You are on page 1of 2

T7/Tajuk/2008 Winy Oktovianti

K1A 053 029


Kelas B

Lagi-lagi Selamat Ulang Tahun

“Met ulang tahun, Win! Semoga panjang umur, sehat selalu. Semoga apa
yang diharapkan dapat terkabul di hari yang indah ini.”
***

Cuplikan sms di atas dikirim seorang teman, tepat di hari ulang tahun saya, 4
Oktober lalu. Beberapa orang juga mengirimkan hal yang serupa. Mirip,
dengan susunan kata yang berbeda. Namun esensinya sama: mengucapkan
selamat ulang tahun.
Selamat ulang tahun, met ultah, happy birthday, happy anniversary,
met milad. Semuanya sama. Mengucapkan selamat kepada seseorang atas
bertambahnya usia mereka. Tapi haruskah hal tersebut dirayakan? Haruskah
kita mengucapkan selamat kepada seseorang saat kontraknya di dunia
berkurang? Apalagi ditambah doa agar yang bersangkutan panjang umur dan
sehat selalu. Logikanya, saat umur kita bertambah, maka masa hidup kita
akan berkurang. Dan tentunya, tak akan panjang umur. Ini nih anehnya orang
Indonesia. Berkurang umur koq malah diberi ucapan selamat? Aneh rasanya
saat ada orang yang merasa senang disaat (mungkin) kita akan mati.
Padahal, akan lebih baik jika peristiwa tersebut dijadikan ajang
refleksi diri. Dijadikan sebuah cermin diri untuk kita berkaca. Seperti apa
kehidupan kita kemarin? Sudahkah kita menjadi pribadi yang baik?
Sudahkah kita memanfaatkan waktu yang telah kita lalui sebaik-baiknya?

1
Waktu adalah kertas kehidupan yang harus ditulis dengan deretan
kalimat kerja dan prestasi. Dia akan merasakan kehampaan yang luar biasa
bila dilalui tanpa terisi tinta kreasi atau kalimat kerjanya terputus. Bahkan
dia akan merasakan kekosongan jiwa bila ada rentang waktu yang kosong
dan tidak bernilai apapun.
Bila sampai saat ini Anda berumur 21 tahun, seharusnya ada 21 jilid
kehidupan yang berjudul nama Anda. Setiap jilid itu terdiri atas 12 bab, 365
halaman. Setiap halaman terdiri dari 24 baris atau 8760 kata. Kita-lah yang
menentukan apakah baris-baris itu penuh dengan kisah “exciting (panas)”
tentang persaingan, kisah perjalanan menuju perpustakaan, membaca dan
lain-lain. Ataukah hanya berupa deretan kisah tentang tidur, sakit, atau
bermalas-malasan. Hal yang paling menyedihkan jika setiap lembarnya
justru kosong tak berisi tulisan apapun! Lantas, bagaimana kita akan berkata
pada para pembaca kehidupan kita bila setiap lembarnya penuh dengan
kertas kosong?
Genggamlah komitmen terhadap waktu karena keunggulan itu sangat
dekat dengan orang yang paling efektif memanfaatkan waktunya. Sudahkah
kita termasuk dalam golongan orang yang efektif memanfaatkan waktu
untuk meningkatkan kualitas hidup kita?
Wie alt sind Sie? Berapa umur Anda sekarang?
Saya (sudah) 21 tahun. Masih ada waktu yang tersisa untuk
memperbaiki buku kehidupan. Bagaimana dengan Anda?
Selamat ulang tahun. Atau haruskah saya ucapkan, selamat berkurang
umur. Semoga kita semakin bijak dalam menjalani hidup. Amin.

You might also like