteror demikian telah digunakan bahkan sebelum masa
perang Tiongkok-Jepang.

Pembunuhan massal di Utara Tiongkok selama Perang Sino-Jepang

Ketika merekomendasikan buku Musuh Terselubung yang ditulis oleh


seorang penulis Amerika, Pastor Raymond J. De Jaegher dan Irene Corbally
Kuhn, mantan Presiden AS Hoover, memberikan komentar bahwa buku

184
ini mengekspos teror yang menakutkan dari gerakan komunis. Dia
merekomendasikan pada siapa saja yang ingin mengerti suatu kekuatan
iblis di dunia.

Dalam buku ini, De Jaegher dan Kuhn menceritakan bagaimana


PKT menggunakan kekerasan untuk menakut-nakuti orang agar menjadi
penurut. Misalnya suatu hari Partai Komunis meminta semua orang untuk
berkumpul di alun-alun desa. Para guru membawa murid-murid ke alun-
alun dari sekolah. Tujuan untuk berkumpul ini adalah untuk menyaksikan
pembunuhan terhadap 13 orang patriotik muda. Setelah mengumumkan
tuduhan yang memfitnah, pemimpin komunis memerintahkan guru untuk
mengajak murid-muridnya menyanyikan lagu patriotik. Ketika lagu
dinyanyikan, yang muncul di panggung bukanlah para penari, tetapi seorang
pengeksekusi yang memegang golok tajam. Sang pengeksekusi terlihat kasar
dan kuat, seorang prajurit komunis dengan lengan yang kuat. Prajurit ini
berdiri di belakang korban pertama, dengan cepat mengibaskan golok
tajamnya, dan kepala pertama terpenggal jatuh ke bawah. Darah
menyemprot keluar bagaikan air mancur bersamaan dengan kepala
berguling di tanah, dan nyanyian anak-anak yang histeris berubah menjadi
teriakan yang gaduh dan tangisan. Para guru mencoba bertahan, terus
berusaha bernyanyi, belnya terdengar di antara kegaduhan.

Pengeksekusi memenggal 13 kali dan 13 kepala berjatuhan ke tanah.


Setelah itu beberapa prajurit komunis datang, membedah tubuh korban
dan mengambil jantungnya untuk pesta. Semua kebrutalan ini dilakukan di
depan anak-anak. Semua anak menjadi pucat pasi karena teror, dan sebagian
muntah-muntah. Guru-guru memarahi mereka dan membuat mereka
berbaris lagi untuk kembali ke sekolah.

De Jaegher dan Kuhn sering melihat anak-anak dipaksa untuk


menyaksikan pembunuhan. Anak-anak itu mulai terbiasa dengan
pembunuhan berdarah ini, dan sebagian mulai menyukai ketegangan yang
berlangsung.

Ketika PKT merasa bahwa pembunuhan saja tidak cukup untuk

185
menakut-nakuti dan kurang tegang, mereka membuat berbagai macam
penyiksaan keji yang baru. Misalnya memaksa seseorang untuk menelan
garam dalam jumlah yang banyak tanpa memberinya air untuk minum;
korbannya akan menderita hingga meninggal karena kehausan, atau
menelanjangi seseorang dan memaksa dia untuk berguling di atas pecahan
kaca, atau membuat lubang pada sungai yang membeku pada musim dingin,
kemudian melempar korbannya ke dalam lubang tersebut; sang korban
akan meninggal karena kedinginan atau tenggelam.

De Jaegher dan Kuhn menulis bahwa anggota PKT di propinsi


Shaanxi menciptakan penyiksaan yang keji. Seorang anggota partai sedang
berjalan-jalan di kota, dia berhenti dan menatap pada sebuah tong besar
untuk merebus di depan sebuah restoran. Kemudian dia membeli beberapa
tong raksasa, dan segera menangkap beberapa orang anti-komunis. Selama
pengadilan yang direkayasa, tong-tong ini diisi dengan air dan dipanasi
hingga mendidih. Setelah pengadilan dilakukan, tiga orang ditelanjangi dan
dilemparkan ke dalam tong dan direbus hingga meninggal. Di Pingshan,
De Jaegher dan Kuhn menyaksikan seorang ayah dikuliti hidup-hidup. Para
anggota PKT memaksa anak lelaki dari korban untuk turut menonton dan
berpartisipasi dalam penyiksaan tak berperikemanusiaan ini, melihat ayahnya
sendiri meninggal dalam kesakitan dan mendengar teriakan-teriakan ayahnya.
Para anggota PKT menuangkan cuka dan asam pada tubuh si ayah agar
seluruh kulitnya mudah untuk dikelupas. Mereka mulai dari bagian belakang,
lalu ke arah pundak dan segera seluruh kulit dari tubuhnya terkelupas, yang
tersisa hanya kulit dari kepala. Ayahnya segera meninggal dalam beberapa
menit.

Teror Merah selama “Agustus Merah” dan kanibalisme Guangxi

Setelah meraih kendali absolut dalam negara, PKT tidak


menghentikan kekerasannya sama sekali. Selama Revolusi Kebudayaan,
kekerasan ini menjadi lebih buruk.

Pada tanggal 18 Agustus 1966, Mao Zedong bertemu dengan wakil


dari Pengawal Merah di menara Lapangan Tiananmen. Song Binbin, anak

186
perempuan dari pemimpin komunis Song Renqiong, menempelkan sebuah
emblem Pengawal Merah pada lengan Mao. Ketika Mao tahu bahwa nama
Song Binbin berarti lembut dan sopan, dia berkata, “Kita membutuhkan
lebih banyak kekerasan.” Song segera merubah namanya menjadi Song
Yaowu (artinya ingin kekerasan).

Penyerangan bersenjata dengan penuh kekerasan segera merajalela


ke seluruh negeri. Pada generasi muda yang dididik secara atheis komunis
tidak mempunyai rasa takut maupun peduli. Di bawah pimpinan langsung
dari PKT dan dibimbing oleh perintah dari Mao, Pengawal Merah, dengan
fanatik, tak peduli apa pun, dan menganggap diri mereka di atas hukum,
mulai memukuli rakyat dan merampas rumah-rumah diseluruh negeri. Di
banyak tempat, semua “lima kelompok hitam” (pemilik tanah, petani kaya,
golongan reaksioner, elemen buruk, sayap kanan) dan anggota keluarga
mereka dibunuh. Sebuah contoh yang umum adalah Kabupaten Daxing
dekat Beijing, di mana sejak 27 Agustus sampai 1 September pada 1966,
sejumlah 325 orang dibunuh dalam 48 Brigade lokal dari 13 Komunitas
Rakyat. Pembunuhan dilakukan terhadap orang dari yang tua berusia 80
tahun hingga yang paling muda berusia 38 hari. Dua puluh dua rumah dan
seisinya dibunuh tanpa ada yang tersisa.

Memukuli orang sampai mati adalah pemandangan yang biasa. Di


jalan Shatan, sekelompok Pengawal Merah menyiksa seorang wanita tua
dengan rantai besi dan sabuk kulit sampai dia tidak dapat bergerak lagi,
walaupun sudah demikian seorang wanita anggota Pengawal Merah
melompat ke atas tubuhnya dan menginjak-injak perutnya. Wanita tua ini
meninggal di tempat. Di dekat Chongwenmeng, ketika Pengawal Merah
sedang menggeledah rumah seorang janda “pemilik tanah”, mereka
memaksa setiap tetangganya untuk membawa satu teko air mendidih dan
menyiramkan air panas ini ke pakaian sang janda sampai tubuhnya matang.
Beberapa hari kemudian sang janda ditemukan meninggal dalam ruangan
tersebut, dan tubuhnya dipenuhi belatung. Ada banyak cara membunuh
yang dilakukan, termasuk memukuli sampai mati dengan beton, memotong
dengan sabit, dan mencekik mati dengan tali. Cara membunuh bayi adalah
yang paling brutal; si pembunuh menginjakkan kakinya diatas salah satu

187
kaki si bayi dan menarik kaki bayi yang satunya lagi, sehingga merobek si
bayi menjadi dua bagian. (Dari buku “Menyelidiki Pembunuhan Massal
Daxing” oleh Yu Luowen) [12]

Kanibalisme Guangxi bahkan lebih tak berperikemanusiaan


dibandingkan pembunuhan massal Daxing. Penulis Zheng Yi, seorang
pengarang dari sebuah buku mengenai kanibalisme Guangxi,
menggambarkan kejadiannya yang terdiri dari tiga tahap.

Yang pertama adalah tahap permulaan di mana terornya secara


rahasia dan misterius. Buku catatan sejarah dari kabupaten
mendokumentasikan sebuah kejadian yang umum. Pada tengah malam, si
pembunuh akan diam-diam mencari korbannya dan membedahnya untuk
mengambil jantung dan hatinya. Karena mereka tidak berpengalaman dan
masih takut, mereka malah mengambil paru-parunya, sehingga mereka
harus balik kembali. Mereka akan memasak hati dan jantung tersebut,
sebagian ada yang membawa minuman keras dari rumah, dan lainnya
membawa bumbu, lalu semua pembunuh ini dengan tanpa bersuara
memakan organ tubuh manusia tersebut dengan penerangan dari api
panggangan.

Tahap kedua adalah tahap puncak di mana teror dilakukan secara


terbuka di depan umum. Selama tahapan ini, pembunuh-pembunuh telah
menjadi berpengalaman dalam cara mengeluarkan jantung dan hati si
korban yang dalam keadaan masih hidup, dan mereka mengajarkan pada
lainnya, untuk memperbaiki teknik mereka menjadi lebih sempurna. Misalnya
ketika membedah orang yang masih hidup, si pembunuh hanya perlu
memotong perut sang korban, menginjak tubuhnya (jika si korban diikat
pada pohon, tendang perutnya dengan menggunakan lutut) maka jantung
dan organ-organ lainnya akan keluar dengan sendirinya. Kepala dari tim
pembunuh berhak atas jantung, hati dan alat kelamin, sementara yang lainnya
berhak mendapatkan sisanya. Pemandangan yang menyeramkan ini
dimeriahkan dengan bendera-bendara dan seruan-seruan.

Tahap ketiga adalah tahapan yang gila di mana kanibalisme menjadi

188
gerakan besar-besaran yang tersebar luas. Di Kabupaten Wuxuan, bagaikan
anjing liar yang sedang makan mayat pada masa epidemik, orang-orang
dengan gila makan orang lain. Seringkali sang korban pada awalnya “secara
umum dikritik”, dan setiap kali sesudah itu pembunuhan terjadi, yang diikuti
dengan kanibalisme. Begitu si korban jatuh ke tanah, hidup ataupun mati,
orang-orang akan mencabut pisau yang telah mereka siapkan dan
mengelilingi si korban, memotong tubuh si korban yang bisa diperolehnya.
Pada tahapan ini, rakyat biasa pun ikut terlibat dalam kanibalisme ini. Badai
dari “perjuangan kelompok” melenyapkan semua rasa berdosa dan sifat
hakiki dari pikiran manusia. Kanibalisme mewabah bagaikan sebuah epidemi
dan orang-orang menikmati pesta kanibalisme. Semua bagian dari tubuh
manusia bisa dimakan, termasuk jantung, daging, hati, ginjal, siku, kaki, dan
urat. Tubuh manusia bisa dimasak dalam berbagai cara termasuk merebus,
mengukus, tumis, dipanggang, digoreng dan di barbeque. Orang minum
arak atau anggur sambil makan tubuh manusia dan bermain suatu
permainan. Pada masa puncak gerakan ini, bahkan kafetaria dari organisasi
pemerintah tertinggi, Komite Revolusionaris Kabupaten Wuxuan
menyediakan menu daging manusia.

Pembaca tidak boleh salah berpikir bahwa pertunjukan kanibalisme


semacam ini adalah semata-mata suatu perilaku masyarakat yang tak
terkendali. PKT adalah organisasi menyeluruh yang mengendalikan setiap
sel dari masyarakat. Tanpa dorongan dan manipulasi dari PKT, gerakan
kanibalisme tidak mungkin terjadi sama sekali.

Sebuah lagu yang ditulis oleh PKT yang menyanjung dirinya sendiri
berbunyi: “Masyarakat lama [13] merubah orang menjadi hantu, masyarakat
baru merubah hantu menjadi manusia.” Tetapi, pembunuhan-pembunuhan
ini dan pesta kanibalisme menunjukan pada kita bahwa Partai Komunis
Tiongkok bisa merubah manusia menjadi monster atau iblis, karena PKT
sendiri lebih kejam daripada monster maupun iblis mana pun.

Penindasan Falun Gong

Bersamaan dengan rakyat Tiongkok memasuki era komputerisasi

189
dan perjalanan ruang angkasa, serta bisa membicarakan secara pribadi
mengenai hak asasi, kebebasan dan demokrasi, banyak orang berpikir bahwa
perilaku yang mengerikan dan menjijikkan telah berlalu. PKT telah
mengenakan pakaian sipil dan siap untuk berhubungan dengan dunia.

Tetapi ini jauh dari kebenaran. Ketika PKT menemukan adanya


sekelompok orang yang tidak takut dengan penyiksaan dan pembunuhannya
yang kejam, cara yang mereka gunakan bahkan semakin gila. Kelompok
yang ditindas dengan cara demikian adalah Falun Gong.

Kekerasan dan kanibalisme yang dilakukan Pengawal Merah di


Propinsi Guangxi bertujuan untuk melenyapkan tubuh si korban, proses
pembunuhan terjadi dalam beberapa menit atau beberapa jam. Para praktisi
Falun Gong ditindas untuk melepaskan kepercayaan mereka akan prinsip
Sejati-Baik-Sabar. Penyiksaan yang kejam seringkali terjadi selama berhari-
hari, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Diperkirakan lebih dari
10.000 orang praktisi Falun Gong telah meninggal karena disiksa.

Para praktisi Falun Gong yang telah mengalami penderitaan dari


berbagai macam siksaan, dan dapat meloloskan diri dari kematian telah
melaporkan lebih dari 100 macam metode penyiksaan kejam yang dilakukan
PKT; di bawah ini hanyalah sebagian dari contohnya.

Dipukuli dengan brutal adalah cara penyiksaan yang paling sering


digunakan untuk menganiaya praktisi Falun Gong. Polisi dan pimpinan
penjara secara langsung memukuli praktisi, dan juga melibatkan tahanan
lainnya untuk memukuli praktisi. Banyak praktisi yang menjadi tuli karenanya,
dan daun telinga mereka sobek, mata mereka remuk, gigi mereka pecah,
juga tengkorak, tulang punggung, tulang iga, tulang selangka, tulang pinggul,
lengan dan kaki telah patah; tangan dan kaki telah diamputasi karena dipukuli.
Sebagian penyiksa dengan kasar mencubit dan meremukkan alat kelamin
pria dan menendang sekitar alat kelamin dari praktisi wanita. Jika praktisi
tidak menyerah, penyiksa akan terus memukuli sehingga kulit dari praktisi
robek menganga dan terlihat dagingnya. Tubuh para praktisi sepenuhnya
telah menjadi tak berbentuk karena siksaan dan tersimbah dengan darah,

190
tetapi sipir malah menyiramkan air garam pada tubuh mereka dan terus
menyetrum mereka dengan tongkat listrik. Bau dari darah dan daging
terbakar berbaur menjadi satu, dan jeritan kesakitan sangat menyayat.
Sementara itu penyiksa juga menggunakan kantong plastik untuk menutupi
kepala praktisi agar praktisi ketakutan karena tidak bisa bernafas.

Sengatan listrik adalah metode lainnya yang sering digunakan pada


kamp kerja paksa di Tiongkok untuk menyiksa para praktisi Falun Gong.
Polisi menggunakan tongkat listrik untuk menyetrum bagian sensitif dari
tubuh, termasuk mulut, atas kepala, dada, alat kelamin, pinggul, paha, tumit
kaki, payudara wanita, dan alat kelamin pria. Beberapa polisi secara
bersamaan menyetrum praktisi dengan beberapa tongkat listrik sehingga
daging yang terbakar dapat tercium baunya, dan bagian yang terluka menjadi
hitam dan ungu. Terkadang kepala dan anus disetrum secara bersamaan.
Polisi seringkali menggunakan sekaligus sepuluh tongkat listrik dan bahkan
lebih banyak lagi untuk menyiksa praktisi dalam jangka waktu yang lama.
Pada umumnya tongkat listrik mempunyai daya puluhan ribu volt. Ketika
dinyalakan ia mengeluarkan cahaya biru dengan suara tetap. Ketika arus
listriknya menyengat tubuh seseorang, rasanya bagaikan seseorang sedang
dibakar atau digigit oleh ular. Setiap setruman sangatlah menyakitkan
bagaikan gigitan ular. Kulit si korban menjadi merah, pecah, terbakar dan
bernanah. Ada tongkat listrik yang lebih kuat lagi dengan daya voltase yang
lebih tinggi yang dapat membuat si korban merasa kepalanya dipukul dengan
palu.

Polisi juga menggunakan api rokok untuk membakar tangan,


wajah, telapak kaki, dada, punggung, puting-payudara, dan lain-lain
dari tubuh praktisi. Mereka menggunakan pemantik rokok untuk
membakar tangan dan alat kelamin praktisi. Tongkat besi yang dibuat
khusus dipanasi pada perapian sehingga menjadi merah membara. Ini
seringkali digunakan untuk membakar kaki praktisi. Polisi juga seringkali
menggunakan arang yang merah panas membara untuk membakar
wajah praktisi. Polisi mengkremasikan praktisi, yang walaupun telah
menerima siksaan yang keji, masih bertahan hidup dan masih bernafas
dengan nadi berdenyut. Polisi kemudian menyatakan bahwa

191
kematiannya adalah “membakar diri sendiri”.

Polisi memukuli payudara dan daerah kelamin praktisi wanita. Mereka


memperkosa wanita dan juga memperkosa secara beramai-ramai. Mereka
menggunakan tongkat listrik untuk menyetrum payudara dan alat kelamin
mereka. Mereka menggunakan pemantik rokok untuk membakar puting-
payudaranya, dan memasukkan tongkat listrik ke dalam vagina praktisi
dan menyetrumnya. Mereka mengikat empat sikat gigi dan memasukkannya
ke dalam vagina praktisi wanita dan menggosokkannya sambil memutar
sikat gigi ini. Mereka mengkaitkan bagian tubuh pribadi praktisi wanita
dengan kait-besi. Sementara tangannya diborgol ke belakang, puting-
payudara dari praktisi wanita dikaitkan dengan kawat agar bisa disetrum
dengan arus listrik. Mereka melucuti pakaian praktisi wanita, dan
memasukkan mereka ke dalam sel penjara pria yang mana kemudian
memperkosa mereka.

Mereka memaksa praktisi Falun Gong untuk mengenakan “jaket


ketat” [14], kemudian menyilangkan dan mengikat tangan mereka ke
belakang. Mereka menarik tangan praktisi ke depan dada, dan mengikatnya
dengan kaki, dan menggantung mereka diluar jendela. Bersamaan itu,
mereka juga menyumpal mulut praktisi dengan kain, memasang earphone
ke telinga mereka, dan terus menerus menyetel pesan-pesan yang
menjelekkan Falun Gong. Menurut saksi mata, orang-orang yang menderita
karena siksaan ini mengalami patah lengan, urat putus, tulang pundak,
pergelangan tangan dan siku patah. Mereka yang disiksa dengan cara ini
dalam jangka waktu yang lama mengalami patah tulang punggung, dan
meninggal dalam kesakitan yang menyayat.

Mereka juga melemparkan praktisi ke tempat yang penuh air selokan.


Mereka menancapkan stik bambu dengan menggunakan palu ke bawah
kuku praktisi, dan memaksa mereka untuk tinggal di dalam ruang lembab
yang penuh dengan kutu merah, hijau, kuning dan putih, yang ada di langit-
langit, lantai dan dinding, yang menyebabkan luka mereka menjadi bernanah.
Mereka juga membuat anjing, ular dan kalajengking menggigit praktisi,
dan menyuntik praktisi dengan obat-obat yang bersifat merusak saraf. Ini

192
hanyalah beberapa metode dari cara penyiksaan terhadap praktisi dalam
kamp kerja paksa.

III. Perjuangan Kejam dalam Partai

Karena PKT berlandaskan pada prinsip-prinsip partai dan bukan


atas dasar moral dan keadilan, kesetiaan para anggotanya khususnya pejabat
tingkat tinggi kepada pemimpin tertinggi adalah sebuah hal yang tidak
boleh dipertanyakan. Oleh karena itu, partai perlu menciptakan suasana
teror dengan cara membunuh anggotanya supaya yang masih hidup bisa
melihat bahwa jika diktator tertinggi ingin seseorang mati, orang ini akan
mati dengan cara yang tragis.

Pertikaian dalam tubuh Partai Komunis sudah terkenal. Semua


anggota dari Politbiro dari Partai Komunis Rusia pada dua masa jabatan
pertama, selain Lenin yang telah meninggal, dan Stalin sendiri, semuanya
dihukum mati atau bunuh diri. Tiga dari lima marsekal dihukum mati, tiga
dari lima pimpinan Komander dihukum mati, seluruhnya sepuluh orang
dari pimpinan Komando tentara kedua dihukum mati, 57 orang dari 85
orang komando dari regu tentara dihukum mati, dan 110 orang dari 195
orang divisi komando dihukum mati.

PKT selalu menjalankan “perjuangan brutal dan penyerangan tanpa


ampun”. Taktik ini tidak hanya ditujukan pada orang-orang di luar partai.
Sejak awal masa revolusi di propinsi Jiangxi, PKT telah membunuh banyak
orang pada Regu Anti-Bolshevik (Regu AB) [15] yang hanya meninggalkan
beberapa orang yang masih hidup untuk terus berperang. Di kota Yan’an,
Partai melakukan kampanye “Pelurusan”. Setelah mempunyai kekuatan
politik, ia melenyapkan Gao Gang, Rao Sushi [16], Hu Feng, dan Peng
Dehuai. Ketika masa Revolusi Kebudayaan, hampir semua anggota senior
dalam partai telah dilenyapkan. Tidak ada mantan sekretaris jendral PKT
yang berakhir dengan baik.

Liu Shaoqi, mantan Presiden Tiongkok yang pernah menjadi orang


terkuat kedua, meninggal dengan tragis. Pada ulang tahunnya yang ke-70,

193
Mao Zedong dan Zhou Enlai [17] secara khusus memerintahkan Wang
Dongxing (pemimpin penjaga Mao) untuk mengirimkan kado ulang tahun
bagi Liu Shaoqi, berupa sebuah radio, agar dia dapat mendengar
pengumuman resmi dari Sesi Sidang Lengkap Ke-8 dari Komite Pusat
Ke-Duabelas yang menyatakan, “Selamanya usir Liu Shaoqi sang
pengkhianat, mata-mata dan pembelot, dari Partai dan teruskan
mengungkapkan dan mencerca Liu Shaoqi dan rekan-rekan kriminalnya
karena telah berkhianat dan membelot.”

Liu Shaoqi menjadi tertekan secara mental dan penyakitnya


dengan cepat memburuk. Karena dia diikat ditempat tidur untuk jangka
waktu yang lama dan tidak dapat bergerak, lehernya, punggungnya,
pinggulnya dan tumitnya penuh dengan benjolan kulit bernanah yang
menyakitkan. Ketika dia sedang kesakitan, dia akan meraih kain, benda,
atau tangan orang lain, dan tidak mau melepaskannya, oleh karena itu
orang memberikan botol plastik yang keras untuk digenggamnya.
Ketika dia meninggal, botol plastik yang keras ini telah berubah bentuk
menjadi jam-pasir karena genggamannya.

Pada Oktober 1969, tubuh Liu Shaoqi mulai membusuk di hampir


seluruh tubuh terinfeksi dan mengeluarkan nanah yang baunya menyengat.
Dia sangat kurus seperti rel dan diambang kematian. Tetapi inspektur khusus
dari komite partai pusat tidak mengijinkannya mandi maupun membalikkan
tubuhnya agar bisa berganti baju. Malahan mereka melucuti pakaiannya,
membungkusnya dengan selimut, mengirimnya dengan pesawat dari Beijing
ke kota Kaifeng, dan mengurungnya di ruang bawah tanah pada gedung
penahanan yang tertutup rapat. Ketika dia mengalami demam tinggi, mereka
tidak hanya tidak memberikan obat padanya, tetapi juga tidak mengijinkan
petugas kesehatan memeriksanya. Ketika Liu Shaoqi meninggal, dia tak
berbentuk, dan mempunyai rambut putih kusut sepanjang dua kaki. Dua
hari kemudian, pada tengah malam dia dikremasi sebagai seorang yang
mengidap penyakit yang sangat menular. Tempat tidurnya, bantal dan
semua barang yang ditinggalkannya dikremasikan. Surat kematian Liu
bertuliskan: Nama: Liu Weihuang, Pekerjaan: tuna karya, Sebab
kematian: penyakit. PKT menyiksa presiden negerinya sendiri sampai

194
mati seperti ini tanpa memberikan alasan yang jelas.

IV. Memperluas Revolusi dengan Membunuh Orang di Luar


Negeri

Selain membunuh orang dengan menggunakan segala macam cara


di dalam negeri Tiongkok, PKT juga ikut serta dalam pembunuhan orang
Tionghoa perantauan, dengan memperluas “revolusinya”. Khmer Merah
adalah contoh tipikal.

Khmer Merah dibawah pimpinan Pol Pot berkuasa di Kamboja


hanya empat tahun. Tetapi, sejak tahun 1975 sampai dengan tahun 1978
lebih dari dua juta orang, termasuk lebih dari 200.000 orang Tionghoa,
terbunuh di negara kecil yang hanya mempunyai populasi sebanyak delapan
juta orang ini.

Kejahatan Khmer Merah tidak terhitung banyaknya, tapi kita tidak


membicarakannya di sini. Walaupun demikian mau tidak mau kita harus
membicarakan hubunganya dengan PKT.

Pol Pot sangat memuja Mao Zedong. Mulai tahun 1965, ia


mengunjungi Tiongkok empat kali untuk mendengarkan ajaran Mao
Zedong secara langsung. Mulai bulan November 1965, Pol Pot menetap
selama tiga bulan di Tiongkok, Chen Boda dan Zhang Chunqiao berdiskusi
dengannya membahas teori-teori seperti “kekuatan politik tumbuh di ujung
laras senapan,” “perjuangan golongan,” “diktator proletariat,” dan lain-
lain. Di kemudian hari, ini menjadi dasar bagaimana dia memerintah
Kamboja. Sekembalinya ke Kamboja, Pol Pot mengganti nama partainya
menjadi Partai Komunis Kamboja dan membangun pangkalan revolusinya
berdasarkan model PKT yaitu mengepung kota dari luar.

Pada 1968, Partai Komunis Kamboja secara resmi membentuk


angkatan bersenjata yang pada akhir 1969 telah memiliki lebih dari 3.000
orang. Tetapi pada 1975, sebelum menyerang dan menguasai kota Phnom
Penh, angkatan bersenjata ini telah menjadi pasukan tempur bersenjata

195
lengkap yang berani, beranggotakan 80.000 orang prajurit. Semua ini berkat
bantuan dari PKT. Buku berjudul “Documentary of Supporting Vietnam and
Fighting with America” karangan Wang Xiangen menyebutkan bahwa pada
1970 Tiongkok memberikan Pol Pot persenjataan untuk 30.000 prajurit.
Pada 1975, Pol Pot menguasai ibu kota Kamboja, dan dua bulan kemudian,
dia pergi ke Tiongkok untuk mengunjugi PKT dan mendengarkan instruksi.
Pembunuhan yang dilakukan Khemer Merah, jelas tidak mungkin berhasil
bila tidak didukung oleh teori dan peralatan PKT.

Sebagai contoh, setelah dua orang anak Pangeran Sihanouk dibunuh


oleh Partai Komunis Kamboja, mereka mematuhi perintah Zhou Enlai
mengirim Sihanouk ke Beijing. Sudah biasa bahwa jika Partai Komunis
Kamboja membunuh orang, mereka bahkan akan membunuh janinnya
pula untuk mencegah adanya kesulitan di kemudian hari. Tapi atas
permintaan Zhou Enlai, Pol Pot mematuhinya tanpa protes.

Zhou Enlai dapat menyelamatkan Sihanouk dengan satu kata, tapi


PKT tidak keberatan, lebih dari 200.000 orang Tionghoa dibunuh oleh
Partai Komunis Kamboja. Pada waktu itu, orang Tionghoa Kamboja
mendatangi kedutaan besar Tiongkok untuk meminta pertolongan, tetapi
kedutaan mengabaikan mereka.

Pada Mei 1998, ketika terjadi pembunuhan dan pemerkosaan skala


besar terhadap etnis Tionghoa yang terjadi di Indonesia, PKT tidak
mengeluarkan satu patah kata pun. Mereka tidak menawarkan bantuan,
bahkan memblokade beritanya di dalam negeri Tiongkok. Kelihatannya
pemerintah Tiongkok sama sekali tidak peduli dengan nasib Tionghoa
perantauan; mereka bahkan tidak menawarkan bantuan kemanusian.

V. Pengrusakan Keluarga

Kita tidak mungkin dapat menghitung berapa banyaknya orang yang


terbunuh dalam kampanye politiknya PKT. Tidak mungkin melakukan survei
statistik di dalam masyarakat karena informasi yang ditutup-tutupi dan
hambatan yang ada karena perbedaan daerah, kelompok etnis, dan bahasa

196
daerah. Pemerintahan PKT tidak akan mau melakukan survei semacam
ini, karena sama saja artinya dengan menggali kuburnya sendiri. PKT lebih
suka menghilangkan detail dalam menulis sejarahnya sendiri.

Bahkan lebih sulit lagi mengetahui berapa jumlah keluarga yang


dihancurkan oleh PKT. Dalam kasus yang satu, keluarga berantakan karena
satu orang meninggal, di lain kasus, seluruh keluarga meninggal. Bahkan
walaupun tidak ada keluarga yang meninggal, banyak yang dipaksa untuk
bercerai. Ayah dan anak, ibu dan anak dipaksa untuk tidak mengakui
hubungan keluarganya. Ada yang cacat, ada yang menjadi gila, dan ada
yang mati muda karena menderita sakit serius akibat disiksa. Catatan tragedi
dari semua keluarga ini sangat tidak lengkap.

Berita Yomiuri yang berpusat di Jepang pernah melaporkan bahwa


lebih dari setengah populasi Tiongkok pernah dianiaya oleh PKT. Jika
demikian, jumlah keluarga yang dihancurkan oleh PKT diperkirakan
mencapai lebih dari 100 juta.

Zhang Zhixin menjadi terkenal karena ribuan berita mengenai


kisahnya. Banyak orang yang mengetahui dia menderita penyiksaan secara
fisik dan mental serta pemerkosaan massal. Akhirnya dia menjadi gila dan
ditembak mati setelah lehernya dipotong. Tapi banyak orang yang tidak
mengetahui ada kisah kejam lainnya di balik tragedi ini - bahkan anggota
keluarganya diharuskan menghadiri “kelas belajar bagi keluarga terpidana
mati.”

Awal musim semi tahun 1975 Lin Lin, anak perempuan Zhang Zhixin
menceritakannya kembali sebagai berikut.

Seseorang dari Pengadilan Shenyang berbicara dengan keras, “Ibumu


benar-benar seorang kontra revolusioner yang keras kepala. Dia menolak
untuk menerima pembaruan, dan benar-benar keras kepala sulit dirubah.
Dia menentang pemimpin besar kami Ketua Mao, menentang gagasan
hebat Mao Zedong, dan menentang petunjuk revolusi kaum proletar Ketua
Mao. Dengan begitu banyak kejahatan, pemerintah kami

197
mempertimbangkan memperberat hukuman. Jika ia dieksekusi, bagaimana
sikap kamu?” Saya tercengang, dan tidak tahu bagaimana harus menjawab.
Hati saya hancur. Tapi saya berpura-pura tenang, dan berusaha keras
menahan jatuhnya air mata. Ayah saya telah memberitahukan saya bahwa
kita tidak boleh menangis di depan orang lain, kalau tidak bagaimana
mungkin kami dapat tidak mengakui hubungan kami dengan ibu saya.
Ayah menjawabnya untuk saya, “Kalau memang demikian, pemerintah
bebas melakukan apa yang dianggap perlu.”

Orang dari pengadilan itu kembali bertanya, “Akankah kamu


mengambil jenazahnya jika ia dieksekusi? Akankah kamu mengumpulkan
barang-barang pribadinya di penjara?” Saya menundukkan kepala dan tidak
berkata apa pun. Ayah kembali menjawabnya untuk saya, “Kami tidak
butuh apa pun.”... Ayah menggandeng tangan saya dan adik saya berjalan
keluar dari penginapan daerah. Terhuyung-huyung, kami berjalan pulang
menentang badai salju yang besar. Kami tidak memasak; ayah membagi
dua satu-satunya roti jagung kasar yang kami miliki dan memberikannya
kepada saya dan adik saya. Dia berkata, “Habiskan dan tidurlah lebih pagi.”
Saya berbaring diam di atas ranjang tanah liat. Ayah duduk di bangku dan
menatap lampu dengan linglung. Kemudian, dia melihat ke ranjang dan
berpikir bahwa kami sudah tertidur. Dia berdiri, dengan hati-hati membuka
tas yang kami bawa dari rumah lama kami di Shenyang, dan mengeluarkan
foto ibu. Dia menatapnya dan menangis.

Saya bangun dari ranjang, meletakan kepala saya di tangan ayah dan
mulai menangis dengan keras. Ayah membelai saya dan berkata, “Jangan
lakukan itu, kita tidak boleh membiarkan tetangga mendengarkannya.’ Adik
saya terbangun setelah mendengar tangisan saya. Ayah memeluk saya dan
adik saya dengan ketat. Malam ini kami tidak tahu berapa banyak air mata
yang kami keluarkan, tetapi kami tidak dapat menangis dengan bebas.

Seorang dosen di sebuah universitas punya keluarga yang bahagia,


tetapi keluarganya mengalami bencana selama berlangsungnya kampanye
untuk memperbaiki gerakan anti kelompok kanan yang lebih dulu muncul.
Pada saat gerakan anti kelompok kanan, wanita yang akan menjadi istrinya

198
berpacaran dengan seseorang yang dicap sebagai kelompok kanan. Orang
itu kemudian dikirim ke tempat yang jauh dan sangat menderita. Karena
gadis muda itu tidak tahan menyendiri, akhirnya dia melepaskan orang itu
dan menikah dengan dosen tersebut. Ketika pada akhirnya kekasihnya
kembali ke kampung halaman mereka, wanita itu, kini adalah ibu dari
beberapa orang anak, sudah tidak mungkin menebus pengkhianatannya di
masa lalu. Dia memaksa untuk menceraikan suaminya untuk menebus
perasaan bersalahnya. Pada saat ini, dosen tersebut sudah berumur 50 tahun
lebih; dia tidak dapat menerima perubahaan yang tiba-tiba dan menjadi
gila. Dia melepaskan semua pakaian dan lari ke sana ke mari mencari tempat
untuk menempuh hidup baru. Akhirnya, istrinya meninggalkan dia dan
anak-anak mereka. Perpisahan menyakitkan yang dipicu oleh partai ini adalah
masalah yang tidak dapat diselesaikan dan merupakan penyakit sosial yang
tidak dapat disembuhkan yang hanya dapat menggantikan perpisahan dengan
perpisahan lainnya.

Keluarga adalah kesatuan utama dari masyarakat Tionghoa. Juga


merupakan pertahanan terakhir dari kebudayaan tradisional terhadap
kebudayaan partai. Oleh karena itulah mengapa penghancuran keluarga
merupakan hal yang terkejam dari sejarah pembunuhan yang dilakukan
oleh PKT.

Karena PKT menguasai semua sumber daya sosial, ketika


seseorang diklasifikasikan sebagai pihak yang berlawanan dengan
pemerintahan diktator, dia segera akan mengalami krisis kehidupan,
dituduh oleh semua orang dalam masyarakat dan martabatnya dilucuti.
Keluarga adalah tempat berlindung yang paling aman untuk orang yang
tidak bersalah ini. Tetapi kebijakan PKT tentang keterlibatan,
menghalangi anggota keluarga saling menghibur; kalau tidak, mereka
sangat beresiko dicap sebagai lawan dari pemerintahan diktator. Zhang
Zhixin dipaksa untuk bercerai. Bagi banyak orang, penghianatan oleh
anggota keluarga - pemberitaan, perkelahian, mencela di muka umum,
dan atau mengadukan mereka - merupakan pukulan terakhir yang
menghancurkan semangat mereka. Alhasil banyak orang yang melakukan
bunuh diri.

199
VI. Cara Membunuh dan Konsekuensinya

Pedoman teori membunuh PKT

PKT selalu memuji dirinya telah mengembangkan Marxisme dan


Leninisme dengan penuh kecerdasan dan kreativitas. Akan tetapi sesungguhnya
PKT dengan kreativitasnya mengembangkan sifat keiblisan yang belum pernah
ada sepanjang masa di seluruh dunia. Ia menggunakan kesamaan sosial dari
ideologi komunis untuk membohongi rakyat dan kaum intelektual.
Menggunakan revolusi kebudayaan merusak total kepercayaan untuk
mempropagandakan atheisme. Dengan komunisme menolak sistem
kepemilikan pribadi, dan dengan menggunakan teori Lenin mempraktekkan
kekerasan menguasai negara. Bersamaan pula menyatu dengan kebudayaan
tradisional untuk kemudian merusaknya dengan cara meninggalkan kebudayaan
Tiongkok kuno, ini bagian yang paling fatal.

PKT menggunakan penemuannya yang tercakup dalam teori dan


kerangka “revolusi” dan “terus revolusi” di bawah diktator proletariat. Mereka
menggunakan sistem ini untuk mengubah masyarakat di bawah kekuasaan
otoriter partai. Teorinya terdiri dari dua bagian, basis ekonomi dan kekuasaan
mutlak kaum proletar. Basis ekonomi menentukan kekuasaan sementara
sebaliknya kekuasaan mengendalikan basis ekonomi. Untuk memperkokoh
kekuasaan ditingkat atas, terutama kekuasaan partai, harus mulai mengadakan
revolusi terhadap basis ekonomi. Ini termasuk : (1) Membunuh tuan tanah
untuk menyelesaikan masalah hubungan produksi dengan petani; (2)
Membunuh kaum feodalis untuk menyelesaikan masalah hubungan produksi
dengan sektor perkotaan.

Pada lapisan atas, perbuatan membunuh juga dilakukan berulang kali.


Tujuannya adalah untuk melindungi tetap berlangsungnya monopoli yang totaliter
dari partai terhadap ideologi. Termasuk di antaranya:

Menyelesaikan Persoalan Sikap Politik Para intelektual Terhadap Partai


PKT berulang kali mengadakan kampanye untuk mereformasi pikiran
kaum intelektual. Mereka telah memvonis intelektual borjuis, ideologi borjuis,

200
pandangan yang anti politik, ideologi tanpa kelas, kapitalis, dan liberalisme, dst.
Partai melakukan cuci otak, melenyapkan hati nurani, membuat budi pekerti
intelektual tersapu bersih. Sehingga mereka tak lagi memiliki kebebasan berpikir
dan perilaku terpuji, termasuk membela yang benar, berkorban demi keadilan.
Hilang pula dari nurani mereka nilai-nilai budi luhur. Tradisi mengajarkan seperti
“papah dalam harta namun iman tidak tergoyahkan”, “gagah membela
kebenaran tak boleh dihina”, “kaya akan harta namun tidak mengumbar nafsu”,
“bersusah-susah dahulu bersenang-senang kemudian”, “seluruh negeri dalam
keadaan bangun atau jatuh, tanggung jawab setiap anak bangsa”, “kaum
budiman jika berharta tentunya dermawan pula hatinya,” “kalaupun miskin
harta tetap bersih (tidak korupsi)”. Semua nilai-nilai ini sudah terkikis habis.

Membunuh dan Menggerakkan Revolusi Kebudayaan demi Kekuasaan Totaliter PKT


dalam Kebudayaan dan Politik
PKT terlebih dahulu menggerakkan kekuatan massa dari dalam dan di
luar partai. Dimulai dengan membunuh dari kalangan dunia sastra, seni, teater,
sejarah, lalu pendidikan. Pertama, rakyat seluruh negeri membunuh beberapa
orang yang terkenal seperti Liu Shaoqi, Wu Han, Lao she, Jian Bozan. Lalu
berkembang ke sekelompok kecil dalam partai, sekelompok kecil dalam
ketentaraan. Sampai ke tingkat seluruh rakyat, seluruh tentara, seluruh anggota
partai saling membunuh. Pertempuran fisik melenyapkan raga, pertempuran
ideologi melenyapkan jiwa. Itu merupakan masa yang paling kacau dan brutal
yang dikendalikan oleh partai, keiblisan sifat manusia telah diperbesar sampai
batas yang semaksimal mungkin oleh kebutuhan partai untuk menambah daya
yang disebabkan oleh krisis kepercayaan terhadap partai. Membunuh dihalalkan
dengan mengatas namakan demi revolusi, demi menjaga keutuhan jalannya
revolusi dan wibawa partai juga pemimpin Mao Zedong. Ini merupakan latihan
bersama saling memusnahkan oleh seluruh rakyat negeri yang pertama kali
terjadi dalam sejarah peradaban dan dilakukan oleh kaum non kapitalis.

Demi Menyelesaikan Tuntutan Demokrasi oleh Masyarakat Akar Rumput setelah Revolusi
Kebudayaan, PKT Memuntahkan Peluru Membunuh saat 4 Juni 1989
Ini adalah kali pertama tentara membunuh rakyatnya secara terang-
terangan. Untuk meredam tuntutan rakyat lapisan bawah yang ditujukan kepada
pemerintah agar memberantas korupsi, kolusi dan kebobrokan moral,

201
menyerukan kebebasan pers, kebebasan berpendapat, kebebasan berserikat.
Dalam pembantaian di Tiananmen ini, juga diciptakan suasana saling menghasut
agar rakyat dan tentara saling membenci. Maka dibuatlah rakyat membakar
mobil tentara, tentara dibunuh oleh rakyat. Akibatnya, tentara yang juga adalah
anak bangsa membantai rakyatnya sendiri.

Membantai Orang dari Aliran Kepercayaan yang Berbeda


Segmen kepercayaan merupakan hal yang vital bagi PKT. Demi
kelangsungan ajaran sesat PKT tidak terbongkar, PKT di awal masa
pembangunan telah mulai membasmi segala bentuk dan organisasi aliran
kepercayaan dan agama. Sampai pada masa sekarang ini, ketika menghadapi
komunitas Falun Gong, sekali lagi PKT mengacungkan golok. Taktiknya ialah
dengan mengambil keuntungan dari prinsip-prinsip Falun Gong, Sejati-Baik-
Sabar. Bahwa toh praktisi Falun Gong tidak akan berbohong, tidak
menggerakkan kekacauan, tidak mengganggu kestabilan masyarakat. Namun
bentuk penganiayaan yang dilakukan tidak kalah keji dengan yang dilakukan
sebelumnya. Pengalaman penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong ini juga
digunakan untuk melenyapkan pengikut aliran kepercayaan lainnya. Kali ini
PKT dan Jiang Zemin sendiri yang maju beraksi menindas Falun Gong.

Membunuh Demi Menutupi Berita


Hak rakyat untuk mengetahui diharamkan oleh PKT. Mereka akan
membunuh demi menutup berita. Dulu, mendengarkan radio musuh tergolong
pelanggaran yang berat dan bisa dijebloskan ke penjara. Kini menghadapi
berbagai intervensi saluran televisi untuk berklarifikasi perihal penganiayaan
praktisi Falun Gong, Jiang zemin mengeluarkan perintah, bunuh tanpa ampun.
Liu Chengjun yang nekat melakukan klarifikasi melalui TV, disiksa dengan keji
hingga tewas. PKT memperalat preman Kantor 610, polisi, alat negara dan
praktisi hukum serta jaringan kabel yang luas juga sistem kepolisian, untuk
memonitor semua gerak gerik masyarakat umum.

Merampas Hak Hidup Rakyat demi Keuntungan Pribadi


Teori PKT untuk terus melakukan revolusi, pada dasarnya adalah
masalah tidak rela untuk turun dari singgasana kekuasaan. Di tahap sekarang,
korupsi dan kebobrokan dalam tubuh PKT, telah berkembang menjadi suatu

202
titik konflik antara bertahan dengan kekuasaan anarkis sebuah partai dan
kesinambungan hak hidup rakyat. Di saat rakyat menggeliat bangun dan
mempertahankan hak hidupnya dalam lingkaran hukum, terlihat PKT kembali
menggunakan kekerasan, tak hentinya mengacungkan golok yang ditujukan
kepada kelompok pemimpin dari gerakan yang ada. Untuk ini PKT telah
menyiapkan tentara bersenjata jutaan orang, dibanding saat 4 Juni 1989 di
Tiananmen, yang mengumpulkan tentara secara mendadak, PKT saat kini lebih
siap untuk membunuh. Saat rakyat dipaksa berjalan ke jalan buntu, sesungguhnya
PKT sendiri juga sedang dipaksa ke arah jalan buntu, kekuasaan politiknya kini
mencapai taraf setiap batang ilalang pun dicurigai sebagai musuh, gemuruh
hujan angin bagai akan meruntuhkan.

Menyimpulkan ulasan di atas, semua dapat menyaksikan, pada hakikatnya


PKT merupakan sebuah roh jahat. Demi mempertahankan kekuasaan anarkis
mutlak, tidak peduli perubahan apa yang terjadi, atau kapan terjadi, yang jelas
PKT tidak akan mengubah sejarah pembunuhannya. Bahwa dulu membunuh,
sekarang membunuh, di masa yang akan datang pun ia masih bisa membunuh,
merupakan kenyataan yang tidak akan berubah.

Keadaan berbeda menggunakan cara membunuh yang berbeda pula

Menggunakan Isu Masyarakat


PKT membunuh dengan cara yang beragam, beda zaman beda
bentuknya. Cara membunuh yang paling lazim adalah menyebar isu masyarakat.
Perkataan yang acapkali diucapkan ialah “tidak membunuh tidak dapat
meredakan kebencian masyarakat”, sehingga terlihat sepertinya PKT
membunuh sesuai dengan keinginan rakyat. Padahal sesungguhnya, api
kebencian masyarakat tersebut justru hasil kipasan Partai Komunis!

Contohnya isi cerita “Wanita Berambut Putih”, jelas-jelas telah merubah


cerita rakyat. Kisah tentang Liu Wencai yang mengisahkan rumah-rumah yang
disewakan dan kamar di bawah tanah untuk penjara itu adalah karangan belaka,
tujuannya untuk menghasut rakyat untuk membenci tuan tanah. Cara-cara
mengibliskan musuh sangat sering digunakan. Bahkan presiden pun bisa
diibliskan, seperti pada Liu Saoqi. Terhadap Falun Gong lewat film yang

203
disutradarai PKT direkayasa peristiwa membakar diri di lapangan Tiananmen,
dimaksudkan untuk menghasut orang banyak membenci Falun Gong, yang
berlanjut penyiksaan genosida terhadap praktisi Falun Gong. Cara membunuh
seperti itu, tidak pernah berubah, bahkan seiring canggihnya telekomunikasi
semakin canggih pula PKT membunuh orang, dulu hanya membohongi rakyat
Tiongkok sendiri, sekarang masyarakat luar negeri pun dia bohongi.

Menggerakkan Massa untuk Membunuh


PKT tidak saja membunuh dengan mesin kediktatorannya, melainkan
juga menggerakkan massa untuk membunuh. Jika dipermulaannya masih
terdapat sedikit aturan, ketika massa telah membunuh dengan semangat maka
sama sekali sudah tidak berdasarkan hukum lagi. Misalnya sewaktu
melaksanakan landreform, seorang anggota komite landreform ini menentukan
hidup matinya sang tuan tanah.

Bunuh Jiwanya Dulu, lalu Bunuh Raganya


Cara pembunuhan lainnya ialah bunuh jiwanya dulu, lalu bunuh raganya.
Raja Qin Shihuang yang paling bengis dalam sejarah, tidak pernah bermaksud
menghabisi semangat orang. Sementara PKT tidak pernah memberi kesempatan
kepada orang untuk mati dengan terhormat. Mereka malah mengumumkan
akan mengampuni yang berterus terang, yang tetap memberontak akan
mendapat perlakuan yang keras, sedang yang mengaku dosa akan diberi jalan
hidup. Pokoknya harus sampai melepaskan pikiran dan kepercayaan sendiri,
lalu mati seperti anjing yang tidak mempunyai harga diri. Sebab, kalau terlihat
mati dengan penuh hormat akan memberikan semangat kepada yang lain.
Hanya dengan membuat seseorang mati dengan terhina, baru tercapai maksud
dan tujuan PKT mendidik rakyatnya. Saat ini PKT begitu kejamnya menyiksa
praktisi Falun Gong, dikarenakan para praktisi tersebut lebih memilih
kepercayaannya ketimbang nyawanya, PKT hanya bisa menyiksa tubuh raganya,
karena tidak mampu membuat malu dengan merendahkan kehormatan
mereka.

Membunuh dengan Pukul dan Paksa


Ketika membunuh, PKT bisa membunuh dengan cara menggunakan
tongkat dan lobak sekaligus, ada yang dilindungi, ada yang diasingkan. PKT

204
selamanya bilang menyerang sekelompok kecil, dengan kata lain cuma 5 persen,
lainnya yang merupakan mayoritas adalah yang baik, dan menjadi objek untuk
dididik. Cara mendidiknya dengan teror dan melindungi. Pendidikan dengan
teror menggunakan ancaman-ancaman agar rakyat takut, bila menentang PKT
akan berakibat tragis dan rakyat pun akan menjauhi orang-orang yang terkena
hukuman ini. Pendidikan dengan melindungi adalah dengan meyakinkan rakyat
bahwa apabila mereka tunduk kepada partai, menjaga kepercayaan partai,
maka mereka akan dipromosikan atau pun mendapatkan keuntungan-
keuntungan lain. Lin Biao berkata hari ini sedikit, besok sedikit lagi, lama-lama
menjadi banyak. Acapkali orang yang beruntung luput dalam pergerakan yang
satunya, menjadi korban pada pergerakan yang lainnya.

Cara Bunuh Membasmi Selagi Tunas Pembunuhan Terselubung di Luar Hukum


Kini, PKT masih mengembangkan cara bunuh basmi selagi masih tu-
nas dan pembunuhan terselubung di luar hukum. Contohnya protes para buruh
dan petani semakin hari semakin banyak dan keras. PKT dengan prinsip basmi
selagi masih tunas, maka selalu menangkap yang dianggap sebagai pemimpinnya,
dan mengganjarnya dengan hukuman berat. Contoh lain, era di mana hak
asasi manusia telah menjadi fenomena dunia, PKT tidak menghukum mati
praktisi Falun Gong yang ditangkap. Tetapi didorong oleh hasutan dari Jiang
Zemin, kalau mati ya mati percuma, dalam arti tidak ada yang bertanggung
jawab atas kematian praktisi Falun Gong yang dianiaya berat sampai mati
mengenaskan. Kalau ada yang bertanya atau mengadu ke atas yang memang
dibolehkan oleh hukum negara, tetapi PKT menyuruh polisi berpakaian pre-
man, atau preman/ bandit setempat, untuk menangkapi rakyat yang ingin
bertanya atau mengadu. Mereka ada yang dipulangkan ke tempat asal, ada yg
dijebloskan ke kamp kerja paksa.

Membunuh Rakyat Kecil sebagai Peringatan kepada Lainnya.


Misalnya membunuh Zhang Zhixin, Yu Luoke, Lin Zhao dll.

Tidak Membunuh agarTerlihat seperti tidak Membunuh


Orang yang mempunyai reputasi internasional hanya ditindas tapi tidak
dibunuh. Tujuannya untuk membunuh orang-orang yang kecil pengaruhnya
dan luput dari perhatian umum. Contohnya ketika masa menindas

205
pemberontakan, para jenderal tinggi KMT seperti Long Yun, Fu Zuoyi, Du
Yiming dan lainnya tidak mereka bunuh, yang dibunuh hanyalah pejabat
menengah ke bawah dan prajurit KMT.

Dengan membunuh orang terus menerus, jiwa seseorang mengalami


metamorfosa, kini banyak orang Tionghoa mempunyai perasaan hati (tendensi)
membunuh yang sangat kejam. Sewaktu terjadi peristiwa WTC 9 September
yang menggemparkan dunia, di sejumlah internet di Tiongkok malah bersorak
sorai. Perkataan perang yang melewati batas terdengar di mana-mana, membuat
bulu roma seakan bergidik.

Penutup

Kebiasaan PKT memblokir berita, sehingga kita tidak mengetahui selama


PKT berkuasa, berapa tepatnya angka kematian dengan cara tidak wajar. Hanya
dengan contoh yang disebutkan di atas saja diperkirakan menelan korban 60
juta orang, belum ditambah PKT membunuh kaum minoritas di Xin Jiang,
Tibet, Mongolia dalam, Yunnan, data-data bersejarah mengenai hal tersebut
lebih sulit didapat.

Kecuali disiksa sampai mati, lebih banyak orang yang disiksa hingga
cacat, menjadi gila, berapa banyak orang yang dibuat kesal hingga mati, ketakutan
sampai mati, menderita sampai mati, kita tidak pernah mengetahuinya. Perlu
diketahui, setiap kematian seseorang, tentunya merupakan penderitaan yang
tidak terlupakan bagi anggota keluarganya.

Media Jepang pernah melaporkan, kantor pusat PKT memerintahkan


diadakan penyelidikan terhadap 29 kota provinsi, sepanjang pergerakan Revolusi
Kebudayaan telah memakan korban sebanyak 60 juta orang.

Stalin pernah berkata, kalau seorang saja yang mati itu adalah tragedi,
tetapi jika yang mati sudah mencapai satu juta orang, itu hanya merupakan
deretan angka. Li Jingquan ketika mendengar orang berkata di Sizhuan berapa
banyak orang yang mati kelaparan, dengan tenang ia balik bertanya, di masa
pemerintahan apa yang tidak memakan korban? Mao Zedong berkata: mau

206
berjuang harus ada pengorbanan, perihal ada orang yang mati itu hal yang
lumrah. Ini adalah sikap PKT yang atheis dalam menghargai makhluk hidup,
maka Stalin membunuh 20 juta orang, yang merupakan sepersepuluh dari
jumlah penduduknya ketika itu, PKT membunuh 80 juta orang, lebih kurang
sepersepuluh dari keseluruhan penduduknya, Khmer Merah membunuh 2
juta orang, yang juga seperempat dari jumlah penduduknya, dan sekarang
penduduk Korea Utara yang menderita kelaparan diperkirakan telah mencapai
1 juta orang. Ini semua adalah hutang darah dari Partai Komunis.

Agama sesat menggunakan darah sebagai persembahan bagi arwah


jahat yang dipujanya. Sejak lahirnya, PKT tak henti-hentinya membunuh, bahkan
jika tak dapat membunuh orang luar maka orang sendiri pun jadi korban
keganasannya, untuk apa yang disebut “pertarungan kelas”, “konflik intern
partai”. Korban pembunuhan bahkan bisa terdiri dari pemimpin negara, jenderal
besar, jenderal, menteri dan lain-lain yang dipersembahkan di atas altar agama
sesatnya.

Banyak yang mengatakan beri waktu kepada PKT maka ia akan menjadi
baik, katanya ia sekarang membunuh dengan memperhatikan norma-norma.
Kita tidak membahas membunuh satu orang tetap saja disebut pembunuh,
dari sudut pandang yang lebih luas, karena membunuh bagi PKT adalah salah
satu cara untuk mencapai tujuan pemerintahan rejim yang berdasarkan teror.
Maka bagaikan roda yang bergerigi, akan menggilas banyak atau sedikit orang
itu berdasarkan keperluan. Tidak dapat diprediksi. Ketika orang-orang tidak
terlalu merasakan mengerikan, membunuh dalam jumlah banyak bisa
meningkatkan tingkat kengerian orang. Jika perasaan takut sudah besar,
membunuh dalam jumlah kecil sudah cukup membuat takut orang. Ketika
orang terbiasa oleh pergerakan politik membunuh, rasa ketakutan menghadapi
PKT telah berkembang menjadi pantulan, PKT tidak perlu lagi mengungkit-
ungkit soal membunuh. Kritikan fatal yang dilancarkan oleh bagian propa-
ganda PKT pusat sudah cukup mengingatkan orang akan kenangan yang sangat
mengerikan tersebut.

Sekali saja terdapat perubahan dalam masyarakat terhadap rasa ngeri,


maka PKT akan menyesuaikan suhu naluri membunuhnya. Oleh karenanya,

207
jumlah bukan merupakan tujuan utamanya, yang penting adalah kebiasaan
PKT dalam membunuh. PKT tidak mempunyai rasa kehangatan, terlebih
tidak pernah meletakkan goloknya, tetapi rakyatnya yang menjadi jujur. Sekali
rakyat bangkit memperjuangkan sesuatu, dan itu dianggap melampaui tingkat
kesabaran PKT, maka ia tak akan segan-segan atau sungkan-sungkan untuk
membunuh.

Juga dikarenakan prinsipnya untuk selalu mempertahankan rasa ngeri,


membunuh tanpa direncanakan/ semaunya adalah cara yang paling ampuh
untuk mempertahankan rasa ngeri. Karena beberapa kali dalam sejarah
pembunuhan massal, objek yang dituju, batasan ukuran kesalahan, sering dibuat
tak jelas, untuk menghindari kemungkinan masuk dalam kategori dibunuh.
Rakyat akan membuat sebuah batasan sendiri yang dianggapnya paling aman,
batasan tersebut biasanya lebih sempit dari yang diinginkan PKT. Inilah sebabnya
mengapa dalam setiap pergerakan setiap orang bersikap lebih baik kiri daripada
kanan. Setiap pergerakan akan berkembang meluas, karena kriteria kesalahan
yang ditambah dengan sendirinya mulai dari tiap tingkat demi untuk
menyelamatkan diri. Semakin ke bawah maka pergerakan tersebut lebih kejam,
efek berkembang dengan sendirinya pada seluruh lapisan masyarakat. Itu asalnya
dari kebiasaan PKT yang membunuh semaunya.

Dalam perkembangan sejarah membunuh orang yang


berkesinambungan, PKT berubah menjadi pembunuh psikopat. Untuk
memenuhi perasaan kegilaannya karena kekuasaan anarki sudah ditangan dan
kuasa penuh atas hidup matinya seseorang, saat membunuh orang, mereka
menikmatinya. Membunuh untuk menentramkan hati yang ketakutan, untuk
membendung perasaan masyarakat yang tidak puas dan dendam karena
difitnah. Untuk itulah PKT terus dan terus membunuh. Sampai saat ini,
dikarenakan hutang darah PKT yang begitu besar, sudah tidak ada lagi jalan
keluar yang bijak, hanya dengan pemerintahan anarki dan tangan besi yang
dapat dilakukan oleh PKT sampai titik darah penghabisan. Meski kadang kala
menggunakan cara membunuh lalu merehabilitasi, hanya untuk mengelabui
sesaat, tetapi karakter aslinya yang haus darah tidak pernah berubah, terlebih di
masa mendatang ia tidak mungkin berubah.

208
[Komentar 8]

Mengulas Hakekat
Agama Sesat PKT
[Komentar 8]
Mengulas Hakekat Agama Sesat PKT

Pada awal 1990-an, kubu komunis yang dipimpin oleh Uni Soviet runtuh
berantakan, gerakan komunis internasional setelah lebih kurang 100 tahun
lamanya dinyatakan gagal. Akan tetapi Partai Komunis Tiongkok (PKT)
sebagai sebuah bilangan ganjil tetap eksis, bahkan menguasai Tiongkok
yang berpenduduk 1/5 dari penduduk dunia. Sebuah pertanyaan yang tidak
dapat dihindari adalah, Partai Komunis sekarang ini apakah masih Partai
Komunis?

Sekarang ini, tak seorang pun di Tiongkok, termasuk anggota


PKT sendiri masih mempercayai komunisme. Setelah menjalani sistem
“sosialisme” selama 50 tahun lebih, sekarang mereka memberlakukan
kembali pemilikan pribadi, sistem saham, dan mengundang masuk
perusahaan asing dan modal swasta, melakukan pemerasan secara
maksimum terhadap buruh dan petani. Semua itu bertolak belakang
dengan apa yang disebut cita-cita komunisme. Namun bersamaan
dengan itu, PKT tetap mempertahankan hegemoni mutlak partai.
Undang-undang terbaru yang telah direvisi pada tahun 2004, masih
secara keras dan kaku menentukan: “Semua suku rakyat Tiongkok tetap
di bawah kepemimpinan PKT, di bawah bimbingan Marxisme-
Leninisme, ideologi Mao Zedong, teori Deng Xiaoping dan pikiran
penting ‘Tiga wakil’, mempertahankan kediktatoran demokrasi rakyat,
mempertahankan jalur sosialisme....”

Partai Komunis sekarang ini bagaikan sebuah “kantong kulit” dari


“macan tutul mati yang masih meninggalkan sebuah “kulit”, dan diteruskan
oleh PKT demi mempertahankan kekuasaan komunis. Lalu apa sebenarnya
hakekat dari organisasi politik ini, selembar kulit komunis yang diwariskan
oleh PKT?

210
I. Karakteristik Agama Sesat Partai Komunis

Hakekat dari Partai Komunis sebenarnya adalah sebuah agama sesat


yang merusak umat manusia. Meskipun Partai Komunis tidak menyebut dirinya
sebagai sebuah agama, namun ia telah memiliki secara lengkap corak sebuah
agama (lihat Tabel 1). Pada awal mula didirikan, Partai Komunis telah
menganggap Marxisme sebagai kebenaran yang mutlak di bumi dan langit ini.
Menjunjung Marx sebagai Tuhan dari jiwanya, membujuk anggota partainya
berjuang seumur hidup demi apa yang disebut “surga di dunia manusia” dari
komunisme.

Partai Komunis mempunyai perbedaan yang jelas dengan agama


ortodoks. Karena agama yang ortodoks semuanya mempercayai Tuhan,
mempercayai kebaikan, tujuannya mendidik moral manusia serta
menyelamatkan arwah manusia, akan tetapi komunis tidak mempercayai
adanya Tuhan, lagi pula menentang moralitas tradisional.

Apa saja yang dilakukan oleh Partai Komunis yang membuktikan bahwa
ia adalah sebuah agama sesat? Ajaran Partai Komunis dengan pertentangan
kelas, revolusi kekerasan serta kediktatoran kelas ploletar sebagai sentralnya,
telah mengakibatkan terjadi apa yang disebut revolusi proletar yang penuh
dengan kekerasan berdarah dan pembunuhan. Teror merah rejim komunis
bertahan terus selama kurang lebih satu abad, mencelakai puluhan negara di
dunia, mengakibatkan puluhan juta orang meninggal. Keyakinan komunis yang
sedemikian rupa, yang menciptakan neraka di dunia manusia, benar-benar
adalah agama sesat terbesar di dunia manusia ini.

“maha bintang penyelamat”, ucapannya “satu kata menyamai


sepuluh ribu kata”. Deng Xiaoping sebagai “anggota partai biasa”
pernah menguasai perpolitikan Tiongkok dengan gaya penguasa
tertinggi. Teori “Tiga Wakil”-nya Jiang Zemin seluruhnya baru 40-an
kata termasuk titik dan koma, namun ditetapkan dalam sidang pleno
ke-4 PKT, dan secara menggelikan disanjungnya sebagai “telah
menjawab pertanyaan apa itu sosialisme, dan bagaimana membangun
sosialisme, secara kreatifitas telah menjawab pertanyaan tentang

211
Tabel 1 Corak “Agama PKT”

Bentuk dasar agama Bentuk dasar agama PKT

(1) Tempat ibadah Mimbar Komite partai berbagai tingkat,


forum: dari rapat partai sampai rapat-rapat
yang dikuasai oleh partai.

(2) Ajaran agama Marxisme-Leninisme, pikiran Mao


Zedong, teori Deng Xiaoping, teori “Tiga
Wakil” Jiang Zemin, konstitusi partai.

(3) Upacara sumpah agama Bersumpah, cinta pada partai selamanya.

(4) Kepercayaan tunggal Hanya percaya pada Partai Komunis.

(5) Penyebar agama Pekerja partai di berbagai tingkat


misalnya: Sekretaris komite partai dll.

(6) Menyembah Tuhan Memfitnah semua Tuhan, lalu


memfokuskan diri sendiri sebagai Tuhan
yang tidak disebut Tuhan.

(7) Meninggal dikatakan”naik surga” Meninggal dikatakan “pergi bertemu


Marx” atau masuk neraka.

(8) Kitab suci Karya teori para pemimpin.

(9) Berkhotbah Rapat kecil atau besar, pidato pemimpin.

(10) Membaca kitab suci Belajar politik, rapat organisasi anggota


partai.

(11) Nyanyian suci Lagu-lagu yang memuja partai.

(12) Penyumbangan Mengumpulkan dana partai, memaksa


menyediakan anggaran ( darah dan
keringat rakyat).

(13) Hukuman dan pantangan Disiplin partai, dari “dua penetapan”


“didepak dari partai” hingga dibunuh mati,
dan melibatkan orang lain.

212
membangun partai yang bagaimana dan bagaimana membangun partai.

Stalin membunuh secara membabi-buta, Mao Zedong mencetuskan


bencana besar Revolusi Kebudayaan, Deng Xiaoping memerintahkan
pembunuhan kejam dan besar-besaran pada “Peristiwa 4 Juli di Tiananmen”,
Jiang Zemin melakukan penindasan terhadap Falun Gong. Semua ini adalah
akibat buruk dari kediktatoran PKT.

Di satu sisi PKT dalam undang-undang menetapkan, “segala kekuasaan


Republik Rakyat Tiongkok milik rakyat.” Instansi yang menyelenggarakan
kekuasaan negara adalah Kongres Rakyat Nasional dan Konggres Rakyat
berbagai tingkat daerah”, “Organisasi atau individu semuanya tidak mempunyai
hak istimewa yang melampaui hukum dan undang-undang dasar.” [2]

Namun disisi lain dalam Anggaran Dasar Partai ditetapkan bahwa PKT
“adalah inti pimpinan sosialis yang bercorak Tiongkok”, menempatkan partai
di atas rakyat dan negara. Ketua Kongres Rakyat menyampaikan “pidato
penting” di mana-mana, menyatakan instansi kekuasaan “tertinggi” negara ini
harus “mempertahankan kepemimpinan partai”. Berdasarkan prinsip
“sentralisme demokratis” PKT, seluruh cabang partai tunduk pada pusat. Jadi
pada hakekatnya, yang harus dipertahankan oleh “Kongres” adalah
“kediktatoran partai tunggal”, dan dengan melalui bentuk perundangan-
undangan menjamin “kediktatoran partai tunggal” dari Partai Komunis.

Mencuci otak dengan kekerasan, pengendalian spiritual, susunan


organisasi yang ketat, dapat masuk namun tidak dapat keluar.

Susunan PKT sangat ketat, menerima anggota partai harus ada dua
orang yang memperkenalkan, bersumpah akan setia pada partai selamanya,
anggota partai harus membayar iuran partai, harus mengikuti kegiatan organisasi,
harus mengikuti belajar politik berkelompok. Organisasi partai menyebar di
berbagai tingkat kekuasaan negara, setiap desa dan kota kecil, setiap kota dan
jalannya, semua mempunyai organisasi partai tingkat basis. Partai tidak hanya
mengurusi anggota partai, pekerjaan partai, batas penguasaannya termasuk
juga bukan massa partainya, karena seluruh kekuasaan negara harus

213
“mempertahankan kepemimpinan partai”. Dan “pastor” gereja komunis -
para sekretaris partai yang menyebar di berbagai tingkat partai – di dalam
masa pertarungan kelas, melakukan apa pun selalu tidak profesional. Paling
ahli dalam hal menghukum orang.

Di dalam rapat organisasi, “kritik dan otokritik” adalah suatu cara untuk
menguasai jiwa anggota partai yang secara umum digunakan sepanjang masa.
Di dalam sejarah Partai Komunis acapkali dilakukan “pembersihan partai”
untuk “memperbaiki gaya kerja”, menangkap “pengkhianat”, membunuh “grup
AB (Anti-Bolshevik)”, “membenahi partai”, secara periodik menggunakan
teror kekerasan untuk membina “sifat kepartaian”, supaya mereka selamanya
tetap sejalan dengan partai.

Masuk partai sama dengan menjual diri, di atas hukum negara masih
ada hukum rumah tangga dan disiplin partai. Partai dapat memecat anggota
partai perorangan, namun anggota partai pribadi harus dengan pengorbanan
yang sangat berat untuk keluar dari partai. Bila ingin keluar dari partai sama
dengan menjadi pengkhianat. Lebih-lebih pada jaman Revolusi Kebudayaan,
partai sesat komunis menguasai seluruh negeri, partai menghendaki anda mati
anda tak akan dapat hidup, partai menghendaki anda tetap hidup anda tak
boleh mati. Bila anda bunuh diri, itu adalah “memutuskan sendiri hubungan
dengan rakyat”, akan melibatkan anggota keluarga, mereka juga harus ikut
berkorban demi dia.

Pengambilan keputusan dalam partai adalah karya dalam peti gelap,


pertarungan dalam partai mutlak rahasia, surat-surat pemberitahuan partai adalah
dokumen rahasia. Perbuatan jahatnya paling takut diungkap, sering-sering
mempersalahkan orang-orang yang berbeda pendapat dengan dalil
“membocorkan rahasia negara”.

Mengkhotbahkan kekerasan, mengagungkan perdarahan


menggalakkan berkorban demi partai

Mao Zedong mengatakan: “Revolusi bukan menjamu, bukan menulis


artikel, bukan menggambar atau menyulam, tidak boleh begitu halus indah,

214
begitu tenang tak terburu-buru, lemah-lembut, begitu ramah, baik hati,
hormat, bersahaja, mengalah. Revolusi adalah pemberontakan, adalah
tindakan kejam dari satu kelas untuk menggulingkan kelas lainnya.”

Deng Xiaoping mengatakan: “Membunuh 200 ribu, untuk diganti


dengan kestabilan selama 20 tahun.” Jiang Zemin mengatakan: “Membasmi
tubuhnya, merusak nama baiknya, memutus ekonominya.”

Partai Komunis mengkhotbahkan kekerasan. Dalam setiap gerakan


tak terhitung banyaknya manusia telah terbunuh, mendidik rakyat “terhadap
musuh harus berdarah dingin bagaikan musim dingin yang dahsyat”.
Bendera merah dikatakan sebagai “diwarnai oleh darah segar pahlawan”,
penyembahan terhadap warna merah sebenarnya adalah penyembahan
terhadap darah segar.

Partai Komunis menegakkan secara besar-besaran keteladanan


pahlawan, mendorong orang-orang berkorban demi partai. Dikota Yan
An, ZhangShide yang meninggal di gua oven demi memproduksi candu,
dikatakan oleh Mao Zedong “kematiannya lebih besar dari gunung Tai”.
[5] Di dalam jaman gila-gilaan, dipompakan slogan “kesatu tidak takut
menderita, kedua tidak takut mati”, “dengan adanya pengorbanan
menunjukan kebesaran cita-cita luhurnya, berani menggantikan bulan dan
matahari dengan langit baru” dan lain-lain. Kata-kata yang dianggapnya
gagah dan penuh semangat tersebut, memadati jaman gila-gilaan yang sangat
miskin akan materiil itu.

Di akhir tahun 1970-an, Partai Komunis Vietnam menyerbu serta


menggulingkan kekuasaan “Khmer merah” yang banyak berbuat kejahatan,
dan yang dipupuk oleh PKT. Walaupun PKT sangat marah, akan tetapi
karena RRT tidak mempunyai perbatasan dengan Kamboja, maka tidak
dapat langsung mengirim pasukan mendukung “Khmer merah”. Kemudian
PKT dengan dalil “perang bela-diri terhadap serangan Vietnam”, sebenarnya
yang dilakukan adalah memberi “pelajaran” kepada saudara kecil komunis
Vietnam, diperbatasan RRT dan Vietnam melancarkan peperangan terhadap
Vietnam. Akibatnya puluhan ribu pasukan RRT telah mengorbankan darah

215
dan jiwa yang berharga demi pertarungan antara Partai Komunis ini,
sesungguhnya kematian mereka sama sekali tidak ada hubungan dengan
kedaulatan negara. Beberapa tahun kemudian PKT dengan harga yang
murah telah meminjam sebuah lagu “Sikap anggun yang diwarnai darah”,
dengan menggunakan jiwa-jiwa muda yang cemerlang dan masih lugu,
namun telah dikorbankan dengan sia-sia ini, diubah sebagai penyembahan
terhadap “semangat patriotisme revolusioner”. Dan pada 1981, gunung
Faka di propinsi Guangxi yang telah mengorbankan 154 pahlawan
Tiongkok baru dapat direbut kembali itu, dengan mudah sekali dikembalikan
lagi kepada Vietnam oleh PKT pada saat penetapan tapal batas antara
Tiongkok dan Vietnam.

Pada awal 2003, telah terjadi epidemi SARS, merekrut nyawa


manusia, PKT menyuruh gadis-gadis perawat yang masih muda usianya
“masuk partai di garis depan”, kemudian disekap ke dalam rumah sakit
merawat “penderita SARS”. PKT mendorong anak-anak muda tersebut
ke baris terdepan berhadapan dengan bahaya kematian, lalu digunakan
untuk menegakkan “citra cemerlang” partai yang “kesatu tidak takut
menderita, kedua tidak takut mati”. Bersamaan waktu itu Jiang Zemin
bersama orang-orang kepercayaannya menyelamatkan diri dari Beijing
bersembunyi ke Shanghai dengan alasan “menghindari udara panas”.

Menyangkal Tuhan, mencekik mati sifat kemanusiaan.

Partai Komunis mempropaganda atheisme, agama dikatakan sebagai


“candu jiwa” yang membius rakyat, di dalam penguasaannya, semua agama
dibasmi atau ditaklukkan. Kemudian mendewakan diri sendiri, untuk
mencapai penyatuan seluruh negeri dengan agama sesat komunis.

Bersamaan dengan merusak agama, PKT juga merusak kebudayaan


tradisional. Menganggap tradisi, moral, hubungan sesama manusia menurut
etika tradisional sebagai feodal, takhayul, reaksioner, dan membabatnya
dengan mengatasnamakan revolusi. Di dalam revolusi kebudayaan timbul
sejumlah besar fenomena kacau dan keji, antara lain suami istri saling
menyingkap, murid memukul guru, anak dan ayah saling bermusuhan.

216
Pengawal merah secara membabi buta membunuh orang yang tak berdosa,
golongan pemberontak melakukan pemukulan, pengrusakan, perampokan
dll. Perilaku yang melawan tradisi Tionghoa, benar-benar adalah buah hasil
dari penekanan terhadap sifat kemanusiaan yang dilakukan oleh PKT.

Setelah mendirikan RRT, PKT memaksa suku minoritas takluk pada


kepemimpinan komunis, mengakibatkan terjadi perubahan bahkan
kehilangan budaya nasional yang kaya dan beraneka ragam.

Pada 4 Juni 1989 di Tiananmen, “tentara anak rakyat” membantai


penduduk kota, rakyat kecewa total terhadap masa depan politik, sejak itu
seluruh rakyat hanya memikirkan “uang”. Sejak 1999 hingga kini, PKT
menindas secara kejam Falun Gong, bermusuhan dengan Sejati-Baik-Sabar,
akibatnya mempercepat kemerosotan moral masyarakat.

Semenjak memasuki abad baru ini, tindakan-tindakan baru


melakukan pemagaran tanah secara ilegal, perampasan uang dan barang
mengakibatkan tidak sedikit massa rakyat tercampakkan di jalan-jalan. Jumlah
orang yang mengajukan persoalan ke pemerintah melonjak pesat, kontradiksi
masyarakat meruncing tajam. Terjadi berkali-kali gerakan protes berskala
besar, dan dihadang dengan kekerasan bahkan penindasan bersenjata oleh
polisi dan tentara. “Republik” yang berwatak fasis terlihat menonjol sekali.
Dalam masyarakat lebih-lebih tidak menjunjung tinggi moralitas.

Dahulu kelinci tidak memakan rumput di sekeliling sarangnya,


kini penipuan dilakukan terhadap sanak-famili dan handai-taulan,
dinamakan “membunuh sahabat”. Dahulu rakyat negeri ini paling
menjunjung tinggi kesucian kaum wanita, kini “mencemooh yang
miskin, tidak mencela pelacuran”. Dahulu dokter, guru adalah orang-
orang bermoral yang paling dihormati, namun sekarang rumah sakit
menjerat pasien, sekolahan menjerat muridnya, sangat buruk. Sejarah
bangsa Tionghoa yang dirusak moral dan sifat kemanusiaannya
diperlihatkan secara tuntas dalam sebuah balada rakyat: “Tahun 1950-
an orang saling menolong, tahun 1960-an orang saling menindas, tahun
1970-an orang saling menipu, tahun 1980-an orang memperhatikan

217
diri sendiri, tahun 1990-an bertemu orang langsung dibantai”.

Merebut kekuasaan dengan kekuatan bersenjata, perekonomian di


monopoli, mempunyai ambisi ekonomi dan politik.

Tujuan berdirinya Partai Komunis adalah merebut kekuasaan dengan


kekuatan bersenjata, selanjutnya melaksanakan ekonomi berencana dengan
melakukan nasionalisasi dan monopoli. Ambisi Partai Komunis tidak dapat
dikatakan tidak besar, dibandingkan dengan agama sesat pada umumnya,
cara mengumpulkan harta dengan tidak halal hanyalah seperti setan kecil
bertemu raja hantu.

Di dalam negara sosialis, kepemilikan umum dikuasai oleh Partai


Komunis. Organisasi partai yang mempunyai kekuatan begitu besar itu
adalah komite partai berbagai tingkat dan rantingnya. “Partai yang
merasuk” menguasai mesin negara, mengambil biaya rutin langsung
dari berbagai tingkat pemerintahan. Partai komunis bagaikan lintah
darat, tidak diketahui telah merampas berapa banyak uang dan harta
masyarakat dan Negara.

II. Bahaya Agama Sesat Partai Komunis

Orang-orang akan gemetar ketakutan, benci setengah mati. Akan


tetapi agama sesat Partai Komunis ini, mencelakai orang lebih dari puluhan
ribu kalinya, karena ia mempunyai beberapa keistimewaan yang tidak dapat
dilakukan oleh agama sesat pada umumnya.

Agama sesat dijadikan agama negara

Dalam sebuah negara yang normal, anda mengatakan anda tidak


mempercayai agama itu, anda boleh tidak membaca buku agama itu,
tidak mendengar ajaran agama tersebut, anda tetap bisa hidup dengan
baik. Akan tetapi hidup di daratan Tiongkok, anda tidak bisa tidak
belajar ajaran agama sesat komunis, anda terpaksa mendengarkan pro-
paganda agama sesat tersebut, karena komunis telah merebut dan

218
mendapatkan kekuasaan, telah merubah agama sesat komunis menjadi
agama negara.

Partai Komunis menanamkan ajaran politiknya, dimulai dari taman


kanak-kanak dan sekolah dasar. Kemudian dalam kenaikan kelas selalu tak
luput dari ujian politik, dan soal-soal ujian politik tersebut, sama sekali tidak
mengijinkan murid berpikir secara bebas, harus menghafal secara mekanis
jawaban standar dari partai, baru dapat lulus. Kasihan bagi orang Tionghoa,
demi ujian, terpaksa sejak kecil secara otomatis terus mengulangi ajaran
komunis yang kaku dan mekanis ini, diri sendiri berulang kali mencuci
otaknya sendiri. Kenaikan tingkat kader teras pemerintah, tidak peduli adalah
anggota PKT atau bukan, semuanya harus belajar ke sekolah partai. Bagi
yang memenuhi syarat, setelah lulus baru dapat naik pangkat.

Di Tiongkok yang Partai Komunisnya sebagai agama negara, tidak


dapat mentolelir segala organisasi yang berpandangan lain. Bahkan “partai-
partai demokratis” dan gereja mandiri (administrasi, dana, dan
pertumbuhan), yang dibolehkan di sana hanya sebagai vas bunga politik ,
semuanya juga harus menyatakan menerima kepemimpinan Partai Komunis.
Setia kepada Partai Komunis dulu, baru percaya kepada Tuhan. Inilah logika
agama sesat Partai Komunis.

Secara ekstrim mengendalikan masyarakat

Sebagai dasar menjadikan agama sesat menjadi agama negara


adalah pengendalian terhadap rakyat dan perampasan terhadap
kebebasan oleh Partai Komunis. Pengendalian sedemikian ini tak ada
taranya dan tak ada bandingannya lagi, karena Partai Komunis telah
merampas kekayaan pribadi rakyat, dan kekayaan milik pribadi adalah
pondasi kebebasan. Di Tiongkok sebelum tahun 1980-an, orang di
dalam kota hanya dapat bekerja mencari nafkah di perusahaan atau
usaha yang dikendalikan partai, petani harus makan dan bercocok tanam
di atas tanah komunal (partai), siapa pun juga jangan pikir dapat lepas
dari penguasaan Partai Komunis. Di dalam sistem sosialis, organisasi
Partai Komunis dari pusat terus sampai tingkat paling dasar masyarakat,

219
yaitu desa dan kampung, melalui organisasi partai diberbagi tingkat
dari komite partai sampai ranting, menguasai masyarakat secara ketat.
Hasil dari penguasaan sangat ketat ini, rakyat telah kehilangan sama
sekali kebebasan: kebebasan ber migrasi (sistem tempat tinggal
terdaftar), kebebasan berbicara (500 ribu golongan kanan semuanya
melanggar kebebasan berbicara), kebebasan berprasangka (Lim Zhao,
Zhang Zhixin terbunuh karena mencurigai partai), kebebasan untuk
mendapatkan informasi (membaca buku larangan, mendengar siaran
“radio musuh” semua bersalah; membuka internet juga harus diawasi).

Mungkin ada yang mengatakan bahwa sekarang PKT juga sudah


mengijinkan hak milik perorangan. Tapi kita jangan lupa, reformasi
keterbukaan, itu karena praktek sosialisme telah sampai pada keadaan
tidak bisa makan kenyang, telah sampai pada “tepi kehancuran ekonomi
nasional”. Untuk menghindar dari kemusnahan, Partai Komunis
terpaksa demi tetap eksis mundur selangkah. Sekalipun setelah reformasi
keterbukaan, PKT tetap tidak melonggarkan pengendalian terhadap
rakyat. Penganiayaan kejam terhadap massa Falun Gong hinggi kini
masih tetap berlangsung, dan juga hanya dapat terjadi di negara komunis.
Bila PKT benar-benar menjadi kekuatan raksasa ekonomi seperti yang
diinginkan, dapat dipastikan hanya akan lebih keras lagi pengendalian
terhadap rakyatnya.

Menjunjung tinggi kekerasan, memandang rendah nyawa

Hampir semua agama sesat dapat menggunakan kekerasan untuk


mengendalikan pengikutnya, atau untuk melawan tekanan dari luar. Akan
tetapi jarang sekali ada yang seperti Partai Komunis menggunakan cara
kekerasan tanpa kekuatiran sedikit pun. Jumlah orang yang dibunuh
mati oleh seluruh agama sesat di dunia, juga tidak dapat dibandingkan
dengan jumlah orang yang dibunuh mati oleh Partai Komunis. Di mata
agama sesat Partai Komunis, manusia hanya sebagai sarana untuk
mencapai sasaran, membunuh manusia juga sebuah sarana. Oleh sebab
itu Partai Komunis menganiaya manusia tanpa kekuatiran sedikit pun,
siapapun dapat menjadi sasaran penganiayaan, termasuk pendukung

220
partai, anggota partai, maupun pimpinan partai.

Khmer Merah yang ditopang dan dipelihara oleh PKT, adalah


penjelasan yang representatif tentang kekejaman dan peremehan terhadap
jiwa manusia dari agama sesat Partai Komunis. Di bawah inspirasi bimbingan
pikiran Mao Zedong, demi “membasmi hak milik perorangan” Partai
Komunis Kamboja di bawah pimpinan Pol Pot dalam berkuasa selama
tiga tahun delapan bulan, di negara kecil yang berpenduduk tidak sampai
delapan juta orang, namun dua juta orang telah dibunuh, diantaranya
termasuk dua ratus ribu orang Tionghoa.

Demi kejahatan Partai Komunis tidak dilupakan orang dan untuk


memperingati para korban, di Kamboja telah didirikan sebuah museum
kejahatan Khmer Merah. Area tersebut dahulu adalah sekolah menengah
atas, kemudian dirubah oleh Pol Pot menjadi penjara S-21 yang khusus
untuk menangani narapidana ideologi. Sejumlah besar kaum intelektual
dijebloskan ke dalam penjara tersebut dan dianiaya dengan kejam hingga
meninggal, sekarang penjara S-21 tersebut dirubah menjadi museum
kejahatan Khmer Merah. Di dalam museum selain penjara dan berbagai
alat penyiksa, juga dipamerkan foto hitam-putih para korban yang diambil
menjelang meninggal dunia. Banyak alat penyiksa yang membuat bulu roma
berdiri: penyayatan leher, pengeboran otak, penghempasan bayi hidup dan
lain-lain. Semua diwariskan dari “para ahli dan teknisi” bantuan PKT untuk
Kamboja! Ada pun kamerawan khusus pengambil foto para pidana yang
akan menjalani hukuman, yang digunakan sebagai arsip dan untuk dinikmati,
juga dilatih oleh PKT.

Justru di penjara S-21 ini, untuk memberi pimpinan Partai Komunis


Kamboja obat kuat, di luar dugaan telah diciptakan sebuah mesin pengebor
otak untuk mengambil otak manusia, dan dibikin obat kuat. Di sebuah
kursi diikat seorang pidana ideologi yang akan menjalani hukuman mati,
dan diletakkan di depan mesin pengebor otak. Di saat korban dalam
keadaan sangat panik, mata bor yang berputar dengan kecepatan tinggi
langsung mengebor belakang otak korban, dengan demikian pengambilan
otak hidup-hidup berhasil dengan cepat dan efektif.

221
III. Hakekat Partai Sesat Komunis

Faktor apakah membuat Partai Komunis begitu jahat dan begitu


kejam? Pada saat “roh” komunis datang ke dunia manusia ini, dia membawa
sebuah misi yang menakutkan. “Manifesto Komunis” di bagian terakhir
ada sepotong kata yang sangat terkenal seperti berikut.

“Orang komunis tidak perlu menyembunyikan maksud serta


pandangan dirinya. Mereka menyatakan secara terbuka: tujuan mereka hanya
dapat tercapai dengan menggunakan kekerasan menggulingkan seluruh
sistem sosial yang ada sekarang. Biar kelas yang berkuasa bergemetaran di
depan revolusi sosialisme. Kaum proletar di dalam revolusi ini hanya
kehilangan rantai belenggu. Namun yang mereka dapatkan adalah seluruh
dunia.”

Misi “roh” tersebut adalah menggunakan kekerasan menantang secara


terbuka realitas masyarakat manusia, bermaksud menghancurkan dunia
lama, “melenyapkan hak milik perorangan”, “membasmi individualitas,
kemandirian dan kebebasan kaum kapitalis”, “membasmi penghisapan”,
“melenyapkan keluarga”, biar kaum ploletar menguasai dunia.

Sebuah partai yang menyatakan secara terbuka akan melakukan


“penyerangan, penghancuran, perampokan”, mereka tidak hanya tidak
mengakui pandangannya adalah jahat, di dalam “Manifesto Komunis”
menyatakan pembenaran dirinya sebagai berikut.

“Revolusi komunisme justru melakukan pemutusan hubungan


setuntas-tuntasnya dengan hak milik perorangan tradisional; maka sama
sekali tidak heran, dalam perjalanan perkembangannya akan melakukan
pemutusan hubungan setuntas-tuntasnya dengan konsep tradisional”.

Dari manakah konsep tradisional dalam masyarakat ini? Menurut


hukum alam dari atheisme, adalah akibat dari hukum sosial dan hukum
alam yang tak terelakkan, adalah hasil dari hukum pergerakan alam semesta.
Menurut pandangan theisme, tradisi dan moral, logika umat manusia

222
semuanya adalah warisan Tuhan kepada manusia. Tidak peduli bagaimana
mendapatkannya, kriteria paling dasar baik dan buruk, norma tingkah-
laku serta moral hubungan antara sesama manusia, semuanya mempunyai
sifat relatif tetap tidak berubah, adalah sebagai dasar dari eksistensi hubungan
sosial dan norma tingkah-laku umat manusia selama ratusan, ribuan tahun.
Bila umat manusia telah kehilangan kriteria baik-buruk dan standar moral
manusia, bukankah akan merosot menjadi hewan? Ketika Manifesto
Komunis “akan melakukan pemutusan hubungan setuntas-tuntasnya dengan
konsep tradisional”, yang terancam adalah fundamental masyarakat manusia
yang eksis secara normal, maka telah ditakdirkan Partai Komunis sebagai
suatu agama sesat yang merusak umat manusia.

“Manifesto Komunis” sebagai dokumen programatis,


keseluruhannya memperlihatkan ikatan perasaan yang kaku dan keras, justru
tidak terlihat adanya kebaikan hati dan kemurahan hati. Marx menganggap
dirinya telah menemukan hukum perkembangan sosial melalui materialisme,
maka merasa kebenaran telah ada di tangan, semua dicurigai, semua
disangkal, bersikeras memaksa orang menerima khayalan komunisme, tanpa
segan-segan menggembar-gemborkan kekerasan untuk menghancurkan
struktur sosial dan fundamental kebudayaan yang telah ada. “Manifesto
Komunis” mengisi masuk kedalam Partai Komunis yang baru lahir, justru
adalah sebuah roh sesat yang anti prinsip langit, membasmi sifat kemanusiaan,
angkuh tak tahu diri, ekstrim egois dan sewenang-wenang.

IV. Argumen Hari Kiamat Partai Komunis - Ketakutan tentang


“Kemusnahan Partai”

Marx dan Engels telah mengisi masuk ke dalam Partai Komunis


sebuah roh sesat. Lenin mendirikan Partai Komunis Rusia, dan setelah
melalui kekerasan yang keji mensubversi pemerintah sementara yang
baru didirikan pasca revolusi Februari, telah mencekik mati revolusi
borjuis Rusia dan merebut kekuasaan, telah mendapatkan sebuah tempat
untuk partai sesat komunis berpijak di dunia manusia ini. Namun
keberhasilan revolusi tidak hanya membuat kaum ploletar tidak
mendapatkan seluruh dunia, sebaliknya seperti apa yang dikatakan dalam

223
paragraf I “Manifesto Komunis” sebagai berikut.

“Seluruh kekuatan Eropa lama semuanya telah bersatu, melakukan


pengepungan yang suci terhadap roh itu”. Setelah Partai Komunis lahir,
langsung terjerumus dalam krisis bertahan hidup, sewaktu-waktu
menghadapi bahaya pemusnahan.

Setelah revolusi Oktober, Partai Komunis Rusia berkuasa, tidak hanya


tidak membawakan perdamaian bagi rakyat, juga tidak membawakan roti,
justru membunuh orang dengan sembarangan. Pertempuran di garis depan
terus mengalami kekalahan, kesulitan ekomomi di garis belakang semakin
berat karena revolusi, sehingga rakyat melakukan perlawanan. Dengan cepat
sekali seluruh negeri dilanda perang saudara, para petani menolak mensuplai
pangan ke kota, di daerah aliran sungai telah terjadi pemberontakan skala
besar, maju dan mundur silih berganti dalam peperangan berdarah dengan
tentara merah. Kebengisan, kekejaman dan berlumuran darah yang primitif
dari kedua-belah pihak itu, telah terwujud dalam karya sastra Sholokhov.
“Kumpulan Kisah sungai Don”, “Sungai yang sunyi” dll. Barisan
pemberontak yang dipimpin bekas jendral-jendral tentara putih, Aleksander
Vailiyevich Kolchak dan Jenderal Anton Denikin, hampir saja telah
menggulingkan kekuasaan komunis Rusia. Sebuah kekuasaan begitu didirikan
langsung mendapat perlawanan hampir seluruh rakyatnya, itu dikarenakan
partai sesat komunis terlampau jahat, sangat tidak mendapat dukungan
dari rakyat.

Pengalaman PKT di Tiongkok juga sangat mirip, dari “Peristiwa


Mari” dan “Pembantaian 12 April”, sampai “pengepungan” lima kali di
daerah yang dikuasai RRT sampai akhirnya dengan apa yang disebut “Long
March” yang menempuh 25.000 kilometer. PKT selalu menghadapi bahaya
dimusnahkan.

Partai Komunis dilahirkan dengan bertekat menghancurkan dunia


lama, dan tidak segan-segan mengandalkan cara apa pun, namun kemudian
diketahui bahwa pertama-tama dia harus menghadapi sebuah masalah yang
lebih realistis: bagaimana dapat eksis tidak sampai termusnahkan. Oleh

224
sebab itu Partai Komunis senantiasa hidup dalam kekuatiran, takut
dimusnahkan. Bertahan hidup telah menjadi hal terpenting bagi agama sesat
Partai Komunis, diatas segala-galanya. Hingga saat ini, dalam keadaan
kubu komunis internasional sama sekali tercerai-berai, krisis kelangsungan
hidup PKT semakin parah, argumentasi malapetaka tentang “kemusnahan
partai” semenjak 1998 kian mendekati kenyataan.

V. Senjata Gaib Bertahan Hidup dari Agama Sesat Partai


Komunis - Pertarungan Kejam

Partai Komunis selalu menekankan kesetiaan mutlak anggota


terhadap partai, menekankan sifat keorganisasian serta kedisiplinan yang
keras. Anggota partai PKT masuk partai harus bersumpah:

“Saya dengan sukarela masuk PKT, membela program partai, tunduk


pada konstitusi partai, menjalankan kewajiban anggota partai, melaksanakan
keputusan partai, mentaati kedisiplinan partai, menyimpan rahasia partai,
setia kepada partai, bekerja secara aktif, demi komunisme berjuang seumur
hidup, kapan saja bersedia mengorbankan segala-galanya demi partai dan
rakyat, selamanya tidak mengkhianati partai.” (lihat anggaran dasar PKT
bab I no.6).

Partai Komunis menyebut semangat mengorbankan diri demi masuk


partai ini sebagai “sifat kepartaian”. Dia menuntut seorang anggota Partai
Komunis harus setiap saat bersedia melepaskan semua prinsip dan keyakinan
pribadi, secara mutlak taat pada kemauan partai serta kemauan pemimpin.
Meminta anda berbuat baik harus berbuat baik, menyuruh anda berbuat
jahat harus berbuat jahat, kalau tidak maka tidak memenuhi standar anggota
partai, adalah ekspresi dari sifat kepartaian yang tidak teguh.

Mao Zedong pernah mengatakan : “Filsafat Marxisme justru adalah


filsafat perjuangan”. Mereka bersandar pada mekanisme perjuangan dalam
partai secara berkala, memupuk serta mempertahankan sifat kepartaiannya.
Melalui terus-menerus melakukan pertarungan kejam ke dalam maupun
ke luar, di satu sisi Partai Komunis bertujuan membasmi orang-orang yang

225
berbeda pandangan, menciptakan teror merah. Di sisi lain terus menerus
membenahi barisan partai, mendisiplinkan aturan rumah tangga dan
peraturan agama, memupuk “sifat kepartaian” anggota partai, meningkatkan
daya tempur organisasi partai. Ini telah menjadi sebuah senjata gaib bagi
Partai Komunis untuk mempertahankan eksistensinya.

Mao Zedong adalah seorang master yang paling mahir di jajaran


pemimpin PKT dalam menggunakan sejata gaib ini di pertarungan inter-
nal partai, cara pertarungannya yang begitu sengit dan kejam, tipu-muslihat
yang begitu keji, telah nampak sejak awal 1930an di daerah yang disebut
“Daerah Soviet” yang dikuasai Tiongkok.

Pada 1930, di daerah Soviet propinsi Jiangxi, Mao Zedong telah


membangkitkan sebuah gelombang teror revolusi, yakni “membasmi grup
AB (Anti-Bolshevik)”. Ribuan perwira dan prajurit tentara merah, anggota
partai dan anggota liga pemuda Partai Komunis yang berada di daerah
basis revolusi serta massa umum dibantai. Penyebab langsung peristiwa
tersebut adalah, kewenangan Mao di daerah Soviet propinsi Jiangxi yang
baru saja ditegakkan, telah mendapat tantangan dari tentara merah setempat
dan organisasi partai di barat daya propinsi Jiangxi, yang dipimpin oleh
Liwenlin. Mao sangat kejam dalam memimpin. Dia tidak dapat mentoleran
di bawah hidungnya ada kekuatan penentang apa pun yang terorganisir,
melawan kewibawaan dan kemauan dirinya. Mao tidak segan-segan
menggunakan cara yang ekstrim menindas kawan-kawan internal partai
yang dicurigai sebagai kekuatan yang tidak sepaham dengan dirinya. Demi
menciptakan sebuah suasana pembasmian “grup AB”, tanpa ragu
mengambil pasukan kliknya yang mengikutinya sebagai sasaran serangan
utama. Pada akhir November hingga pertengahan Desember melakukan
“pembenahan pasukan secara kilat”. Isi utamanya adalah mendirikan
organisasi pembasmi kaum kontra revolusi di pasukan Front-I Tentara
Merah dari divisi, resimen, batalyon, kompi hingga peleton. Menangkap
dan mengeksekusi anggota partai yang berasal dari keluarga tuan tanah,
petani kaya dan anasir yang kecewa tidak puas. Dalam waktu tidak sampai
satu bulan, dari 40 ribu lebih anggota tentara merah telah dibasmi 4.400
lebih anggota “grup AB”. Di antaranya terdapat “beberapa puluh

226
komandan resimen umum” (komandan resimen umum “grup AB”), or-
ang-orang tersebut semuanya menjalani hukuman mati.

Selanjutnya Mao berbalik telapak tangan mulai mengganjar kekuatan


yang tidak sepaham dengannya di daerah Soviet. Pada bulan Desember
1930 Mao mengutus Li Shaojiu melakukan penangkapan terhadap komite
eksekutif tingkat propinsi dan beberapa pimpinan utama korps Tentara
Merah ke-28 Duan Liangbi, Li Bai dll. Li Shaojiu adalah sekjen Departemen
Politik Umum pasukan Front-I Tentara Merah merangkap ketua panitia
pembasmi kaum kontra revolusioner, mewakili panitia garis depan umum
ke kota Futian, tempat pemerintahan Soviet propinsi Jiangxi berada. Li
Shaojiu menggunakan “alat pemukul berbentuk ranjau, membakar dupa”,
dll jenis penyiksaan, sehingga yang disiksa “sekujur tubuh tak ada kulit yang
utuh”, “Jari tangan patah, seluruh tubuh terbakar rusak tak dapat bergerak”.
Menurut data catatan saat itu, orang yang dianiaya “jeritan tangisan tak
henti-hentinya, menggetarkan langit, cara apa saja digunakan dengan ekstrim
untuk melakukan penyiksaan kejam”.

Tanggal 8 Desember, istri Li Baifang, Ma Ming, dan Zhou Mian


datang menjenguk suami mereka yang berada dalam tahanan, juga
ditangkap, dianggap sebagai anggota “grup AB”. Kemudian disiksa dengan
“menggunakan alat pemukul berbentuk ranjau memukul tangannya,
membakar tubuh dan kemaluannya dengan api dupa, menyayat buah-dada
dengan pisau kecil”. Di bawah pemeriksaan dengan penyiksaan kejam,
akhirnya Duan Liangbi mengaku dan memberitahu bahwa Li Wenlin, Jing
wanbang, Liu Di, Zhou Mian dan Ma Ming adalah “pemimpin grup AB,
serta memberitahu bahwa di sekolah Tentara Merah ada sejumlah besar
anggota grup AB”. Dari 7 Desember hingga 12 Desember malam, dalam
waktu 5 hari yang singkat ini, Li Shaujiu dan kawannya mengambil tempat
di Futian melakukan pembasmian dengan keras, menangkap anggota “grup
AB” sebanyak 120 orang lebih, pelaku utama sebanyak beberapa puluh
orang, berturut-turut menghukum mati 40 orang lebih. Tindakan kejam Li
Shaujiu dan kawannya akhirnya pada 12 Desember 1930 telah mencetuskan
“peristiwa Futian” yang menggemparkan daerah Soviet. (lihat “Penyelidikan
sejarah tentang “pembasmian grup AB” oleh Mao Zedong di daerah So-

227
viet propinsi Jiangxi” karya Kaohoa).

Mao Zedong bersandarkan ilmu perjuangan dan mempraktekannya,


dari daerah Soviet hingga Yan An, selangkah demi selangkah telah
mendapatkan serta mengukuhkan kedudukannya sebagai pimpinan yang
absolut di dalam partai. Setelah menguasai negara, perjuangan dalam partai
ini masih tetap diteruskan. Sebagai contoh di konferensi partai di Lushan,
Mao Zedong melakukan serangan mendadak menyingkirkan Peng Dehuai.
Para pimpinan pusat yang hadir dalam rapat, tak seorang pun dapat
menempuh ujian ini dengan tanpa menyatakan sikapnya. Hanya beberapa
saja yang berani menyampaikan atau mencadangkan pendapatnya, semuanya
telah dituduh sebagai klik anti partai Peng Dehuai. Sampai pada masa Revolusi
Kebudayaan kader-kader senior di pusat satu persatu dituduh dan dihukum.
Di luar dugaan semuanya ditangkap tanpa melakukan pembelaan, siapa
yang berani bersuara sepatah pun terhadap Mao Zedong? Partai Komunis
senantiasa menegaskan kesetiaan terhadap partai, mempertegas sifat
keorganisasian serta kedisiplinan yang keras, mempertegas ketaatan mutlak
terhadap pemimpin pendiri agama. Sifat kepartaian ini justru dilatih dan
digembleng dalam pertarungan politik yang tak ada hentinya ini.

Li Lishan yang pernah menjabat sebagai pemimpin PKT, di dalam


Revolusi Kebudayaan dituduh kontra-revolusi dan dihukum hingga
menemui jalan buntu. Pada usia 68 tahun, ia setiap bulan rata-rata masih
harus dikritik dan diganyang di muka umum sebanyak 7 kali lebih. Istrinya
bernama Lisha dianggap sebagai mata-mata “revisionis Uni Soviet”, sejak
awal telah dijebloskan ke dalam penjara, sama sekali tidak ada beritanya.
Dalam keadaan putus asa yang tidak mempunyai pilihan lain, Li Lishan
menelan sejumlah besar obat penenang untuk menghabisi nyawanya.
Sebelum meninggal ia telah menulis sepucuk surat kepada Mao Zedong,
benar-benar mengekspresikan seorang anggota Partai Komunis menjelang
ajalnya tetap tidak berani melepas “sifat kepartaiannya” :

Ketua ,
Saya sekarang menempuh jalan mengkhianati partai dengan cara bunuh diri,
tidak mempunyai cara apa pun untuk membela dosa-dosa saya. Hanya satu saja,

228
yaitu saya dan keluarga saya mutlak tidak pernah berbuat dosa apa pun mengkhianati
negara. Hanya satu ini saja mohon pusat mengadakan penyelidikan dan pemeriksaan,
dan menyimpulkan secara praktis dan realistis.

Li Lishan 22 Juni 1967


(lihat “Li Lishan: orang yang pernah diadakan 4 kali upacara bela-
sungkawa”)

Meskipun filsafat perjuangan Mao Zedong akhirnya menarik


Tiongkok masuk ke dalam sebuah bencana besar yang belum pernah ada
dalam sejarah sebelumnya, namun gerakan politik dan pertarungan intern
partai yang “diadakan satu kali selang 7 atau 8 tahun” ini, benar-benar
adalah sebuah mekanisme yang telah menjamin kelangsungan hidup Partai
Komunis. Setiap kali gerakan pasti akan menghukum minoritas sebanyak
lebih kurang 5 persen, dan sebanyak 95 persen mayoritas dengan patuh
menyatu dengan garis partai, dengan demikian memperkuat daya tempur
dan daya menyatu partai. Dan dengan demikian pula menyingkirkan anasir-
anasir “tidak teguh” yang tidak mau melepas pengertian nuraninya,
menghantam segala kekuatan yang berani menentangnya. Bersandarkan
mekanisme satu ini, orang intern partai yang paling mempunyai semangat
bertempur, yang paling pandai memainkan siasat brandalan baru dapat
memegang kekuasaan. Dengan kata lain pendiri agama sesat Partai Komunis
dijamin semua adalah anasir pemberani yang betul-betul tulen sifat
kepartaiannya serta kaya akan pengalaman bertarung. Pertarungan kejam
ini juga memberi “pelajaran berdarah” serta pencucian otak dengan kekerasan
bagi orang yang pernah mengalaminya. Bersamaan itu dalam pertarungan,
partai dapat terus-menerus mengisi energi Partai Komunis, kian
memperkuat semangat bertempur, menjamin partai tidak termusnahkan.
Dengan pertarungan itu pula dapat dijaga agar partai tidak dapat dirubah
menjadi sebuah kelompok moderat yang melepaskan perjuangan.

Sifat kepartaian yang dituntut oleh Partai Komunis ini, justru adalah
hasil dari perubahan hakekat agama sesat Partai Komunis. Demi
mewujudkan tujuannya, Partai Komunis bertekad memutuskan hubungan
dengan segala prinsip tradisional, bertekad tidak segan-segan menggunakan

229
segala cara bermusuhan dengan segala kekuatan yang menghalangi dirinya,
oleh sebab itu anggota partainya perlu dipupuk menjadi alat jinak partai
yang tanpa perasaan, tanpa mengenal kebenaran dan tidak mempunyai
kepercayaan.

Hakekat Partai Komunis ini, bersumber dari dia menganggap


masyarakat dan tradisi umat manusia sebagai musuh, bersumber dari
penilaian tak berdasar terhadap diri sendiri dan ekstrim egois yang diturunkan
darinya, serta meremehkan jiwa orang lain. Demi apa yang disebut cita
dirinya, Partai Komunis tidak segan-segan menggunakan kekerasan
menghancurkan seluruh dunia, membasmi segala yang tidak sepaham
dengannya. Agama sesat seperti ini ditentang oleh semua orang yang
mempunyai pengertian naluri, maka ia pasti akan melenyapkan pikiran baik
dan pengertian nurani manusia, baru dapat membuat orang sepenuhnya
mempercayai teori sesatnya. Oleh sebab itu Partai Komunis ingin
kelangsungan hidupnya dapat terjamin, pertama-tama justru harus merusak
pikiran baik, pengertian nurani dan standar moral manusia, manusia dirubah
menjadi alat dan budak yang jinak. Dipandang dari logika Partai Komunis,
kepentingan partai lebih tinggi dari segalanya, bahkan lebih besar dari jumlah
kepentingan kolektif seluruh anggota partai, dengan demikian seluruh
anggota partai secara individu harus sewaktu-waktu siap berkorban demi
partai.

Ditinjau dari sejarah PKT, seperti Chen Duxiu, Qu Qiubai yang


sedikit banyak masih mempertahankan beberapa pikiran cendekiawan
tradisional. Seperti Hu Yaobang, Zhao Zhiyang yang masih mempunyai
pikiran tentang kepentingan rakyat. Seperti pula Zhu Rongji yang bertekad
menjabat sebagai pejabat bersih dan demi rakyat berbuat sesuatu yang
nyata. Biarpun beberapa besar jasanya terhadap partai, juga biarpun mereka
tidak mempunyai ambisi pribadi, pada akhirnya mereka tidak luput juga
disingkirkan atau dikesampingkan, mereka terikat oleh kedisiplinan dan
kepentingan partai. Sifat kepartaian yang dipupuk dalam pertarungan
bertahun-tahun telah mengakar hingga masuk ke dalam tulang, membuat
mereka kadang menyerah pada saat-saat krusial, dan menyerahkan diri tanpa
perlawanan. Karena di dalam bawah kesadarannya, kepentingan terbesar

230
adalah kelangsungan hidup partai. Biar diri sendiri dikorbankan, biar
menyaksikan kekuatan jahat di dalam partai melakukan kejahatan, mereka
juga tidak berani mempertahankan pikiran baik dan pengertian nuraninya
sehingga mempengaruhi kelangsungan hidup partai. Ini benar-benar adalah
buah hasil dari mekanisme pertarungan partai. Ia membuat orang baik
juga berubah menjadi sebuah alat untuk dipergunakannya, dan
menggunakan sifat kepartaiannya membatasi semaksimal mungkin bahkan
melenyapkan pengertian nuraninya.

“Pertarungan garis politik” PKT sebanyak belasan kali telah


menjatuhkan belasan pemimpin partai atau penerus yang ditetapkan oleh
atasannya secara intern, pemimpin partai tak seorang pun berakhir dengan
baik. Meskipun Mao Zedong menjadi raja selama 43 tahun, tetapi ketika
jenasahnya masih hangat, kita telah menyaksikan istri dan keponakannya
dijebloskan ke dalam penjara, seluruh partai bahkan bersorak-gembira
menyatakan bahwa itu adalah kemenangan agung pikiran Mao Zedong.
Apakah itu sebuah komedi atau sebuah sandiwara lawak?

Sejak Partai Komunis merebut kekuasaan gerakan politik tiada hentinya,


bertarung dari internal partai hingga eksternal partai. Pada jaman Mao Zedong
adalah demikian, setelah “reformasi keterbukaan” juga tetap demikian. Tahun
1980-an pikiran orang-orang baru mendapat sedikit kebebasan, Partai Komunis
lalu melakukan “perlawanan terhadap liberalisasi borjuis”, mengajukan “empat
prinsip dasar”. Ini dikarenakan Partai Komunis menginginkan kepemimpinan
yang absolut. Pada 1989 tuntutan demokrasi yang damai oleh mahasiswa,
mengalami penindasan berdarah pada 4 Juni, ini dikarenakan Partai Komunis
tidak mentoleran adanya kecenderungan pikiran demokrasi. Pada 1990-an
telah muncul praktisi Falun Gong dalam jumlah besar yang menganut keyakinan
pada Sejati-Baik-Sabar, malahan mengakibatkan penindasan yang berpola
pemusnahan dari Partai Komunis sejak 1999 hingga kini. Ini dikarenakan Partai
Komunis tidak mentolerir adanya sifat kemanusiaan dan pikiran baik, harus
menggunakan kekerasan untuk menghancurkan pengertian nurani dari lubuk
hati manusia, dengan demikian Partai Komunis baru merasa lega hati terhadap
kekuasaannya. Sejak memasuki abad baru, internet telah menghubungkan seluruh
dunia, namun hanya PKT mengeluarkan sejumlah besar uang memblokade

231
jaringan internet, menangkapi kaum liberal di internet. Ini dikarenakan Partai
Komunis sangat takut rakyatnya mendapatkan informasi yang bebas.

VI. Perubahan Jahat Agama Sesat Partai Komunis

Agama sesat Partai Komunis pada hakekatnya menyangkal prinsip


langit, menekan sifat kemanusiaan, sifat dasarnya congkak tak tahu diri,
ekstrim egois, bertindak semaunya. Walaupun dalam prakteknya terus
melakukan kejahatan yang mendatangkan malapetaka bagi rakyat dan negara,
tapi ia selamanya tidak pernah mengakui kejahatannya, juga selamanya tidak
berani memperlihatkan dengan jelas wataknya kepada rakyat. Di sisi lain,
Partai Komunis selalu tak acuh dengan perubahan slogan dan merek, karena
semua ini dimata Partai Komunis adalah siasat belaka, asalkan bermanfaat
bagi sasaran besar satu ini, yaitu kelangsungan hidup partai, apa pun boleh
dilakukannya, karena ia sama sekali tidak mempunyai prinsip moral.

Sebuah agama sesat yang telah sistematis dan memasyarakat, arah


perkembangannya hanyalah menuju ke-kemerosotan total. Oleh karena
kekuasaan yang amat sentralistis, oleh karena penekanan terhadap opini
masyarakat dan terhadap berbagai kemungkinan sistem pengawasan, tiada
kekuatan apapun dapat mencegah Partai Komunis menuju ke kemerosotan
dan kelapukan.

PKT sekarang ini telah merosot menjadi “partai korup” dan “partai
lapuk” terbesar di dunia. Menurut statistik resmi Tiongkok, seluruh Tiongkok
terdapat 20 juta anggota partai yang masih menjabat di pemerintahan, selama
lebih dari 20 tahun telah diselidiki dan terbukti bahwa terdapat 8 juta lebih
pejabat dari anggota Partai Komunis melakukan kejahatan korupsi, dan
dikenai sanksi hukum negara, peraturan pemerintah serta disiplin partai.
Ditambah lagi dengan koruptor yang masih belum ditangkap, sebenarnya
pejabat pemerintah dan partai yang korup telah lebih dari 2/3, yang telah
diciduk hanyalah sebagian kecil saja.

Bejat dan korup, mengeruk uang untuk diri sendiri, mengeruk


keuntungan dan kepentingan material semacam ini adalah kekuatan menyatu

232
terbesar PKT untuk merangkul menjadi satu grup dewasa ini. Para pejabat
koruptor tahu, tanpa Partai Komunis tentu tidak ada kesempatan bagi
mereka untuk berkorupsi. Jika Partai Komunis jatuh, bukan hanya jabatan
dan kekuasaan mereka hilang, kemungkinan masih di hadapkan dengan
bahaya diadakan perhitungan. Dalam karya sastra yang mengisahkan rahasia
komplotan berjudul “kemurkaan langit”, novelis meminjam mulut wakil
kepala tata-usaha komite kota partai menyampaikan rahasia partainya:
“korup membuat kekuasaan politik kita lebih stabil”.

Rakyat mengetahui dengan jelas: “anti korupsi membinasakan partai,


tidak anti korupsi negara hancur”. Akan tetapi Partai Komunis tidak akan
melakukan anti korupsi dengan menanggung bahaya membinasakan partai.
Mereka hanya mau melakukan pada saat terpaksa, dengan membunuh
beberapa koruptor untuk diperlihatkan kepada orang, menggunakan
beberapa butir kepala koruptor untuk memperpanjang beberapa tahun
lagi usia partai. Satu-satunya tujuan pokok agama sesat Partai Komunis
sekarang ini adalah mempertahankan kekuasaan, menghindari kemusnahan
partai.

Di Tiongkok sekarang ini, etika moral dirusak amat parah. Barang


palsu merajarela, pelacuran berada di mana-mana, narkotika kembali
menyebar, pejabat bersekongkol dengan bandit, organisasi ilegal, sewenang-
wenang, perjudian, penyuapan, korupsi dan perbuatan bejat lainnya,
fenomena yang membahayakan masyarakat merajarela. Sebagian besar
pengurus Partai Komunis membiarkannya berlangsung terus, bahkan banyak
pejabat tinggi langsung adalah pendukung ilegal yang menerima uang
perlindungan. Peneliti khusus fenomena masyarakat, kriminalitas dan mafia
dari universitas Nanjing bernama Chai Shaoqing memperkirakan, anggota
organisasi ilegal seperti itu di Tiongkok minimum lebih-kurang satu juta
orang. Setiap kali dibekuk sebuah organisasi penjahat gelap, selalu
berhubungan dengan pejabat penting pemerintah, hakim, perwira polisi,
oknum korup Partai Komunis di belakangnya.

PKT takut rakyat memiliki hati nurani dan berniat baik, oleh sebab
itu tidak berani memberi kebebasan kepercayaan kepada rakyat. Terhadap

233
orang baik yang mencari kepercayaan iman, misalnya praktisi Falun Gong
yang menuntut Sejati-Baik-Sabar, atau anggota gereja bawah tanah yang
percaya kepada Yesus dan Tuhan, PKT menggunakan apa saja yang dapat
digunakan untuk menindasnya secara kejam. PKT takut politik demokrasi
dapat mengakhiri otokrasi satu partai, oleh sebab itu tidak berani memberi
rakyat kebebasan politik. Terhadap kaum demokrat yang mempunyai pikiran
mandiri, bahkan terhadap orang yang membela haknya dalam masyarakat,
juga sering-sering dihadapkan dengan penjara. Akan tetapi PKT telah
memberi rakyat Tiongkok sebuah kebebasan lainnya, yaitu asal saja anda
tidak menaruh perhatian terhadap politik, tidak menentang kepemimpinan
partai, maka anda boleh saja melampiaskan segala nafsu keinginan anda,
bahkan melakukan kejahatan apa pun, melakukan hal yang kejam dan tak
berperikemanusiaan. Dengan demikian masalah yang datang menyertainya
adalah kemerosotan PKT yang sangat tajam, serta kemerosotan moral
masyarakat Tionghoa yang sangat menyakitkan.

“Menutup rapat jalan ke surga, membuka lebar pintu ke neraka”, ini


persis telah melukiskan perusakan nilai sosial oleh agama sesat PKT dewasa
ini.

VII. Perenungan Kembali tentang Penguasaan oleh Agama Sesat


Partai Komunis

Apakah Partai Komunis itu

Pertanyaan ini terlihat sederhana, namun tidak dapat dijawab dengan


sederhana. Meskipun Partai Komunis mengenakan sebuah jubah demi
“rakyat”, tampil atas nama sebuah partai politik, benar-benar dapat
menyesatkan banyak orang. Partai Komunis bukanlah sebuah partai politik
dalam pengertian umum. Partai Komunis adalah mirip sebuah agama sesat
yang mencelakai orang yang merupakan benda yang merasuk seperti roh
jahat. Partai Komunis adalah sebuah kehidupan yang hidup dan terwujud
di dunia ini sebagai organisasi partai.

Meskipun para pemimpin Partai Komunis mempunyai status pendiri

234
agama, tetapi mereka hanya juru bicara dan pengurus rumah tangga roh
jahat dan partai. Ketika kemauan dan tujuan mereka sama dengan partai
dan dapat dipergunakan oleh partai, mereka terpilih sebagai pemimpin.
Akan tetapi ketika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan partai, mereka
dapat diganyang tanpa ampun. Sistem pertarungan partai telah menjamin
hanya anasir yang paling licik, paling jahat dan paling berani baru dapat
duduk mantap di kursi pendiri agama Partai Komunis. Dalam sejarah PKT,
puluhan pemimpin partai semuanya sulit dapat berakhir dengan baik, justru
telah menjelaskan permasalahan ini. Sesungguhnya pimpinan tertinggi partai
sangat terbatas jalan keluarnya, bila mau menjebol pintu keluar dari
agamanya, seperti Gorbachev telah meninggalkan nama harum dalam
sejarah; bila tidak akan seperti sekjen PKT lainnya, akhirnya ditelan oleh
partai.

Massa adalah objek perbudakan dan penindasan partai. Di dalam


batas pengendalian partai, massa rakyat tidak mempunyai hak untuk menolak
Partai Komunis, justru dipaksa untuk menerima kepemimpinan partai serta
berkewajiban mendukung dan menjaga Partai Komunis. Mereka masih
harus sering-sering menerima pencucian otak cara agama sesat di bawah
tekanan ngeri partai. Partai Komunis memaksa seluruh rakyat Tiongkok
mempercayai agama sesat PKT ini. Tiada duanya di dunia ini seperti yang
dilakukan oleh PKT.

Anggota partai adalah kelompok manusia yang digunakan untuk


mengisi tubuh partai. Dalam kelompok manusia tersebut tidak sedikit or-
ang-orang yang baik dan jujur, bahkan di dalam masyarakat mereka telah
berhasil dengan sangat menonjol. Orang-orang seperti ini PKT kian berniat
merangkulnya masuk ke dalam partai, menggunakan nama baik dan
kemampuan mereka untuk mengabdi kepada partai. Masih banyak orang
lagi demi menjadi pejabat, demi setingkat lebih tinggi dari orang lain, untuk
dapat mengeruk keuntungan bagi dirinya, maka dengan bersemangat masuk
partai, membantu orang lalim berbuat jahat, seakan ikan mendapatkan air.
Juga ada orang yang mengharapkan dapat berbuat sesuatu dalam kehidupan
ini, karena di dalam negara yang dikuasai Partai Komunis, selain masuk
partai tidak terdapat kesempatan lain untuk dapat mengembangkan diri

235
sendiri, sehingga memilih masuk partai. Dalam kehidupan masyarakat masih
ada banyak orang yang demi mendapatkan pembagian rumah layak, bahkan
ada yang berusaha memiliki reputasi “progresif ” maka masuk partai. Maka
dalam puluhan juta anggota PKT, di dalamnya orang yang baik dan tidak
baik sama-sama tidak sedikit jumlahnya. Akan tetapi tidak peduli apa mo-
tif mereka masuk partai, apa dengan sukarela atau tidak, asalkan telah
bersumpah di bawah panji Partai Komunis, ini berarti telah bersedia
mengorbankan diri dengan sukarela. Semenjak itu belajar politik dan
kehidupan organisasi yang diadakan setiap minggu jelas adalah proses
pencucian otak yang tiada hentinya, sehingga sebagian cukup besar dari
mereka berubah menjadi orang yang tidak mempunyai tekad diri, dikuasai
dan dirasuki oleh roh jahat Partai Komunis. Fungsi orang demikian di dalam
partai ibarat sel tubuh manusia, tidak hentinya bekerja demi kelangsungan
hidup tubuh. Yang lebih menyedihkan lagi adalah sejak saat itu “sifat
kepartaian” sebagai kerangka pengerat dengan ketat terpasang di kepala,
mau dilepas sudah sangat sulit, begitu muncul sifat kemanusiaan, sangat
mungkin akan mengalami pembersihan dan penindasan. Pada saat itu sekali
pun ingin keluar dari partai, namun karena agama sesat Partai Komunis
mengijinkan masuk tidak mengijinkan keluar, maka akan diperlakukan sebagai
pengkhianat. Oleh karena itu orang-orang sering dapat menyaksikan di
tubuh anggota Partai Komunis mempunyai dwi-kepribadian: satu sisi “sifat
kepartaian” dalam suasana politik dan sisi lain sifat kemanusiaan di dalam
kehidupan sehari-hari.

Kader partai adalah sekelompok anggota partai yang telah mendapat


kekuasaan. Meskipun mereka pada tempat tertentu, waktu tertentu atau
peristiwa tertentu dapat memperlihatkan baik buruk pribadinya, atau
mengambil keputusan secara individu, akan tetapi pada keseluruhannya
mereka hanya dapat bekerja menuruti kemauan partai, seperti apa yang
dikatakan “seluruh partai taat pada pusat”. Mereka penyambung antara
yang terdahulu dan yang belakangan, adalah tulang-punggung Partai
Komunis, tapi peran mereka hanyalah sebagai alat partai. Orang-orang
tersebut dalam berkali-kali gerakan juga sebagai yang diperalat, juga sebagai
yang dihantam. Standar di belakang semua ini adalah melihat anda apakah
mengikuti pendiri agama dengan benar, apakah setia tanpa cabang.

236
Mengapa rakyat belum sadar

PKT menguasai Tiongkok sudah 50 tahun lebih, selama itu juga


mereka banyak berbuat kejahatan, luar biasa jahatnya, namun mengapa
seluruh rakyat kurang memahami hakekat agama sesatnya? Apakah bangsa
Tionghoa bodoh? Bukan. Bangsa Tionghoa adalah salah satu bangsa di
dunia yang paling cerdas, lagi pula mempunyai kebudayaan tradisional yang
lama sepanjang lima ribu tahun. Namun rakyat Tiongkok hingga sekarang
masih hidup di bawah kekuasaan Partai Komunis dan tidak berani
mengatakan ketidakpuasannya, penyebab yang krusial adalah roh jahat Partai
Komunis telah membelenggu pikiran rakyatnya.

Coba bayangkan, jika rakyat Tiongkok mempunyai kebebasan


berbicara, jika benar atau salahnya Partai Komunis boleh didiskusikan secara
terbuka, kita tidak susah membayangkan, rakyat Tiongkok yang cerdas
sejak dini sudah dapat memahami hakekat kejahatan Partai Komunis, juga
sejak dini telah membebaskan diri dari agama sesat Partai Komunis. Akan
tetapi yang disayangkan adalah di bawah penguasaan PKT selama setengah
abad lebih, rakyat Tiongkok telah kehilangan kebebasan berbicara dan
berpikir. Pada 1957, PKT menangkap golongan kanan di kalangan
intelektual, tujuannya ialah untuk mengekang kebebasan, pikiran orang
dibelenggu. Di masyarakat yang tidak mempunyai kebebasan seperti itu,
sekalipun para pemuda pada masa revolusi kebudayaan dengan tulus hati
mendalami karya asli Marx-Lenin, sebagian besar juga mengalami
penindasan dengan tuduhan “klik anti partai”, maka lebih tidak mungkin
lagi bila mendiskusikan baik-buruknya Partai Komunis.

Partai Komunis adalah agama sesat, kita percaya banyak orang


Tionghoa tidak pernah berani memikirkannya. Akan tetapi begitu
dikemukakannya pandangan tersebut, kita yakin orang yang pernah hidup
di Tiongkok, mereka tidak sulit menemukan dasar argumen yang cukup
banyak dari pengalaman diri sendiri dan apa yang dialami oleh famili dan
sahabatnya.

Selain kebebasan berpikir dibelenggu, rakyat masih dijejali dengan

237
doktrin Partai Komunis serta budaya partai. Dengan demikian orang-
orang hanya bisa mendengarkan pujian terhadap partai, otaknya telah
dibersihkan dari pikiran-pikiran lain dan hanya diisi benda-benda dari
partai. Komunis, sebagai contoh, ketika berlangsung penindasan “4
Juni”, begitu penembakan terjadi di sekitar lapangan Tiananmen, banyak
orang langsung bersembunyi di semak-semak hutan. Kemudian mereka
terbangun dan langsung dengan serempak menyanyikan lagu
“internasionale”, dengan berani melangkah keluar. Orang-orang
Tionghoa tersebut memang pemberani, tulus murni dan patut dihargai,
akan tetapi menghadapi pembunuhan oleh Partai Komunis mengapa
mereka masih menyanyikan lagu komunis “internasionale”?
Penyebabnya sederhana: di bawah pendidikan budaya partai, orang-
orang yang patut dikasihani ini, mereka dibuat oleh Partai Komunis
hanya mengetahui komunisme. Selain lagu “internasionale” dan lagu
yang memuji-muji Partai Komunis lainnya, tidak ada lagi lagu yang
dapat dinyanyikan.

Di manakah jalan keluarnya?

PKT telah menuju ke jalan bejat total, yang menyedihkan adalah


sebelum agama sesat ini binasa, masih saja berupaya mengikat bangsa
Tionghoa menyatu dengan nasibnya. PKT yang semakin cepat
mendekati ajalnya, kekuatannya jelas sedang melemah, larangan terhadap
pikiran rakyatnya juga sudah mulai tidak efektif lagi. Perkembangan
telekomunikasi modern dan internet membuat PKT kian sukar
meneruskan monopoli informasi serta memblokade pendapat umum.
Perampasan dan penindasan terhadap rakyat oleh pejabat korup kian
parah, massa yang menaruh khayalan terhadap PKT kian sadar, tidak
sedikit orang menuju ke jalur perjuangan dalam perlindungan hak asasi
manusia di kalangan rakyat. Penindasan terhadap Falun Gong oleh PKT
tidak hanya gagal mencapai tujuan memperkokoh larangan pikiran,
sebaliknya malahan memperlemah energi vital PKT, dan telah
menyingkap kekejaman PKT. Di bawah sebuah lingkungan besar seperti
ini, merenungkan kembali Partai Komunis menjadi mungkin, dan
menjadi sebuah momen bagi bangsa Tionghoa untuk mencabut

238
larangan pikiran serta melepaskan diri secara total dari pengendalian
roh jahat Partai Komunis.

Rakyat Tiongkok yang telah hidup di bawah penguasaan agama


sesat PKT selama 50 tahun lebih, revolusi kekerasan bukanlah yang
diperlukan, melainkan adalah penyelamatan jiwa. Ini memerlukan
penyelamatan diri sendiri oleh rakyat Tiongkok baru dapat tercapai.
Dan langkah pertama penyelamatan diri sendiri adalah mengenal
hakekat agama sesat dari Partai Komunis itu.

Bagaimanapun juga pada suatu hari nanti rakyat akan melucuti


hirarki Partai Komunis yang melekat di sistem pemerintahan negara,
dan membiarkan sistem-sistem sosial berfungsi secara independen,
dengan didukung kekuatan masyarakat. Dengan lepasnya partai diktator,
maka efisiensi pemerintahan akan berkembang.

Hari itu sudah tidak jauh lagi. Sesungguhnya argumentasi tentang


menyingkirkan Partai Komunis dari pemerintahan, sudah ada sejak awal
tahun 1980-an. Namun usaha-usaha reformasi dari dalam PKT selama
ini telah terbukti gagal, karena ideologi “kepemimpinan mutlak partai”
belum secara total ditolak. Upaya perbaikan dari dalam sistem agama
sesat ini, pada kenyataannya tidak cukup, juga sulit dilaksanakan.

Budaya partai adalah lingkungan eksistensi yang diperlukan oleh


organisasi agama sesat Partai Komunis. Membersihkan cenkraman
budaya partai dan agama sesat partai dalam alam pikiran, yaitu
membersihkan benda perasuk partai dalam alam pikiran, mungkin jauh
lebih sulit daripada melepaskan cengkraman partai dari struktur
pemerintahan. Namun ini justru adalah cara fundamental yang benar-
benar dapat memberantas agama sesat Partai Komunis. Ini hanya dapat
berhasil dengan bersandar pada bangsa Tionghoa sendiri untuk
menolong diri sendiri.

Dengan memperbarui pola pikir secara benar, dan sifat


kemanusiaan yang kembali ke jati diri, akan tercapai pembangunan

239
kembali moral masyarakat non-komunis yang baik.

Resep mujarab untuk melenyapkan benda perasuk adalah


mengenal bahaya dan hakekat roh jahat itu, melenyapkannya dari dalam
pikiran dan memutuskan hubungan dengannya, supaya tiada tempat
berpijak lagi baginya.

Partai Komunis sangat memperhatikan pengendalian terhadap


“ideologi”, karena Partai Komunis justru hanya sebuah ideologi saja.
Ketika seluruh rakyat Tiongkok dalam lubuk hati menyangkal ajaran
sesat dan teori sumbang komunis ini dan secara inisiatif membersihkan
budaya partai, membersihkan pengaruh agama sesat komunis terhadap
konsep dan kehidupan kita di berbagai aspek, maka ideologi Partai
Komunis akan menghadapi kehancuran. Partai Komunis Tiongkok
niscaya akan tercerai-berai dalam penyelamatan diri sendiri dari rakyat.

Semua negara yang dikuasai oleh Partai Komunis kebanyakan


berhubungan dengan kemelaratan, sentralisasi kekuasaan negara dan penindasan.
Negara seperti ini sudah tidak banyak lagi, RRT, Korea utara, Vietnam dan
Kuba, dapat dihitung dengan jari, hari kiamatnya tidak akan lama lagi. Dengan
kecerdasan rakyat Tiongkok dan kecemerlangan bangsa Tionghoa dalam
sejarah, Tiongkok yang telah lepas dari benda perasuk roh sesat Partai Komunis,
akan menjadi sebuah masyarakat yang penuh harapan.

Penutup

Partai Komunis sudah tidak percaya lagi komunisme, rohnya


sudah mati, akan tetapi roh di alam baka belum lenyap. PKT telah
mewarisi kantong kulit komunis, di dalamnya tetap dipenuhi oleh sifat
hakiki agama sesat yang congkak tak tahu diri, ekstrim egois dan berbuat
semaunya. Di dalam agama sesat PKT ini, hakekat Partai Komunis
yang turun-temurun yaitu menyangkal prinsip langit dan menekan sifat
kemanusiaan tetap tidak berubah.

Saat ini yang digunakan PKT untuk menguasai Tiongkok justru

240
adalah bentuk penguasaan seperti “partai perasuk”, sistem organisasi
yang ketat, siasat bertarung yang telah terkumpul bertahun-tahun, serta
propaganda agama sesat komunis yang telah dijadikan agama nasional.
Rangkuman di atas tentang 6 besar ciri khas agama sesat, bagi PKT
sekarang ini lengkap ada semuanya, kebajikan-kebajikan tidak dilakukan,
kejahatan-kejahatan saja yang diperbuat.

Agama sesat Partai Komunis yang kian hari kian mendekati jalan
akhir kebinasaan ini, sedang mempercepat kemerosotannya. Ada satu
yang paling menakutkan, yaitu agama sesat komunis yang tidak rela
binasa ini, masih juga dengan segala daya-upaya menyeret masyarakat
Tionghoa ke dalam jurang kemerosotan yang dalam sekali.

Bangsa Tionghoa perlu menolong diri sendiri, perlu merenung,


perlu melepaskan diri dari Partai Komunis.

241
242
[Komentar 9]

Watak Dasar Kejahatan


dari PKT
[Komentar 9]
Watak Dasar Kejahatan dari PKT

Gerakan komunisme yang telah bergembar-gembor selama 100


tahun lebih, hanya membawa kepada manusia peperangan, kemiskinan,
pertumpahan darah dan otokrasi. Seiring dengan ambruknya negara
komunis Rusia dan Eropa Timur, drama ngawur yang mencelakakan dunia
manusia itu pada akhir abad yang lalu telah memasuki babak akhir. Dari
rakyat jelata hingga Sekretaris Jenderal Partai sudah tidak seorang pun yang
mempercayai lagi kebohongan komunisme.

Kekuasaan Partai Komunis bukan “kekuasaan raja yang dianugerahi


oleh Dewa”, juga bukan “hasil pemilihan demokrasi”. Sekarang ini, di saat
keyakinannya yang dijadikan sandaran hidupnya telah hancur lebur, maka
legalitasnya untuk tetap berkuasa telah menghadapi tantangan yang tidak
pernah ada sebelumnya.

Partai Komunis Tiongkok (PKT) tidak mau tunduk pada arus sejarah
dan tidak mau mundur dengan sendirinya dari panggung pentas sejarah,
melainkan mulai lagi mencari-cari legalitas dengan mempraktekkan berbagai
macam cara-cara berandal yang terakumulasi dalam kampanye politik
selama beberapa puluh tahun. PKT masih mencoba hidup kembali di tengah
rontaan yang gila-gilaan.

Baik reformasi maupun keterbukaan yang dilakukannya, tujuan PKT


hanya demi mempertahankan kepentingan kelompoknya dan kekuasaan
otoriternya secara mati-matian. Perkembangan ekonomi Tiongkok selama
20 tahun belakangan ini, yang merupakan hasil jerih payah dari rakyat
Tiongkok yang tetap berada di bawah pengendalian yang ketat, bukan saja
tidak dapat membuat PKT meletakkan pisau jagalnya, malah dibajaknya
sebagai modal bagi legitimasi kekuasaannya, membuat sepak terjang jahatnya

244
selama ini lebih berpotensi mengelabui dan membingungkan. Yang paling
menakutkan ialah, PKT sedang mengerahkan seluruh upaya, menghancurkan
fondasi moralitas segenap bangsa, mencoba merubah orang-orang
Tionghoa menjadi penjahat besar dan kecil dalam tingkat-tingkat yang
berbeda, untuk memberikan lingkungan hidup bagi PKT “berjalan seiring
waktu”.

Demi ketenteraman bangsa yang abadi, demi negara Tiongkok sedini


mungkin memasuki era yang tanpa partai komunis untuk mengukir kembali
kegemilangan bangsa, di hari ini dalam sejarah, adalah sangat penting bagi
orang-orang untuk mengenali dengan jelas mengapa Partai Komunis ingin
mempraktekkan gaya bengis serta watak dasar dari kejahatan.

I. Sifat Hakiki Keberandalan Partai Komunis Sejak Dulu Tidak


Pernah Berubah

Untuk siapa Partai Komunis bereformasi

Di dalam sejarah, setiap kali PKT mengalami krisis, akan selalu


menampilkan sejumlah tanda-tanda perbaikan, untuk membangkitkan
khayalan orang-orang terhadap PKT. Namun tanpa ada yang terkecuali,
impian-impian kosong ini satu per satu sirna bagaikan gelembung sabun.
Sekarang ini, di bawah wujud palsu dari kemakmuran ekonomi PKT bergaya
etalase pamer yang mengejar hasil dan keuntungan di depan mata, orang-
orang timbul lagi khayalan terhadap partai komunis. Tetapi, pertentangan
dasar antara kepentingan PKT dan kepentingan bangsa dan negara, telah
menentukan bahwa kemakmuran semacam ini tidak dapat bertahan lama,
reformasi yang dijanjikan semata-mata demi membela kekuasaan PKT,
hanya berupa reformasi yang pincang bagaikan barang lama diganti etiket
baru. Di balik perkembangan yang abnormal tersembunyi krisis sosial yang
lebih besar. Sekali krisis tersebut meletus, bangsa dan negara sekali lagi akan
mengalami terpaan yang amat besar.

Seiring dengan pergantian generasi pimpinan PKT, mereka tidak


lagi memiliki kualifikasi dan pengalaman untuk menguasai negara, juga makin

245
hari semakin tidak memiliki kewibawaan untuk mempertahankan negara.
Tetapi partai komunis sebagai satu tubuh kesatuan, ditengah krisis legitimasi,
perlindungan terhadap kepentingan kelompoknya makin hari semakin
menjadi jaminan pokok bagi perlindungan terhadap kepentingan individu.
Partai politik yang berbasis pada ego dan tanpa pengekangan apapun,
khayalan orang-orang terhadapnya untuk dapat berkembang tanpa manuver,
itu hanyalah suatu hal yang dikehendaki sepihak.

Mari kita lihat apa yang dikatakan oleh media PKT “Ren Ming Re
Bao” (Harian Rakyat): “Dialektika sejarah telah memberi pelajaran yang
matang bagi orang-orang PKT: yang mesti dirubah, haruslah dirubah, jika
tidak dirubah akan merosot; yang tidak mesti dirubah, mutlak tidak boleh
dirubah, jika dirubah akan meruntuhkan diri sendiri.” (12 Juli 2004 berita
halaman pertama).

Apa yang tidak mesti dirubah? “Garis dasar partai berupa ‘satu inti,
dua titik dasar’ menginginkan pengendalian selama seratus tahun, itu tidak
boleh diusik” (12 Juli 2004 halaman pertama)

Orang-orang tidak mengerti apa sebenarnya yang dimaksud inti dan


titik dasar, akan tetapi, siapa pun paham bahwa tekad roh jahat komunis
dalam membela kepentingan kelompoknya serta otokrasi kediktatorannya,
mutlak tidak akan berubah. Kendati partai komunis telah kalah dan runtuh
di dalam lingkup dunia, itu pun merupakan takdir bagi komunisme untuk
mendekati ajalnya. Tetapi, sesuatu yang semakin mendekati pemusnahan,
dia semakin mempunyai daya rontaan yang membawa maut menjelang
kematiannya. Berbicara reformasi dan demokrasi dengan Partai Komunis,
tak lain adalah berunding dengan harimau untuk mengganti kulitnya.

Tanpa Partai Komunis, Tiongkok akan bagaimana jadinya

Di saat Partai Komunis melangkah menuju kemerosotan, orang-


orang di luar dugaan menemukan, PKT yang dirasuki roh jahat selama
beberapa puluh tahun dengan mengandalkan cara-cara berandal yang
berubah-ubah 1001 macam, telah menyuntikkan unsur-unsur kejahatan

246
partai komunis ke dalam berbagai aspek kehidupan rakyat.

Dulu saat Mao meninggal, berapa banyak orang menangis tersedu


di hadapan foto almarhum Mao Zedong, dengan mengulang-ulang sebuah
perkataan: “Setelah tiada Mao Zedong, Tiongkok bagaimana jadinya?”
Kini setelah dua puluh tahun berlalu, di saat Partai Komunis kehilangan
legalitas kekuasaannya, dengan sinis propaganda baru media PKT kembali
membuat orang-orang menyuarakan kekuatiran bahwa “tanpa partai
komunis, Tiongkok akan bagaimana jadinya”.

Pada kenyataan, cara penguasaan PKT yang merambah ke dalam


segala aspek kehidupan, membuat kebudayaan Tionghoa, cara pemikiran
masyarakat Tionghoa, bahkan kriteria untuk menilai PKT, semuanya telah
dibubuhi cap PKT, bahkan persis seperangkat dari PKT itu. Jika dahulu
dikatakan mereka mengandalkan indoktrinasi untuk menguasai pikiran or-
ang-orang, maka sekarang adalah masa di mana PKT sedang memetik
hasilnya. Karena hal-hal yang diindoktrinasikan telah dicerna, telah ber-evolusi
menjadi sel dari diri sendiri, orang-orang dengan sendirinya akan berpikir
menurut logika PKT, dan mengevaluasi suatu hal benar atau salah dengan
berpijak di atas sudut pandang PKT. Perihal penembakan pada peristiwa
Tiananmen 4 Juni 1989, ada yang berkata, “Jika saya adalah Deng Xiaoping,
saya juga akan menindas mahasiswa dengan menggunakan tank”. Perihal
penindasan Falun Gong, ada yang berkata, “Jika saya adalah Jiang Zemin,
saya juga akan membasminya hingga tuntas”. Perihal pelarangan bebas
berbicara, ada yang mengatakan, “Jika saya adalah Partai Komunis, saya
juga akan berbuat demikian”. Kebenaran dan suara nurani telah sirna, yang
tertinggal hanya logika Partai Komunis. Ini adalah salah satu cara yang pal-
ing kejam dan berbahaya dari watak dasar kejahatan PKT. Asalkan di dalam
benak pikiran orang-orang masih tersisa unsur racun semacam ini dari PKT,
maka PKT akan dapat mempertahankan jiwa jahatnya dengan menyerap
energi dari unsur tersebut.

“Tanpa Partai Komunis, Tiongkok akan bagaimana jadinya?” Cara


pemikiran yang demikian, justru merupakan sesuatu yang diidamkan dalam
mimpi oleh PKT, agar orang-orang memikirkan masalah dengan

247
menggunakan logika mereka.

Bangsa Tionghoa dalam keadaan tanpa PKT sejak dulu telah


melewati sejarah peradaban yang panjang selama lima ribu tahun. Masyarakat
apa pun di atas dunia juga tidak ada yang berhenti derap langkah majunya
hanya dikarenakan runtuhnya sebuah kerajaan. Namun orang-orang yang
telah mengalami penguasaan PKT selama beberapa puluh tahun, sudah
mati rasa terhadap hal-hal tersebut. Propaganda yang berkepanjangan dari
PKT, serta pendidikan yang mengumpamakan partai sebagai ibunda, strategi
poiltik PKT yang menyusup kesegala bidang, membuat orang-orang sudah
tidak terpikirkan lagi, seandainya PKT telah tiada, bagaimana kita harus
hidup.

Setelah Mao Zedong tiada, negara Tiongkok tidak roboh; setelah


tiada partai komunis, apakah Tiongkok akan runtuh?

Siapa sebenarnya sumber kekacauan

Banyak orang sangat paham dan antipati terhadap tindak tanduk


kejahatan PKT, dan muak terhadap seperangkat benda komunisme yang
menguasai orang dan membohongi orang. Tetapi rakyat telah dibuat takut
oleh kampanye politik dan kekacauan yang dicetuskan oleh PKT, mereka
takut Tiongkok menjadi kacau. Begitu PKT menggunakan nama
“kekacauan” untuk mengancam rakyat, orang-orang dikarenakan tak
berdaya terhadap kekuasaan paksaan PKT, seringkali mereka hanya dapat
mengiyakan saja kekuasaan PKT.

Sesungguhnya, PKT yang memiliki beberapa juta tentara dan polisi,


dia barulah merupakan sumber “kekacauan” yang sebenarnya dari negara
Tiongkok. Rakyat tidak punya alasan untuk berbuat “kekacauan”, lebih-
lebih tidak berkompeten untuk berbuat “kekacauan”. Hanya PKT yang
bergerak melawan arus, baru dapat membuat rumput dan pohon semuanya
nampak seperti tentara musuh, sehingga menyeret negara ke dalam
kekacauan. Semboyan “kestabilan menaklukkan segalanya”, “segala unsur
yang tidak stabil dibasmi pada kondisi ia bertunas”, telah menjadi dasar

248
teori PKT untuk menindas rakyat. Siapa yang merupakan faktor
ketidakstabilan terbesar dari negara Tiongkok? Tepatnya adalah PKT yang
menerapkan politik kezaliman secara profesional. Dia yang menggerakkan
kekacauan, malah menggunakan “kekacauan” untuk mempermainkan dan
mengancam rakyat, memang beginilah perbuatan penjahat sejak dulu.

II. Perkembangan Ekonomi Menjadi Barang Sesajen PKT

Prestasi yang diraih dengan membajak hasil jerih payah rakyat

“Legalitas” yang diakui sendiri oleh PKT adalah perkembangan


ekonomi dalam 20 tahun belakangan ini. Pada kenyataan, perkembangan
ekonomi justru adalah dibangun sedikit demi sedikit oleh rakyat Tiongkok
setelah mereka diberikan sedikit kelonggaran dari kekangan PKT, tidak
ada hubungan sedikit pun dengan PKT. Namun PKT malah
mempropagandakannya sebagai jasa mereka, bahkan menghendaki rakyat
berterima kasih kepada mereka, seolah-olah tanpa PKT, semua ini tidak
bakal ada. Semua orang tahu, di banyak negara lain yang tanpa partai
komunis, semua yang lebih baik dari pada ini sejak dini telah ada.

Setelah Tiongkok meraih medali emas dalam Olimpiade, para atlet


harus berterimakasih kepada partai. Partai sendiri lebih-lebih memanfaatkan
sepenuhnya mahkota palsu “negara raksasa olahraga” sebagai modal untuk
menyanjung kepemimpinan partai yang bijaksana. Penyakit “SARS” cukup
merepotkan negara Tiongkok, akhirnya dikatakan: “Berkat teori dasar
partai, garis dasar, program dasar dan pengalaman dasar partai” baru dapat
menaklukkan virus penyakit (komentar Ren Ming Re Bao). Pesawat antariksa
“Shen Wu” mengorbit ke angkasa, semestinya merupakan sumbangsih dari
para ilmuwan dirgantara, oleh PKT malah dijadikan bukti bahwa hanya
dengan kepemimpinan mereka baru dapat menghantarkan rakyat Tiongkok
menduduki posisi negara kuat di dunia. Bahkan hak penyelenggara Olimpiade
tahun 2008, yang semestinya merupakan dorongan dari negara Barat agar
PKT memperbaiki keadaan HAM di dalam negeri, oleh PKT malah
dianggap sebagai tunjangan bagi “legalitas” nya serta dalih untuk menindas
rakyat secara besar-besaran. “Potensi pasar raksasa” yang tampak indah

249
dalam pandangan orang-orang asing, semestinya adalah daya konsumsi
dari 1,3 milyar rakyat Tiongkok, oleh PKT malah dianggap sebagai milik
sendiri, dijadikan senjata ampuh untuk menggaet pihak Barat agar mau
bekerjasama dengan kekuasaan PKT.

Setiap peristiwa buruk selalu dikatakan adalah perbuatan kekuatan


reaksioner dan orang-orang yang bermotif tersembunyi, sedangkan
peristiwa baik selalu dikatakan sebagai hasil yang baru akan tercapai berkat
kepemimpinan partai. Setiap prestasi akan selalu dimanfaatkan PKT untuk
mempersolek diri bagi “legalitas” kepemimpinannya. Bahkan dalam
beberapa peristiwa buruk, PKT juga dapat merubah yang buruk menjadi
yang baik untuk keperluan dirinya. Misalnya, dalam keadaan di mana PKT
sudah tidak lagi dapat menutup-nutupi fakta kenyataan merebaknya penyakit
AIDS yang beritanya selama ini diblokir dengan ketat, berkat pengaturan
yang seksama, PKT menyulap diri. Mengerahkan arus agresif yang terdiri
dari aktor beken sampai Sekretaris Jendaral Partai untuk berpropaganda.
Dengan segera PKT menyamar diri dari pentolan kejahatan menjadi
pembawa kabar gembira bagi penderita penyakit, menjadi dewa penolong
penyakit AIDS, menjadi penantang terhadap penyakit umat manusia.
Peristiwa begitu besar yang menyangkut jiwa manusia, yang dipikirkan oleh
PKT hanya memanfaatkannya untuk mempersolek diri. Perbuatan semacam
ini yang merampas kepentingan orang secara terang-terangan maupun
tersembunyi, serta memperlakukan jiwa manusia sebagai rumput, hanya
dapat dilakukan oleh berandal seperti PKT ini.

Perbuatan jangka pendek mengakibatkan “Gejala buruk yang akan


tercetus dikemudian hari”

PKT dalam menghadapi “krisis legalitas” yang serius, telah


menjalankan reformasi dan keterbukaan demi membela kekuasaannya.
Perbuatan yang mengejar hasil dan keuntungan di depan mata, telah
membuat Tiongkok terjerumus kedalam lingkaran “gejala buruk yang akan
tercetus di kemudian hari.”

Pengertian dari “gejala buruk yang akan muncul di kemudian

250
hari”, atau “gejala menguntungkan yang akan muncul di kemudian hari”
ialah, mengacu pada kenyataan bahwa negara terbelakang dapat meniru
negara maju. Peniruan tersebut ada dua macam bentuk, satu adalah
meniru sistemnya, satu lagi adalah meniru teknologi dan pola
industrialisasinya. Meniru sistem lebih sulit, karena perubahan sistem
akan menyalahi sejumlah kepentingan yang sudah diperoleh, oleh sebab
itu negara terbelakang akan cenderung pada peniruan teknologi.
Peniruan teknologi walaupun dalam waktu dekat dapat terlihat hasil
perkembangannya, namun akan meninggalkan banyak bahaya laten
dalam perkembangan jangka panjang, bahkan mengakibatkan kegagalan
dalam perkembangan jangka panjang.

PKT justru menempuh jalan kegagalan dari “gejala buruk yang akan
tercetus di kemudian hari”. Selama 20 tahun lebih ini, telah memperoleh
sedikit keberhasilan dari “peniruan teknologi”, PKT lalu menjadikan
keberhasilan tersebut sebagai modal untuk membuktikan kepada rakyat
akan “legalitas” kekuasaannya. Dengan demikian maju selangkah menyalahi
perubahan sistem politik yang membahayakan kepentingan PKT sendiri,
dan rela mengorbankan kepentingan bangsa dalam perkembangan jangka
panjang.

Perkembangan ekonomi dibayar dengan harga yang pahit

PKT selalu menyombongkan diri atas kemajuan ekonomi yang


diraih negaranya, sesungguhnya kedudukan ekonomi Tiongkok di dunia
masih tidak sebaik dibandingkan masa Qian Long. Pada masa Qian
Long saat dinasti Qing, total nilai produksi nasional (GDP) Tiongkok
mencakup 51% dari seluruh dunia. Saat awal Mr. Sun Zhong Shan
(Sun Yatsen) mendirikan negara nasionalis, nilai GDP Tiongkok
mencakup 27 persen dari seluruh dunia, tahun ke-11 dari negara
nasionalis, GDP masih mencapai 12 persen, saat PKT mendirikan
kekuasaannya, GDP Tiongkok mencakup 5.7 persen dari seluruh dunia;
sedangkan sampai tahun 2003, GDP Tiongkok bahkan tidak mencapai
4 persen dari seluruh dunia. Berbeda dengan kemerosotan ekonomi
pada masa pemerintahan nasionalis yang dipicu oleh peperangan selama

251
beberapa puluh tahun, kemerosotan ekonomi PKT pada dasarnya
terjadi dalam masa yang damai.

Kini PKT demi legalitas kekuasaannya, telah mengadakan reformasi


ekonomi yang pincang sebelah, yang mengejar hasil dan keuntungan di
depan mata, demi membela kepentingan kelompok partainya di atas
segala-galanya, namun membuat negara harus membayar dengan harga
pengorbanan yang pahit. Pertumbuhan pesat ekonomi selama 20 tahun
lebih pada tingkat makro adalah dibangun atas dasar pengurasan sumber
materi yang berlebihan, bahkan pemborosan, lagipula acap kali dengan
mengorbankan lingkungan sebagai nilai bayarnya. Angka GDP
Tiongkok ada sebagian yang cukup besar diperoleh dengan
meng orbankan kesempatan generasi pener us. Pada 2003, total
kontribusi ekonomi Tiongkok kepada dunia tidak sampai 4 persen,
namun pemakaian material besi baja, semen dan lainnya malah
mencakup sepertiga dari kebutuhan seluruh dunia. (Laporan kantor
berita Xin Hua, 4 Maret 2004)

Dari 1980-an sampai akhir 1990, luas tanah yang berubah


menjadi pasir tandus di Tiongkok setiap tahun bertambah, dari 1.000
kilometer persegi lebih menjadi 2.460 kilometer persegi. Pada 1980,
areal cocok tanam orang-orang di Tiongkok rata-rata hampir 2 Mu (1
Mu = 1/15 hektar), tahun 2003 berkurang sampai 1.43 Mu, saat
kampanye “pembebasan tanah” yang menggebu-gebu dalam beberapa
tahun belakangan ini, areal cocok tanam di seluruh negeri telah
berkurang 100 juta Mu, sedangkan tanah yang dibebaskan hanya terpakai
sebanyak 43%. Dewasa ini total kwantitas pembuangan air limbah di
Tiongkok sebanyak 43.95 miliar ton, melebihi daya penampungan
lingkungan sebanyak 82%. Sistem pengairan dari tujuh sungai besar,
air yang tidak layak diminum bagi manusia dan ternak mencapai 40.9%,
sedangkan 75% danau muncul gejala nutrisasi dalam taraf yang berbeda.
Pengrusakan orang Tiongkok terhadap alam lingkungan sejak dulu tidak
pernah mencolok seperti sekarang. Dengan pertumbuhan semacam ini,
ne gara Tiongkok bahkan selur uh dunia juga tidak sang gup
menanggungnya (laporan kantor berita Xin Hua 29 Februari 2004).

252
Orang-orang yang terobsesi oleh gedung mewah bertingkat yang berada
di depan mata, mungkin sama sekali tidak tahu akan krisis ekosistim
yang semakin dekat menghampiri. Tetapi begitu tiba saatnya alam
semesta ingin mengganjar umat manusia, pukulannya terhadap bangsa
Tionghoa mungkin akan menjadi sebuah malapetaka.

Dibandingkan Rusia yang telah mencampakkan komunisme,


perubahan ekonomi dan perubahan politik bersamaan dilakukan, setelah
mengalami penderitaan dalam jangka pendek, sudah mulai menapakkan
kaki pada jalan perkembangan yang pesat. Dari 1999 hingga 2003,
akumulasi peningkatan GDP Rusia sebanyak 29.9%, taraf hidup
penduduk meningkat secara nyata. Kalangan bisnis barat tidak hanya
mulai memperbincangkan “fenomena ekonomi Rusia”, juga mulai
secara besar-besaran memasuki Rusia yang merupakan ladang baru
untuk investasi. Urutan Rusia sebagai negara yang paling berdaya tarik
untuk investasi beranjak dari No.17 pada 2002 menjadi No.8 pada
2003, pertama kali masuk dalam barisan sepuluh besar ladang investasi
yang paling diminati di dunia.

Bahkan negara India yang dalam kesan kebanyakan orang


Tiongkok merupakan negara miskin dan terbelakang, serta terus
menerus terjadi pertikaian suku, setelah menjalani perubahan ekonomi
sejak 1991, berkembang pesat secara nyata, pertumbuhan ekonomi
setiap tahun meningkat mencapai 7 hingga 8 persen. India memiliki
sistem hukum ekonomi pangsa pasar yang lebih sempurna, sistem
moneter yang sehat, sistem demokrasi yang lebih matang, mentalitas
bangsa yang mapan, masyarakat internasional secara umum menganggap
India adalah suatu negara yang memiliki potensi perkembangan yang
besar.

Sebaliknya, PKT hanya menjalani reformasi ekonomi, tidak


menjalani reformasi politik, di bawah wujud palsu kemakmuran
ekonomi jangka pendek, merintangi selektifitas alami dari
“perkembangan sistem”. Reformasi tidak tuntas yang setengah-setengah
ini, membuat masyarakat Tiongkok semakin berubah abnormal, konflik

253
sosial semakin meruncing, perkembangan yang diraih oleh rakyat
sekarang tidak ada jaminan apapun yang berlandaskan peraturan.
Golongan hak istimewa dalam PKT bahkan memanfaatkan kekuasaan
di tangannya untuk meraup keuntungan secara tidak wajar di dalam
proses swastanisasi aset milik negara.

Penipuan dan pemerasan PKT yang berkali-kali terhadap petani

Dunia PKT didirikan dengan mengandalkan petani. Rakyat, di daerah


basis awal yang dikuasai PKT, telah mempersembahkan segala-galanya demi
PKT. Akan tetapi, setelah PKT berhasil merebut kekuasaan, para petani malah
mendapat perlakuan diskriminasi yang serius.

Pasca mendirikan pemerintahan, PKT telah menetapkan peraturan yang


sangat tidak adil, yaitu sistem status warga. Secara paksa PKT memisahkan
“penduduk pertanian dan penduduk non pertanian”, negara tanpa alasan
menciptakan perpecahan dan pertentangan antara dua tingkat golongan. Petani
tidak memiliki asuransi medis, tidak ada santunan PHK, tidak ada pensiun,
tidak boleh meminjam kredit. Petani adalah kelas yang paling miskin di
Tiongkok, namun juga merupakan kelas yang paling berat dibebani pajak.
Petani harus membayar dana simpanan umum, dana kesejahteraan umum,
dana administrasi, biaya pendidikan tambahan, biaya perencanaan kelahiran,
biaya pembangunan dan pelatihan milisi rakyat, biaya pembangunan dan
perawatan jalan desa. Di samping itu masih harus menyerahkan setoran hasil
padi-padian, pajak pertanian, pajak tanah, pajak produk khusus, pajak
pemotongan ternak, dan lain-lain. Terdapat pula berbagai macam pembagian
kerja bakti yang beraneka ragam sebutannya. Sedangkan mereka yang
“penduduk non pertanian” tidak usah menanggung semua pajak dan biaya
seperti ini.

Pada awal 2004, Perdana Menteri Wen Jia Bao telah mempublikasikan
“Dokumen No. 1”, menyingkap masa yang paling kritis semenjak reformasi
dan keterbukaan tahun 1978, yang dihadapi petani Tiongkok. Di daerah
pedesaan Tiongkok, penghasilan mayoritas petani mengalami kembang kempis
bahkan pengurangan, sehingga makin lama semakin miskin, kesenjangan

254
penghasilan antara penduduk kota dan penduduk desa terus berlanjut kian
membesar.

Di sebuah perusahaan kehutanan di bagian Timur propinsi Sizhuan,


dari atasan dikucurkan dana 500 ribu yuan untuk reboisasi hutan. Pimpinan
perusahaan kehutanan pertama-tama menggerogoti 200 ribu yuan untuk diri
sendiri, sisanya 300 ribu yuan diborongkan kepada bawahan. Dana tersebut
digelapkan setingkat demi setingkat, uang yang tersisa tidak seberapa akhirnya
dibagikan kepada petani setempat yang benar-benar mengerjakan reboisasi
hutan. Pemerintah tidak perlu kuatir para petani akan mengeluh minimnya
upah untuk menanam pohon, karena mereka sudah terlampau miskin, sekalipun
dengan upah yang lebih rendah, para petani juga pasti akan melakukannya.
Oleh sebab itu, barang-barang yang “Made in China” bisa begitu murah, juga
adalah demikian alasannya.

Dengan kepentingan ekonomi mempermainkan dan merangkul


negara Barat

Banyak orang beranggapan hubungan perdagangan dapat meningkatkan


penghormatan terhadap HAM, kebebasan beropini dan perubahan demokrasi
di Tiongkok. Namun dengan berlalunya belasan tahun, terbukti semua itu
hanyalah harapan semu. Yang paling menonjol adalah prinsip berbisnis, adil
dan transparan dari pihak Barat telah berubah menjadi hubungan antar manusia,
sogok menyogok, korupsi dan kebobrokan di Tiongkok. Banyak perusahaan
besar dari Barat telah menjadi pelopor utama yang mendorong arus bagi
tumbuhnya kebobrokan di Tiongkok, bahkan ada yang menjadi tameng bagi
PKT untuk menginjak-injak HAM dan menindas rakyat.

Memainkan kartu truf ekonomi adalah perwujudan modus kejahatan


PKT di bidang diplomatik. Order pesanan pesawat terbang Tiongkok diberikan
kepada Perancis atau Amerika, semua ini harus ditinjau dari negara mana yang
tidak banyak mengomentari Tiongkok dalam aspek HAM. Keuntungan yang
dijanjikan ekonomi Tiongkok telah menggaet dengan erat para pedagang Barat
dan politisi dalam jumlah yang tidak sedikit. Sejumlah perusahaan jaringan
internet di Amerika Utara mensuplai produk khusus bagi PKT untuk

255
memblokade internet; ada sebagian situs keluarga untuk dapat memijakkan
kakinya di Tiongkok, secara otomatis ingin “mendisiplinkan diri”, menyaring
informasi yang tidak disukai oleh PKT.

Menurut statistik lembaga niaga Tiongkok, sampai batas akhir bulan


April 2004, di seluruh negeri jumlah modal asing yang dipergunakan dalam
total kontrak sebesar 990.13 miliar dollar Amerika. Modal asing telah berfungsi
sebagai transfusi darah secara makro bagi ekonomi PKT. Sedangkan dalam
proses transfusi darah tersebut, modal asing tidak mampu membawakan
pemahaman demokrasi, kebebasan dan HAM sebagai prinsip dasar bagi rakyat
Tiongkok. Kerjasama “tanpa syarat” dari pedagang asing dan pemerintah
asing, serta kata-kata manis dari sebagian negara yang ingin mencari muka,
malah dijadikan modal propaganda bagi kekuasaan PKT. Di bawah kedok
kemakmuran ekonomi di permukaan, pejabat dan pedagang bersekongkol,
membagi-bagi harta negara, merintangi reformasi politik mencapai taraf pada
puncaknya.

III. Teknik PKT Mencuci Otak dari “Terang-terangan”


Melangkah Menuju “Halus Mulus”

Sering terdengar orang-orang mengucapkan kata-kata yang demikian:


“Saya tahu PKT dahulu selalu berbohong, tetapi kali ini apa yang dia katakan
memang benar”. Jika waktu diputar balik, banyak sekali di dalam sejarah, di
saat PKT melakukan kesalahan besar, dengan nada sinis orang-orang juga
mengucapkan perkataan demikian. Ini merupakan kepandaian berbohong dari
PKT yang ditempakan selama beberapa puluh tahun untuk membohongi
rakyat.

Rakyat telah mempunyai sejumlah daya tangkal terhadap cara


pembohongan yang canggih, tinggi, seperti “meluncurkan satelit”. Maka pro-
paganda kebohongan PKT juga beralih ke jalur yang “halus mulus” dan
“profesional”. Propaganda kebohongan yang dulu bersifat slogan berubah
menjadi semakin “menyusup perlahan mengikuti aturan” dan “meresap secara
halus ketingkat mikro”. Terutama di bawah blokade informasi, dengan
kebohongan yang berlandaskan beberapa “fakta” sepihak, mengarahkan publik

256
pada suatu pengertian yang keliru. Bahaya yang ditimbulkan lebih menyesatkan
daripada cara “meluncurkan satelit”.

Majalah berbahasa Inggris “China Scope” pada bulan Oktober 2004


telah memuat sebuah analisis contoh kasus, yang membahas bagaimana sekarang
PKT menggunakan cara yang lebih “halus mulus” untuk mengarang
kebohongan dan menutupi fakta sebenarnya.

Pada tahun 2003 di saat penyakit SARS merebak di daratan Tiongkok,


pihak luar umumnya mencurigai PKT menyembunyikan keadaan wabah
penyakit, namun PKT berkali-kali membantahnya. Untuk memahami apakah
laporan PKT terhadap penyakit SARS objektif atau tidak, penulis artikel itu
telah membaca seluruh laporan dari Xinhua net semenjak awal tahun sampai
awal April 2003 sebanyak 400 lebih artikel. Dari laporan-laporan tersebut, dia
telah memahami bahwa begitu munculnya penyakit SARS, para ahli medis
dari tingkat pusat sampai daerah segera mendiagnosa, memberikan pengobatan.
Sementara itu sebagian orang bergegas memborong barang-barang untuk
persediaan sehari-hari karena takut adanya epidemi yang lebih besar. Pemerintah
segera menangkal isu, membantah desas-desus, dengan demikian telah menjamin
kestabilan hidup rakyat yang tertib. Sejumlah kecil kekuatan anti Tiongkok di
luar negeri dengan tanpa bukti mencurigai pemerintah Tiongkok
menyembunyikan keadaan, akan tetapi mayoritas negara dan rakyat dunia tidak
mempercayai mereka.

Begitu pun saat akan diadakannya pertemuan yang bersifat internasional,


Guangzhou Trade Fair, yang akan diikuti paling banyak peserta dalam sejarah.
Wisatawan asing memberikan kesaksian dengan mengatakan berwisata di
Tiongkok adalah aman, terutama para pakar dari WHO (yang dikelabui) juga
tampil mengatakan PKT berkoordinasi dengan baik, mengambil tindakan yang
tepat, tidak ada masalah. Para pakar (yang tertunda selama 20 hari lebih) masih
diizinkan pergi ke Guang Dong untuk mengadakan penyelidikan secara terbuka.

Setelah selesai membaca 400 lebih laporan tersebut, penulis artikel itu
merasa PKT dalam waktu empat bulan ini segalanya sangat transparan,
bertanggung jawab mutlak terhadap kesehatan rakyat, bagaimana mungkin

257
menyembunyikan suatu berita?

Menyusul kemudian, tanggal 20 April 2004, Kantor Penerangan Dewan


Negara mengadakan konferensi pers, mengumumkan bahwa penyakit SARS
meledak secara menyeluruh di Tiongkok. Akan tetapi sudah diatasi dengan
baik. Dengan begitu secara samar PKT mengakui selama ini menyembunyikan
keadaan wabah penyakit. Penulis itu barulah memahami fakta sebenarnya, betul-
betul telah menyaksikan sendiri cara penipuan gaya jahat PKT yang “berjalan
maju seiring waktu”.

Dalam hal pemilu di Taiwan, PKT juga menggunakan cara “menyusup


perlahan mengikuti aturan” dan “mengarahkan dengan sungguh-sungguh”
untuk memberi isyarat kepada rakyat. Bahwa pemilihan presiden itu akan
mengakibatkan: tingkat bunuh diri melambung, pasar saham hancur pailit,
“penyakit aneh” bertambah banyak, sakit mental, eksodus penduduk pulau,
anggota keluarga berseteru, hidup pesimis, pasar dagang sepi, kekacauan di
tengah jalan, pertikaian dan protes, pengepungan istana presiden, dunia kacau
balau, sandiwara politik, dan lain-lain. Hari demi hari berita bayangan kekacauan
ini diindoktrinasi kepada rakyat umum di daratan, agar rakyat berkesimpulan
dengan hasil pemikirannya sendiri bahwa “semua itu adalah malapetaka yang
dicetuskan oleh pemilu”, “kita jangan sekali-kali mengadakan pemilihan
demokrasi”.

Dalam masalah Falun Gong, cara PKT mencoreng Falun Gong lebih-
lebih telah memenuhi standar. Segalanya dilakukan begitu persis seperti
sesungguhnya, dipentaskan satu persatu, membuat banyak rakyat mau tidak
mau mempercayai, cara jahat PKT dalam mengelabui orang, telah berhasil
membuat orang yang dikelabui dengan sukarela dan inisiatif mempercayai
kebohongan PKT, orang yang dikelabui malah mengira kebenaran berada
dalam genggaman mereka.

Dalam beberapa puluh tahun ini, keterampilan PKT berbohong untuk


propaganda cuci otak telah berubah menjadi semakin “halus mulus” dan
“mikroskopik”. Ini adalah perpanjangan yang alami dari watak dasarnya yang
jahat dan berbohong.

258
IV. PKT Menerapkan HAM Munafik

Dimulai dari memperdebatkan demokrasi untuk merebut kekuasaan


hingga kekuasaan ditaktor dan HAM munafik

“Sebuah negara demokratis, kedaulatan seharusnya berada di tangan


rakyat. Ini adalah sebuah hal yang sudah sewajarnya. Bila dikatakan sebagai
negara demokratis, namun kedaulatan tidak berada ditangan rakyat, maka itu
merupakan sebuah penyimpangan, mutlak bukan negara demokratis. Tidak
mengakhiri kekuasaan partai, tidak melaksanakan pemilu rakyat, bagaimana
dapat mewujudkan demokrasi? Serahkan kekuasaan rakyat ke tangan rakyat!”

Anda mungkin mengira bahwa kutipan di atas adalah pernyataan


kekuatan musuh asing yang bertujuan untuk menghakimi PKT. Anda salah
--pernyataan di atas berasal dari lembaga media PKT “Harian Xinhua”
pada 27 September 1945.

PKT yang mengumandangkan “pemilihan umum”, menyerukan


“serahkan kekuasaan rakyat ke tangan rakyat”, namun setelah merampas
kekuasaan, bahkan telah menabukan kata “pemilu”. Rakyat yang dikatakan
sebagai “tuan di rumahnya sendiri” tetap saja tidak mempunyai hak sebagai
tuan rumah. Dengan tindakan yang demikian, sebutan “berandal” pun tidak
cukup untuk melukiskan tampang PKT.

Bila anda mengira bahwa bagaimanapun juga peristiwa sudah berlalu


dan keadaan sudah berubah; PKT sebagai “agama sesat” yang hidup dengan
mengandalkan pembunuhan dan pembohongan kini akan bisa berubah
menjadi baik, mereka akan “menyerahkan kekuasaan rakyat ke tangan
rakyat”, maka anda keliru lagi. Mari kita lihat apa yang dikatakan oleh lembaga
media yang menjadi corongnya PKT, “Harian Rakyat” sekarang, setelah 60
tahun berlalu: “Memegang teguh kuasa dominan ideologi, adalah keperluan
fundamental untuk memperkokoh basis ideologi dan basis politik dari
kekuasaan partai.” (23 Nopember 2004, halaman 9)

“Doktrin Tiga Tanpa” yang dilontarkan baru-baru ini oleh PKT,

259
urutan pertamanya adalah “berkembang tanpa perdebatan”. Yang disebut
“berkembang” adalah palsu, tujuan sebenarnya dari PKT adalah penekanan
pada “tanpa perdebatan” yang “bersuara tunggal”.

Jiang Zemin pernah menerima wawancara dari CBS. Terhadap


pertanyaan dari reporter CBS mengenai “mengapa Tiongkok belum juga
melaksanakan pemilu”, saat itu dia memberi penjelasan: “Kualitas orang
Tionghoa sangat rendah”.

Tetapi jauh pada 25 Februari 1939, di “Harian Xinhua” PKT


menyerukan: “Mereka (Partai Nasionalis) mengira pelaksanaan politik
demokrasi di Tiongkok bukanlah urusan hari ini, melainkan urusan kelak
beberapa tahun lagi. Mereka mengharapkan agar tingkat pendidikan dan
pengetahuan rakyat Tiongkok dapat meningkat mencapai seperti kaum
borjuis di negara-negara Eropa dan Amerika, barulah dilaksanakan politik
demokrasi… karena lebih mudah mendidik dan melatih rakyat di bawah
sistem demokrasi.”

Perbedaan yang bersifat hipokrit, munafik, antara apa yang dikatakan


oleh Xinhua pada tahun 1939 dan apa yang diucapkan oleh Jiang Zemin
tahun 2000 merupakan refleksi dari gambaran hidup dari tampang kejahatan
PKT.

PKT setelah peristiwa 4 Juni (pembantaian di Tiananmen), dengan


menanggung beban berat HAM tampil kembali di panggung dunia. Sejarah
telah memberi PKT kesempatan untuk memilih. Pilihan pertama adalah
belajar menghormati rakyat, bersungguh-sungguh memulihkan hak asasi
manusia. Pilihan kedua adalah meneruskan pelanggaran HAM di dalam
negeri, sedang di luar negeri menerapkan HAM, demi menghindari
kecaman.

Sangat disayangkan bahwa watak dasar kejahatan telah mentakdirkan


PKT tanpa ragu-ragu mengambil pilihan kedua. Dengan mengumpulkan dan
memelihara sejumlah besar ahli propaganda kebohongan yang melibatkan
kalangan ilmu pengetahuan dan kalangan agama, menggembar-gemborkan

260
kemajuan palsu HAM PKT; menambal sulam serangkaian argumen yang tak
masuk akal tentang pepesan kosong “hak untuk sandang pangan”. Apakah
perut lapar menjadikan orang tidak mempunyai hak untuk berbicara? Kalau
memang melarang orang yang kelaparan berbicara, apakah orang yang perutnya
kenyang juga tidak boleh mewakili orang yang kelaparan berbicara? Serta tiada
habisnya mempermainkan tipu muslihat masalah HAM, mengelabui rakyat
Tiongkok dan negara demokrasi Barat, bertindak begitu jauh sampai-sampai
berteriak , “Saat ini adalah masa-masa terbaik HAM di Tiongkok”.

Pasal 35 Undang-Undang Dasar PKT menetapkan: Warga negara


Republik Rakyat Tiongkok mempunyai kebebasan dalam menyatakan
pendapat, menerbitkan, berkumpul, berserikat, berpawai dan berunjuk
rasa. Semua ini nyata-nyata adalah basa-basi dari PKT. Di bawah
kekuasaan PKT, berapa banyak orang yang telah dirampas haknya untuk
menganut kepercayaan, menyatakan pendapat, menerbitkan, berserikat
dan membela diri. PKT bahkan menetapkan tindakan kelompok
tertentu yang mengajukan pendapat sebagai perbuatan ilegal. Sejak tahun
2004, sejumlah perkumpulan telah beberapa kali mengajukan ijin untuk
mengadakan kegiatan pawai di Beijing, pemerintah bukan saja tidak
memberikan ijin, malah menangkap orang yang mengajukan ijin. Bahkan
Hongkong yang oleh Undang-Undang Dasar PKT ditetapkan sebagai
“Satu negara dengan dua sistem” juga merupakan tipu daya. Omong
kosong tentang 50 tahun tidak berubah, baru 5 tahun berlalu dua sistem
sudah dicoba untuk dirubah menjadi satu sistem melalui artikel 23 yang
bersifat tirani.

Menggunakan wujud palsu “kelonggaran menyatakan pendapat”


untuk menutup-nutupi hakikat pengendalian dan pengawasan adalah
suatu taktik berandal yang baru dari PKT. Kelihatannya orang-orang
di daratan Tiongkok saat ini mempunyai kelonggaran lebih besar dalam
berbicara, munculnya jaringan internet membuat berita-berita beredar
lebih cepat. Maka, PKT kemudian mempropagandakan tentang
kebebasan mengemukakan pendapat, lagi pula banyak rakyat juga
mengira demikian. Ini adalah suatu wujud yang semu. Bukannya PKT
yang berubah menjadi murah hati, melainkan adalah perkembangan

261
masyarakat dan kemajuan tehnologi yang membuat PKT tidak mampu
mengekang. Dilihat dari peran yang dimainkan PKT dalam jaringan
internet, tindakan memblokade, menyaring, mengawasi, mengendalikan
dan menghukum adalah mutlak tindakan melawan arus. Sampai hari
ini, dengan bantuan sejumlah kapitalis yang melanggar ketulusan HAM,
komponen pemantau operasional internet pun terpasang pada mobil
patroli polisi PKT. Di tengah ar us besar globalisasi kebebasan
demokrasi, PKT secara terbuka melakukan kejahatan di hadapan umum.
Bagaimana mungkin dia mempunyai kemajuan dibidang HAM, bahkan
dia sendiri pun mengatakan “longgar di luar ketat di dalam”, watak
hakiki berandal dari PKT mutlak tidak ada perubahan apa pun.

Untuk mencari muka pada konferensi HAM PBB pada 2004,


PKT telah menjatuhkan hukuman berat pada serangkaian pelanggar
HAM. Tetapi, semua itu dilakukan untuk diperlihatkan kepada dunia
luar, sama sekali tidak membawa konsekuensi secara hakiki. Karena
pelanggaran HAM terberat di Tiongkok justru dilakukan oleh PKT
sendiri beserta para dedengkotnya, yaitu Jiang Zemin, mantan Komisaris
Politik dan Hukum Luo Gan, Menteri Keamanan Umum Zhou
Yongkang dan Wakil Menteri Liu Qing. Mengandalkan orang-orang
seperti ini menumpas pelanggaran HAM, tak lain adalah perbuatan
“maling teriak maling”.

Ini bisa dianalogikan dengan seorang residivis pemerkosa. Dulu


secara sembunyi-sembunyi dalam satu hari melecehkan 10 gadis, tetapi
kemudian karena orang yang lalu lalang semakin banyak, maka dia hanya
dapat melecehkan seorang gadis sehari. Dapatkah dikatakan bahwa
dia berubah menjadi baik? Dulu pemerkosaan dilakukan secara
sembunyi-sembunyi, sekarang dilakukan di hadapan orang lalu lalang,
ini justru menunjukkan perilaku yang lebih bejat lagi. Sedangkan sifat
dasar si pemerkosa sama sekali tidak berubah, hanya saja kondisi
sekeliling tidak memungkinkan dia leluasa melakukan perbuatannya.

PKT sama dengan residivis pemerkosa itu. Watak hakiki


kediktatoran PKT, naluri ketakutan akan kehilangan kekuasaan, telah

262
mentakdirkannya untuk tidak menghormati hak rakyat. Upayanya dalam
memalsukan HAM membutuhkan harga yang mahal, jauh melampaui
biaya yang dikeluarkan untuk benar-benar memperbaiki HAM. Sifat
berandal komunis sewenang-wenang mencelakakan negara Tiongkok,
ini merupakan kemalangan besar bagi rakyat Tiongkok.

Berkedok “hukum”, berkostum “setelan Jas” berbuat kejahatan

Guna melindungi kepentingan pribadi dari kelompok eksklusif, di


satu pihak PKT melucuti jubah palsunya, secara tuntas mencampakkan
massa petani dan buruh. Dilain pihak seiring skandal HAM PKT semakin
banyak terekspos ke masyarakat dunia, PKT berkedok pada kosa kata
“menerapkan hukum”, “pangsa pasar”, “demi rakyat”, “reformasi” dan
berbagai sebutan populer yang menyesatkan orang. Kebohongan dan cara-
cara berandalnya semakin “canggih seiring kemajuan jaman”. Sifat dasar
berandal PKT yang memakai setelan jas gaya Barat tidak berubah, lebih
berdaya tipu dan menyesatkan dibandingkan dulu ketika masih memakai
setelan jas gaya Tiongkok. Bisa diumpamakan sebagai “babi” yang
digambarkan di buku George Orwell, Animal Farm (dipublikasikan tahun
1945), yang telah diajar berjalan menggunakan dua kaki, meski berjalan
dengan dua kaki telah memberikan citra baru bagi hewan babi, namun
sifat “ke-babi-an”nya tetap tidak berubah.

Menetapkan Berbagai Peraturan dan Ketentuan yang Melanggar Undang-undang.


Hukum dan peraturan dalam pelanggaran konstitusi diberlakukan
sebagai “dasar hukum” yang disampaikan kepada para perangkat hukum
untuk dilaksanakan secara keras. Hal ini dimaksudkan untuk menghabisi
massa rakyat atau kelompok orang yang anti penindasan, memperjuangkan
kebebasan dan membela HAM.

Masalah yang “Non-politis” Diselesaikan dengan Cara-cara “Politis”


Masalah sosial umum yang terjadi, ditingkatkan menjadi kategori
“menyaingi partai memperebutkan massa”, “membinasakan partai dan
membinasakan negara”, “kekacauan” dan “kekuatan oposisi”. Masalah-
masalah sosial yang “non-politis” ditangani menjadi masalah “politis”,

263
kemudian dengan cara propaganda kampanye politik menghasut sentimen
massa agar membenci dan dendam.

Masalah “Politis” Diselesaikan dengan Cara-cara “Non-politis”


Menghadapi sejumlah tokoh gerakan demokrasi dan intelektual
liberal, taktik serangan PKT yang terbaru adalah merancang perangkap,
menciptakan berbagai “tindak pidana pelanggaran hukum perdata”.
Misalnya dengan menuduh mereka sebagai “melacurkan diri”,
“menggelapkan pajak” dan lain-lain, untuk menjebloskan mereka
kedalam penjara. Dengan demikian bukan saja mengelabui orang, tapi
juga untuk menghindari kecaman internasional, bahkan lebih-lebih dapat
memanfaatkan tuduhan tersebut untuk mendiskreditkan “terdakwa”
dengan mempermalukan mereka di muka umum.

Bila ingin mengatakan bahwa watak dasar kejahatan PKT


mengalami perubahan, tentulah berubah menjadi lebih keji, menjadi
lebih tidak berperikemanusiaan.

Budaya sandera gaya berandal dengan menculik ratusan juta rakyat

Jika seorang perampok yang melakukan pemerkosaan diajukan


ke pengadilan, dia membela diri dengan mengatakan “hanya melakukan
pemerkosaan” dan tidak sampai melakukan pembunuhan.
“Pemerkosaan” tidak sejahat “pembunuhan”. Maka dosanya lebih
ringan, mungkin saja si pemerkosa malahan bisa diberi predikat
melakukan “pemerkosaan rasional”.

Terdengar sangat tidak senonoh, tetapi pada peristiwa 4 Juni di


Lapangan Tiananmen, logika PKT sama dengan logika di atas.
Dikatakan bahwa “menindas mahasiswa” adalah untuk menghindari
kemungkinan terjadinya “kekacauan dalam negeri”. Maka itu, daripada
terjadi “kekacauan dalam negeri”, lebih baik menerapkan “penindasan
rasional”.

Si pemerkosa malah berbalik tanya pada hakim, “Mana yang

264
lebih baik, perkosaan atau pembunuhan?” Fenomena ini menandakan
apa? Hanya bisa dikatakan bahwa pemerkosa tersebut betul-betul jahat
dan tidak tahu malu. Begitu juga sama dengan peristiwa 4 Juni, PKT
dan antek-anteknya bukannya menimbang apakah perlu mengaku dosa
atas pembunuhan tersebut, malah melemparkan pertanyaan pada
masyarakat, “Mana yang lebih baik, penindasan atau kekacauan dalam
negeri?”.

PKT telah menguasai seluruh mekanisme negara dan alat pro-


paganda negara. Boleh dikatakan bahwa 1,3 milyar rakyat telah menjadi
sandera PKT. Dengan adanya 1,3 milyar sandera di tangan, maka PKT
akan selalu menggunakan “teori sandera”-nya. Menjabarkan, bila tidak
melakukan penindasan terhadap sejumlah orang, ada kemungkinan
terjadi kekacauan dalam negeri, akibatnya negara akan terjerumus ke
dalam bencana. Dengan dalih semacam ini, maka PKT dapat dengan
leluasa melakukan penindasan terhadap siapa pun. Lagipula penindasan
yang dilakukan selalu “penindasan rasional”. Adakah tindakan lain yang
lebih jahat daripada pemerkosaan terhadap opini rakyat semacam ini?

Madu ditambah racun; dari menganugerahi “kebebasan” sampai


penindasan yang makin menjadi-jadi

Dibandingkan dulu, sekarang orang-orang umumnya merasakan


lebih bebas, dan menaruh harapan besar bahwa PKT akan berubah
menjadi baik. Sebetulnya, “anugerah” kebebasan yang diberikan kepada
rakyat mempunyai kaitan erat dengan kondisi krisis PKT. Asalkan
bermanfaat bagi kepentingan kelompok partai, hal apa pun dapat
dilakukan oleh PKT, termasuk juga menganugerahi sedikit apa yang
disebut sebagai demokrasi, kebebasan dan HAM.

Tetapi di bawah kekuasaan PKT, anugerah “kebebasan” yang


diberikan tidak ada jaminan legalitas. “Kebebasan” ini adalah obat bius
yang digunakan untuk mengontrol rakyat di era globalisasi ini. Dilihat
secara dasar, hal ini sangat bertentangan dengan kepentingan otokrasi
PKT. Begitu mencapai taraf berlebihan yang tidak bisa ditolerir oleh

265
PKT, maka dengan segera PKT akan menarik balik segala “kebebasan”.
Dalam sejarah PKT, pernah muncul beberapa kali masa-masa dimana
secara relatif bebas mengemukakan pendapat, namun kemudian masuk
dalam kontrol ketat, begitu berulang-ulang, demikianlah wujud watak
dasar kejahatan PKT.

Pada era internet saat ini, bila anda membuka situs Xinhua atau
Renming, anda bisa melihat memang terdapat porsi yang seimbang untuk
berita-berita negatif. Hal ini disebabkan, pertama, begitu banyak berita buruk
saat ini, sedangkan dengan cepatnya penyebaran informasi dan persaingan
yang ketat, adalah tidak menguntungkan bila tidak diberitakan. Kedua,
pemuatan berita ini cocok dengan kepentingan PKT - “kerugian sedikit
membawa keuntungan yang lebih besar.” Penyebab terjadinya hal buruk
tersebut ditimpakan pada orang-orang tertentu, sama sekali tidak ada
hubungan dengan partai, sedangkan jalan penyelesaiannya harus diarahkan
pada “mutlak berdasarkan arahan pimpinan partai”. PKT menentukan
semua berita yang akan disiarkan, seberapa jauh boleh disiarkan, apakah
melalui media massa dalam negeri ataukah melalui media massa luar negeri
yang condong kepada PKT. Dengan kemahiran tingkat tinggi “mengubah”
berita buruk agar bisa menarik hati rakyat. Banyak pemuda di daratan
Tiongkok merasa bahwa PKT memberi kebebasan dan keleluasaan dalam
menyatakan pendapat, sehingga mereka lebih mencintai dan menaruh
harapan besar pada PKT. Ini adalah korban dari taktik media jahat PKT
yang “halus mulus”. Lebih jauh lagi PKT mengacaukan kondisi masyarakat
dengan menyebarkan secukupnya berita buruk, yang mana dapat digunakan
untuk mengintimidasi rakyat bahwa hanya dengan mengandalkan kekuatan
kekuasaan PKT barulah situasi bisa dikendalikan, maka rakyat pun wajib
melindungi kepentingan PKT.

Maka, bila melihat PKT mengeluarkan berbagai jurus untuk


memperbaiki HAM, jangan mengira bahwa PKT telah melepaskan watak
lama dan membuka lembaran baru. Ketika merebut kekuasaan dari tangan
Partai Nasionalis, PKT pun tampil dengan wajah sebagai pejuang demokrasi.
Watak dasar berandal PKT telah menentukan bahwa segala janji yang
diucapkannya tidak dapat dipegang.

266
V. Beragam Tampang Berandal PKT

Menjual tanah negara demi kebanggaan dan mengkhianati negara


dengan dalih persatuan bangsa

“Harus membebaskan Taiwan” dan “Persatukan Taiwan dengan


Tiongkok Daratan” merupakan slogan propaganda PKT selama beberapa
puluh tahun. Dengan propaganda seperti ini, PKT telah memperlihatkan
diri seakan nasionalis dan patriotis. Apakah PKT sungguh-sungguh peduli
dengan kesatuan territorial bangsa? Sama sekali tidak. Kasus Taiwan tak
lain hanyalah permasalahan yang ditinggalkan sejarah akibat perseteruan
antara PKT dengan Kuomintang (Partai Nasionalis), dan ini merupakan
isu yang digunakan PKT untuk menyerang lawan dan menarik simpati
rakyat.

Pada masa awal ketika PKT membentuk “Soviet Tiongkok” di


bawah pemerintahan Nasionalis, Pasal 14 dari UUD menyatakan “Setiap
kelompok etnis minoritas bahkan propinsi dalam wilayah Tiongkok dapat
mengklaim kemerdekaan”. Demi menunjukkan solidaritas kepada Uni
Soviet, selanjutnya PKT juga mencetuskan slogan “Lindungi Soviet”. Dalam
masa perang anti invasi Jepang, tujuan utama PKT adalah memanfaatkan
peluang untuk mengembangkan kekuatannya dari pada memerangi penjajah
Jepang. Pada 1945, Tentara Merah Soviet memasuki wilayah Timur Laut
Tiongkok, dan melakukan perampokan dan pemerkosaan, juga ketika Uni
Soviet mendukung pemberontakan kemerdekaan yang dilakukan bangsa
di pinggiran Mongolia, PKT bungkam tidak mengutuknya sepatah kata
pun.

Pada akhir 1999, PKT dan Rusia menandatangani Kesepakatan


Pemetaan Perbatasan Tiongkok – Rusia, di mana PKT menyetujui seluruh
isi perjanjian yang tidak adil yang pernah dibuat antara Dinasti Qing dengan
Rusia lebih dari seratus tahun yang lalu, dan telah menjual lebih dari sejuta
kilometer persegi wilayah negara, atau setara dengan belasan kali luas daratan
Taiwan kepada Rusia. Pada 2004, PKT dan Rusia telah menandatangani
Kesepakatan Tambahan mengenai Perbatasan Timur Tiongkok – Rusia,

267
yang mana diberitakan, PKT kembali telah menyerahkan kedaulatan atas
setengah dari Pulau Hexiazi di Propinsi Heilongjiang kepada Rusia.

Mengenai isu-isu perbatasan lainnya, seperti Kepulauan Nansha dan


Pulau Diaoyu, PKT tidak menghiraukan sama sekali, karena tidak
mempengaruhi kekuasaannya. PKT menggembar-gemborkan “Penyatuan
Taiwan” sesungguhnya hanyalah untuk dijadikan kabut asap guna
mengalihkan konflik intern dan membangkitkan patriotisme bangsa di dalam
permainan berandalnya.

Berandal politik tanpa kendali moral

Suatu pemerintahan harus selalu diawasi. Pada negara-negara


demokratis, ada pemisahan kekuasaan dalam sistem politiknya, ditambah
dengan kebebasan mengutarakan pendapat dan kebebasan pers merupakan
mekanisme pengawasan yang baik. Kepercayaan agama lebih-lebih telah
memberikan pengendalian moral.

PKT mengembangkan atheisme, oleh karena itu tidak ada sifat-sifat


KeTuhanan, yang dapat dijadikan pengendalian moral baginya. PKT
menjalankan pemerintahan diktator, tidak ada hukum yang secara politik
mengendalikan kekuasaannya. Akibatnya PKT tidak dapat dibendung dari
kejahatan politiknya dan praktek tiraninya. Lalu bagaimana PKT menjelaskan
kepada rakyat siapa yang berfungsi sebagai pengawas baginya? Menurut
PKT, partai sendirilah sebagai pengawas bagi dirinya. Slogan seperti inilah
yang selalu dihembuskan oleh PKT selama beberapa dekade untuk
mengelabui rakyat. Pada awalnya dikenal sebagai “Otokritik” kemudian
sebagai “Oto pengawasan”, lalu sebagai “Swa penyempurnaan pimpinan
partai”, terakhir dikenal sebagai “Swa peningkatan kemampuan partai untuk
memerintah”. PKT selalu menekankan bahwa partainya memiliki apa yang
disebut kemampuan besar untuk “memperbaiki diri”. PKT tidak hanya
mengucapkan di mulut tapi telah melakukan tindakan nyata seperti
mendirikan “Komisi Pusat Pengawasan Disiplin” dan “Kantor Pengaduan”
dan lainnya yang serupa. Lembaga-lembaga ini sungguh memikat orang
namun tidak bermanfaat, bagaikan vas-vas bunga yang hanya menarik

268
sebagai hiasan dan mengelabui rakyat.

Tanpa kendali moral dan hukum, “perbaikan diri” PKT hanya dapat
seperti pepatah kuno Tiongkok yang mengatakan bagaikan “Iblis yang
muncul dari hati seseorang”. Sesungguhnya ini hanyalah dijadikan alasan
bagi PKT untuk menolak pengawasan dari luar dan mencabut larangan
kebebasan pers dan kebebasan mendirikan partai-partai politik. Adalah
kedok dari berandal politik untuk mengelabui rakyat guna melindungi
legalitas kekuasaannya dan kepentingan kelompoknya.

PKT ahli dalam memainkan tipu daya berandal politik. “Diktator


Demokrasi Rakyat”, “Demokrasi Terpimpin”, “Musyawarah Politik”, dan
sebagainya semua adalah tipu muslihat, yang benar satu-satunya adalah
kediktatoran.

Praktek konspirasi dan tipu daya – dari pura-pura melawan invasi


Jepang sampai pura-pura melawan terorisme

PKT senantiasa mengklaim bahwa dialah yang memimpin seluruh


rakyat mengalahkan invasi Jepang. Namun banyak sekali arsip sejarah
yang mengungkapkan bahwa PKT secara sengaja telah menghindari
pertempuran melawan Jepang. Sebaliknya PKT hanya sebagai
pengganggu dalam perang melawan Jepang dengan mencuri peluang
pada saat pertempuran Kuomintang dengan Jepang untuk
memperkokoh kekuatan partai.

Satu-satunya pertempuran besar di mana PKT terlibat adalah


“Peperangan Terusan Pingxing” dan “Peperangan Ratusan Resimen”.
Dalam Peperangan Terusan Pingxing, PKT bukan merupakan pimpinan
atau kekuatan inti yang mengendalikan peperangan. Tentara PKT sekedar
menyergap satuan pasukan Jepang. Sedangkan dalam Pertempuran
Ratusan Resimen, anggota PKT yang turut dalam peperangan dianggap
telah melanggar strategi politik dari Pusat Partai. Setelah kedua
pertempuran itu, Mao Zedong dan tentara PKT tidak pernah lagi
terlibat dalam pertempuran serius, juga tidak lagi mencetak pahlawan

269
perang melawan Jepang seperti Dong Cunrui (tahun 1948 dalam perang
dengan Kuomintang), dan Huang Jiguang (semasa pertempuran
melawan Korea). Hanya segelintir perwira tinggi PKT yang tewas di
medan pertempuran melawan Jepang. Bahkan sampai hari ini PKT
tidak dapat mengumumkan jumlah angka tokoh pahlawan dalam
pertempuran melawan Jepang, juga sulit ditemui di daratan Tiongkok
yang begitu luas, monumen penghargaan bagi pahlawan perang PKT
yang melawan Jepang.

Pada saat itu, PKT telah membentuk Pemerintahan Wilayah


Perbatasan di propinsi-propinsi Shaanxi, Gansu, dan Ningxia, yang
jauh dari medan pertempuran. Dengan istilah sekarang disebut “satu
negara dengan dua sistem”, atau “dua Tiongkok dalam satu negara
Tiongkok”. Sekalipun ada perwira perang PKT yang tidak kurang
semangatnya dalam melawan Jepang, namun para perwira tinggi PKT
tidak sepenuh hati melawan Jepang. Sebaliknya mereka senantiasa
mempunyai tujuan untuk melindungi kekuatan pokok mereka dan
memanfaatkan peperangan sebagai kesempatan untuk memperkuat diri
sendiri. Ketika Tiongkok dan Jepang menjalin kembali hubungan
diplomatik ditahun 1972, Mao Zedong secara tidak sengaja mengatakan
pada Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka bahwa sepantasnyalah
PKT menyampaikan terima kasih kepada Jepang, karena tanpa adanya
peperangan melawan Jepang, PKT mustahil memperoleh kekuasaan
di Tiongkok. Ucapan itu adalah bukti kebohongan PKT yang
mengklaim bahwa dialah yang telah memimpin seluruh rakyat Tiongkok
untuk bertahan melawan Jepang selama delapan tahun, hingga pada
akhirnya merebut kemenangan.

Setelah lebih dari setengah abad, dengan terjadinya serangan teroris


terhadap AS, yang dikenal peristiwa 911, usaha gerakan anti terorisme telah
menjadi perhatian seluruh dunia. PKT kembali menjalankan strategi
penipuan berandal yang pernah dilakukan selama perang melawan Jepang,
Dengan menggunakan dalih anti terorisme, PKT telah mencap banyak
pengikut agama, para pembangkang, dan kelompok yang berkaitan dengan
konflik suku maupun teritorial, sebagai teroris. Dengan kedok gerakan anti

270
terorisme dunia, PKT melancarkan penindasan yang kejam secara besar-
besaran.

Pada 27 September 2004, Kantor Berita Xinhua mengutip surat


kabar Xinjing yang memberitakan bahwa Beijing mungkin akan mendirikan
kantor anti-terorisme yang pertama mendahului propinsi dan kota-kota
lain di Tiongkok. Beberapa media di luar negeri yang pro PKT bahkan
telah memberitakan sebagai berita utama bahwa Kantor 610 telah
bergabung dengan gerakan anti terorisme (Kantor 610 adalah salah satu
lembaga pemerintah yang didirikan khusus untuk menganiaya pengikut Falun
Gong), yang mengklaim bahwa kantor anti-terorisme seharusnya
memusatkan perhatian pada penumpasan organisasi teroris, termasuk Falun
Gong.

PKT membubuhkan label “teroris” pada mereka yang tidak


bersenjata di tangan, yang tidak melawan walau dipukul dan difitnah, yang
dengan damai memohon hak mereka untuk berkeyakinan. Dengan
memanfaatkan fasilitas iklim anti terorisme, PKT telah memobilisasi
“kesatuan khusus anti teroris”, yang dipersenjatai secara khusus, agar dapat
melancarkan penindasan gerak cepat atas kelompok massa yang damai
dan tanpa perlawanan. Lebih dari itu, PKT juga telah memanfaatkan dalih
anti terorisme untuk mengalihkan perhatian internasional terhadap
penyiksaan yang dilakukan atas para pengikut Falun Gong. Cara-cara busuk
yang dipraktekkan PKT saat ini tidak berbeda dengan yang pernah dijalankan
pada masa perang melawan Jepang, sungguh memalukan, cara seperti itu
digunakan untuk mengatasi persoalan serius yang dihadapi dunia
internasional yaitu perang anti-terorisme.

Ketulusan palsu secara terbuka menyatakan setuju padahal dalam


hati menentang

PKT sendiri tidak yakin pada doktrin mereka tapi memaksakan pihak
lain untuk mempercayainya. Hal seperti ini adalah salah satu metode paling
busuk yang dipraktekkan PKT. PKT tahu benar bahwa doktrin partainya
adalah palsu, paham sosialisme adalah tidak benar, semua itu sudah dalam

271
kehancuran, mereka sendiri juga sudah tidak percaya, tapi tetap memaksakan
rakyat untuk mempercayainya. Mereka bahkan menghukum orang-orang
yang tidak mempercayainya. PKT tanpa rasa malu telah mencantumkan
doktrin penipuan mereka sebagai garis besar dari perundang-undangan
negara Tiongkok.

Dalam kehidupan sehari-hari, ditemukan fenomena yang menarik.


Banyak pejabat tinggi yang kehilangan kedudukannya karena terlibat kasus
korupsi. Mereka itu umumnya terlihat sebagai orang-orang yang menjunjung
tinggi nilai kejujuran yang tidak mementingkan pribadi dalam rapat-rapat,
tetapi di balik semua itu mereka biasa menerima suap, korupsi dan
mempraktekkan berbagai tindakan tak bermoral. Banyak sekali dari mereka
yang sebelumnya mendapat julukan “Abdi masyarakat” jatuh karena ternyata
terlibat berbagai kasus, di antaranya Li Jiating mantan gubernur propinsi
Yunnan; Liu Fangren, sekretaris partai untuk propinsi Guizhou; Cheng
Weigao, sekretaris partai untuk propinsi Hebei; Tian Fengshan, menteri
pertanahan dan sumber daya; dan Wang Huaizhong, wakil gubernur
propinsi Anhui. Bila anda mempelajari pidato-pidato mereka, anda akan
mendapatkan kesan, tanpa diragukan lagi, mereka adalah pendukung-
pendukung kampanye anti-korupsi dan senantiasa menekankan bawahan
mereka untuk berlaku jujur, padahal di balik itu mereka asyik mengumpulkan
kekayaan dan menerima suap.

Walaupun PKT sering mempromosikan kader-kader teladan dan


menarik orang-orang yang idealistik serta berprestasi untuk masuk menjadi
anggota partai guna menaikkan pamor partai, namun jelas bagi kita semua
betapa menyedihkan kondisi Tiongkok saat ini dengan kemerosotan tingkat
moral yang begitu mengerikan. Mengapa propaganda PKT mengenai
“peradaban spiritual” tidak dapat memperbaiki kondisi seperti ini?

Pada kenyataannya, para pimpinan PKT sesumbar dengan ucapan


“kualitas moral komunis” atau slogan “melayani masyarakat”. Tidak
konsistennya antara kata-kata dan tindakan para pemimpin komunis dapat
ditemui dengan kilas balik hingga tokoh pencetusnya yaitu Karl Marx. Marx
mempunyai seorang anak haram. Lenin menderita sipilis akibat berhubungan

272
dengan pelacur-pelacur. Stalin dituntut hukuman karena merebut paksa
seorang penyanyi. Mao Zedong adalah orang yang mengumbar nafsu
birahinya. Jiang Zemin biasa melacur dengan siapa saja. Pemimpin komunis
Romania Ceausescu telah membuat keluarganya luar biasa kaya. Pemimpin
komunis Kuba Castro menimbun ratusan juta dollar di bank-bank di luar
negeri. Pembunuh keji dari Korea Utara, Kim il Sung dan anak-anaknya
menjalani hidup befoya-foya.

Dalam kehidupan sehari-hari, rakyat Tiongkok pada umumnya tidak


menyukai diskusi-diskusi membahas masalah politik karena dianggap sesuatu
yang munafik. Semakin lama mereka semakin menjauhi permasalahan politik,
karena setiap orang tahu bahwa itu hanyalah permainan tipuan belaka. Mereka
yang hadir dalam rapat terbiasa berbohong dalam hal-hal yang berhubungan
dengan politik. Namun tidak seorang pun, baik si pembicara maupun si
pendengar yang berani menyingkap tentang kebohongan itu. Semua ini
adalah rahasia umum. Orang-orang menjulukinya “penipuan tulus”.
Pemikiran dari PKT yang didengungkan, baik itu “Tiga Wakil” beberapa
tahun yang lalu, atau yang belakangan dikenal sebagai “meningkatkan
kemampuan memerintah” atau yang kini dikenal sebagai “Tiga Hati” -
menghangatkan, menentramkan dan mendapatkan hati rakyat - semua itu
adalah omong kosong. Partai berkuasa mana yang tidak mewakili
kepentingan rakyat? Partai berkuasa mana yang tidak memperhatikan
kemampuan memerintah? Partai berkuasa mana yang tidak berusaha
merebut simpati rakyat? Partai apapun yang tidak memperhatikan hal-hal
ini akan segera tergusur dari panggung politik. Tetapi PKT memperlakukan
slogan-slogan itu secara berlebihan sebagai teori yang jelimet dan mendalam,
yang menurutnya perlu dipelajari oleh setiap warga negara.

Bila watak “pura-pura berbuat” secara halus tak terasa telah terbentuk
dalam benak dan menjadi kebiasaan dari satu milyar lebih rakyat, juga telah
menjadi fenomena “budaya partai”, maka seluruh masyarakat menjadi
penuh kebohongan, hilang kejujuran dan kepercayaan. Masyarakat seperti
ini dalam kondisi berbahaya. Untuk apa PKT menciptakan kondisi seperti
ini? Di masa lalu, adalah demi ideologi, saat ini demi kepentingan partai.
Meskipun sadar bahwa mereka sedang pura-pura berbuat, tapi tetap saja

273
mereka lakukan. Seandainya PKT tidak berbuat demikian, maka ia tidak
dapat menampakkan keberandalannya untuk menakut-nakuti rakyat. Ia tidak
dapat mengancam rakyat untuk menurutinya.

Menyangkal suara hati dan mengorbankan keadilan demi


kepentingan partai

Dalam buku “Pengembangan Mental Anggota Partai Komunis”, yang


ditulis oleh Liu Shaoqi, diuraikan secara rinci, terutama dalam hal perlunya
para anggota partai untuk menyatukan kepentingan pribadinya tanpa syarat
kedalam kepentingan partai. Di antara anggota PKT dalam sejarah, tidak
sedikit orang-orang yang memikirkan kepentingan negara dan rakyatnya,
cukup banyak pejabat yang secara jujur dan tulus melayani masyarakat.
Namun dalam mesin politik PKT yang diwarnai dengan kepentingan
pribadi, para pejabat seperti itu tidak mempunyai prospek. Di bawah tekanan
terus menerus untuk “menuruti sifat kemanusiaan sesuai sifat partai” sering
kali mereka tidak dapat terus bertahan, mereka terpaksa memilih apakah
menerima risiko dipindah tugaskan atau yang lebih buruk, turut berkorupsi.

Rakyat Tiongkok secara mendalam telah mengalami dan merasakan


kekejaman rejim PKT dan dibuat takut mendalam terhadap kekuasaan
kejahatan PKT. Oleh karena itu rakyat tidak berani menjunjung keadilan
dan tidak lagi percaya akan hukum kebenaran. Pada awalnya mereka takluk
kepada kekuasaan paksaan PKT. Bertahap mereka mulai mati rasa dan
tidak mempedulikan hal-hal yang tidak berkaitan dengan mereka. Bahkan
penalaran mereka secara sadar telah terpola untuk tunduk pada PKT. Semua
ini adalah hasil dari watak kejahatan PKT yang menyerupai mafia.

PKT memanipulasi sentimen patriotik untuk menghasut massa

PKT menggunakan slogan “patriotisme”dan “nasionalisme” sebagai


gula-gula untuk memikat massa. Slogan-slogan itu tidak saja diteriakkan
oleh pusat perhimpunan PKT, tetapi juga merupakan pesan-pesan yang
biasa diterbitkan dan merupakan strategi yang telah teruji oleh waktu. Dengan
membaca propaganda nasionalis pada harian People’s Daily edisi luar negeri,

274
sebagian perantau Tionghoa, yang berpuluh-puluh tahun tidak berani
kembali untuk tinggal di Tiongkok, akan menjadi lebih nasionalis
dibandingkan mereka yang tinggal di daratan Tiongkok. Akibat manipulasi
PKT, rakyat Tiongkok yang tidak berani menolak apa pun kebijaksanaan
PKT, menjadi berani menyerang duta besar dan konsulat AS di Tiongkok,
melempari dengan telur dan batu, membakar mobil dan bendera AS, semua
itu dilakukan di bawah panji “patriotisme”.

Setiap saat ketika PKT menghadapi permasalahan yang memerlukan


kepatuhan massa, selalu menggunakan “patriotisme” dan “nasionalisme”
untuk menggerakkan massa dalam seketika. Dalam berbagai kasus,
termasuk masalah yang berkaitan dengan Taiwan, Hongkong, Falun Gong,
tabrakan antara pesawat pengintai AS dengan pesawat tempur Tiongkok,
PKT selalu menggunakan metode gabungan antara teror berat dan
pencucian otak secara massal, yang mana akan membawa rakyat dalam
semacam suasana perang. Metode ini adalah serupa dengan yang digunakan
oleh Fasisme Jerman.

Dengan memblokade sumber berita lainnya, pencucian otak yang


dilakukan PKT sangat berhasil. Meskipun rakyat Tiongkok tidak suka kepada
PKT, namun mereka sulit untuk berpikir menyimpang dari pemahaman
PKT. Ketika AS memimpin perang menyerang Irak, sebagai contoh, banyak
orang terhasut dengan melihat analisis harian di sentral TV Tiongkok. Mereka
meluap dengan perasaan: kebencian, keinginan membalas dendam, dan
dorongan untuk menyerang, tapi pada saat bersamaan mengutuk
peperangan.

Tidak Mempunyai Rasa Malu – lebih mementingkan partai daripada


negara dan memaksa rakyat menganggap maling sebagai orang tua
mereka

Satu ungkapan yang sering digunakan oleh PKT untuk mengintimidasi


rakyat adalah “kepunahan partai dan negara”, menempatkan partai pada
posisi utama daripada negara. Prinsip dasar bagi pendirian negara adalah
“Tanpa PKT maka tidak akan ada Tiongkok seperti sekarang”. Mulai masa

275
kanak-kanak, rakyat dididik untuk “patuh kepada partai” dan “berperilaku
sebagai anak partai yang manis”. Mereka menyanyikan lagu-lagu pujian
bagi partai: “Saya menganggap partai sebagai ibunda”, “Oh, partai, ibuku
tercinta”, “Cinta kasih dari partai melebihi dalamnya samudra”, “Cinta
ayah dan ibuku tak pernah melebihi cinta partai”. Sebagai kompas penunjuk
arah gerakan adalah “partai menunjuk ke arah mana, maka kita
menggempur ke arah sana”. Setiap kali pemerintah memberi bantuan atas
terjadinya bencana, yang diucapkan rakyat adalah berterima kasih kepada
partai dan pemerintah. Pertama kepada partai baru kemudian kepada
pemerintah. Slogan militer berbunyi “Partai menguasai persenjataan”. Bahkan
ahli perancang Tiongkok di saat merancang seragam untuk hakim
pengadilan, mereka menempatkan empat buah kancing berwarna emas
berjajar sepanjang leher baju, sebagai simbol partai, rakyat, hukum, dan
negara. Hal ini mengindikasikan bahwa sekalipun anda seorang hakim, anda
harus senantiasa menempatkan partai di atas hukum, negara, dan rakyat.
Partai menjadi yang utama di Tiongkok, sebaliknya negara menjadi
bawahan dari partai. Negara eksis untuk partai, dan partai dianggap sebagai
perwujudan dari rakyat dan lambang dari negara. Cinta kepada partai,
pemimpin partai dan negara telah bercampur aduk, itulah alasan mendasar
mengapa patriotisme di Tiongkok telah menyimpang.

Di bawah pengaruh yang halus tak terasa dari pendidikan dan pro-
paganda PKT, banyak orang, baik anggota partai maupun bukan, mulai
bingung untuk membedakan antara partai dan negara, entah mereka
menyadarinya atau tidak. Mereka meyakini bahwa kepentingan partai harus
didahulukan dari segala yang lain, dan setuju bahwa “kepentingan partai
berarti juga adalah kepentingan rakyat maupun negara”. Dengan demikian
telah menciptakan peluang bagi PKT untuk mengkhianati kepentingan
negara.

Permainan Berganti Jubah, Merubah Perbuatan Kriminal Menjadi


“Jasa Mulia”

PKT telah membuat banyak kesalahan dalam sejarah. Tapi selalu


menimpakan kesalahan yang dibuatnya kepada pribadi atau golongan

276
tertentu dengan “berganti jubah dan rehabilitasi”. Hal seperti ini tidak saja
membuat korban sangat berterima kasih kepada PKT, tapi juga memberi
kesempatan kepada partai untuk sama sekali mengabaikan pertanggung
jawaban atas perkara kejahatan. PKT tidak saja mengklaim bahwa dirinya
“tidak segan membuat kesalahan, tapi juga piawai dalam memperbaikinya”.
Praktek tersebut telah menjadi obat mujarab bagi PKT yang telah berkali-
kali lolos dari akibat fatal kesalahannya. Dengan begitu PKT tetap “mulia,
agung, dan benar”.

Mungkin suatu hari, PKT akan mengulangi permainan berganti


jubahnya menyangkut peristiwa Pembantaian di Lapangan Tiananmen dan
memulihkan reputasi Falun Gong. Tapi semua itu hanyalah taktik jahat yang
biasa dilakukan PKT dalam keadaan putus asa untuk menyambung nyawa.
PKT tidak akan mempunyai keberanian untuk merenungi dirinya, untuk
membeberkan kasus-kasus kriminal yang pernah dibuat, atau
mempertanggung jawabkan semua dosa-dosanya.

VI. PKT Menampakkan Wajah Berandal, Menggunakan Terorisme


Negara dalam Usahanya untuk Membasmi “Sejati-Baik-
Sabar”

Perbuatan penipuan “Bakar diri di lapangan Tiananmen” yang


dilakoni oleh PKT dapat dikategorikan sebagai kebohongan terbesar oleh
PKT dalam abad ke 20. Agar dapat menjatuhkan Falun Gong, pemerintah
begitu jahatnya telah membujuk lima orang untuk berpura-pura sebagai
pengikut Falun Gong dan memerankan pertunjukan pembakaran diri di
lapangan Tiananmen. Kelima orang tanpa menyadari telah menandatangani
pernyataan kesediaan untuk meninggal, baik meninggal dipukul saat
berperan maupun setelah pertunjukan itu. Dalam adegan gerak lambat
dari pembakaran diri yang ditayangkan oleh sentral TV Tiongkok tidak
diragukan lagi menunjukkan bahwa Liu Chunling, salah seorang dalam
pembakaran diri, adalah meninggal akibat pukulan keras oleh petugas polisi.
Kejanggalan lainnya adalah posisi bersila dari Wang Jingdong, botol plastik
(yang diduga berisi bensin) masih menggantung di antara kedua pahanya
setelah api berhasil dipadamkan, percakapan antara wartawan dengan

277
korban termuda Liu Suying, dan kehadiran kameramen yang siap merekam
kejadian. Fakta-fakta itu dan lainnya merupakan bukti yang cukup bahwa
peristiwa pembakaran diri adalah sandiwara tipuan busuk yang dirancang
oleh rejim berandal Jiang Zemin untuk mencelakakan Falun Gong.

Sebuah parpol menggunakan metode keji dan kejam untuk


menumpas Falun Gong, Dia telah mengerahkan sumber keuangan negara
yang terakumulasi sejak reformasi 20 tahun yang lalu. Dengan menggerakkan
partai, pemerintahan, militer, polisi, mata-mata, diplomat asing, dan masih
banyak organisasi baik pemerintah maupun kalangan rakyat. Memanipulasi
sistem media yang menjangkau seluruh dunia, melakukan blokade informasi
secara ketat dengan memonitor secara pribadi maupun dengan teknologi
canggih. Semua itu dilakukan semata-mata untuk menghadapi kelompok
damai yang mengolah kesehatan raga dan jiwa. Perbuatan demikian
merupakan penyingkapan besar-besaran dari watak hakiki kejahatan PKT.

Tak pernah ada sebelumnya dalam sejarah, seorang penjahat yang


berbohong sebusuk Jiang Zemin dan PKT. Mereka menggunakan berbagai
kebohongan yang masing-masing dirancang khusus untuk memanipulasi
gagasan tertentu yang diyakini setiap orang, dengan begitu orang-orang
sangat mudah menjadi korban kebohongan, dan partai berhasil menghasut
kebencian terhadap Falun Gong. Apabila anda percaya pada ilmu
pengetahuan, PKT mengatakan bahwa Falun Gong adalah takhayul. Apabila
anda antipati terhadap politik, PKT mengatakan bahwa Falun Gong
mempraktekkan politik. Apabila anda cemburu kepada orang yang menjadi
kaya kemudian pergi ke luar negeri, PKT mengatakan bahwa Falun Gong
mengumpulkan kekayaan. Apabila anda tidak menyukai organisasi, PKT
mengatakan bahwa Falun Gong mempunyai organisasi yang rapih. Apabila
anda bosan dengan pemujaan tokoh yang telah berlangsung berpuluh tahun,
PKT mengatakan bahwa Falun Gong melakukan manipulasi mental. Apabila
anda seorang pendukung patriotisme, PKT mengatakan bahwa Falun Gong
anti Tiongkok. Apabila anda seorang yang takut akan pergolakan, PKT
mengatakan bahwa Falun Gong merusak kestabilan. Seandainya anda
mengatakan bahwa Falun Gong menjunjung Sejati-Baik-Sabar, PKT
mengatakan bahwa Falun Gong tidak sejati, tidak baik dan tidak sabar.

278
PKT bahkan menyesatkan penalaran, mengatakan bahwa belas kasih dapat
membangkitkan keinginan untuk membunuh.

Apakah anda yakin pemerintah tidak akan membuat kebohongan


lebih lanjut? PKT bahkan lebih banyak dan lebih heboh lagi membuat
kebohongan. Mulai dari kasus mencelakakan diri sampai bunuh diri dan
pembakaran diri, dari membunuh anggota keluarga sampai membunuh
orang lain, dari membunuh satu orang sampai membunuh sekelompok
orang—- begitu banyak kebohongan yang membuat anda sulit untuk tidak
mempercayainya. Seandainya anda adalah seorang simpatisan Falun Gong,
maka PKT akan mengaitkan penilaian politik anda dengan Falun Gong,
seandainya salah seorang praktisi di lingkungan anda berunjuk rasa ke Beijing,
anda akan diturunkan pangkat atau jabatan, dipecat, atau dipotong bonusnya.
Pendek kata anda dipaksa untuk memusuhi Falun Gong.

PKT telah menculik sangat banyak praktisi Falun Gong dan


memasukkan mereka ke dalam lembaga pencucian otak dalam usahanya
agar mereka mau melepaskan keyakinannya yang sejati, mencela Falun Gong,
dan berjanji untuk tidak berlatih lagi. PKT menggunakan berbagai cara
busuk untuk membujuk mereka, antara lain melalui sanak famili, majikan,
dan fasilitas pendidikan untuk menekan mereka, menghukum mereka dengan
berbagai cara penyiksaan kejam bahkan dengan mengancam anggota
keluarga dan kawan dekatnya. Pengikut Falun Gong yang telah berhasil
dicuci otaknya lalu digunakan untuk ambil bagian dalam mencuci otak
pengikut Falun Gong lainnya. PKT yang jahat mendesak orang baik menjadi
jahat dan memaksa mereka menjalani hidup di jalan yang gelap.

VII. Sosialisme Berandal Karakter Khas Tiongkok

Istilah “Karakter Khas Tiongkok” biasa digunakan sebagai tameng


dari kejahatan-kejahatan yang dibuat PKT. PKT selalu menggembar-
gemborkan bahwa keberhasilan revolusinya adalah hasil dari “integrasi
Marxisme-Leninisme dengan revolusi yang terjadi di Tiongkok”. PKT
senantiasa menyalahgunakan istilah “Karakter Khas” sebagai pelicin ideologi
bagi gerakan politiknya yang jahat dan berubah-ubah.

279
Cara yang berubah-ubah dan mengelabui

Dengan merek “Karakter khas Tiongkok” yang sifatnya berandal,


tidak ada yang dicapai oleh PKT kecuali kepalsuan dan hal-hal yang ganjil
dan menggelikan.

Tujuan dari revolusi PKT adalah merealisasi sistem kepemilikan


bersama atas barang-barang produksi. Prinsip ini telah mengelabui banyak
kaum muda untuk bergabung dengan partai demi idealisme dalam kesatuan
partai. Sebagian dari mereka bahkan telah berkhianat terhadap sanak
keluarga yang memiliki kekayaan. Tapi setelah 83 tahun sejak berkuasanya
PKT, kapitalisme telah kembali lagi, sekarang telah menjadi bagian dari
PKT, yang sebelumnya menjunjung kesama-rataan.

Sekarang, banyak di antara anak-anak dan keluarga pemimpin PKT


adalah neokapitalis yang kaya raya, dan banyak anggota partai yang berusaha
menjadi satu anggota dalam barisan orang-orang kaya baru. PKT
membasmi kaum tuan tanah dan kapitalis serta merampas kekayaan mereka
dengan mengatas-namakan revolusi. Saat ini elite baru PKT telah menjadi
lebih kaya dari kaum kapitalis dengan cara kolusi dan korupsi. Bagi mereka
yang dahulu turut berjuang dalam revolusi mendirikan dunia komunis hanya
dapat berkata: “Seandainya dulu saya tahu keadaan akan menjadi seperti
hari ini, saya tidak akan pernah turut didalamnya”. Setelah sekian puluh
tahun turut berjuang dengan setia, mereka mendapatkan bahwa diri mereka
telah kehilangan saudara, ayah, harta kekayaan, bahkan telah
mempersembahkan seumur hidup mereka kepada agama sesat PKT ini.

PKT mengemukakan struktur tingkat atas ditentukan oleh fondasi


ekonomi, namun kenyataannya fondasi ekonomi birokrasi dari para pejabat
korup PKT lah yang menentukan struktur tingkat atas yang berciri menindas.
Dari itulah menindas rakyat telah menjadi dasar politik PKT.

Satu lagi ciri khas kejahatan PKT adalah memanipulasi dan merubah
definisi dari suatu konsep apa pun dalam kebudayaan manusia lalu
menggunakannya untuk mengritik dan mengendalikan orang-orang. Salah

280
satu contohnya adalah konsep “partai”. Sesungguhnya sejak dulu fenomena
berpartai telah ada dalam masyarakat manusia. Hanya partai komunislah
yang mempraktekkan kekuasaannya terhadap para anggota di luar
kewenangannya. Setelah anda bergabung dengan partai, maka partai akan
mengawasi segala segi kehidupan anda, bahkan hati nurani anda, mata
pencarian, sampai kehidupan pribadi anda. Ketika memperoleh kekuasaan,
PKT akan mengawasi masyarakat, pemerintah, dan segenap alat negara
mulai dari hal-hal penting seperti, siapa yang harus menjadi pimpinan negara,
siapa yang layak menjadi menteri pertahanan, bahkan peraturan dan hukum
yang akan ditetapkan, sampai hal-hal sepele seperti di mana seseorang
seharusnya tinggal, dengan siapa sepantasnya seseorang menikah, hingga
berapa anak seseorang boleh memiliki. PKT selalu memikirkan berbagai
cara pengontrolan tersebut.

Dengan mengatas-namakan dialektika, PKT telah merusak semua


cara pemikiran filosofi yang sempurna dan harmonis, kemampuan berpikir
sehat, dan semangat untuk menyelidiki. PKT mengemukakan “pembagian
sesuai sumbangsih” untuk mewujudkan “pemberian kesempatan kepada
sebagian orang untuk menjadi kaya lebih dulu”, ternyata adalah “pembagian
berdasarkan kekuasaan”. Dengan kedok “melayani masyarakat sepenuh
hati” PKT membohongi mereka yang mempunyai cita-cita serupa, lalu
mencuci otak mereka dan mengendalikannya. Secara bertahap merubah
mereka menjadi alat yang patuh untuk “sepenuhnya melayani kepentingan
partai” dan tidak mempunyai keberanian menyuarakan pemikiran
masyarakat.

Partai jahat yang “Berkarakter Khas Tiongkok”

Dengan prinsip junjunglah kepentingan partai melebihi segala-galanya,


PKT telah merusak tatanan masyarakat Tionghoa dengan cara busuk, telah
menciptakan sesuatu yang aneh dalam masyarakat manusia. Sesuatu ini
berbeda dengan negara lain, pemerintahan lain, dan organisasi lainnya. Prinsip
mereka adalah “tanpa prinsip”, tidak ada ketulusan di balik senyumnya.
Orang-orang yang berhati baik tidak dapat memahami PKT. Berdasarkan
standar moral universal, mereka tidak dapat membayangkan sesuatu yang

281
begitu berandal dapat mewakili suatu negara. Dengan dalih “karakter khas
Tiongkok”, PKT memijakkan dirinya di antara bangsa-bangsa di dunia.
“Karakter Khas Tiongkok” telah dijadikan ungkapan pelembut bagi
“karakter Kejahatan khas PKT”.

Dengan tameng “karakter khas Tiongkok”, kapitalisme timpang di


Tiongkok disamarkan menjadi “sosialisme khas Tiongkok”;
“pengangguran” disebut sebagai “penunggu kerja”; mereka yang di PHK
dikatakan “dibebas-tugaskan”; “kemiskinan” disebut sebagai “tahap awal
dari sosialisme”; “hak asasi manusia” yang bebas berbicara serta
berkeyakinan digantikan dengan “hak untuk hidup”.

Negara dilanda kejahatan, bangsa Tionghoa menghadapi krisis


moral yang belum pernah dialami sebelumnya

Sekitar awal tahun 1990an, di Tiongkok terkenal dengan sebuah


ucapan “saya adalah penjahat, saya tidak takut kepada siapa pun”. Ini adalah
konsekuensi dari beberapa puluh tahun praktek kejahatan pemerintahan
PKT, yang mendorong negara dilanda kejahatan. Sejalan dengan
kemakmuran ekonomi yang semu dari Tiongkok, adalah kemerosotan
moralitas yang luar biasa dari segenap masyarakat.

Para utusan Kongres seringkali menyuarakan masalah “kejujuran dan


kepercayaan” dalam Kongres Rakyat Tiongkok. Pada saat ujian saringan
masuk perguruan tinggi, calon mahasiswa diminta untuk mengarang dengan
tema “kejujuran dan kepercayaan”. Semua itu adalah pertanda bahwa
hilangnya kejujuran dan kepercayaan serta kemerosotan moral telah
merupakan krisis besar yang tidak terlihat namun terjadi di mana-mana
dalam masyarakat Tiongkok. Korupsi dan kebobrokan, membanjirnya
produk palsu, penipuan yang telah menjadi kebiasaan, busuknya hati
manusia, dan melemahnya norma-norma sosial terjadi di mana-mana. Tidak
ada lagi saling percaya yang mendasar di antara sesama anggota masyarakat.

Bagi mereka yang menyatakan diri puas dengan perbaikan tingkat


kehidupan, bukankah paling menaruh perhatian pada ketentraman hidup?

282
Apa sesungguhnya yang menjadi faktor utama dari ketentraman hidup?
Tak lain adalah moralitas. Masyarakat dengan moralitas bobrok tidak akan
ada jaminan keselamatan.

Dengan berlalunya waktu hing ga sekarang, PKT telah


menghancurkan hampir seluruh agama tradisional dan melucuti tatanan
nilai tradisional. Cara-cara tidak bermoral dari PKT dalam melirik kekayaan
serta membohongi rakyat, dijadikan contoh oleh lapisan bawah, akibatnya
dengan cepat terbentuklah masyarakat berperilaku korup dan jahat. PKT,
yang memerintah dengan berbagai cara jahat, pada dasarnya memerlukan
lingkungan yang buruk agar dapat bertahan hidup. Itulah alasannya mengapa
PKT berusaha sedapat mungkin ingin menjerembabkan rakyat turun ke
air, dan merubah rakyat Tiongkok menjadi penjahat-penjahat besar dan
kecil pada tingkat-tingkat yang berbeda. Dengan cara seperti itulah PKT
yang berwatak dasar jahat membenamkan nilai-nilai dasar moral yang sejak
lama menopang kehidupan bangsa Tionghoa.

Penutup

Adalah lebih mudah membelokkan sungai dan menyingkirkan gunung


dari pada merubah tabiat seseorang. Sejarah telah membuktikan setiap kali
PKT melonggarkan rantai dan belenggu, bukanlah bermaksud membebaskan
rakyat. Setelah bencana kelaparan nasional di awal 1960an, PKT pernah
memprogramkan “Tiga Mandiri dalam Satu Paket” (San Zi Yi Bao) yang
bertujuan meningkatkan hasil pertanian, namun bukan bertujuan untuk merubah
status “budak” dari para petani Tiongkok. “Reformasi ekonomi” dan
“liberalisasi” sekitar 1980-an tetap saja tidak mempengaruhi PKT menebaskan
pisau jagalnya pada rakyatnya sendiri di tahun 1989. Selanjutnya ke depan PKT
akan selalu merubah penampilannya, tetapi mutlak tidak pernah merubah watak
dasarnya yang jahat.

Mungkin saja ada orang berpendapat, masa lalu biarkanlah berlalu, situasi
kini telah berubah. PKT kini tidaklah sama seperti PKT di masa lalu. Orang
merasa puas dengan wujud palsu di depan mata, bahkan dengan keliru
menganggap PKT kini telah bereformasi, atau dalam proses reformasi, atau

283
berniat melakukan reformasi, dengan demikian lalu melupakan kenangan buruk
tentang PKT. Semua itu berarti telah memberikan kesempatan dan lahan bagi
kelompok jahat PKT untuk tetap hidup dan mencelakakan manusia.

PKT berusaha sedapat mungkin membuat rakyat melupakan masa


lalu. Sedangkan semua usaha rakyat yang meronta-ronta, adalah justru
mengingatkan orang akan segala kekejaman dan ketidak-adilan dari PKT, yang
mereka derita di masa lalu.

Pada realitasnya, sejarah PKT adalah sebuah sejarah yang membelah


ingatan rakyat. Agar generasi berikutnya tidak jelas mengenai apa yang dialami
generasi sebelumnya, adalah lembaran sejarah di mana ratusan juta warga negara
hidup dalam konflik berat antara mencaci PKT karena perbuatan berdarah di
masa lalu, dan menaruh harapan kepada PKT untuk masa akan datang.

Ketika roh jahat komunisme turun ke dunia manusia, Partai Komunis


memanfaatkan pemberontakan jahat dan revolusi para bandit untuk merebut
kekuasaan dan memijakkan kakinya di atas dunia. Apa yang telah diperbuat
dengan kekuasaan zalimnya, adalah untuk membangun dan mempertahankan
sebuah masyarakat radikal yang berpola “dirasuki partai”. Dengan berkedok
ideologi “perjuangan” yang menentang hukum alam, hukum langit, kodrat
manusia dan alam semesta, Partai Komunis telah menghancurkan hati nurani
dan sifat kebajikan manusia. Lebih dari itu telah merusak peradaban dan
moralitas manusia, dengan pembantaian berdarah dan pemaksaan cuci otak
untuk membentuk penyembahan terhadap komunisme, menciptakan bangsa
dengan pemikiran sesat komunisme agar ia dapat berkuasa. Sepanjang sejarah,
Partai Komunis pernah mengalami masa penuh dengan kekerasan di mana
teror komunis mencapai puncaknya, juga masa kocar kacir di mana Partai
Komunis nyaris menemui ajalnya. Setiap kali, Partai Komunis mengandalkan
permainan berandalnya agar dapat melewati kondisi krisis, untuk dapat
memasuki babak kekejaman berikutnya, dan melanjutkan pembohongan
terhadap rakyat.

Apabila orang-orang dapat mengenali watak dasar kejahatan dari


Partai Komunis, dan tidak terkelabui oleh kepalsuannya, maka itulah saat

284
tamatnya bagi PKT beserta watak dasar kejahatannya. Dibandingkan dengan
5.000 tahun sejarah bangsa Tionghoa, 55 tahun masa kekuasaan PKT
hanyalah berupa sekilas pandang. Sebelum kehadiran PKT, bangsa Tiongkok
telah menciptakan peradaban yang paling gemilang dalam sejarah umat
manusia. PKT memanfaatkan peluang di saat Tiongkok terjadi masalah
pertikaian dalam negeri dan penyerangan pihak asing untuk menduduki
posisi mantap, yang mana telah mendatangkan malapetaka besar bagi bangsa
Tionghoa. Malapetaka tersebut tidak hanya membawa korban jiwa manusia
berjumlah puluhan juta serta hancurnya keluarga yang tak terhitung, juga
telah mengorbankan sumber ekosistem yang menjadi tumpuan hidup bangsa
Tionghoa. Yang lebih parah lagi ialah, sumber moralitas dan tradisi budaya
yang luhur dari bangsa Tionghoa hampir seluruhnya dirusak.

Seperti apa masa depan Tiongkok? Ke arah mana Tiongkok akan


dibawa? Pertanyaan-pertanyaan serius seperti ini sangatlah sulit untuk
dibicarakan hanya dengan beberapa kata saja. Namun satu hal yang pasti –
seandainya tidak ada pembaharuan moral bangsa, tidak ada pengenalan
yang jelas hubungan antara umat manusia dengan alam, dengan manusia,
dengan langit dan bumi, bila tidak ada keyakinan dan kebudayaan untuk
keharmonisan hidup antar manusia, mustahil bagi bangsa Tionghoa untuk
memiliki masa depan yang gemilang.

Setelah menjalani pencucian otak dan tekanan luar biasa selama


puluhan tahun, PKT telah menanamkan cara berpikirnya tentang nilai-nilai
standar mengenai kebaikan dan keburukan kedalam benak jiwa bangsa
Tionghoa. Sehingga membuat orang-orang Tionghoa dalam taraf tertentu
menerima dan menganggap wajar praktek curang dan licik dari PKT, dan
telah menjadi bagian darinya, dengan begitu telah memberikan fondasi
bagi keberadaan dan tumbuhnya ideologi PKT.

Membersihkan segala teori sesat yang diindoktrinasikan PKT dari


dalam jiwa. Mengenali dengan jelas sifat hakiki PKT yang lengkap dengan
sepuluh kejahatannya. Membangunkan kembali watak manusia dan hati
nurani sebagai manusia. Semua itu merupakan jalan yang harus dilalui untuk
melangkah dengan lurus menuju ke masyarakat non komunis, juga

285
merupakan langkah pertama yang diharuskan.

Jalan tersebut dapatkah dilalui dengan mantap dan damai? Itu


tergantung dari perubahan yang spontanitas dari setiap orang Tionghoa.
Walaupun PKT di permukaan memiliki segala sumber daya dan mesin
kekerasan dari sebuah negara, namun jika setiap orang dapat yakin akan
kekuatan kebenaran, teguh mempertahankan moral kita, maka roh jahat
PKT akan kehilangan tempat untuk bertahan hidup. Segala sumber daya
ada kemungkinan dalam sekejap kembali ke tangan orang-orang yang
menjunjung keadilan, itu saatnya yang tepat bagi kelahiran kembali bangsa
Tionghoa.

Tanpa keberadaan PKT, baru dapat terwujud Tiongkok baru.


Tanpa keberadaan PKT, Tiongkok baru akan mempunyai prospek.
Tanpa keberadaan PKT, rakyat Tiongkok yang adil dan baik hati
pasti dapat membangun kembali kegemilangan sejarah.

286

You might also like