You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengkondisian gedung diperlukan untuk memberikan kenyamanan lingkungan kerja bagi
para penghuninya.Didalam gedung terdiri dari ruangan-ruangan yang berbeda fungsinya.Oleh
karena itu, terdapat pengaturan temperatur udara ruangan untuk setiap ruangan.
Gedung rumah dan toko (ruko) merupakan gedung hunian dan pertokoan yang terletak di
Jalan Sukaraja II No. Bandung. Dalam hal ini, kami berusaha untuk merancang sistem
pengkondisian udara di gedung tersebut berdasarkan teori-teori yang telah penulis pelajari di
bangku kuliah di Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara di kampus Politeknik Negeri
Bandung.

1. 2 Maksud dan Tujuan


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Dapat menghitung beban pendinginan yang akan ditangani oleh alat pengkondisian
udara.
2. Merancang sistem tata udara di Gedung Politeknik Kesehatan Bandung.
3. Menerapkan semua ilmu yang telah didapat dalam mata kuliah tata udara.

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan beban pendinginan dengan metoda CLTD dilakukan berdasarkan data
konstruksi ruangan yang didapat serta pemakaian ruangan dari jam 08.00 s.d jam 17.00.
2. Jenis sistem tata udara yang akan digunakan adalah sistem tata udara sentral.
3. Perencanaan sistem saluran udara dengan metoda gesekan sama (Equal Friction
Method)
4. Pengontrolan udara supply adalah dengan menggunakan sistem VAV (Variable Air
Volume)
1.4 Metode Penulisan
Segala data yang mendukung pembuatan makalah ini deperoleh dengan cara :
1. Mengadakan studi kasus terhadap gedung yang bersangkutan, meliputi pencarian data
bangunan tersebut melalui internet dan perangkat pendukung perencanaan sistem
pengkondisian udara.
2. Berkonsultasi langsung dengan pembimbing.
3. Data yang diambil ada kalanya diasumsikan agar memudahkan perhitungan, tetapi tidak
akan menyimpang dari hasil yang akan diperoleh.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan, batasan masalah, metoda
penulisan dan sitematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Menjelaskan tentang pengertian umum pengkondisian udara (Air
Conditioning), faktor-faktor pertimbangan dalam pemilihan sistem tata udara,
dan jenis-jenis sistem tata udara.
BAB III : DATA PERENCANAAN
Menjelaskan tentang kondisi bangunan, letak dan posisi bangunan, situasi
bangunan dan ruangan, bahan-bahan yang dipergunakan untuk bangunan,
jumlah orang dalam ruangan, peralatan penghasil kalor, kondisi udara
ruangan, kondisi udara luar, penyesuaian terhadap bulan dan arah mata angin.
BAB IV : PERHITUNGAN BEBAN PENDINGINAN
Menjelaskan tentang beban kalor dari sinar matahari yang melewati kaca,
beban kalor dari sinar matahari yang melewati dinding, beban kalor yang
melewati atap, beban kalor partisi, beban kalor yang diakibatkan orang yang
berada di dalam ruangan, beban kalor dari peralatan penghasil kalor, beban
kalor dari udara ventilasi dan beban kalor total ruangan.
BAB V : PEMILIHAN UNIT MESIN PENDINGIN
Menjelaskan tentang analisa psikometrik, dan pemilihan sistem tata udara
jenis paket.
BAB VI : SISTEM PENDISTRIBUSIAN UDARA
Menjelaskan tentang fungsi saluran udara, dasar-dasar perencanaan saluran
udara, perencanaan sistem saluran udara serta pemilihan diffuser dan grill.
BAB VII : SISTEM PENGATURAN BEBAN PARSIAL
BAB VIII : KESIMPULAN DAN SARAN
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Umum Pengkondisian Udara


Bagi kebanyakan orang pengkondisian udara (air conditioning)hanya berarti pendinginan
udara untuk memberikan rasa sejuk bagi orang yang berada di suatu tempat bekerja, istirahat
atau tempat hiburan.Pengertian tersebut tidak lengkap bahkan jauh dari mencukupi.
Tata udara meliputi aspek yang lebih luas, sasarannya tidak hanya memberikan rasa sejuk
belaka, tetapi kenyamanan, kebersihan udara serta kondisi tertentu untuk keperluan proses di
industri atau transportasi.
Paling sedikit ada enam aspek yang menjadi tanggung jawab ahli tata udara, yakni :
a. Temperatur udara
b. Kelembaban udara
c. Gerakan aliran udara
d. Kadar oksigen dan gas-gas beracun
e. Debu dan bau di dalam udara
f. Suara (Noise criteria)
Temperatur udara yang diinginkan diatur dengan cara pendinginan atau pemanasan.
Pendinginan dilakukan bila suhu udara berada di atas derajat yang diinginkan, sebaliknya harus
dilakukan pemanasan bila temperatur udara terlalu dingin.
Di Indonesia yang temperatur rata-ratanya cukup tinggi, sistem tata udara berfungsi
sebagai pendingin.
Kelembaban udara diatur dengan menyerap atau menyemprotkan uap air ke udara
tersebut. Peralatan yang menyerap uap air disebut dehumidifier sedangkan peralatan pelembab
udara disebut humidifier.
Gerakan udara diatur dengan memilih kapasitas kipas yang tepat atau dengan mengatur
volume dan kecepatan udara suplai.
Kadar oksigen, gas-gas beracun dan bau diatur dengan cara mengatur jumlah udara segar
yang diambil dari luar, merencanakan sistem exhaust dan sebagainya. Debu atau kotoran
berbentuk padat halus dilenyapkan dengan penyaringan, pencucian dan perencanaan sistem
exhaust yang baik.Suara bising yang ditimbulkan oleh sistem tata udara dapat berasal dari
pusingan udara di dalam kipas, gesekan udara di dalam saluran dan getaran bantalan (bearing)
yang aus.Suara bising yang bukan disebabkan oleh sistem tata udara tidak termasuk dalam
lingkup tanggung jawab ahli tata udara.

2.2 Faktor-Faktor Pertimbangan Dalam Pemilihan Sistem Tata Udara


Sasaran dari pengkondisian udara adalah supaya temperatur, kelembaban, kebersihan dan
distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat keadaan yang diinginkan.Untuk
mencapai hal tersebut, dapat dirancang dan digunakan beberapa macam sistem pendinginan,
pemanasan dan ventilasi yang sesuai. Oleh karena itu dalam proses pemilihan sistem
pengkondisian udara, pemakai dan perancang haruslah bersepakat supaya tingkat keadaan dan
persyaratan yang ditetapkan dapat dipenuhi sebaik-baiknya.
Beberapa faktor pertimbangan dalam pemilihan sistem pengkondisian udara meliputi :

2.2.1 Faktor Kenyamanan


Kenyamanan dalam ruangan pada umumnya ditentukan oleh beberapa parameter tersebut
di bawah ini :
 Temperatur bola kering dan bola basah dari udara
 Aliran udara
 Kebersihan udara
 Bau
 Tingkat kebisingan
 Kualitas ventilasi
Tingkat keadaan tersebut dapat dicapai dengan pemilihan peralatan yang tepat dan teratur
dengan sistem pengaturan yang ada pada mesin pengkondisian udara tersebut dan peralatan
komponen pelengkapnya.Namun, perlu diperhatikan bahwa perbedaan atau kecepatan perubahan
besaran pada parameter tersebut, besar pula pengaruhnya terhadap kenyamanan bagi penghuni
yang ada di dalam ruangan.
2.2.2 Faktor Ekonomi
Dalam proses pemasangan, operasi dan perawatan, serta sistem pengaturan yang akan
dipergunakan haruslah diperhitungkan pula segi-segi ekonomisnya. Oleh karena itu, dalam
perencanaan sistem pengkondisian udara haruslah dipertimbangkan faktor ekonomi tersebut di
bawah ini :
a. Biaya Awal
Biaya awal meliputi pembelian bahan, ongkos kerja dan biaya instalasi tergantung pada
investasi yang akan menjadi beban pembeli dan menjadi faktor penentu dalam pemilihan sistem
pengkondisian udara.

b. Biaya Operasi dan Perawatan


Biaya operasi dan perawatan itu termasuk biaya tetap, seperti depresiasi peralatan,
pengembangan investasi dan bunga ditambah biaya tak tetap, seperti biaya energi listrik, bahan
bakar dan air, biaya perawatan dan reparasi, serta biaya personel. Dengan demikian sistem
pengkondisian udara yang paling baik adalah sistem yang dapat beroperasi dengan biaya total
yang serendah-rendahnya.

Faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menekan biaya operasi dan perawatan meliputi
:
 Konstruksi yang sederhana
 Tahan lama
 Mudah direparasi jika terjadi kerusakan
 Mudah perawatannya
 Dapat melayani perubahan kondisi operasi
 Efesiensi

2.3 Jenis-jenis Sistem Tata Udara


Berikut ini akan diperkenalkan secara singkat tentang jenis unit atau sistem tata udara
yang umum dipakai. Penamaan sistem tata udara pada umumnya dilihat dari keunikan
sistemnya, seperti :
2.3.1. Jenis Jendela (Window Type Unit)
Sistem ini adalah yang paling sederhana, semua komponennya yakni kompresor,
kondensor, evaporator, alat ekspansi dan kipas dikumpulkan menjadi satu di dalam kotak
berukuran  60x40x30 cm. Pemasangannya mudah, cukup dimasukan ke dalam dinding yang
sudah dilubangi, udara dingin dari evaporator akan ditiupkan ke dalam ruangan dan udara panas
dari kondensor akan ditiupkan keluar ruangan. Jenis jendela mempunyai kapasitas yang terbatas
untuk satu ruangan yang tidak begitu besar.Jika ruangan cukup besar diperlukan lebih dari satu
unit.

2.3.2. Jenis Split (Split Type Unit)


Pada jenis ini sistem terbagi ke dalam dua bagian yaitu :
 Bagian yang terpasang di luar ruangan (OutDoor Unit)
 Bagian yang terpasang di dalam ruangan (InDoor Unit)

Outdoor unit terdiri dari kompresor, kondensor dan komponen ekspansi sedangkan
indoor unit terdiri dari evaporator dan kipas.
Walau masih terbatas, jenis split ini dapat mempunyai kapasitas yang lebih besar dari
jenis jendela. Jenis ini telah mulai menggeser minat akan jenis jendela karena mempunyai
keunggulan tidak mengeluarkan suara bising pada ruangan serta pengaturannya yang lebih
bervariasi.

2.3.3. Jenis Paket (Package Type Unit)


Sistem ini hampir menyerupai jenis jendela.Kompresor, kondensor, evaporator ekspansi
dan kipas dikumpulkan menjadi satu, tetapi mempunyai kapasitas yang jauh lebih besar, bahkan
dapat melayani satu gedung berukuran kecil. Penempatannya di luar ruangan, udara segar disatu
dan didistribusikan ke dalam ruang-ruang dengan menggunakan sistem saluran udara (Air duct).
2.3.4. Sistem Sentral
Sistem pendinginan dipusatkan dan dikendalikan dari suatu tempat.Sistem ini dapat
melayani gedung-gedung bertingkat dan berukuran besar. Sistem ini mempunyai paling sedikit
enam sub sistem utama, yakni :
1. Chiller
2. Cooling tower
3. Pompa-pompa dan perpipaan air
4. Komponen penukar kalor dan pengolah udara
5. Sistem kelistrikan dan sistem kontrol
Chiller, pompa-pompa dan sistem kontrol kelistrikan ditempatkan di dalam ruang chiller
sentral, cooling tower ditempatkan di luar gedung, komponen penukar kalor dan pengolah udara
ditempatkan pada tiap-tiap zona atau dikumpulkan bersama chiller di ruang chiller, tergantung
pada jenis sistem sentral yang diterapkan, apakah sistem udara total, air total atau sistem air-
udara. Pengontrolan suhu ruang dan kapasitas mesin dapat dilakukan di ruang kontrol.
Sistem sentral ini pada umumnya dipakai di hotel-hotel, perkantoran, rumah sakit dan
gedung-gedung yang berukuran besar. Sistem yang akan dipakai pada perencanaan ini adalah
sistem udara central dengan metoda udara total.
BAB III
DATA PERANCANGAN

3.1 Kondisi Bangunan


3.1.1 Letak Dan Posisi Bangunan
Gedung rumah toko (ruko)Sukaraja ini terletak di daerah Bandung tepatnya di Jalan
Sukaraja II No. Bandung. Bangunan ini berada pada posisi ° BT and ° LS.

3.1.2 Situasi Bangunan dan Ruangan


Bangunan yang akan dikondisikan terdiri dari dua lantai yaitu lantai pertama digunakan
untuk pertokoan dan lantai dua digunakan untuk hunian.
Untuk lantai pertama terdiri dari beberapa ruangan diantaranya :
 10 ruang pertokoan
 1 ruang kantor
 1 ruang mushola
 1 ruang restaurant
Untuk lantai dua terdiri dari beberapa ruangan diantaranya :
 18 ruang hunian
 1 ruang bersama

Catatan.Gambar ruangan ada pada lampiran.

3.1.3 Kondisi Lingkungan dan Temperatur Perancangan yang digunakan

3.1.3.1 Kondisi Lingkungan (Udara luar ruangan)


Asumsi temperatur lingkungan adalah 87,8°F ≈ 88°F dengan RH 60 % atau sekitar 31°C
dengan besarnya RH 60 %.
3.1.3.2 Temperatur Perancangan yang digunakan
Temperatur rancangan dalam untuk musim panas adalah 75,2°F ≈ 75°F dengan RH 50 %
atau sekitar 24°C dengan besarnya RH 50 % (Air Conditioning Principle and System An Energy
Approach, Edward G, Pita, Tabel 1.1)

3.1.4 Penyesuaian terhadap Bulan dan Arah Mata Angin


Penyesuaian perlu dilakukan terhadap data-data yang menyangkut penggunaan Bulan dan
arah Mata Angin.Data-data tersebut diambil dari tabel-tabel yang direkomendasikan.

3.1.4.1 Penyesuaian terhadap Bulan


Karena kondisi yang sama antara LU dan LS perbedaannya terpaut 6 bulan, maka
penggunaan data yang berhubungan dengan bulan, bila hendak digunakan pada posisi LS, bulan
yang telah dipilih ditambah 6 bulan terlebih dahulu. Bulan yang telah ditambah tersebut kondisi
rancangannya akan sama seperti pada posisi LU. Misalnya kondisi yang diinginkan adalah
kondisi pada bulan Januari pada posisi LU, maka data yang akan dipakai adalah data pada bulan
Juli pada posisi LS. Jadi data pada bulan Januari sampai Desember pada LU sama kondisinya
dengan data untuk bulan Juli sampai dengan Juni pada posisi LU.

3.1.4.2 Penyesuaian terhadap arah Mata Angin


Sama halnya dengan penyesuaian data yang berhubungan dengan bulan, data yang
berhubungan dengan arah mata angin pun diambil pada posisi LU, sehingga data-data tersebut
hanya berlaku untuk belahan bumi bagian utara saja.
Data-data tersebut dapat dipakai pada belahan bumi bagian selatan setelah mengalami
penyesuaian. Maka bila data yang diperlukan pada posisi LS adalah arah selatan pada data tabel
yang digunakan adalah data pada arah utara. Dibawah ini adalah tabel yang digunakan adalah
data pada arah utara.Dibawah ini adalah tabel penyesuaian arah mata angin untuk belahan bumi
bagian selatan.
Lintang Utara N NE E SE S SW W NW
Lintang Selatan S SE E NE N NW W SW

3.2 Bahan-bahan yang digunakan untuk Bangunan


3.2.1 Konstruksi Dinding

No. Layer Tebal


(inch)
1. Outside air surface -
2. Agregat
3. Common brick 4,00
4. Agregat
5. Inside air surface -
TOTAL

1 2 3 4 5

3.2.2 Kaca
Jenis kaca yang digunakan adalah jenis Single Glass pada Summerdan No Indoor Shade. Besar U
adalah 1,04 Btu/hr. ft². °F didapatkan dari Tabel 3.14A ASHRAE GRP 158 Cooling and Heating
Load Calculation Manual.

3.2.3 Konstruksi Pintu

Luas Pintu (A) :


L=pxt
= 1400 x 2250
= 3150000 mm²
= 31.5 ft²
No. Layer Tebal
(inch)
1. Inside air surface -
2. Alumunium
3. Inside air surface -
TOTAL

1 2 3

3.2.4 Konstruksi Ceiling

Inside air surface

Plywood
Inside air surface

No. Layer Tebal (inch)


1. Inside air surface -
2. Plywood 0,25
3. Inside air surface -
TOTAL 0,25

3.3 Luas Ruangan yang dikondisikan


Lantai satu
No. Nama Ruangan Luas Ruangan
(ft²)
1. 1 Restaurant 696.9252
2. 1 Kantor 180.23
3. 1 Mushola 180.23
4. 10 Pertokoan @177.54
TOTAL 2145.7852

3.4 Jumlah Penghuni


No. Nama Ruangan Jumlah Penghuni
1. 1 Restaurant 69
2. 1 Kantor 2
3. 1 Mushola
4. 10 Pertokoan @10
TOTAL

3.5 Jumlah Peralatan


No. Nama Ruangan Peralatan
TV Komputer Sound System Photocopy
1. 1 Restaurant 1 1 4 -
2. 1 Kantor 1 2 - 1
3. 1 Mushola - - - -
4. 10 Pertokoan - @1 - -
TOTAL 2 13 4 1

3.6 Jumlah Total Watt Lampu


No. Nama Ruangan Jumlah lampu Jumlah watt lampu
1. 1 Restaurant 6 lampu TL 120
2. 1 Kantor 2 lampu TL 40
3. 1 Mushola 2 lampu TL 40
4. 10 Pertokoan @2 lampu TL 400
TOTAL 30 600
BAB IV
PERHITUNGAN BEBAN

Perhitungan beban pendinginan dipengaruhi oleh faktor beban dari luar (lingkungan), dan
faktor beban dari dalam (ruangan yang dikondisikan).Setiap perhitungan beban hanya dilakukan
pada saat temperatur lingkungan paling tinggi (beban puncak/ Peak Load). Sehingga harga total
beban pendinginan merupakan nilai yang diperoleh saat beban puncak. Harga temperatur
lingkungan yang paling tinggi terjadi pada pukul 15.00 yaitu sebesar 31°C atau sama dengan
85,2 °F ≈ 85 °F.
Beban pendinginan dari ruangan yang akan kami kondisikan berasal dari beberapa
sumber, yaitu :
1. Beban eksternal, yang meliputi :
 Beban Dinding
 Beban Ceiling
 Beban Kaca
 Beban Pintu
2. Beban internal, yang meliputi :
 Beban Penghuni
 Beban Penerangan Lampu
 Beban Peralatan
3. Beban udara ventilasi
Tabel-tabel perhitungan yang dipergunakan dalam perhitungan beban ini bersumber dari
Buku ASHRAE GRP 158 Cooling and Heating Load Calculation Manual dan Buku Edward G.
Pita

4.1 Beban Eksternal


4.1.1 Beban Dinding

No. Layer Tebal


(inch)
1. Outside air surface -
2. Agregat 0,5
3. Common brick 8,00
4. Agregat 0,5
5. Inside air surface -
TOTAL 9,0
2 2 3 4 5
Dengan melihat konstruksi dinding diatas maka didapatkan dinding tersebut termasuk Grup
Dinding B.
Dan dari konstruksi diatas pula, didapatkan besar koefisien perpindahan kalornya adalah U =
0,31 Btu/hr. ft2.oF (Buku Edward G.Pita halaman 445)

9
To’ = 28 °C /5 x 28 + 32 = 82,4 °F = 82 °F
9
TR = 24 °C /5 x 24 + 32 = 75,2 °F = 75 °F

TDR = Temperature Daily Range


TDR = Perbedaan temperature outside maksimum – Temperature outside minimum
= 82.4 – 73.4 = 9 oF

Karena pengukuran dilakukan pada bulan April, maka besar CLTD dan LM adalah sebagai
berikut :
Bulan April Bulan Oktober , 8 °LS 8 °LU

Diketahui bahwa konstruksi dinding termasuk Grup Dinding B serta pengukuran yang dilakukan
ialah saat beban puncak yaitu pada pukul 15.00 , maka
CLTD = Utara – South = 14°F
Barat – West = 14 °F
Selatan – North = 9 °F
Timur – East = 24 °F

LM = Utara – South = 4
Barat – West = -1
Selatan – North = -3
Timur – East = -1

CLTDc = (CLTD + LM)K + (78 - TR) + (To - 85)


Utara = (14 + 4) 0,83 + 3 - 3 = 14.94 °F
Barat = (14 – 1) 0,83 + 3 – 3 = 10.79 °F
Selatan = (9 - 3) 0,83 + 3 – 3 = 4.98 °F
Timur = (24 – 1) 0,83 + 3 – 3 = 19.09°F

Rumus Perhitungan Beban Dinding :


Q dinding = U x A x CLTDc
U = Koefisien perpindahan panas dinding dalam Btu/ hr. ft². °F.
Besar U = 0,31 Btu/ hr. ft². °F sesuai dengan perhitungan diatas.
A = Luas dinding (ft²).
CLTDc = CLTD koreksi dalam °F.
Tabel 4.1 Perhitungan Beban Dinding LANTAI 1
U CLTDC
(Btu/ QTO
No Nama Luas dinding arah (ft2) Qu QB QS QT
hr. ft2. 0
( F) T
. Ruangan 0
F)
U B S T   U B S T U B S T Watt
329.2 204. 329. 204. 14.9 10.7 1525. 685. 508.3 1213. 3932
1 Restaurant 0.31 4.98 19.09
56 978 256 978 44 9 32 631 05 04 .3
108. 161. 108. 14.9 10.7 747.7 361. 249.1 639.9 1998
2 Kantor 161.4 0.31 4.98 19.09
138 4 138 44 9 08 711 69 5 .54
152
108. 5.32 108. 14.9 10.7 747.7 361. 2354. 639.9 4104
3 Mushola 161.4 0.31 4.98 19.09
138 451 138 44 9 08 711 8 5 .16
6
177.5 96.8 177. 96.8 14.9 10.7 822.4 323. 274.0 573.0 1993
4 Toko 1 0.31 4.98 19.09
4 4 54 4 44 9 79 92 86 89 .57
177.5 96.8 177. 96.8 14.9 10.7 822.4 323. 274.0 573.0 1993
5 Toko 2 0.31 4.98 19.09
4 4 54 4 44 9 79 92 86 89 .57
177.5 96.8 177. 96.8 14.9 10.7 822.4 323. 274.0 573.0 1993
6 Toko 3 0.31 4.98 19.09
4 4 54 4 44 9 79 92 86 89 .57
177.5 96.8 177. 96.8 14.9 10.7 822.4 323. 274.0 573.0 1993
7 Toko 4 0.31 4.98 19.09
4 4 54 4 44 9 79 92 86 89 .57
177.5 96.8 177. 96.8 14.9 10.7 822.4 323. 274.0 573.0 1993
8 Toko 5 0.31 4.98 19.09
4 4 54 4 44 9 79 92 86 89 .57
177.5 96.8 177. 96.8 14.9 10.7 822.4 323. 274.0 573.0 1993
9 Toko 6 0.31 4.98 19.09
4 4 54 4 44 9 79 92 86 89 .57
177.5 96.8 177. 96.8 14.9 10.7 822.4 323. 274.0 573.0 1993
10 Toko 7 0.31 4.98 19.09
4 4 54 4 44 9 79 92 86 89 .57
177.5 96.8 177. 96.8 14.9 10.7 822.4 323. 274.0 573.0 1993
11 Toko 8 0.31 4.98 19.09
4 4 54 4 44 9 79 92 86 89 .57
177.5 96.8 177. 96.8 14.9 10.7 822.4 323. 274.0 573.0 1993
12 Toko 9 0.31 4.98 19.09
4 4 54 4 44 9 79 92 86 89 .57
177.5 96.8 177. 96.8 14.9 10.7 822.4 323. 274.0 573.0 1993
13 Toko 10 0.31 4.98 19.09
4 4 54 4 44 9 79 92 86 89 .57
4.1.2 Beban Ceiling
Perhitungan Beban Ceiling dilakukan untuk lantai 1karena atapnya berhubungan dengan
lantai 2.

Inside air surface

3/8 inchi Gypsum board


Inside air surface

No. Layer Tebal (inch) R


1. Inside air surface - 0,685
2. Gypsum board 0,375 0,149
3. Inside air surface - 0,685
TOTAL 0,375 1,519

Dari data yang telah diperoleh diatas, maka dapat dihitung nilai koefisien perpindahan kalor
yaitu
1
U=
ΣR
1 1
¿ ¿
1,519 1,519

= 0,658 Btu/hr.ft2. oF

9
To’ = 28 °C /5 x 28 + 32 = 82,4 °F = 82 °F
9
TR = 24 °C /5 x 24 + 32 = 75,2 °F = 75 °F

TD = To’ - TR
= 82 °F - 75 °F
= 7 °F
Rumus Perhitungan Beban Ceiling :
Q ceiling = U x A x TD
U = Koefisien perpindahan panas dinding dalam Btu/ hr. ft². °F.
Besar U =
A = Luas dinding luar (ft²).
TD = Beda temperatur antara ruangan yang dikondisikan dengan ruangan yang tidak
dikondisikan. Besar TD = 7 °F.

U TD Q ceiling
Nama Luas (Btu/
No.
Ruangan Ruangan (ft²) hr. ft². (°F) (Btu/hr)
°F)
1 Restaurant 696.9252 0.658 7 3,210
2 Kantor 180.23 0.658 7 830
3 Mushola 180.23 0.658 7 830
4 Toko 1 177.54 0.658 7 818
5 Toko 2 177.54 0.658 7 818
6 Toko 3 177.54 0.658 7 818
7 Toko 4 177.54 0.658 7 818
8 Toko 5 177.54 0.658 7 818
9 Toko 6 177.54 0.658 7 818
10 Toko 7 177.54 0.658 7 818
11 Toko 8 177.54 0.658 7 818
12 Toko 9 177.54 0.658 7 818
13 Toko 10 177.54 0.658 7 818

TOTAL 2,833   13,048

4.1.5 Beban Kaca


Beban kaca yang dihitung adalah beban kaca luar saja karena untuk kaca dalam,
konstruksinya berhubungan langsung dengan ruangan yang dikondisikan sehingga bebannya
adalah 0 (nol).

Rumus Perhitungan Beban Kaca Luar :


Qkaca = (U x A x CLTDc)+(Aus x SC x SGHFus x CLF)+(As x SC x SHGFs x CLF)
Dimana,
U : Koefisien perpindahan panas kaca luar dalamBtu/hr.ft2.°F. Besar U adalah 1.04
Btu/hr. ft². °F didapatkan dari Tabel 3.14A. Jenis kaca yang dipakai jenis kaca Single Glass
pada Summer dan No Indoor Shade.
A : Luas kaca dikelompokkan sesuai dengan arahnya.
CLTDc : Didapatkan dengan menggunakan rumus
CLTDc = CLTD + (78 - TR) + (TO – 85)
CLTD = 14didapatkan dari Tabel 3.23 dengan solar time 15 (hasil konversi).

TR = 75°F TO = 82°F
Aus x SC x SGHFus x CLF = 0, karena matahari tepat berada diatas gedung maka kaca jendela
terteduhi seluruhnya jadi Aus = 0.
As x SC x SHGFs x CLF
As : Luas kaca jendela karena kaca jendela terteduhi seluruhnya.
SC : Memiliki nilai sebesar 1,00. Didapatkan dari Tabel 3.18 dengan tipe kaca Single
Glass, tebal kaca antara 3/32 – 1/4 , dan tanpa interior shading.
SHGFs : Didapatkan dari Tabel 3.26 dengan rincian sebagai berikut :
april oktober Barat West = 38
Utara South = 40 Timur East = 38
Selatan North = 34

CLF : Didapatkan dari Tabel 3.27 dengan rincian sebagai berikut :


April oktober Barat West = 0.40
Utara South = 0.53 Timur East = 0.29
Selatan North = 0.76
U
Luas
(Btu CLT
N Nama Kac AUS AS Qkaca
/hr DC SC SGHFUS CLF SGHFS
o. Ruangan a (ft2) (ft2) (Watt)
ft2. (oF)
(ft2) o
F
43.0
1 Restaurant 1.04 14 0 1 0 U B S T   U B S T
4
2 Kantor 2.4 1.04 14 0 1 0 0.53 0.4 0.76 0.29   40 38 34 38  
3 Mushola 2.4 1.04 14 0 1 0 0.53 0.4 0.76 0.29   40 38 34 38  
4 Toko 1 2.4 1.04 14 0 1 0 0.53 0.4 0.76 0.29   40 38 34 38  
5 Toko 2 2.4 1.04 14 0 1 0 0.53 0.4 0.76 0.29   40 38 34 38  
6 Toko 3 2.4 1.04 14 0 1 0 0.53 0.4 0.76 0.29   40 38 34 38  
7 Toko 4 2.4 1.04 14 0 1 0 0.53 0.4 0.76 0.29   40 38 34 38  
8 Toko 5 2.4 1.04 14 0 1 0 0.53 0.4 0.76 0.29   40 38 34 38  
9 Toko 6 2.4 1.04 14 0 1 0 0.53 0.4 0.76 0.29   40 38 34 38  
10 Toko 7 2.4 1.04 14 0 1 0 0.53 0.4 0.76 0.29   40 38 34 38  
11 Toko 8 2.4 1.04 14 0 1 0 0.53 0.4 0.76 0.29   40 38 34 38  
12 Toko 9 2.4 1.04 14 0 1 0 0.53 0.4 0.76 0.29   40 38 34 38  
13 Toko 10 2.4 1.04 14 0 1 0 0.53 0.4 0.76 0.29   40 38 34 38  
 71.8
TOTAL  
4
4.1.6 Beban Pintu
Beban pintu yang dihitung adalah beban pintu dalam yang berhubungan dengan ruangan
yang tidak dikondisikan, karena untuk beban pintu yang berhubungan dengan ruangan yang
dikondisikan memiliki beban yaitu 0 (nol).Dan dalam ruangan atau gedung ini tidak ada pintu
bagian luarnya, sehingga tentu saja tidak memiliki beban pintu luar karena pintu luar berada di
Lower Ground (LG).

Konstruksi Pintu Dalam :

Luas Pintu (A) :


L=pxt
= 700 x 2000
2000 mm = 1400000 mm²
= 14 ft²

700 mm

No. Layer Tebal R


(inch)
1. Inside air surface - 0,685
2. Plywood 1,00 1,250
3. Inside air surface - 0,685
TOTAL 1,00 2,620

1 2 3
1
U=
ΣR
1
=
2,620

= 0,382 Btu/hr.ft2. oF

9
To’ = 28 °C /5 x 28 + 32 = 82,4 °F = 82 °F
9
TR = 24 °C /5 x 24 + 32 = 75,2 °F = 75 °F

TD = To’ - TR
= 82 °F - 75 °F
= 7 °F

Rumus Perhitungan Beban Pintu Dalam :


Q pintu dalam = U x A x TD
U = Koefisien perpindahan kalor pintu dalam Btu/hr. ft2. 0F
Besar U = 0,382 Btu/hr.ft2. oF sesuai dengan perhitungan diatas.
A = Luas pintu dalam ft2
TD = Beda temperature antara ruangan yang dikondisikan dengan ruangan yang tidak
dikondisikan.

4.2 Beban Eksternal


4.2.1 Beban Penghuni
Rumus Perhitungan Beban Penghuni :
Qpenghuni = (Qs/p x n x CLF) + (Qt/p x n)
Qs/p = Beban sensible yang dihasilkan tiap orang per jamnya.
Qt/p = Beban latent yang dihasilkan tiap orang per jamnya.
Untuk Qs/pdan Qt/pdidapatkan dari Tabel 4.5 Buku ASHRAE GRP 158 Cooling and Heating
Load Calculation Manual.Besarnya disesuaikan dengan jenis kegiatan penghuni didalam
ruangan tersebut, dan menggunakan Adjusted Groupb.Karena jenis kelamin dan umur dari
penghuni tidak diketahui secara spesifik.
n = Jumlah orang tiap ruangan.
Untuk mendapatkan jumlah orang tiap ruangan didapatkan dengan menggunakan rumus :
Estimated Person
n¿ x 1000 x Luas Ruangan
1000 ft ²
Keterangan :
Estimated Person
: Didapatkan dari Tabel 5.3 Buku ASHRAE GRP 158 Cooling and Heating
1000 ft ²
Load Calculation Manual. Besarnya disesuaikan dengan fungsi dari penggunaan ruangan
tersebut.
1000 : Digunakan untuk mendapatkan Estimated Person per ft2, sehingga dapat memudahkan
dalam perhitungan.
Luas Ruangan : Luas ruangan dari tiap ruangan yang akan dihitung jumlah orangnya dalam
satuan ft2.
CLF : Besar CLF adalah 1. Hal ini dikarenakan system tidak bekerja selama 24 jam penuh.
No. Nama Ruangan Qs/p Qt/p n CLF Qs Qt Qpenghuni
(Btu/hr) (Btu/hr) (Btu/hr)
1. Ruang Direktur 1
2. Ruang 1
Sekretaris dan
Ruang Tamu
3. Ruang Pudir-1 1
4. Ruang Pudir-2 1
5. Ruang Pudir-3 1
6. Ruang SPI 1
7. Ruang Dewan 1
Pengawas
8. Ruang WMM 1
dan Staff
9. Ruang Senat 1
10. Service Lift 1
11. Ruang MEP 1
12. Ruang Rapat 1
13. Void Smoking 1
Area
14. Ruang Kontrol 1
dan Ruang
Operator
15. Equipment 1
Storage
16. Podium 1
17. Pre-function 1
18. Void Utama 1

4.2.2 Beban Lampu


Rumus Perhitungan Beban Lampu :
QLampu = ΣWatt x 3,41 x Fx x Fu x CLF
ΣWatt = Jumlah watt, didapatkan dengan rumus
ΣWatt = Watt x n
Watt : Besar watt yang dihasilkan oleh tiap lampu, didapatkan dari data gambar instalasi
lampu.
n : Jumlah lampu.
3,41 = Merupakan konversi dari watt ke Btu.
Fx= Faktor Ballast yang besarnya didapatkan dari tabel 4.1 menyesuaikan dengan besar watt
lampu dan jumlah lampu per fixture.
Fu = Proses fase penggunaan lampu.
CLF = Besarnya adalah 0,76 yang didapatkan dari tabel 4.4A karena system dipakai selama 8
jam.
“a”Clasification : 0,55 karena diffuser suplay dan return berada di bawah ceiling atau menembus
ceiling dan gril dari tabel 4.2
“b” Clasification : Untuk jenis “b” Calsification adalah C.didapatkan dari tabel 4.3 dengan tipe
suplay dan return “Medium ventilation rate” dan konstruksi lantai setebal 6 inchi.
Jumlah jam lampu nyala : Jumlah jam lampu nyala adalah 8 jam, disesuaikan dengan lamanya
jam lampu menyala.
No. Nama Ruangan Total watt Fx Fu CLF QLampu
lampu (watt) (Btu/hr)
1. Ruang Direktur 576
2. Ruang 432
Sekretaris dan
Ruang Tamu
3. Ruang Pudir-1 157
4. Ruang Pudir-2 216
5. Ruang Pudir-3 157
6. Ruang SPI 216
7. Ruang Dewan 360
Pengawas
8. Ruang WMM 216
dan Staff
9. Ruang Senat 288
10. Service Lift 36
11. Ruang MEP 36
12. Ruang Rapat 432
13. Void Smoking 52
Area
14. Ruang Kontrol 144
dan Ruang
Operator
15. Equipment 72
Storage
16. Podium 195
17. Pre-function 576
18. Void Utama 2880

4.2.3 Beban Peralatan


Asumsi jumlah beban yang dihasilkan oleh tiap peralatan tiap jam adalah :
Peralatan Qs(Btu/hr) QL(Btu/hr)
TV 341 0
Komputer 682 0
In Foccus 1545 0
Sound System 34100 0
Dispenser 230 70
Photocopy 12000 0

Qs : Beban sensible yang dihasilkan peralatan tiap jam.


QL : Beban Latent yang dihasilkan peralatan tiap jam.

You might also like