Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
- Sony Andre Pratikto
- Albert
- Nelli Susanti
- Meiman
- Reynold
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan makalah adalah untuk mengetahui karakteristik perpindahan panas dan
pola aliran fluida pada ruang sistim pengering/pengasapan hasil pertanian dengan energi
panas dari bahan bakar, dengan diketahuinya karakteristik perpindahan panas akan
diperoleh peralatan yang optimum Serta terciptanya suatu alat pengering/pengasapan
untuk mengeringkan hasil-hasil pertanian.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Konduksi
KonduksiAdalah proses perpindahan kalor yang terjadi tanpa disertai dengan
perpin dahan partikel-partikel dalam zat itu, contoh : zat padat (logam) yang
dipanaskan. Berdasarkan kemampuan kemudahannya menghantarkan kalor, zat dapat
dibagi menjadi : konduktor yang mudah dalam menghantarkan kalor dan isolator yang
lebih sulit dalam menghan tarkan kalor. Contoh konduktor adalah aluminium, logam
besi, dsb, sedangkan contoh isolator adalah plastik, kayu, kain, dll.
Besar kalor yang mengalir per satuan waktu pada proses konduksi ini tergantung pada:
o Berbanding lurus dengan luas penampang batang
o Berbanding lurus dengan selisih suhu dengan kedua ujung batang, dan
o Berbanding terbalik dengan panjang batang
Secara matematis pernyataan diatas dapat ditulis dengan :
Q/t = banyaknya kalor yang melalui dinding batang selama selang waktu t – J/s
k = konduktivitas thermal – W/mK
A = luas penampang batang – m2
d = panjang batang – m
ΔT = perbedaan suhu kedua ujung batang – K
2. Konveksi
Konveksi Adalah proses perpindahan kalor yang terjadi yang disertai dengan
perpindahan pergerakan fluida itu sendiri. Ada 2 jenis konveksi, yaitu konveksi
alamiah dan konveksi paksa. Pada konveksi alamiah pergerakan fluida terjadi karena
perbedaan massa jenis, sedangkan pada konveksi paksa terjadinya pergerakan fluida
karena ada paksaan dari luar. Contoh konveksi alamiah : nyala lilin akan
menimbulkan konveksi udara disekitarnya, air yang dipanaskan dalam panci,
terjadinya angin laut dan angin darat, dsb. Contoh konveksi paksa : sistim pendingin
mobil, pengering rambut, kipas angin, dsb.
Besar laju kalor ketika sebuah benda panas memindahkan kalor ke fluida di sekitarnya
adalah berbanding lurus dengan luas permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida
dan perbedaan suhu antara benda dengan fluida. Secara matematis persamaan tersebut
dapat ditulis :
3. Radiasi
Radiasi Adalah perpindahan kalor dala m bentuk gelombang elektromagnetik, contoh :
cahaya matahari, gelombang radio, gelombang TV, dsb.
Berdasarkan hasil eksperimen besarnya laju kalor radiasi tergantung pada : luas
permukaan benda dan suhu mutlak benda seperti dinyatakan dalam hukum Stefan-
Boltzman berikut ini : Energi yang dipancarkan oleh suatu permukaan benda hitam
dalam bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu sebanding dengan luas permukaan benda
(A) dan sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak permukaan benda itu.se cara
matematis persamaan di atas dapat ditulis :
Azas Black
Teori kalorik menyatakan bahwa setiap benda mengandung sejenis zat alir
(kalorik) yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia.Teori ini diperkena lkan oleh
Antoine Lavoiser.Teori ini juga menyatakan bahwa benda yang suhunya tinggi
mengandung lebih banyak kalor dari pada benda yang suhunya rendah. Ketika kedua
benda disentuhkan, benda yang suhunya tinggi akan kehilangan sebagian kalor yang
diberikan kepada benda bersuhu rendah. Akhirnya para ilmuwan mengetahui bahwa
kalor sebenarnya merupakan ssalah satu bentuk energi. Karena merupakan energi maka
berlaku prinsip kekekalan energi yaitu bahwa semua bentuk energi adalah ekivalen
(setara) dan ketika sej umlah energi hilang, proses selalu disertai dengan munculnya
sejumlah energi yang sama dalam bentuk lainnya. Kekekalan energi pada pertukaran
kalor pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Inggris Joseph Black dengan
pernyataan : kalor yang dilepaskan o leh air panas (Qlepas) sama dengan kalor yang
diterima air dingin (Q terima). Secara matematis pernyataan tersebut dapat ditulis dengan
:
III.PEMBAHASAN
Gambar
2.2 pelat Seng
Pelat seng ini memiliki konduktifitas thermal yang cukup tinggi, yaitu 112,2 W/m
ºC. (Tabel Konduktivitas thermal pada seng dapat dilihat pada lampiran).
Bahan ini pelat seng ini dipilih sebagai bahan dasar pembuatan karena merupakan alat
penghantar panas yang baik dan harganya relatif lebih murah untuk menghemat dana.
Seng adalah logam yang kedua setelah Cu yang diproduksi secara besar sebagai
logam bukan besi.Kekuatannya rendah, tetapi titik cairnya juga rendah 419°C dan
hampir tidak rusak diudara biasa, yang dipergunakan untuk pelapisan pada besi.Juga
dipergunakan sebagai bahan pelat batere kering dan untuk keperluan percetakan.
Paduan 4%Al-1%Cu-Mg-Zn terutama dipergunakan untuk pengecoran cetak.
Dengan paduan ini dapat menghasilkan paduan coran berbentuk rumit, yang umumnya
dipakai untk penggunaan yang praktis dan perhiasan pada komponen mobil, perkakas
listrik untuk dapur, pegangan untuk mesin-mesin kantor dan sebagainya.
Sifat – sifat mekanisnya tidak begitu baik, tetapi seng memberikan permukaan
yang sangat bagus, umur pakai dari matres – matres tuang semprot sangat panjang, dan
dapat dikerjakan dengan kecepatan produksi yang tinggi.Juga pekerjaan yang rumit dan
berdinding tipis dapat dengan baik dibuatnya. Lebih dari setengah dari produksi tuang
semprot seng dipakai di industri mobil ( seperti pompa bensin, panel instrumen, tombol
pintu dan sebagainya ).
Contoh-contoh selanjutnya : siku – siku bagian mesin cuci, pengisap debu, mesin
tik, aparatur foto, termasuk dalam proses pembuatan Alat Pengering Kunyit dan lain –
lain. Selanjutnya seng itu sebanyak 20 – 30 % dipakai sebagai unsur paduan di dalam
logam – logam lain.
Sebagai bahan murni seng banyak dipakai dalam bentuk pelat, untuk talang atap,
penutup atap, dan selubung baterai. Untuk penerapan sebagai tutup atap, seng mudah
dpakai,karena seng itu mudah untuk disolder atau dipatri. Suatu sifat lain dari seng ialah,
bahwa ia merupakan bahan tuang yang baik sekali : terutama untuk penuangan, seng
merupakan paduan ringan, dengan 4 % alumunium dan 1 % tembaga.
Dengan ukuran 540 mm x 870 mm, tebal 3 mm, Alat penyekat ini digunakan agar panas
yang dihasilkan dari pembakaran tidak terbuang. Penyekat panas ini diletakkan di bagian
samping kiri dan kanan alat pengering.
Bahan isolasi adalah bahan yang menyekat, yang artinya yang tidak
mengantar.Bahan isolasi dibedakan menjadi beberapa bahan (penyekat) sebagai berikut.
• Bahan isolasi (penyekat) listrik.
• Bahan isolasi (penyekat) suara.
• Bahan isolasi (penyekat) getaran.
• Bahan isolasi (penyekat) panas.
Bahan penyekat panas harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Koefisien panas harus rendah
b. Daya tahan lembab (air) yang baik
c. Daya tahan suhu yang tinggi
d. Massa jenis rendah.
Gambar 2.3 Bahan Penyekat Panas Triplek pada sisi kiri dan kanan
Untuk bahan penyekat pada bagian belakang alat pengering dibutuhkan triplek dengan
ukuran 500 mm x 870 mm, tebal 3 mm.
Gambar 2.4 Bahan penyekat panas Triplek pada sisi bagian belakang
III.3 Bahan Bakar
Bahan bakar terbagi atas tiga jenis diantaranya, bahan bakar padat, bahan bakar
cair, bahan bakar gas. Pada proses pengeringan ini bahan bakar yang digunakan adalah
bahan bakar batu bara jenis briket. Dengan komposisi
Carbon = 58,8 %
H2= 6.0
O 2= 29,6
N 2 = 1.3
S = 0.3
Ash = 7.0
(Komposisi bahan briket ini dapat dilihat pada table 3.1)
Briket dibuat dari batu bara halus. butir halus itu berturut-turut diberi pengerjaan
sebagai berikut: pengeringan, pencampuran dengan pek, pemanasan sampai 80 - 90°C,
lalu ditempa dalam cetakan. Briket ini sesuai pula dipakai untuk keperluan rumah tangga.
Pada sistem konveksi bebas dikenal suatu variable tak berdimensi baru yang sangat
penting dalam penyelesaian semua persoalan konveksi alami, yaitu angka Grashof Gr
yang peranannya sama dengan peranan angka Reynolds dalam sistem konveksi paksa,
didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya apung dengan gaya viskositas di dalam
sistem aliran konveksi alami.
Grƒ =
Dimana:
c dan m = konstanta (lihat pada table 3.2)
GrL PrL= angka grasof dan prandil
Gr L PrL =
Dimana:
G = grafitasi (m/s)
β = konstanta
ΔT = beda temperatur
L = panjang permukaan (m)
Dimana:
Nilai kalor bawah (Low Heating Value, LHV) merupakan nilai kalor bahan bakar
tanpa panas laten yang berasal dari pengembunan uap air. Umumnya kandungan hidrogen
dalam bahan bakar berkisar 15 %, yang berarti bahwa setiap satu satuan bahan bakar 0,15
bagian merupakan hidrogen. Pada proses pembakaran sempurna air yang dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar adalah setengah dari jumlah mol hidrogennya.
Selain berasal dari pembakaran hidrogen, uap air yang terbentuk pada proses
pembakaran dapat berasal dari kandungan air yang memang sudah ada dalam bahan bakar
(moisture). Panas laten pengkondensasian uap air pada tekanan parsial 20 kN/m 3.
Sehingga besarnya nilai kalor bawah dapat dihitung dengan rumus berikut:
Dimana :
q = Energi yang dibutuhkan untuk mengeringkan kunyit (kJ)
m = massa bahan bakar (kg)
Dimana :
KESIMPULAN
Semakin tinggi suhu dan tekanan ruang pengering maka koefisien perpindahan panas
konveksi dan koefisien laju pengeringan cenderung meningkat.
Dengan adanya pengkajian suatu model tepat guna yang akan digunakan untuk
pengeringan hasil pertanian. Pengkajian terhadap karakteristik distribusi temperatur
pengering tersebut dengan diketahuinya karakteristik perpindahan panas maka akan diperoleh
peralatan yang optimum, teknologi relatif murah, mudah dioperasikan dan dapat digunakan
untuk berbagai macam pengeringan/pengasapan.
KOMENTAR :
Pada jurnal ini menjelaskan tentang analisis bahan untuk alat pengering tipe rak.Untuk
pengeringan dengan alat ini sangat baik karena bahan dan komponen yang mudah didapat
dan relatif murah serta pengoperasian alat yang tidak sulit.Namun pembahasan mengenai laju
perpindahan panas kurang lengkap sehingga sedikit menyulitkan dalam pencarian literatur.
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Donald B, Fred W Bakker-Arkema, dan Carl W Hall. 1992. Drying and Storage of
Grains and Oilseeds. Van Nostrand Reinhold. New York.
Kreith, F. 1973. Principles or Heat Transfer.Harper and Row Publisher.Inc. New York. USA.
Watson, E. L., dan V. K. Bhargava. 1974. Thin Layer Drying Studies on Wheat. Canadian
Agricultural Engineering.Vol 16 (1).
DAFTAR ISTILAH
Satuan
out udQ = Energi panas yang keluar dari daru udara pengering ( W )
udm =Massa udara pengering yang di alirkan ke ruang pengering ( Kg/s )
pC = Panas jenis udara ( J/kg.ºC )
dT = Beda temperatur udara masuk dan keluar alat pengering ( ºC )
inair Q = Energi yang dibutuhkan untuk menguapkan kadar air di dalam bahan yang
dikeringkan ( W )
airm = Massa kadar air yang dikeringkan ( Kg/s )
airLh = Panas laten penguapan air ( J/kg.ºC )
konveksiQ= Laju perpindahan panas konveksi ( W )
hc = Koefisien perpindahan panas konveksi ( W/m².ºC )
A= Luas permukaan perpindahan panas konveksi ( m² )
dT = Beda temperature antara fluida dan permukaan padat ( ºC )
C= Angka dari hasil penelitian
Re = Angka Reynold
n= Bilangan hasil penelitian
m= Bilangan hasil penelitian
Pr = Angka Prantl
k= Konduktivitas thermal ( W/m.ºC )
U= Kecepatan udara ( m/s )
Q= Perpindahan panas konveksi ( W )
sq = Perpindahan panas rata-rata ( W )
ΔT = Beda temperature = TTw ( ºC )
ß= Koefisien Ekspansi thermal Volumetrik ( K )
g= Percepatan gravitasi ( m²/s )
ρ= Massa jenis ( Kg/m³ )
μ= Viskositas ( Kg/s.m )
L= Panjang karakteristik ( m )
Nu = Angka Nusselt
v= Viskositas kinematik ( m²/s )
Ra = Angka Reyleigh
Gr = Angka Grashof
x= Posisi local terhadap koordinat x
α= Difusifitas thermal ( m²/s )
Bo = Angka Boussinesg
H= Ketinggian
θ= Sudut koordinat ( rad )
dbMC = Kadar air berdasarkan dry basis ( % )
a= Berat bahan sebelum pengeringan ( kg )
b= Berat bahan setelah pengeringan ( kg )
wbMC = Kadar air bahan berdasarkan wet basis ( % )
PERTANYAAN dan JAWABAN
Sony Menjawab :
Bahan bakar yangdigunakan adalah bahan bakar batu bara jenis briket. Dengan
komposisi Carbon = 58,8 %, H2= 6.0, O 2= 29,6, N 2 = 1.3, S = 0.3, Ash = 7.0