You are on page 1of 3

Family commmunication from the human action perspective

(komunikasi keluarga berdasarkan perspektif perilaku manusia)

Keluarga adalah pembuat peraturan dari kebergantungan individu yang


mengontroldirinya dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Peraturan
dikembangkan sebagai panduan untuk mempengaruhi perilaku. Peraturan dalam keluarga
adalah pemberian perintah mengenai bagaimana anggota keluarga tersebut berperilaku
seperti yang diharapkan.
Peraturan dalam keluarga sangat membantu dalam membangun identitas keluarga.
Sillars dan kawan-kawan mengembangkan pola klasifikasi untuk menyandi tema
pernikahan. Klasifikasi tersebut adalah:
1. Tema pertemanan
Pernikahan dipandang sebagai produk dari sebuah hubungan yang saling
bergantung.
2. Tema individual
Pernikahan dipandang sebagai produk dari identitas dan peranan yang terpisah.
3. Tema peranan
Pasangan suami-istri memiliki peranan yang berbeda.
Yerby, Buerkel-Rothfuss dan Bochner (1990) menawarkan sebuah taksonomi
mengenai peraturan keluarga, yaitu:
1. peraturan yang membagi kewajiban dan tanggung jawab antar pasangan
2. peraturan yang membagi status dan kekuasaan anggota keluarga
3. peraturan mengania perilaku untuk beberapa kondisi yang spesifik
4. peraturan yang mengatur perilaku seksual dan kedekatan fisik
5. peraturan mengenai karakteristik kepribadian anggota keluarga
6. peraturan mengenai perilaku komunikasi anggota keluarga

Fitzpatrick’s typology of couple types

Fitzpatrick mengembangkan sebuah tipologi mengenai “hubungan kesabaran”


(enduring relationships). Teori ini sangat berguna karena merepresentasikan sebuah cara
untuk menangani hal-hal alami seputar komunikasi dalam pernikahan dan konflik yang
muncul.
Karakteristik pasangan berdasarkan Relational Development Instrument (RDI) :
1. Tradisional
Pasangan tipe tradisional memegang nilai-nilai konvensional mengenai pernikahan.
Tipe ini memperlihatkan saling ketergantungan, dan menggambarkan komunikasi
mereka sebagai komunikasi yang tidak tegas (non-assertive). Dibandingkan dengan
tipe lainnya, tipe ini kurang memiliki pengalaman dalam menghadapi konflik
dalam hubungan pernikahan mereka.
2. Mandiri (independents)
Tipe ini menghargai adanya kebebasan individual pada tiap-tipa pasangan dan
kurang menjalankan peraturan-peraturan konvensional. Pasangan tipe ini memiliki
ruang yang terpisah (ada penegasan wilayah). Jika muncul konflik, tipe ini akan
memperlihatkan kemarahan satu sama lain.
3. Terpisah (separates)
Tipe ini lebih konvensional mengenai pernikahan daripada tipe mandiri, namun tipe
ini juga menghargai adanya kemerdekaan individu. Selain itu, tipe ini memiliki
sedikit rasa persahabatan dan menggambarkan tipe komunikasi yang dijalankan
sebagai komunikasi yang tegas (assertive). Bila dihadapkan pada konflik, secara
emosional, pasangan tipe ini akan menarik diri dari pasangannya selama berdiskusi
tentang masalah pernikahan. Jika salah satu menunjukkan kemarahan, pasangannya
akan menarik diri dari konflik dengan berdiam diri atau pergi.
4. Campuran (mixed)
Tipe ini merupakan tipe yang muncul bila pasangan yang bersangkutan tidak setuju
dengan dengan tipe hubungan mereka.

The argumentative skill deficiency model of intrafamily violence

Kekerasan dalam keluarga dapat disebabkan oleh banyak hal. Interaksi antara sifat-
sifat kepribadian, faktor-faktor yang berhubungan dengan situasi khusus, dan karakteristik
dari lingkungan bisa menyebabkan timbulnya perilaku agresif diantara anggota keluarga.
Kualitas perseorangan yang dapat mendorong kekerasan rumah tangga meliputi:
sikap saling bermusuhan, rasa percaya diri yang rendah, dan kemampuan verbal yang
kurang. Rasa dendam dan penggunaan alcohol juga dapat meningkatkan situasi khusus
menjadi kekerasan. Agresi melalui verbal (kata-kata) menjadi katalisator saat kondisi lain
yang dapat menimbulkan kekerasan muncul. Agresi melalui cara verbal-lah yang menjadi
pemicu munculnya kekerasan.
Beberapa tipe agresi melalui cara verbal yang telah diidentifikasi adalah:
penyerangan terhadap karakter (character attacks), penyerangan terhadap kemampuan diri
(competence attacks), sindiran, ejekan, kata-kata yang tidak senonoh, dan penyerangan
terhadap penampilan (physical appearance attacks).

You might also like