JOGJA - Letusan Gunung Merapi yang mengeluarkan abu vulkanik mulai
dirasakan warga Jogjakarta dan sekitarnya. Saat ini akibat gumpalan abu vulkanik yang memenuhi atmosfer, suhu di Kota Jogja meningkat. Baik siang maupun malam warga mengalami kegerahan. Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu ini sebenarnya masih normal. Suhu udara di Kota Jogja pada siang hari mencapai 33 derajat celcius. "Suhu di atas Kota Jogja meningkat karena tumpukan abu vulkanik," ujar staf data dan informasi BMKG Jogja Agus Trianto, kemarin (22/11). Ia menjelaskan, partikel abu vulkanik saat ini masih berada di atmosfir tepat atas Kota Jogja. Ini membuat sinar matahari yang dipantulkan bumi memantul tidak langsung ke angkasa. Sinar tersebut saat berada di atmosfer kembali memantul ke bumi. "Artinya sinar matahari dua kali mencapai bumi," imbuhnya. Partikel tersebut, menurutnya, membuat Jogjakarta dan sekitarnya terkena semacam efek rumah kaca. Partikel tersebut saat berada di udara membuat fungsi atmosfir tak bekerja. Atmosfer tak bisa memantulkan sinar matahari langsung ke angkasa. Akibatnya, sinar matahari tersebut kembali dipantulkan ke bumi. "Baik malam dan siang sama saja. Tetap panas yang membuat badan gerah," imbuhnya. Kegerahan warga Jogja bukan hanya karena abu vulkanik. Posisi matahari yang berada tepat di atas Jogja juga membuat cuaca terasa panas. Ini masih akan terjadi sampai dengan tanggal 22 Desember. Matahari akan bergerak ke selatan usai berada di atas Kota Jogja saat ini. Kemudian, matahari kembali bergerak ke utara melewati atas Kota pada Februari 2011 mendatang. "Saat bergerak ke utara itu, suhu di Jogja kembali terasa panas," katanya. Ia menambahkan, hawa panas yang terasa di tubuh sebenarnya bisa berkurang. Jika partikel yang memenuhi atmosfer terkena hujan. "Tapi karena Merapi juga masih mengeluarkan abu vulkanik, hujan tak bisa menghilangkan partikel tersebut," jelasnya. Atas kondisi ini, pihaknya tak bisa memprediksikan kapan kondisi saat ini dapat berakhir. Mereka hanya bisa menunggu Merapi mulai reda. Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Jogja Suyana, dihubungi terpisah mengatakan, pihaknya pernah melakukan uji kelayakan udara di Kota Jogja. Uji ini mereka lakukan pasca erupsi besar Merapi 5 November lalu. Hasilnya, kualitas udara di Kota Jogja di atas ambang batas. BLH pun mengintruksikan masyarakat dan wisatawan untuk mengenakan masker jika bepergian ke luar rumah. "Sekarang kualitas udara di Kota Jogja sudah di bawah ambang batas sehingga aman bagi masyarakat maupun wisatawan meski tak menggunakan masker," tegasnya. Ia menmbahkan, uji kualitas udara di Kota tersebut mereka lakukan di tingkat udara bawah dan bukan di angkasa (10 kilometer di atas permukaan bumi). Ia menjanjikan, melihat kondisi yang sudah turun, BLH akan melakukan uji kualitas kembali. BLH akan memastikan kebersihan udara tersebut. "Kami akan cek, kalau tidak aman tentunya ada penanganan," terangnya. Sesuai data Badan Geologi Kementrian ESDM, gunung Merapi yang terletak di perbatasan DIJ dan Jawa Tengah tersebut masih mengeluarkan awan panas dan matrial vulkanik lainnya. Status gunung teraktif di dunia itupun masih berada di level empat atau awas. (eri)