You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kejang adalah pelepasan muatan oleh neuron – neuron otak yang

mendadak dan tidak terkontrol ,yang menyebabkan perubahan pada

fungsi otak . Kejang terjadi sewaktu neuron- neuron serebrum tertentu

berada dalam keadaan hipereksitasi atau mudah mengalami depolarisasi.

(Gunawan, S. G., 2007)

Sewaktu kejang berlanjut ,neuron- neuron inhibitorik di otak

melepaskan muatan-muatan dan menyebabkan pelepasan muatan oleh

neuron melambat kemudian berhenti. Apabila suatu kejang di ikuti oleh

kejang kedua dan ketiga sebelum memperoleh kembali kesadaran, maka

dikatakan terjadi status epileptikus. (Sherwood, Lauralee., 2001)

Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami

hipoksemia (penurunan oksigen dalam darah) berat, hipoglikomia

(penurunan glukosa dalam darah), asihemia (peningkatan asam dalam

darah), alkalemia (penurunan asam dalam darah), dehidrasi, intoksikasi

air atau demam tinggi. (Gunawan, S. G., 2007)

Epilepsi adalah suatu kejang yang terjadi tanpa penyebab

metabolik yang reversible. Epilepsi dapat bersifat primer dan sekunder.

Epilepsi primer menjadi secara spontan, biasanya pada anak – anak, dan
memiliki predisposisi genetik. Saat ini sedang dilakukan pemetaan

beberapa gen yang berhubungan dengan epilepsi primer. (Gunawan, S.

G., 2007)

B. MAKSUD PERCOBAAN

Untuk mengetahui efek yang ditimbulkan setelah pemberian obat

antikonvulsan secara oral pada hewan.

C. TUJUAN PERCOBAAN

Untuk mengetahui dan memahami cara pemberian obat dan efek yang

ditimbulkan setelah pemberian pada hewan coba mencit (Mus musculus).

D. PRINSIP PERCOBAAN

Berdasarkan efek antikonvulsan dengan melihat waktu yang dibutuhkan

mencit (Mus Musculus) setelah dinaikkan diatas RRA (Rolling Roller

Apparatus), setelah pemberian Na. cmc, diazepam, fenitoin dan

fenobarbital secara oral.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI UMUM

Kejang (konvulsi) merupakan akibat dari pembebasan listrik yang

tidak terkontrol dari sel saraf korteks selebral yang ditandai dengan

serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik,

dan/atau gangguan fenomena sensori. (Gunawan, S. G., 2007)

Fase dari aktivitas kejang adalah fase prodromal, aura, iktal dan

posikta. Fase prodromal meliputi perubahan dalam perasaan dan tingkah

laku yang mengawali kejang beberapa jam atau hari. Fase awal dari

munculnya kejang berupa beberapa gangguan penglihatan, pendengaran.

Fase iktal merupakan fase dari aktivitas kejang, yang biasanya terjadi

gangguan musculoskeletal. Fase posikal adalah periode waktu dari

kekacauan mental/somnolen/peka rangsangan yang terjadi setelah kejang

tersebut. (Sherwood, Lauralee. 2001)

Penyebab kejang diantaranya ketidakseimbangan kimiawi,

demam, patologis otak dan lain-lain. Ada beberapa jenis epilepsies antara

lain : (Tim Dosen UIT., 2011)

1. Grand mal epilepsy

2. Petit mal epilepsy

3. Psikomotor epilepsy
Konsep terjadinya epilepsy telah ditemukan satu abad yang lalu

oleh John Huglings Jackson, bapak epilepsy modern, pada focus epilepsy

dikorteks selebri terjadi letupan yang timbul kadang-kadang, secara tiba-

tiba, berlebihan dan cepat. Letupan ini menjadi bangkitan umum bila

neuron normal disekitarnya terkena pengaruh letupan tersebut. Konsep ini

masih tetapdianut dengan beberapa perubahan kecil. (Corwin, Elizabeth.

2000)

Ada 2 mekanisme yang paling penting, yaitu dengan mencegah

timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptic dalam focus

epilepsy dan dengan mencegah terjadinya letupan depolaritas pada

neuron normal akibat pengaruh dari fokus epilepsi. (Gunawan, S. G.,

2007)
B. URAIAN BAHAN

1. Aquadest (FI Edisi III, hal 96)

Nama resmi : AQUADESTILLATA

Nama lain : Air suling

Rumus kimia : H2O

Berat molekul : 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak

berbau.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

2. Diazepam (FI Edisi III, hal 211)

Nama resmi : DIAZEPAMUM

Nama lain : Diazepam

Rumus Kimia : C16H13ClN2O

Berat molekul : 284,74

Rumus bangun :
CH3

N
O
N

Cl

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak

berbau atau hampir tidak berbau, mula – mula

tidak mempunyai rasa lama – lama pahit.


Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, tidak larut dalam

etanol (95%) P, mudah larut dalam klorofarm P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya.

Kegunaan : Sedativum

Dosis Maksimum : Sehari 40 mg

3. Fenitoin (FI Edisi III, hal 492)

Nama resmi : PHENYTOINUM

Nama lain : Fenitoina

Rumus Kimia : C15H12N2O2

Berat molekul : 252,28

Rumus bangun :

N
O
N

Pemerian : Serbuk hablur, putih tidak berbau, tidak berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut

dalam etanol (95%) P, sukar larut dalam

kloroform P, dalam eter P, larut dalam larutan

alkali hidroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.


Kegunaan : Antikonvulsan

Dosis Maksimum : 400 mg / 800 mg

4. Fenobarbital (FI Edisi III, hal 481)

Nama resmi : PHENOBARBITALUM

Nama lain : Fenobarbital, Luminal.

Rumus Kimia : C12H12N2O3

Berat molekul : 232,24

Rumus bangun :
H

O N
O
C2H5 NH

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau

rasa agak pahit.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol

(95%) P, dalam eter, larut dalam alkali

hidroksida dan dalam larutan alkali karbonat.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Hipnotikum, sedativum

Dosis Maksimum : 300 mg / 600 mg


5. Na. CMC (FI Edisi III, hal 401)

Nama resmi : NATRII HYDROXYMETHYLCELLULOSUM

Nama lain : Natrium Karboksimetilselulosa

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning

gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau,

higroskopik.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (95%)

P, dalam eter P, dan dalam pelarut organik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Zat tambahan.


C. URAIAN HEWAN UJI

1. Klasifikasi Mencit (Mus musculus)

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Species : Mus musculus

2. Morfologi

Mencit adalah hewan yang cepat bergerak dan cepat pula

berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan

bervariasi. Genetiknya sangat cukup besar serta sifat anatomi dan

fisiologinya dapat berkarakteristik dengan baik, mencit diperlakukan

dengan baik dan halus maka akan mudah dikendalikan, sebaliknya

jika diperlakukan kasar akan menjadi agresif.

3. Karakteristik mencit (Mus musculus)

Masa tumbuh : 6 bulan

Lama hidup : 2 – 3 tahun

Tekanan darah : 147 / 160 mmHg

Laju Respirasi : 136 – 216 / menit


Volume darah : 73 % b/b

Masa pubertas : 35 hari

Masa Hamil : 19 – 20 hari

Masa laktasi : 31 hari

Jumlah sekali lahir : 2 – 4 ekor

Frequensi lahir : 4 x tiap tahun

Masa beranak : sepanjang tahun

Denyut Jantung : 205 – 300 kali / menit

Suhu tubuh : 37,9o C – 39,2o C


BAB III

METODE KERJA

1. Alat Dan Bahan Yang Digunakan

A. Alat

1. Batang pengaduk

2. Gelas kimia

3. Gelas ukur

4. Sendok tanduk

5. Spoit oral

6. Stopwatch

7. Timbangan analitik

8. RRA (Rolling Roller Apparatus)

B. Bahan

1. Aquadest

2. Diazepam

3. Fenitoin

4. Fenobarbital

5. Mencit (Mus musculus)

6. Na. cmc
2. Cara Kerja

a. Pembuatan sampel diazepam

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Ditimbang 2 mg diazepam lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia.

3. Lalu dilarutkan dengan Na. cmc 1% lalu dihomogenkan dan diberi

etiket.

b. Pembuatan sampel fenitoin

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Ditimbang 0,106 g fenitoin lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia.

3. Lalu dilarutkan dengan Na. cmc 1% lalu dihomogenkan dan diberi

etiket.

c. Pembuatan sampel fenobarbital

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Ditimbang 0,04338 g fenobarbital lalu dimasukkan ke dalam gelas

kimia.

3. Lalu dilarutkan dengan Na. cmc 1% lalu dihomogenkan dan diberi

etiket.

d. Pembuatan sampel Na. cmc 1%

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Ditimbang 5 g lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia.

3. Ditambahkan aquadest panas sebanyak 500 ml lalu dihomogenkan

dan diberi etiket.


e. Perlakuan

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Mencit (Mus musculus) dipuasakan dan ditimbang.

3. Diberikan Na. cmc pada mencit (Mus musculus) pertama,

diazepam pada mencit (Mus musculus) ke-2, fenitoin pada mencit

(Mus musculus) ke-3 dan fenobarbital pada mencit (Mus musculus)

ke-4 secara oral.

4. Diletakkan diatas RRA (Rolling Roller Apparatus).

5. Dicatat lama diatas RRA (Rolling Roller Apparatus).


BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN

No
Suspensi Obat BB Hewan Uji Waktu (Menit, detik)
.
1. Na. cmc 17 g 2 menit, 11 detik
2. Diazepam 32 g 1 menit, 2 detik
3. Fenitoin 23 g 2 menit, 16 detik
4. Fenobarbital 26 g 28 detik

B. PEMBAHASAN
Antikonvulsan digunakan terutama untuk mencegah dan

mengobati bangkitan epilepsi (Epileptic seizure). Epilepsi adalah nama

umum untuk sekelompok gangguan atau penyakit susunan saraf pusat

yang timbul spontan dengan epilepsi singkat (disebut bangkitan atau

seizure) dengan gejala utama kesadaran menurun sampai hilang.

Mekanisme kerja obat antiepilepsi atau antikonvulsan adalah

obat yang dapat mencegah timbulnya pelepasan listrik yang abnormal

dipangkalnya dalam sistem saraf pusat, misalnya fenobarbital dan

kloronazepam. Sedangkan mencegah besarnya aktifitas berlebih tersebut

ke neuron – neuron otak lain seperti pada obat kloronazepam, fenitoin

dan trimetadion.

Pada percobaan ini digunakan diazepam, fenitoin, fenobarbital

sebagai obat antikonvulsan dan Na. cmc 1% sebagai pembanding.

Semua pemberian obat untuk hewan uji mencit (Mus musculus) dilakukan

secara oral untuk pembanding dengan Na. cmc. Setelah pemberian

obatnya secara oral, mencit (Mus musculus) bertahan pada RRA selama

2 menit 11 detik.

Untuk obat diazepam dengan berat mencit (Mus musculus) 32

g, setelah pemberian obat secara oral mencit bertahan pada RRA selama

1 menit 2 detik. Untuk obat fenitoin dengan berat mencit (Mus musculus)

23 g,setelah pemberian obat secara oral mencit (Mus musculus) bertahan

selama 2 menit 16 detik. Untuk obat fenobarbital dengan berat mencit


(Mus musculus) 26 g, setelah pemberian secara oral mencit (Mus

musculus) bertahan secara 28 detik.

Pada dasarnya semakin cepat jatuhnya mencit (Mus musculus)

dari RRA maka semakin baik obat itu bekerja pada mencit (Mus

musculus). Jadi obat yang bekerja baik adalah fenobarbital dan fenitoin

adalah obat yang bekerja buruk. Hal ini disebabkan absorpsi fenitoin yang

diberikan per oral berlangsung lambat. Sedangkan untuk Na. cmc 1%

hanya bertindak sebagai pembanding dan kontrol negatif. Diazepam

bekerja dengan baik, disamping itu diazepam berkhasiat sebagai

ansiolitas, relaksasi dan hipnotik juga berfungsi sebagai antikonvulsan.

Berdasarkan khasiat ini, diazepam juga dalam epilepsi dan dalam bentuk

efek IV terhadap status epileptikus. Efek samping dari obat diazepam

yaitu lazim bagi kelompok benzodiazepam yakni mengantuk, termenung

dan kelemahan obat.

Adapun kesalahan – kesalahan dalam percobaan, hal ini

disebabkan oleh beberapa factor antara lain :

1. Alat dan bahan yang digunakan kurang steril.

2. Penimbangan bahan yang kurang teliti.

3. Perhitungan pengenceran obat yang tidak tepat.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa fenobarbital jauh lebih baik dibanding dengan diazepam dan

fenitoin.

B. SARAN

Mohon alat dan bahan yang diperlukan didalam laboratorium

agar dilengkapi demi kelancaran praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth. 2000. “ Patofisiologi ”. EGC; Jakarta.

Dirjen POM. 1979. “ Farmakope Indonesia Edisi III ”. Depkes RI; Jakarta.

Gunawan, S. G. 2007. “ Farmakologi dan Terapi ”. UI Press; Jakarta.

Sherwood, Lauralee. 2001. “ Fisiologi Manusia ”. EGC; Jakarta.

Tim Dosen UIT. 2011. “ Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi I ”.

Universitas Indonesia Timur; Makassar.

http://id.wikipedia.org/wiki/mencit

SKEMA KERJA
Mencit
(Mus musculus)

Dipuasakan

Ditimbang

Perlakuan

Na. cmc Diazepam Fenitoin Fenobarbital

RRA
(Rolling Roller Apparatus)

Catat lama di RRA

Pembahasan

Kesimpulan

GAMBAR PERLAKUAN
1. Pemberian obat per oral

Ket :

1. Mencit (Mus musculus)

2. Spoit

3. Jarum oral

2. RRA (Rolling Roller Apparatus)

Ket :

1. Mencit (Mus musculus)

2. RRA (Rolling Roller

Apparatus)

PERHITUNGAN
1. Diazepam 2 mg

Dosis maksimal untuk manusia 2 mg

Dosis untuk mencit = DM x FK

= 2 mg x 0,0026

= 0,0052 mg

32 g
Dosis untuk hewan uji mencit 32 g = ×0,0052 mg
30 g

= 0,0055 mg

Pengenceran 2 mg : 0,0055
363,6

10 36,36

Diambil 1 ml 10 ml

1 ml 36,36

Vol pemberian untuk mencit 30 g = 1 ml

32 g
Vp untuk mencit = ×1 ml
30 g

= 1,06 ml

2. Fenitoin 100 mg
Berat 20 tab = 2,71 g

Rata – rata = 0,27 g

Dosis maksimal untuk manusia 100 mg

Dosis untuk mencit = DM x FK

= 100 mg x 0,0026

= 0,26 mg

23 g
Dosis untuk hewan uji mencit 23 g = ×0,26 mg
20 g

= 0,299 mg

Vol pemberian untuk mencit 30 g = 1 ml

23 g
Vp untuk mencit = ×1 ml
30 g

= 0,76 ml

100 ml
Untuk sediaan 100 ml = × 0,299 mg
0,76 ml

= 39,34 mg

= 0,03934 g

Berat yang dibutuhkan


Yang ditimbang = × Berat rata−rata
Kadar etiket

39,34 mg
= ×0,27 g
100 mg

= 0,106 g

3. Fenobarbital 30 mg
Rata – rata = 112 mg

Dosis maksimal untuk manusia 100 mg

Dosis untuk mencit = DM x FK

= 30 mg x 0,0026

= 0,078 mg

26 g
Dosis untuk hewan uji mencit 23 g = ×0,078 mg
20 g

= 0,10 mg

Vol pemberian untuk mencit 30 g = 1 ml

26 g
Vp untuk mencit = ×1 ml
30 g

= 0,86 ml

100 ml
Untuk sediaan 100 ml = × 0,10 mg
0,86 ml

= 11,62 mg

= 0,01162 g

Berat yang dibutuhkan


Yang ditimbang = × Berat rata−rata
Kadar etiket

11,62 mg
= ×112 mg
30 mg

= 43,38 mg

= 0,04338 g

4. Na cmc 1%
17 g
Vp untuk mencit = ×1 ml
30 g

= 0,567 ml

You might also like