You are on page 1of 4

Pemisahan Minyak Atsiri yang Larut dalam Air

(massoi oil)

Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatil oil)

yang dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami

dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanamannya,

umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Sumitra, 2003).

Minyak atsiri atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak

terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental

pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri

merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam

perdagangan, sulingan minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi (Anonim1, 2009)

Dalam tanaman, minyak atsiri mempunyai 3 fungsi, yaitu:

1. Membantu proses penyerbukan dengan menarik beberapa jenis serangga atau hewan.

2. Mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan.

3. Sebagai cadangan makanan dalam tanaman.

Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150 – 200 spesies tanaman yang

termasuk dalam famili Pinaceae, Labiateae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae dan Umbelliferaceae.

Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang

atau kulit dan akar atau rhizome

Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatil

oil) yang dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami
dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanamannya,

umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Sumitra, 2003).

Proses penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan dari 2 macam

campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya, dan proses ini dilakukan terhadap minyak

atsiri yang tidak larut dalam air. Jumlah air yang menguap bersama-sama dengan uap air ditentukan

oleh 3 faktor, yaitu besarnya tekanan uap yang digunakan, berat molekul dari masing-masing

komponen dalam minyak dan kecepatan minyak keluar dari bahan yang mengandung minyak

(Sumitra, 2003).

Menurut Sumitra (2003) pada permulaan penyulingan, hasil sulingan sebagian besar terdiri

dari komponen minyak yang bertitik didih rendah, selanjutnya disusul dengan komponen yang

bertitik didih lebih tinggi dan pada saat mendekati akhir penyulingan jumlah minyak dalam hasil

sulingan akan bertambah kecil. Proses penyulingan minyak dapat dipercepat dengan menaikkan

suhu dan tekanan atau menggunakan sistim “superheated steam”. Akan tetapi hal ini hanya dapat

dilakukan terhadap minyak atsiri yang sukar mengalami dekomposisi pada suhu yang lebih tinggi.

Ekstraksi minyak atsiri dengan cara penyulingan mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:

1. Tidak baik digunakan terhadap beberapa jenis minyak yang mengalami kerusakan oleh adanya

panas dan air.

2. Minyak atsiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisa karena adanya air dan panas.

3. Komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat diekstrak.

4. Komponen minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau wangi dan mempunyai daya

fiksasi terhadap bau sebagian tidak ikut tersuling dan tetap tertinggal dalam bahan.
Bau wangi minyak yang dihasilkan sedikit berubah dari bau wangi alamiah.

Tetapi ada juga golongan minyak atsiri yang berasal dari kayu-kayuan yang mana minyak

tersebut larut dalam air seperti pada minyak massoi (Criptocaria massoia), sehingga sulit jika dilakukan

destilasi dengan menggunakan destilasi dengan air. Oleh karena itu destilasi uap merupakan salah satu

metode yang dapat digunakan untuk mendestilasi jenis minyak tersebut.

Penyulingan dengan Uap (Steam Distillation)

Pada sistim ini, air sebagai sumber uap panas terdapat dalam boiler yang letaknya terpisah

dari ketel penyulingan. Uap yang dihasilkan mempunyai tekanan lebih tinggi dari tekanan udara luar.

Penyulingan dengan uap sebaiknya dimulai dengan tekanan uap yang rendah (kurang lebih 1

atmosfir), kemudian secara berangsur-angsur tekanan uap dinaikkan menjadi kurang lebih 3

atmosfir. Jika permulaan penyulingan dilakukan pada tekanan tinggi, maka komponen kimia dalam

minyak akan mengalami dekomposisi. Jika minyak dalam bahan dianggap sudah habis tersuling,

maka tekanan uap perlu diperbesar lagi untuk menyuling komponen kimia yang bertitik didih tinggi

(Sumitra, 2003).

Sistim penyulingan ini baik digunakan untuk mengekstraksi minyak dari biji-bijian, akar dan

kayu-kayuan yang pada umumnya mengandung komponen minyak yang bertitik didih tinggi,

misalnya minyak cengkeh, kayu manis, akar wangi, coriander, sereh dan minyak boise de rose,

sassafras, cumin, cedar wood, kamfer, kayu putih, pimento, eucalyptus dan jenis minyak lainnya

yang bertitik didih tinggi (Sumitra, 2003).

Sistim penyulingan ini tidak baik dilakukan terhadap bahan yang mengandung minyak atsiri

yang mudah rusak oleh pemanasan dan air. Minyak yang dihasilkan dengan cara penyulingan,
baunya akan sedikit berubah dari bau asli alamiah, terutama minyak atsiri yang berasal dari bunga-

bungaan (Sumitra, 2003).

Ketel
penyulingan
Tangki uap
Air pendingin

Air Bahan
Minyak

Air
Tungku
Alat pemisah

Gambar 2.6. Penyulingan dengan Uap (Steam Distillation)

You might also like