Professional Documents
Culture Documents
BAB I
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
didapat pada 50% laki-laki berusia antara 40-60 tahun dan pada 95% laki-laki
berusia lebih dari 70 tahun. Pada sebagian besar pasian, keadaan ini tanpa gejala,
namun BPH yang bermakna secara klinis didapatkan pada kira-kira 5-10% laki-
laki diatas usia 60 tahun. Sebagian kecil pasien ini memiliki gajala cukup
2006:686).
Hipertofi Prostat adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostate (secara umum
pada pria lebih tua 50 tahun) menyebabkan obstruksi uretral dan aliran urinaris.
umum pada pria lebih tua 50 tahun) menyebabkan obstruksi uretral dan aliran
urinaris yang pada sebagian besar pasian, keadaan ini tanpa gejala dan sebagian
B. ETIOLOGI
etiologi dari BPH tidak diketahui. Perubahan status hormonal diduga sangat
2
berperan yaitu penurunan kadar androgen relatif terhadap terhadap kadar estrogen
C. PATOFISIOLOGI
puluh gram yang melingkari uretra pria dibawah leher kandung kemih. Tanda dan
gejala yang berhubungan dengan BPH adalah akibat pembesaran prostate yang
bawah.
Salah satu tanda dan gejala dari BPH adalah nukturia (banyak
berkemih pada mala hari). Pada awalnya orang mengenal berkemih menjadi
sedikit dan sukar. Otot kandung kemih akan berkontraksi lebih kuat untuk
mengalirkan urin dari daerah yang tersumbat dan otot harus bekerja keras
sehingga menjadi hipertrofi. Urin yang tertahan pada trabekula atau cellula, yang
berkemih (residu urin) sehingga air kencing menjadi alkali akibat status dan
tanda dan gejala (frekuensi dan mendesak) dan bias tumbuh vesicolithiasis.
terlalu meregang. Kerusakan fungsi ginjal bias terjadi akibat tekanan yang
D. PATHWAY
diagnosa diantaranya
Long (1996)
Perubahan usia
Pembesaran prostate
Penyumbatan parsial/total
kurang pengetahuan
Retensi urin
Pemasangan kateter
E. GAMBARAN KLINIS
berkemih. Obstruksi leher kandung kemih disebabkan oleh penekanan uretra dan
pembesaran lobus median periuretra yang menonjok ke dalam kandung kemih dan
1. Rectal Gradding
2. Clinical Gradding
Banyaknya sisa urine diukur tiap pagi hari setelah bangun tidur,
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisa
2. Kultur urin
3. sitologi urin
4. BUN/creatinin
6. SDP
kemih.
8. Sistourenografi berkemih
10. Sistogram
11. Sistourenoskopi
12. Sistometri
G. PENATALAKSANAAN
bagian prostate yang memotong uretra untuk memperbaiki aliran urin dan
antara lain :
2) Suprapubik/Open Prostatectomy
jaringan prostat diangkat melaui insisi garis tengah bawah dibuat melalui
kandung kemih. Tindakan jenis lebih ditujukan bila ada batu kandung kemih.
3) Retropubik Prostatectomy
kemih.
8
4) Perineal Prostatectomy
insisi diantara skrotum dan rectum. Prosedur radikal ini dilakukan untuk
I. FOKUS PENGKAJIAN
berikut :
1. Sirkulasi
Tanda :
2. Eliminasi
Gejala :
Tanda :
Gejala :
4. Nyeri/kenyamanan
Gejala :
5. Keamanan
Gejala :
Demam.
6. Seksualitas
Gejala :
Tanda :
7. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :
agen antibiotic, obat yang dijual bebas untuk flu/alegi obat mengandung
simpatomimetik.
10
J. FOKUS INTERVENSI
1. Nyeri (akut)
Kriteria hasil :
Intervensi :
Kriteria hasil :
Intervensi :
3. Kurang pengetahuan
Kriteria hasil :
Intervensi :
BAB II
RESUME KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Nama : Tn. W
Umur : 83 tahun
Pekerjaan : Buruh
Data keluarga :
Klien mempunyai seorang isteri dan tujuh anak. Lima anak laki-
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
= perempuan meninggal
= klien
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
terpasang katater.
13
dirasakan klien buang air kecil tidak lancar, merasa tidak puas saat
buang air kecil dan badan terasa panas dingin. Kemudian oleh keluarga
memasang kateter.
Infus RL 20 tpm
Rontgen thorak
Vol% W=37-43
LED 15 Mm 1=0-10
40 Mm 2=2-20
Hitung Jenis
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 0 % 1-3
Staf 1 % 2-6
Segmen 60 % 50-70
Limfosit 35 % 20-40
Monosit 4 % 2-8
SGOT 9 u/l L=<37
u/l W=<31
SGPT 24 u/l L=<37
u/l W=<31
Kolesterol 137 Mg/dl <200
Trigliserol 132 Mg/dl <200
Ureum 27 Mg/dl 10-50
Creatinin 0.50 Mg/dl L=0,6-0,9
Mg/dl W=0,5-0,9
GDS 99 Mg/dl 70-115
Golongan darah 0
Infus RL 20 tpm
Infus RL 20 tpm
Infus RL 20 tpm
makan tiga kali sehari porsi habis. Klien mengatakan tidak mual, muntah dan
masukan peroral limaratus milliliter dan seribu milliliter cairan inful jenis RL.
Jumlah cairan keluar saat pengkajian adalah seratus milliliter urin di dalam
urin bag.
seratus tujuhpuluh centimeter. Dari data tersebut dapat diketahui status gizi
duapuluh. Hasil perhitungan adalah 20,7. dari hasil tersebut maka status gizi
klien normal.
3. Pola Eliminasi
16
konsistensi lunak, warna kuning dan bau khas. Klien mengatakan tidak ada
keluhan BAB.
Volume urinn pada saat pengkajian seribu milliliter dan warna kuning. Klien
0 : mandiri
4 : tergantung total
Oksigenasi
bangun pukul empat pagi. Klien mengatakan tidak ada masalah pola tidur.
6. Pola Perseptual
Namun pola pendengaran klien sedikit berkurang karena faktor usia. Dan itu
anak. Lim anak kali-laki dan dua anak perempuan. Klien mengatakan bahagia
dengan keluarganya.
8. Pola Persepsi
keluarga dalam keluarganya, suami dari istri dan bapak dari tujuh orang anak.
RS juga baik.
Sebelum sakit klien menjalankan kewajiban salat namun selama sakit klien
4. Pemeriksaan Fisik
RR=24x/menit
4. BB/TB : 60kg/170cm
9. Mata :
CA (-). SI (-), reflek cahaya (+), pupil Ø 3mm, edema palbebra (-)
Membrane mukosa oral lembab, lidah bersi, bau (-), rongga mulut bersih, gigi
12. Thorak :
P= sonor
A= bunyi paru vesikuler (+/+), suara tambahan (-), bunyi jantung S1-2
13. Abdomen :
P= timpani
P= spleen tidak terabs, hepar tidak teraba, nyeri tekan (-) dan nyeri lepas (-)
14. Inguinal :
Klien terpasang kateter hari keempat. Keteter bersih dan posisi masih baik.
15. Ekstremitas :
Turgaor elastis baik, kulit lembab, bersih, jejas (-), WPK < 2 menit, edema (-),
terpasang iv line ditangan kanan hari keempat, eksremitas atas kekuatan 5/5
5. Program Terapi
1) Infuse RL 20 tpm
20
3) Paracetamol 2x500
6. Pemeriksaan Penunjang
normal.
21
baik.
ANALISA DATA
DO : kateter)
P : prosedur invasive
(pemasangan kateter)
Q : skala 4
R : daerah kelamin
S : Klien terlihat
kesakitan
T : saat mengejan
2 Rabu, DS : klien mengatakan Resiko Prosedur
DO : kateter)
TD=110/80 mmHg
N=78x/menit
S=36,50C
22
RR=24x/menit
Tanda-tanda
infeksi/inflamasi
R= daerah inguinal
tidak kemerahan
C= daerah inguinal
tidak panas
T= daerah inguinal
tidak membesar
D= daerah inguinal
mengejan
F= daerah inguinal
fungsi
DO :
penyakitnya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
23
(pemasangan kateter).
(pemasangan kateter).
1 Setelah dilakukan 1) Kaji nyeri Rabu, 27 April 2011 pukul 09.30 S : Klien mengatakan masih nyeri saat
1x8 jam diharapkan nyaman 2) Mengajurkan posisi yang nyaman O : P= prosedur invasive (pemasangan
kebutuhan rasa nyaman 3) Ajarkan distraksi 3) Mengajarkan distraksi relaksasi kateter), Q= skala 3, R= daerah kelamin,
nyeri klien terpenuhi relaksasi 4) Melanjutkan terapi pemberian S= klien terlihat kesakitan, T= saat
dengan criteria hasil : 4) Beri analgetik sesuai analgetik sesuai indikasi : mengejan.
1) Secara verbal klien indikasi. parasetamol 500 mg. A : maslah teratasi sebagian
berkurang.
Luthfi Luthfi
2 Setelah dilakukan 1) Ukur TTV Rabu, 27 April 2011 pukul 09.45 S : klien mengatakn terpasang kateter
25
mengejan
fungsi
Ttd Ttd
Luthfi Luthfi
3 Setelah dilakukan 1) Motivasi klien/keluarga Rabu, 27 April 2011 pukul 09.30 S : Klien dan keluarga mengatakan
asuhankeperawatan selama untuk mengungkapkan 1) Memotivasi klien/keluarga untuk sedikit mengerti tentag penyakit BPH.
1x8 jam diharapkan klien pertanyaan tentang mengungkapkan pertanyaan tentang O : klien dan keluarga mampu
mengarti tentang penyakit penyakit. penyakit. menjawab satu pertanyaan dari tiga
BPH dengan kriteria hasil : 2) Beri pendidikan kesehatan 2) Memberi pendidikan kesehatan pertanyaan.
1) Secara verbal tentang penyakit BPH tentang penyakit BPH. A : masalah teratasi sebagian
mengerti tentang
Luthfi Luthfi
27
BAB III
PEMBAHASAN
Penulis telah melaksanakan studi kasus pada hari rabu, 27 April 2011
dengan metode observasi dan wawancara. Adapun judul dari studi kasus tersebut adalah
“Asuhan Keperawatan pada Tn. W dengan Benigna Prostat Hipertrofi (BPH) Di Ruang
Dalam bab ini akan dibahas pengelolaan kasus terhadap Tn. W dengan
membandingkan konsep dasar yang terdapat dalam literatur dengan proses keperawatan
di lapangan. Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan penulis maka dapat dirumuskan
KATETER
mengalami dan melaporkan adanya ketidaknyamanan berat atau sensasi tak nyaman,
berakhir dari pertama detik sampai kurang dari eman bulan. Batasan karakteristik pada
masalah nyeri menurut Capernito dapat diperoleh dari data subjektif yaitu komunikasi
(verbal atau kode) yang memberikan gambaran nyari. Sedangkan dilihat dari data objektif
yaitu adanya perilaku melindungi atau proteksi, memfokuskan pada diri sendiri, adanya
penyempitan fokus (perubahan persepsi waktu, menarik diri dari kontak sosial dan
orang lain, mencari aktivitas dan galisah) , wajah tampak menahan nyeri (mata tidak
bersemangat, tampak terpukul, gerakan terfiksasi dan meringis), perubahan pada tonus
otot (kaku) dan respon autonomik tidak terlihat pada nyeri stabil kronis (diaporesis,
perubahan tekanan darah dan nadi, pipil dilatasi, peningkatan atau penurunan frekuensi
nafas).
Pengkajian pada hari rabu, 27 April 2011 diperoleh data subyektif klien mengatakan
terinvasi organisme pathogen. Menurut Nanda faktor resiko dari resiko infeksi antara lain
tidak adekuat (Hb menurun, leukopenia dan penekanan respon inflamasi), pertahanan
primer tidak adekuat (kulit tak utuh, trauma jaringan, penurunan gerak silia, cairan tubuh
INFORMASI
mayor menurut Capernito pada masalah kurang pengetahuan antara lain klien
persepsi yang tidak akurat terhadap kondisi kesehatan dan menampilkan secara tidak
tepat perikau sehat yang diinginkan/yang sudah ditentukan. Batasan minor pada masalah
kurang pengetahuan antara lain kurang integritas rencna tindak lanjut ke dalam kegiatan
BAB IV
IMPLIKASI
pemberi asuhan keperawatan, sarana dan prasarana yang tersedia serta kaadaan pasien itu
sendiri. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kasus Benigna Hipertrofi
Prostat (BPH) memerlukan perawatan yang konperhensif. Dalam mengatasi kasus perlu
dilakukan tindakan yang tepat untuk menanganinya, maka dibutuhkan hasil anamnesa
yang valid waktu pertama kali masuk terutama pada keluhan pasien. Hal tersebut
dibutuhkan untuk menentukan tindakan keperawatan yang tepat dalam mengatasi dan
Kasus yang dikelola dalam satu hari pada hari Rabu, 27 April 2011 mulai
memberikan asuhan keperawatan pada Tn. W dengan diagnosa Benigna Hipertrifi Prostat
(BPH). Ada beberapa kesenjangan antara kasus yang dihadapi dengan teori yang ada. Hal
ini sesuai dengan sifat manusia yang unik dimana antara yang satu dengan yang lain
teratasi. Hal ini tergantung pemberi asuhan keparawatan, sarana dan prasarana serta
pasien itu sendiri, dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat mampu :
pendidikan kesehatan.
2. Memperhatikan rasa nyeri pada pasien dan keadaan kateter untuk mencegah
3. Bekolaborasi dengan tim medis lain seperti dokter, petugas laboratorium, ahli gizi
dan lain-lain agar dapat memberikan perawatan secara menyeluruh pada pasien.
30
Selain uraian diatas saran yang ingin penulis harapkan antara lain selama
proses pengkajian lebih fokus pada masalah keperwatan untuk mendapatkan data yang
valid serta kejelian dalam menganalisa data agar dapat menentukan dan memprioritaskan
keperwatan yang tepat untuk pasien. Dengan demikian masalah keperawatan dapat