Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pasal 1152 ayat (2) KUH Perdata: Tak sah adalah hak gadai atas segala benda
yang dibiarkan tetap dalam kekuasaan si berutang atau pemberi gadai, ataupun yang
kembali atas kemauan si berutang.
2
J. Satrio, Hukum Jaminan Kebendaan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993),
hal. 99
1
Perlindungan Hukum terhadap Pembeli Saham yang Digadaikan
3
Pasal 51 UU PT No.40 tahun 2007 (UUPT) berbunyi: “Pemegang saham
diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya.”
4
Pasal 511 KUH Perdata berbunyi: “Sebagai kebendaan bergerak karena
ketentuan undang-undang harus dianggap: Sero-sero atau andil-andil dalam persekutuan
perdagangan uang, persekutuan dagang atau persekutuan perusahaan, sekalipun benda-
benda persekutuan yang bersangkutan dan perusahaan itu adalah kebendaan tak bergerak.
Sero-sero atau andil-andil itu dianggap merupakan kebendaan bergerak, akan tetapi hanya
terhadap para pesertanya selama persekutuan berjalan.”
5
Pasal 60 UUPT menyebut bahwa: “(1) Saham merupakan benda bergerak dan
memberikan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 kepada pemiliknya. (2). Saham
dapat diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia sepanjang tidak ditentukan lain dalam
anggaran dasar.”
2
Pendahuluan
6
I.G.Rai Widjaya, Hukum Perusahaan, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2006), hal.
203.
7
Pasal 1150 KUH Perdata.
3
Perlindungan Hukum terhadap Pembeli Saham yang Digadaikan
8
Istilah debitur gagal merupakan phrase umum tidak dapat diidentikkan dengan
wanprestasi.
9
Pradjoto, Bisnis & Keuangan, (Kompas , Senin 5 Juni 2006).
10
Pasal 1154 KUH Perdata: Apabila si berutang atau si pemberi gadai tidak
memenuhi kewajiban-kewajibannya, maka tak diperkenankanlah si berpiutang memiliki
barang yang digadaikan.
11
Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, (Jakarta: Prenada
Media, 2005), hal. 23-24.
4
Pendahuluan
12
R. Subekti, (1), Jaminan-Jaminan untuk Pemberian Kredit menurut Hukum
Indonesia. (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1991), hal 17.
13
Ibid. hal.16.
14
Ibid. hal 18.
5
Perlindungan Hukum terhadap Pembeli Saham yang Digadaikan
6
Pendahuluan
15
Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas, (1), (Bandung: CV.
Utomo, 2005), hal. 178.
16
Pasal 62 UUPT berbunyi:
(1) Setiap pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya
dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui
tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau Perseroan, berupa:
a. perubahan Anggaran Dasar;
b. pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai
nilai lebih dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih perseroan;
atau
c. Penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan atau pemisahan.
(2) Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham oleh perseroan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) huruf b, perseroan wajib
mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak ketiga.
7
Perlindungan Hukum terhadap Pembeli Saham yang Digadaikan
pasar wajar tertinggi saham harus diuji di muka umum, bukan secara
sembunyi di bawah tangan,17 untuk menghindari tindakan yang dapat
menimbulkan kecurigaan atas adanya konspirasi antara kreditur dengan
pembeli.
Walaupun alasan sudah ditentukan dalam peraturan perundangan
sulit untuk membuktikan bahwa tindakan tersebut menyebabkan kerugian
atau akan adanya kerugian bagi pemegang saham atau bagi perusahaan
secara keseluruhan. Apalagi karena para pemegang saham minoritas saat
bersikap berbeda pendapat, umumnya tindakan perseroan yang
diperdebatkan tersebut masih belum dilakukan atau baru mulai dilakukan
sehingga kerugian belum kelihatan. Hal tersebut mengakibatkan bahwa
Pasal 62 ayat (1) UUPT sulit untuk diterapkan.
Terhadap pelaksanaan hak appraisal juga berlaku apa yang
disebut dengan market exeption. Dengan market exeption ini, yang
dimaksudkan adalah bahwa hak appraisal tidak diberikan manakala
terhadap saham yang akan dijual dengan hak appraisal tersebut
merupakan saham dari perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan
di pasar modal. Logikanya jika kemampuan keuangan/kondisi keuangan
kas/aliran tunai (cash flow) dalam perseroan sudah tersedia, bagi
pemegang saham yang tidak setuju dengan tindakan perseroan tersebut
melalui penjualan sahamnya di pasar modal, untuk apa lagi diberikan hak
appraisal, karena tujuan pemberian hak tersebut adalah untuk
meningkatkan kemampuan keuangan kas bagi pemegang saham tersebut.
Namun yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa pemberian hak
tersebut kepada pemegang saham yang keberatan sahamnya untuk dijual,
bukanlah semata-mata untuk menyediakan aliran dana masuk ke kas,
tetapi hal tersebut menyangkut tentang hak dari seluruh pemegang saham,
yang dijamin oleh undang-undang.18
Hak appraisal tidak diberikan apabila saham yang akan dijual
merupakan saham dari perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan
di pasar modal. Bila tetap diberikan juga sebenarnya bukanlah merupakan
suatu tindakan yang baik, karena ketika pemegang saham yang tidak
setuju menjual sahamnya ke pasar, harga saham tersebut sudah terkoreksi
karena berita adanya tindakan perseroan yang ditentang oleh beberapa
pemegang saham yang tidak setuju tersebut. Atau meskipun harga saham
tidak terkoreksi, harga saham di pasar modal belum tentu mencerminkan
harga saham yang sebenarnya sesuai dengan keadaan perusahaan. Dalam
17
Pradjoto, Loc cit.
18
Munir Fuady, (1), Op. cit. hal. 183.
8
Pendahuluan
19
Ibid.
20
Pasal 1144 KUH Perdata.
21
Lihat Pasal 1145 KUH Perdata.
22
Lihat Pasal 1146a KUH Perdata.
9
Perlindungan Hukum terhadap Pembeli Saham yang Digadaikan
yang dijual tersebut harus masih berada dalam keadaan yang sama
dengan pada saat penyerahan (yang menurut ketentuan Pasal 1481 KUH
Perdata harus sama dengan keadaan saat penjualan dilakukan).23
Sehingga konsekuensinya, meskipun pembeli telah mengikatkan diri
dalam perjanjian tersebut tidak berarti hak-haknya bisa diabaikan begitu
saja oleh pemilik bagian saham yang sahamnya telah digadaikan kepada
bank.
Di Indonesia, kasus sengketa gadai saham ini pernah terjadi,
yakni yang menyangkut sebuah entitas bisnis pertambangan. Bagian
saham dari salah satu pemilik hak kuasa atas pertambangan itu
digadaikan sebagai jaminan kredit kepada salah satu bank asing di luar
negeri. Pada saat pemilik saham gagal membayar hutang pada saat jatuh
tempo, maka pihak bank memutuskan untuk menjual bagian saham
tersebut kepada salah satu pembeli di Indonesia. Merasa dirugikan dan
diperlakukan secara sepihak oleh bank, sang pengusaha justru
mengajukan gugatan kepada bank yang bersangkutan dan pembeli saham
tersebut. Pengadilan negeri pada tingkat pertama mengeluarkan
penetapan bahwa bank sebagai kreditur berhak menjual seluruh saham
yang diagunkan sebagai jaminan hutang tersebut, namun oleh pengadilan
pada tingkat banding telah membatalkan penetapan pengadilan negeri
tersebut. Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI) melalui suratnya
tanggal 3 Maret 2006 menyatakan sejumlah penetapan Pengadilan Negeri
(PN) Jakarta Selatan terkait dengan eksekusi gadai saham milik Beckkett
Pte Ltd oleh Deutsche Bank AG, batal demi hukum karena tidak
berdasarkan hukum.24 Sementara itu pada saat yang sama debitur juga
mengajukan gugatan melalui Pengadilan Tinggi (Hight Court) Singapura
agar transaksi penjualan saham antara kreditur dan pembeli itu dibatalkan
dan kepemilikan atas saham itu dibekukan. Pengadilan Tinggi Singapura
menolak tuntutan tersebut dan dikuatkan lagi oleh pengadilan di tingkat
banding yang bersifat final dan mengikat (final and binding), karena
court of appeal merupakan lembaga banding tertinggi di Singapura.25
Dengan demikian dari penjelasan di atas harus ada perlindungan
hukum bagi pembeli bagian saham yang dijual oleh bank sebagai kreditur
yang dalam hal ini selaku pemegang gadai, mengingat saham yang
23
Gunawan Widjaya, Kartini Muljadi, (1), Jual Beli, (Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, 2004), hal. 257.
24
Antara News, 27 Maret 2006,
<http://www.antara.co.id/print/index.php?id=30715>
25
Dianlia Menangi Sengketa Saham Adaro, Jakarta, (Suara Karya, 23
September 2005).
10
Pendahuluan
11
Perlindungan Hukum terhadap Pembeli Saham yang Digadaikan
12