You are on page 1of 7

MODUL XII

UJI HIPOTESIS

Dalam kehidupan, sering kita ingin menguji kebenaran suatu pernyataan/ anggapan. Misal,
benarkah pernyataan iklan obat di televisi yang sebagai ‘penambah tenaga’. Untuk menguji
kebenarannya, sulit untuk menanyakan semua orang yang minum obat tersebut (populasi yang
minum obat). Kesulitan tersebut karena biaya yang besar, memakan waktu yang lama, serta
kemungkinan bisa/ tidaknya suatu percobaan dilaksanakan. Kegiatan ini disebut hipotesis
statistik.
Pengujian hipotesis statistik merupakan bagian terpenting dari teori keputusan. Suatu
anggapan/ pernyataan yang mungkin benar/ tidak mengenai satu populasi atau lebih disebut
hipotesis statistik.
Kebenaran atau ketidakbenaran suatu hipotesis statistik tidak pernah diketahui dengan pasti
kecuali bila seluruh populasi diamati. Namun hal ini sangat sulit, karena itu diambil sampel
acak dari populasi yang ingin diselidiki dan dengan menggnakan informasi yang terkandung
dalam sampel itu diputuskan apakah hipotesis tersebut wajarnya benar atau salah.
Petunjuk dari sampel yang tidak sesuai dengan hipotesis menjurus kepada penolakan hipotesis,
sedangkan petunjuk yang mendukung menjurus kepada penerimaannya. (ditegaskan bahwa
penerimaan suatu hipotesis statistik diakibatkan oleh tidak cukupnya petunjuk untuk
menolaknya dan tidaklah menunjukkan bahwa hipotesis itu benar).
Istilah diterima / ditolak penting dipahami, bahwa penolakan suatu hipotesis berarti
menyimpulkan bahwa hipotesis tersebut tidak benar, sedangkan penerimaan suatu hipotesis
hanyalah menunjukkan bahwa tidak cukup petunjuk untuk mempercayai sebaliknya. Biasanya
hipotesis yang dirumuskan dengan harapan untuk ditolak disebut hipotesis nol (H0). Penolakan
H0 menjurus kepada penerimaan suatu hipotesis tandingannya (H1). Bentuk uji hipotesis
statistik untuk 1 populasi adalah sbb:
1. Uji satu arah, yaitu setiap uji hipotesis statistik dengan tandingannya yang berarah satu,
seperti:
H 0 : µ = µ0 atau H 0 : µ = µ0

H1 : µ > µ0 H1 : µ < µ0

Seluruh daerah kritis untuk hipotesis tandingan µ > µ0 terletak diujung kanan distribusi,

sedangkan seluruh daerah kritis untuk hipotesis tandingan µ < µ0 terletak diujung kiri.

86
2. Uji dua arah, yaitu setiap uji hipotesis statistik dengan tandingan berarah dua, seperti:
H 0 : µ = µ0

H1 : µ ≠ µ0

Hipotesis tandingan menyatakan salah satu dari µ < µ0 ataupun µ > µ0 . Nilai pada kedua
ujung distribusi membentuk daerah kritisnya. Sebagai contoh: Misalkan umur rata-rata
mahasiswa yang mengambil statistika dasar adalah 20 tahun dan jumlah mahasiswa
(populasi) yang mengam,bil mata kuliah tersebut 400 org. Ingin diuji apakah rata-rata
umur mhs tsb benar/ salah, jika diambil sampel sebanyak 15 mhs. Penulisan hipotesis
statistiknya adalah
H 0 : µ = 20 atau H 0 : µ = 20 atau H 0 : µ = 20

H1 : µ < 20 H1 : µ > 20 H1 : µ ≠ 20

A. UJI-Z : UJI RATAAN 1 SAMPEL DENGAN σ 2 DIKETAHUI

Pandanglah masalah pengujian hipotesis bahwa rataan populasi dengan variansi σ 2

diketahui, sama dengan nilai µ0 tertentu lawan tandingan bahwa rataan tersebut tidak

sama dengan µ0 , yaitu akan diuji:


H 0 : µ = µ0

H1 : µ ≠ µ0

Statistik yang sesuai sebagai dasar patokan keputusan ialah peubah acak x karena x
adalah penaksir tak bias untuk µ . Tidak diketahui bahwa distribusi sampel dari rataan
adalah hampir normal dengan rataan µ dan variansi σ 2 / n , bila suatu populasi dengan

mean µ dan variansi σ 2 diambil sampelnya secara acak sebanyak n. Bila digunakan taraf

keberartian α , maka dapat dicari 2 nilai kritis x1 & x2 sedemikian sehingga x1 < X < x2
menyatakan daerah penerimaan dan yang lainnya menyatakan daerah kritis.
Daerah kritis dapat dinyatakan dalam nilai z yang diberikan oleh:
x − µ0
z=
σ /n
Jadi, untuk taraf keberartian α , nilai kritis peubah acak z yang berpadanan dengan x1 & x2 ,
adalah:
x1 − µ0 x2 − µ0
− zα / 2 = atau zα / 2 =
σ /n σ /n

87
Dari populasi diambil sampel acak berukuran n dan kemudian rataan sampel x dihitung.

Bila x jatuh dalam daerah penerimaan x1 < X < x2 , maka z akan jatuh dalam daerah

− zα / 2 < Z < zα / 2 dan disimpulkan bahwa µ ≠ µ0 . Daerah kritis biasanya dinyatakan dalam

z bukan dalam x .
Contoh 1
Suatu perusahaan pembuat perlengkapan olah raga membuat tali pancing sintetik yang
baru dan yang menurut pembuatnya rata-rata dapat menahan beban 8 kg dengan
simpangan baku 0.5 kg (tali pancing tersebut diasumsikan berdistribusi normal). Ujilah
hipotesis bahwa µ = 8 kg lawan tandingan bahwa µ ≠ 8 kg, bila sampel acak 50 tali diuji
dan ternyata rata-rata daya tahannya 7.8 kg. Gunakan taraf keberartian 0.05.
Jawab:
Pengujiannya masalahnya adalah:
H 0 : µ = 8 kg

H1 : µ ≠ 8 kg

Langkah-langkah yang dilkaukan didalam minitab


1. Bangkitkan bilangan acak berdistribusi normal dengan banayak data 50 simpan di C1.
2. Pilih Stat > Basic Statistics > 1-sample Z.
3. Pada kotak dialog seperti pada gambar pilih samples in columns input C1
4. Input 0.5 sebagai Standar Deviation dan 8 sebagai test mean
5. Kemudian klik OK

Gambar 12.1 Kotak dialog 1- sample Z


Output yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

88
One-Sample Z: C1

Test of mu = 8 vs not = 8
The assumed standard deviation = 0.5

Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI Z P


C1 50 7.75760 0.51324 0.07071 (7.61901, 7.89619) -3.43 0.001

Analisa : Dari Minitab diperoleh nilai z hitung = -3.44. Untuk taraf keberartian α = 0.05 ,
z mempunyai nilai kritis : z < -2.575 dan z > 2.575. Jadi, z = -3.43 terletak dalam daerah
penolakan maka kesimpulannya adalah H0 ditolak, artinya rata-rata daya tahan tidak smaa
dengan 8. Cara lain yang lebih mudah untuk mengujinya adalah dengan membandingkan
α dengan nilai p-nya. Jika α < nilai p , maka H0 diterima. Untuk sebaliknya, H0 ditolak.

B. UJI-T 1 SAMPEL : UJI RATAAN DG σ 2 TDK DIKETAHUI


Selain uji-z ada pada uji-t, yaitu untuk menguji rataan bila variansi populasi tidak
diketahui. Langkah-langkah pengerjaan sama dengan uji-z, dengan rumusuntuk T adalah :
λ − µ0
T= dengan daerah kritis −tn −1,α / 2 < T < tn −1α / 2i
s/ n
s menyatakan simpangan baku dari sampel damn n adalah banyaknya data. Nilai dari t
dapat dilihat dari tabel t.

Contoh 2
Ujilah hipotesis bahwa rat-rat isi kaleng sejenis minyak pelumas adalah 10 liter, bila isi
sampel acak 10 kaleng adalah 10.2, 10.1, 10.3, 10.1, 9.8, 9.9, 10.4, 10.3, dan 9.8 liter.
Gunakan taraf keberartian 0.10 dan anggap bahwa distribusi isi kalaeng normal.
Jawab :
Pengujian : H0 : µ = 10
H1 : µ ≠ 10
Langkah-langkah pengerjaan pada Minitab:
1. Input data pada kolom C2 10.2 9.7 10.1 10.3 10.1 9.8 .9.9 10.4 10.3 9.8
2. Pilih Stat > Basic Statistics > 1-sample t
3. Pada kotak dialog, pilih sample in column input C2, test mean input 10 selanjutnya
OK

89
Gambar 12.2 Kotak dialog 1-sample t
One-Sample T: C2

Test of mu = 10 vs not = 10

Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T P


C2 10 10.0600 0.2459 0.0777 (9.8841, 10.2359) 0.77 0.460

Analisa: nilai kritis dari t untuk taraf keberartian 0.10 dan derajat kebebasan 9 :

t0.05,9 < −1.833 dan t0.05,9 < 1.833 . Maka T hasil perhitungan = 0.77 terletak
dalam daerah penerimaan. Jadi, H0 diterima, artinya rata-rata- isi kaleng minyak
adalah benar 10 liter. Cara lain : α = 0.10 < nilai p = 0.46, jadi H0 diterima.

Contoh 3
Misalkan untuk masalah diatas, pengujiananya dilakukan satu arah, misalkan pengujian
menjadi :
H0 : µ =10 lawan
H1 : µ < 10
Maka digunakan uji t 1 sampel untuk masalah satu arah :
1. Pilih Stat > Basic Statistics > 1-sample t
2. Pada kotak dialog klik option, pilih less than pada kolom alternative, lalu OK > OK

Gambar 12.3 Kotak dialog 1-sample t - options


Hasil outputnya sebagai berikut:

One-Sample T: C2

90
Test of mu = 10 vs < 10
95%
Upper
Variable N Mean StDev SE Mean Bound T P
C2 10 10.0600 0.2459 0.0777 10.2025 0.77 0.770

Analisa : Dengan nilai kritis T < -1.833 maka kesimpulan adalah H0 diterima.

C. UJI-T 2 SAMPEL : UJI SELISIH RATAAN


Pengertian uji t 2 sampel sama dengan uji t 1 sampel, hanya saja terdapat 2 sampel yang
kemudian diuji selisih rataannya, dengan rumus
( X 1 − X 2 ) − ( µ1 − µ2 )
T= untuk σ 1 − σ 2 dan tidak diketahui
S p (1/ n1 ) + (1/ n2 )

Contoh 4
Diberikan 2 sampel acak berukuran n1 = 11& n2 = 14 , dari dua populasi normal yang bebas

satu sama lain. Dari sampel diperoleh x1 = 75, x2 = 20, s1 = 6.1, s2 = 5.3 . Ujilah

hipotesis pada taraf keberartian 0.05 bahwa µ1 = µ2 , lawan tandingan µ1 ≠ µ2 . Anggap


bahwa kedua populasi mempunyai variansi yang sama.
Jawab:
Pengujian : H 0 : µ1 = µ2 atau µ1 − µ2 = 0 lawan
H1 : µ1 ≠ µ2 atau µ1 − µ2 ≠ 0

Langkah-langkah yang dilakukan pada Minitab :


1. Bangkitkan 11 bilangan pubah acak berdistribusi normal simpan pada kolom C1
dengan n = 75 dan p = 6.1
2. Bangkitkan 14 bilangan pubah acak berdistribusi normal simpan pada kolom C2
dengan n = 60 dan p = 5.3
3. Pilih Stat > Basic Statistics > 2-sample t
4. Pada kotak dialog pilih samples in different columns, input C1 sebagai first dan C2
sebagai second
5. Ceklist Assume equal variances. Selanjutnya OK

91
Gambar 12.4 2-samples t

Output yang dihasilkan adalah sebagai berikut:


Two-Sample T-Test and CI: C1, C2

Two-sample T for C1 vs C2

N Mean StDev SE Mean


C1 11 77.99 4.30 1.3
C2 11 64.13 4.02 1.2

Difference = mu (C1) - mu (C2)


Estimate for difference: 13.8642
95% CI for difference: (10.1594, 17.5690)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 7.81 P-Value = 0.000 DF = 20
Both use Pooled StDev = 4.1652

Analisa : Diketahui untuk taraf keberartian 5% daerah kritis adalah T0.029,23 < −2.069 dan

T0.029,23 > 2.069 . Maka T = 8.16 terletak dalam daerah penolakan, artinya

keputusan adalah H1 diterima atau selisih mean tidak sama dengan nol, atau
terdapat beda mean kedua populasi.

92

You might also like