Professional Documents
Culture Documents
Oleh;
Pandhu Yuanjaya (084674013)
A. Pendahuluan
Di era reformasi ini tuntutan terhadap paradigma good governance dalam
seluruh kegiatan di era globalisasi dewasa ini sudah tidak dapat dielakkan lagi.
Tuntutan tersebut menjadi penting karena jika kondisi good governance dapat
dicapai, maka terciptalah suatu negara yang bersih dan responsif (Clean and
Responsif State), semaraknya masyarakat sipil (vibrant Civil Society) dan kehidupan
bernegara yang bertanggung jawab (Good Corporate Governance) niscaya tidak lagi
hanya menjadi sebuah impian. Kelemahan yang sangat menonjol dalam proses
pencapaian Good Governance di Indonesia ini selain tingginya korupsi, Indonesia
merupakan salah satu negara paling korup di dunia, adalah nepotisme yang bahkan
telah merambat hampir seluruh lapisan masyarakat. Praktek nepotisme juga telah
berkembang dan mengakar sangat kuat di lembaga-lembaga pemerintahan.
Dari uraian diatas mengindikasikan bahwa nepotisme benar-benar telah
menjadi permasalahan yang serius dan sistemik yang sangat membahayakan dan
merugikan negara maupun masyarakat, khususnya di negara kecil dan berkembang
seperti halnya Indonesia. Padahal masyarakat pada umumnya bukannya tidak
menyadari bahwa nepotisme telah mencederai rakyat, menambah rasa pesimistis dan
ketidak percayaan kepada aparatur negara dengan terjadinya penyimpangan
wewenang. Akan sangat riskan bila negara ini diatur oleh orang yang tidak
berkompeten di bidangnya, ataupun bisa terjadi penguasaan olah kelompok tertentu
karena nepotisme tersebut, dan sangatlah mubazir kemampuan seseorang disia-
siakan demi mendapatkan keuntungan pribadi padahal negara ini membutuhkan
aparatur yang berkualitas untuk meningkatkan pelayanan publik.
Untuk memulai pembahasan, definisi mengenai rekrutmen sendiri menurut
www.geocities.com adalah serangkaian kegiatan yang digunakan untuk mendapatkan
sejumlah pelamar yang secara potensial qualified. Produk dari rekrutmen adalah
sejumlah kandidat karyawan/kandidat pemegang jabatan yang akan diproses
sebelumnya. Rekrutmen merupakan proses awal dari apakah suatu organisasi
mendapatkan orang yang tepat atau sebaliknya. Rekrutmen menurut sculer dan
jacson (1997 : 227) antara lain meliputi upaya pencarian sejumlah karyawan yang
memenuhi syarat dalam jumlah tertentu, sehingga dari mereka dapat menyeleksi
orang-orang yang paling tepat untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada.
Setelah diperoleh definisi mengenai rekrutmen, maka selanjutnya perlu
didefinisikan tentang pegawai negeri. Menerut Mokhamad Syuhadak, bahwa bisa
disimpulkan pegawai negeri adalah seorang yang diangkat dalam jabatan tertentu,
diserahi tugas sesuai dengan jabatan tersebut, dan digaji sesuai peraturan yang
berlaku, dan bekerja dilingkungan kantor pemerintahan.
Jadi rekrutmen pegawai negeri adalah upaya pencarian pegawai yang
memenuhi syarat-syarat yang berlaku yang diatur dalam perundang-undngan dalam
upaya perwujudan the right man in the right place dilingkungan pemerintahan.
C. Menyikapi Nepotisme
Nepotisme boleh dibilang ‘adik kandung’ dari Kolusi dan Korupsi yang
hangat dibicarakan semenjak bergulirnya era reformasi dewasa ini. Lebih tepatnya
ketika Soeharto berkuasa di negeri ini, sistem nepotisme sarat dalam
pemerintahannya. Karena kepala negara sudah demikian, maka hampir di seluruh
Indonesia, kepala-kepala pemerintahan baik dari tingkat gubernur, bupati, hingga
kepala-kepala kampung tidak terlepas dari unsur nepotisme ini. Tidak sampai disitu,
sampai pada kehidupan sehari-hari selalu muncul sikap-sikap napotis dan bahkan
telah melekat pada diri manusia dan tidak akan pernah hilang. Orde lama itu identik
dengan KKN, tetapi juga masih terpelihara secara rapi dalam orde reformasi ini.
Bila melekat dalam diri manusia, apakah seorang pemimpin yang lebih
mengedepankan nepotisme akan berhasil membangun sebuah masyarakat yang adil
dan makmur, seperti yang telah dicita-citakan oleh pendiri negeri ini? Bagaimana
dengan good governance yang telah menjadi cita-cita kebanyakan bangsa?
Sebenarnya, negeri ini terdiri dari banyak etnis yang mesti dibangun
berdasarkan falsafah ‘Bhineka Tunggal Ika’. Tidak ada istilah seseorang menjadi
pemimpin lalu hanya berdiri di tengah keluarganya sendiri. Itu namanya napotis.
Seorang pemimpin di negeri ini adalah seorang pemimpin yang keluar dari tindakan-
tindakan KKN. Ia berdiri sebagai orang umum, baik di rumah, di kantor maupun
dalam pergaulan sehari-hari. Idealnya, seorang pemimpin menurut keinginan para
pendiri bangsa yaitu, seorang yang selalu membuang jauh-jauh sifat-sikap
primordialisme, lalu mau membangun rakyat Indonesia dari Aceh sampai Papua.