You are on page 1of 1

Menulis tentang persahabatan kita rasanya nggak akan cukup dituliskan dalam sebuah novel.

Terlalu
banyak canda tawa, tawa ceria sampai dengan kebodohan-kebodohan yang biasa kita lakukan setiap
harinya. Kami bersahabat sejak kecil, ya kami adalah teman sepermainan. Persahabatan kami
dimulai sejak umurku (zhafira ) satu tahun, saat pertama kali aku menjadi tetangga barunya (irena).
Sialnya walaupun kita bertetangga sejak kecil dan umur kita sama (beda sebulan), kita nggak pernah
ngrasain yang namanya jadi teman sekelas atau sesekolah. Mau gimana lagi, orang tua kami memiliki
pola pikir yang berbeda dalam menentukan masa depan anaknya khususnya sekolah kami. Aku dan
Irena berbeda satu tingkat di sekolah. Saat ini aku sudah menjadi seorang mahasiswa di salah satu
perguruan tinggi negeri di Surabaya sedangkan Irena saat ini sedang berjuang keras untuk merebut
kursi mahasiswanya di almamater yang sama denganku. Semoga saja kali ini aku dan Irena bisa
kuliah di Universitas yang sama, seperti impian kita sejak kecil. Walaupun kami tidak mungkin
sefakultas atau sekelas (irena mengambil jurusan IPS di SMA dan aku IPA), setidaknya kami dapat
merasakan menuntut ilmu di tempat yang sama. Amiin..
Sore hari sebelum maghrib berkumandang adalah waktu yang paling sering kami pilih untuk
menghabiskan waktu, baik untuk hanya sekedar “curhat” tentang kegiatan kita di sekolah,
membicarakan teman sekelas, pacar, guru sampai bermain permainan layaknya anak kecil seperti
gobak sodor atau petak umpet. Kebiasaan itu semakin lama semakin hilang karena kesibukan kami,
bagaimanapun juga se-abrek tugas mahasiswa sangat menyita waktu (maafkan aku sahabat). Saat
ini hari sabtu dan minggu adalah hari yang paling kita tunggu tunggu untuk menceritakan berbagai
kejadian unik yang kami alami selama seminggu. Perbedaan lingkungan sekolah kita membuat kami
semakin memiliki banyak teman. Bayangkan saja aku memiliki banyak teman yang merupakan
teman sekolah irena, begitu juga sebaliknya.
Kami selalu ketawa ketawa sendiri kalo lagi bernostalgia dengan masa kecil, banyak sekali hal hal
bodoh dan memalukan yang kami lakukan selama 18 tahun ini. Oh ya teman sepermainan kita tidak
hanya kami berdua, ada tiga anak lagi yang menjadi anggota geng kita. Geng? Jangan dibayangkan
seperti sekelompok anak nakal yang suka ugal ugalan. D’ciuweet, begitulah nama yang kami ciptakan
untuk geng kami, hanya sekumpulan anak mami yang suka bereksperimen dengan hal hal yang tidak
terduga. Sedikit iseng memang, tetapi seru sekali mencari tahu hal hal yang memang membuat kita
penasaran. Aku dan Irena punya panggilan sayang lhoo (gag mau kalah sama orang pacaran ^,^)
yaitu “ciiiiiiit” (manggilnya pake suara yang melengking). Bisa dibilang itu adalah kependekan dari
D’ciuweet hihi sampai sampai orang tua Irena pernah keceplosan memanggil aku dengan sebutan
‘cit’ begitu pula sebaiknya. Tidak jarang kami juga memanggil satu sama lain dengan sebutan dari
kata kata yang baru kami kenal (vocab baru, yang enak diucapkan). Terkadang memang sedikit kasar,
tapi itu artinya sayaaang (hoohoo buat seneng senengan aja gitu).
Secara fisik kita memang sangat sangat berbeda, tetapi kalo tentang selera (baik baju, makanan
sampe cowok) kita selalu satu suara. Kita sering sekali membeli barang yang sama (kembar) tanpa
janjian dulu sebelumya. Kata mami kita “uda bukan anak kecil lagi, masih aja kembar kembaran”,
dan kami selalu menjawab “kan anak muda” (perhatian kecil mami yang semakin mempererat
persahabatan kita). Bukan saja aku dan Irena, orang tua kami pun juga bersahabat lhoo. Kami sering
belanja, jalan atau sekedar makan bareng. Seandainya Irena itu cowok pasti uda tak jadiin pacar
wkwkk. Kami sudah mengetahui seluk beluk, luar dalem, hitam putih kehidupan sahabat kami (jelas
aja suda 18 tahun bersahabat ^,^) bahkan sesuatu yang orangtua kita gag tau. Aku harap
persahabatan ini tak lekang oleh waktu. Allah, i am lucky to have her. Allah, give all the best to her,
my life fellow.

You might also like