You are on page 1of 3

Kasus Pencemaran Nama Baik RS Omni Internasional Prita Dituntut 6 Bulan Penjara

Kamis, 19/11/2009 11:00 WIB –

TANGERANG (Joglosemar): Terdakwa kasus dugaan pencemaran nama baik RS


Omni International, Prita Mulyasari dituntut jaksa 6 bulan penjara. Prita dianggap bersalah
karena telah membuat surat elektronik yang mencemarkan nama baik.

“Menuntut majelis hakim agar menyatakan terdakwa secara sah dan meyakinkan telah
membuat, mendistribusikan dan atau mentransmisikan dokumen elektronik yang
mencantumkan pencemaran nama baik,” kata jaksa penuntut umum, Riyadi di Pengadilan
Negeri Tangerang, Banten, Rabu (18/11).

Jaksa menilai Prita bersalah melanggar Pasal 27 UU No 11 tahun 2008 tentang


Informasi dan Transaksi Elektronik. Selain itu, jaksa juga menuntut agar hakim menyita
barang bukti berupa surat elektronik yang dibuat Prita.

Ada beberapa hal yang memberatkan Prita. Antara lain adalah perbuatan Prita tidak
bisa dihapus karena dibuat di dunia maya. Lalu, Prita juga tidak pernah berinisiatif untuk
meminta maaf.

“Untuk hal yang meringankan adalah terdakwa berkelakuan baik. Terdakwa tidak
pernah dipidana dan terdakwa punya dua anak kecil yang masih berada dalam tanggungan,”
jelas Rakhmawati, salah seorang jaksa lainnya.

Atas tuntutan jaksa penuntut umum, Prita mengaku kecewa. Ia yakin keadilan akan
segera datang karena Tuhan tidak tidur. “Saya serahkan ke kuasa hukum saya. Saya yakin
Tuhan tidak tidur. Keadilan pasti ada jalan keluarnya,” kata Prita, usai menjalani persidangan.

Prita mengaku kecewa dengan tuntutan tersebut. Sebab, beberapa keterangan saksi di
persidangan sebelumnya menyebutkan, yang ditulis Prita dalam email hanyalah keluhan,
bukan pencemaran nama baik. “Jaksa juga tidak melihat, banyak pihak yang mengatakan ini
bukan pidana,” kata Prita.

Kuasa hukum Prita, Slamet Yuwono, menilai jaksa terlalu berlebihan dalam
menangani perkara kliennya tersebut. “Bayangkan ada ribuan orang yang menggunakan
email, bisa dijerat kalau seperti ini,” kata dia.

Ajak Berdamai

Mengenai tidak adanya inisiatif untuk damai yang menjadi poin memberatkan
tuntutan Prita, Slamet membantahnya. “Soal inisiatif yang dikatakan jaksa dari kami
sebenarnya sudah pernah ada inisiatif untuk berdamai,” ujar Slamet.

Prita dijerat Pasal 27 dan Pasal 45 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.

Seperti dikutip vivanews.com, Rabu (18/11), berdasarkan UU yang baru diterapkan,


Prita diancam hukuman penjara maksimal enam tahun dan denda Rp 1 miliar. Selain itu, dia
juga dijerat dengan pasal pencemaran nama baik. Dalam sidang sebelumnya, Prita
menjelaskan kepada majelis hakim bahwa kasus ini berawal ketika dia sakit dan memutuskan
berobat ke rumah sakit itu. Dia memutuskan masuk rumah sakit ini karena yakin akan
mendapat layanan yang baik dari dokter ahli sesuai dengan status internasional yang
disandang rumah sakit itu.

Tapi ternyata dia merasa tidak mendapat layanan yang optimal. Dia kemudian pindah
rumah sakit karena kecewa. Kekecewaan Prita kemudian diungkapkan lewat surat elektronik
dan dikirim kepada beberapa teman. Surat inilah yang kemudian dianggap mencemarkan
nama baik dua dokter rumah sakit Omni. (dtc/sus)1

PEMBAHASAN

Pencemaran nama baik belum mendapatkan definisi yang lebih konkrit dari undang
undang namun dalam perkembangannya pencemaran nama baik dapat dimasukan dalam
kategori perbuatan melawan hukum sesuai dengan pasal yang mengaturnya yaitu pasal 1365
KUH perdata.

Hal ini dikarenakan memiliki unsur – unsur merugikan dan termsuk dalam hinder
(gangguan) dalam prakteknya, adapun unsur-unsur pencemaran nama baik jika dimasukan
kedalam perbuatan melawan hukum;

a. unsur pelanggaran hukum


b. unsur kesalahan
c. unsur kausalitas

Dalam KUHP diatur pula ketentuan tentang pencemaran nama baik. Maka dapat
dikatakan bahwa setiap tindak pidana termasuk kedalam perbuatan melawan hukum karena
setiap tindak pidana bertentangan tentang hukum. Oleh karena itu setiap korban pencemaran
nama baik dapat mengajukan gugatan ganti rugi terhadap pelakunya.

Berdasarkan alur pemikiran dari pasal 1365 kerugian yang timbul yaitu berupa
kerugian materiil dan immaterial, maka gugatan yang dapat diajukan ke pengadilan atas dasar
1365 KUHPerdata tersebut dapt berupa:

1. Pengembalian barang atas dasar semula


2. Ganti rugi dalam bentuk uangats kerugian yang timbul
3. Permintaan maaf dari pelaku
4. Larangan diberlakukannya suatu perbuatan tertentu2

Dalam kasus ini juga jaksa menilai Prita bersalah melanggar Pasal 27 UU No 11
tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Selain itu, jaksa juga menuntut agar
hakim menyita barang bukti berupa surat elektronik yang dibuat Prita.

1
http://harianjoglosemar.com/berita/kasus-pencemaran-nama-baik-rs-omni-internasional-prita-dituntut-6-
bulan-penjara-2009.html diakses 10 mei 2011 jam 02.39
2
Darma, Surya “Ganti Rugi akibat perbuatan melawan hukum terhadap p[encemaran nama baik (Studi kasus
pada pengadilan banda Aceh)”, Penerbit: Badan perencana pembangunan Daerah Bireureun;2003
Rumusan Pasal 27 ayat (3) jo Pasal 45 ayat (1) UU ITE yang tampak sederhana
berbanding terbalik dengan sanksi pidana dan denda yang lebih berat dibandingkan dengan
sanksi pidana dan denda dalam pasal-pasal penghinaan KUHP.

Misalnya, seseorang yang terbukti dengan sengaja menyebarluaskan informasi


elektronik yang bermuatan pencemaran nama baik seperti yang dimaksudkan dalam Pasal 27
ayat (3) UU ITE akan dijerat dengan Pasal 45 Ayat (1) UU ITE, sanksi pidana penjara
maksimum 6 tahun dan/atau denda maksimum 1 milyar rupiah.

Melihat dari kasus prita dan unsur – unsur perbuatan melawan hukum tentang
pencemaran nama dirasa tidak dapat dimasukan dalam kategori PMH karena yang dilakukan
prita adalah ungkapan konsumen atas ketidakpuasannya dalam hal pelayanan dan seharusnya
prita mendapat perlindunan konsumen.

Nama : Irfan Maulana Shidiq

NIM : E1A009151

Kelas : A

Mata Kuliah : Hukum Pers

You might also like