You are on page 1of 13

YOSAFAT HIMAWAN P

0953078 / Tekom – C (IV)

PERENCANAAN DAN PENGAWASAN PRODUKSI


(PRODUCTION PLANNING AND CONTROL)

A. ARTI PERANAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN PRODUKSI


Setiap pimpinan perusahaan mengembang tanggung jawab untuk
melaksanakan rencana dan tujuan perusahaan dimana ia bekerja, sesuai dengan
kedudukan, jabatan, bidang dan wewenang yang diperoleh atau dimilikinya.
Adapun tujuan perusahaan pada umumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berproduksi dengan sukses
2. Berproduksi dengan ekonomis
3. Berproduksi dengan dapat menyelesaikan pembuatan barang atau jasa tepat
pada waktunya dan juga penyerahannya.
4. Berproduksi dengan harapan memperoleh keuntungan
Salah satu fungsi yang terpenting dalam usaha untuk mencapai tujuan
perusahaan adalah Pengawasan dan Perencanaan Produksi. Adapun yang dimaksud
dengan Perencanaan dan Pengawasan Produksi adalah penentuan dan penetapan
kegiatan-kegiatan poduksi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan perusahan
tersebut, dan mengawasi kegiatan pelaksanaan dari proses dan hasil produksi, agar
tujuan yang diharapkan tercapai.
Apabila rencana perusahaan dapat tercapai maka dapat memperoleh hal-hal
sebagai berikut:
1. Dapat membuat barang atau jasa dengan biaya murah.
2. Dapat menentukan harga pokok dan harga jual dengan harga yang cukup
rendah.
3. Dapat bersaing dengan kemampuan yang cukup kuat.
4. Memperoleh keuntungan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN


PRODUKSI
Maksud dan tujuan perencanaan dan pengawasan produksi adalah:
1) Untuk mengusahakan supaya perusahaan dapat menggunakan barang
seoptimal mungkin.
2) Untuk mengusahakan agar perusahaan dapat berproduksi pada tingkat efisien
dan efektivitas yang tinggi.
3) Agar perusahaan dapat menguasai pasar yang luas.
4) Mengusahakan kesempatan kerja yang ada pada perusahaan menjadi rata
dalam waktu tertentu, dan lambat laun employment ini dapat naik sesuai dengan
perkembangan perusahaan.
5) Untuk dapat memperoleh keuntungan yang cukup besar bagi pengembangan
dan kemajuan perusahaan pabrik.

C. PERENCANAAN PRODUKSI
Mengenai perencanaan dapat dibedakan antara: Perencanaan yang bersifat
umum (general business planning) maksudnya perencanaan kegiatan yang
dijalankan oleh setiap perusahaan, baik peusahaan besar maupun perusahaan kecil
untuk mencapai tujuannya. Perencanaan produksi (poduction planning) adalah
perencanaan dan pengorganisasian sebelumnya mengenai orang-orang, bahan-bahan,
msin-mesin dan peralatan lain serta modal yang dipelukan untuk memproduksi
barang-barang pada suatu periode tertentu di masa depan sesuai dengan yang
diperkirakan.
Tujuan Perencanaan Produksi adalah:
1. Untuk mencapai level keuntungan ( profit ) yang tertentu.
2. Menguasai pasar tertentu, sehingga hasil atau output perusahaan ini tetap
mempunyai pangsa pasas ( market share ) tertentu.
3. Untuk mengusahakan supaya perusahaan dapat bekerja pada tingkat
efisiensi
4. Menggunakan sebaik-baiknya fasilitas yang sudah ada pada perusahaan.
Perencanaan produksi dapat dibedakan menurut jangka waktu yang tercakup, yaitu
Perencanaan Produksi Jangka Pendek (Perencanaan Operasional) dan Perencanaan
Produksi Jangka Panjang.
Perencanaan Produksi Jangka Panjang adalah penentuan tingkat kegiatan produksi
lebih daripada satu tahun, dan biasanya sampai lima tahun mendatang, dengan tujuan
untuk mengatur pertambahan kapasitas peralatan atau mesin-mesin, ekspansi pabrik
dan pengembangan produk (product development).
Perencanaan Produksi Jangka Pendek adalah penentuan tingkat kegiatan produksi
yang akan dilakukan dalam jangka waktu satu tahun mendatang atau kurang, dengan
tujuan untuk mengatur penggunaan tenaga kerja, persediaan bahan dan fasilitas
produksi yang dimiliki perusahaan pabrik. Oleh karena perencanaan produksi jangka
pendek berhubungan dengan pengaturan operasi produksi, maka perencanaan ini
disebut juga perencanaan operasional.
Dalam suatu perusahaan harus diperhatikan masalah yang datang dari luar
maupun dari dalam perusahaan. Demikian pula dengan perencanaan produksi,
masalah yang datangnya dari luar berupa kebijakasanaan pemerintah, inflasi, becana
alam dan sebagainya. Sedangkan masalah dari dalam merupakan masalah yang
ditimbulkan oleh faktor yang berada dalam kekuasaan pemimpin perusahaan.
Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
produksi antara lain:
1. Sifat proses produksi
2. Jenis dan Mutu dari barang yang diproduksi
3. Sifat dari barang yang diproduksi
a. Sifat poses produksi
Proses produksi dapat dibedakan atas proses produksi yang terputus-putus
( intermittent manufacturing ) dan proses produksi yang terus menerus ( continue
proses ). Masing-masing proses produksi memepunyai sifat yang berbeda-beda,
yang mempengaruhi produksi yang dibuat.

b. Jenis dan Mutu dari barang yang diproduksi


Untuk menyusun suatu perencanaan produksi, ada beberapa hal mengenai
jenis dan sifat produk yang perlu di ketahui dan di perhatikan, yaitu:
1. Mempelajari dan menganalisis jenis barang yang diproduksi
2. Apakah barang yang akan diproduksi merupakan consummer’s goods atau
producer’s goods
3. Sifat dari produk yang di hasilkan, apakah merupakan barang yang tahan
lama
4. Mutu dari barang yang akan di produksi, yang akan tergantung pada biaya
per satuan yang di inginkan, dan permintaan konsumen terhadap barang hasil
produksi.

c. Sifat barang yang di produksi apakah merupakan barang lama atau baru
Hal ini perlu diperhatikan karena untuk barang yang baru maka perlu diadakan
penelitian ( research ) pendahuluan mengenai:
1.Lokasi perusahaan, apakah perusahaan perlu diletakkan berdekatan dengan
bahan sumber mentah.
2.Jumlah barang yang akan diproduksi
3.Sifat permintaan barang ini, apakah musiman

Sedangkan untuk barang lama, perencanaan produksinya lebih mudah, karena


perencanaan didasarkan pada pengalaman masa lalu. Walaupun demikian, dalam hal
ini perlu diperhatikan perkembangan teknologi baru.

D. PERAMALAN PENJUMLAHAN ( SALES FORECASTING)


Yang dimaksud dengan ramalan adalah sesuatu yang diharapkan akan terjadi
pada masa yang akan datang. Sedangkan ramalan penjualan adalah suatu perkiraan
atas ciri-ciri kuantitatif dan kualitatif termasuk harga, dari perkembangan pasran dari
suatu produk yang diproduksi dari suatu perusahaan, pada suatu jangka waktu tertentu
di masa yang akan datang.
Ciri-ciri pasaran dari barang-barang yang diproduksi oleh suatu perusahaan
perlu dianalisis bagi kepentingan perusahaan keseluruhannya, maupun bagi
kepentingan perencanaan dan pengawasan produksi. Analisis mengenai sifat pasaran
ini diwujudkan dalam bentuk peramalan penjualan. Jadi peramalan kegiatan
merupakan penyusunan tentang sifat-sifat penjualan dari suatu produk yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu di masa yang akan datang.
Peramalan produksi berguna bagi perusahaaan adapun ramalan penjualan
mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1. Untuk menentukan kebijaksanaan dalam persoalan penyusunan anggaran
2. Untuk pengawasan dalam persediaan ( invertory control )
3. Membantu kegiatan perencanaan dan pengawasan produksi
4. Untuk memperbaiki semangat para pekerja
5. Penyusunan kebijaksanaan kepegawaian yang lebih efektif dan efisien
6. Untuk pengawasan pembelanjaan
7. Mengurangi atau mengganti produk yang tidak mmberikan keuntungan
Seorang manajer selalu dihadapkan pada masalah pembuatan rencana kegiatan
perusahaan. Dalam pembuatan ini di butuhkan peramalan, karena apa yang kita
rencanakan tentunya didasarkan pada apa yang kita ramalkan. Oleh karena itu
pembagian jenis utama peramalan juga didasarkan atas pembagian jenis perencanaan,
yaitu peramalan jangka panjang dan peramalan jangka pendek.

1. Ramalan penjualan jangka panjang


Ramalan ini mencangkup tentang penjualan dari produk yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan selama 5 tahun. Penjualan jangka panjang memepunyai tujuan yang
berbeda dengan penjualan jangka pendek. Perbedaan dalam tujuan dari ramalan
penjualan jangka panjang terlihat dalam isi dan maksudnya, seperti untuk
perkembangan produk, perluasan kapasitas dan penanaman modal, yang biasanya
terbatas pada perkiraan yang terluas tentang jumlah volume penjualan.

2. Ramalan penjualan jangka pendek


Merupakan jenis ramalan yang paling banyak dipergunakan oleh perusahaan.
Biasanya ramalan ini mencakup tentang penjualan dari produk yang dihasilkan dalam
jangka waktu 1 tahun. Ramalan ini memberikaan dasar pada:

a. penyusunan anggaran penerimaaan dan belanja perusahaan


b. suatu pedoman bagi perancanaan produksi
c. pengawasan terhadap persediaan ( stock ) barang yang selesai
d. penentuan kebutuhan di masa yang akan datang tenaga kerja dan bahan
e. patokan terhadap mana pestasi akan dinilai

Metode-metode Peramalan Penjualan


Ada beberapa metode penjualan yang serig dipergunakan dalam penyusunan
ramalan penjualan, antara lain yaitu analisis trend linier dengan least square method
( untuk jangka panjang ) dan analisis variasi musim ( untuk jangka pendek ).

1. Analasis trend linier dengan metode least square


Penarikan garis trend linier perlu dirumuskan secara singkat dan matematis
agar dapat dimanipulasi lebih lanjut. Pada abad ke 19, A Legendre mengemukakan
penarikan garis linier pada serangkaian data terdiri dari variabel x dan y. Cara
penarikan garis trend yang diajukan oleh Legendre dinamakan metode least square, di
mana perhitunganya memakai persamaan fungsi linier Y = a + bX. Dan untu mecari
dua variabel yang tidak diketahui yaitu a dan b dalam persamaan Y = a + bX, di mana
X adalah periode tahun dan Y adalah jumlah pejualan pada periode X, dibutuhkan dua
persamaan, yaitu :
I. ∑ Y = n.a + b ∑ X
II. ∑ XY =aX+b ∑ X2

Contoh peramalan penjualan dengaa menggunakan metode least square

TREND PENJUALAN BARANG DIHITUNG DENGAN METODE


LEAST SQUARE DARI TAHUN 1985 S/D 1993

Tahun X Penjualan ( Y ) ZY X2
1985 -4 2980 - 11920 16
1986 -3 3010 - 9030 9
1987 -2 3062 - 6124 4
1988 -1 3050 - 3050 1
1989 0 3058 0 0
1990 1 3180 3180 1
1991 2 3253 6506 4
1992 3 3431 10293 9
1993 4 3421 13684 6
Jumlah 0 28445 3539 60

I. ∑ Y = n.a + b ∑ X menjadi: 28445 = 9a


28445
a = = 3160 ,56
9

II. ∑ XY= a ∑ X + b ∑ X2 menjadi: 3539 = 60 b


3539
b = = 58 ,98
60
Jadi persamaan fungsi Y= a + bX akan diperoleh, yaitu: Y = 3160,56 + 58,98X
dengan tahun dasar (x=0) adalah tahun 1989. Dengan demikian diperoleh ramalan
penjualan tahun 1994 ( dimana x nya adalah 1994 – 1989 = 5 ) yaitu :

Y’1994 = 3160,56 + 58,98 (5)


= 3160,56 + 294,90
= 3455,46

Besarnya ramalan penjualan pada tahun 1995 adalah :

Y’1995= 3160,56 + 58,98 (6)


= 3514,44

Sedangkan ramalan penjualan pada tahun 1996 adalah :

Y’1996= 3160,56 + 58,98 (7)


= 3573,42

E. PENGAWASAN PRODUKSI ( PRODUCTION CONTROL )

Perencanaan produksi di buat harus diikuti dengan tindakan pengawasan


produksi. Perencanaan tanpa pengawasan, hasilnya mungkin tidak seperti apa yang
diharapkan dalam perencanaan. Jadi pengawasan produksi dijalankan dengan maksud
agar produksi dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Dengan adanya pengawasan produksi dalam suatu perusahaan, keuntungan
yang diperoleh adalah :
1. Dapat membantu tercapainya operasi produksi yang efisien dari suatu pabrik.
2. Membantu merencanakan prosudur pengerjaan yang kacau dan sembarangan,
sehingga dapat lebih sederhana.
3. Menjaga agar supaya tersedia pekerjaan atau kerja yang dibutuhkan pada titik
yang minimum, sehingga dengan demikian akan dapat dilakukan penghematan
dalam penggunaan tenaga kerja dan bahan.

Fungsi dan Kegiatan Pengawasan Produksi


Untuk dapat menjalankan pengawasan dengan sempurna dan efektif, maka
pengawasan produksi yang dilakukan hendaknya mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Routing
b. Loading dan Scheduling
c. Dispatching
d. Follow up
a. Routing
Routing adalah fungsi yang menentukan dan mengatur urutan kegiatan
pengerjaan yang logis, sistematis dan ekonomis, melalui ururtan bahan-bahan
dipersiapkan untuk diproses menjadi barang jadi. Routing yang di lakukan harus
didsarkn pada ketelitian dan waktu yang tepat, dan biasanya berhubungan erat
sekali dengann lay out perusahaan pabrik.
b. Loading dan Scheduling
Loading merupakan penentuan dan pengaturan muatan pekerjaan (work load)
Pada masing-masing pusat pekerjaan (work center) sehingga dapat ditentukan
berapa lama waktu yang diperlukan pada setiap operasi tanpa adanya penundaan
atau kelambanan waktu (time delay) Loading mrupakan dasar penentuan
scheduling.
Scheduling merupakan pengordinasian tentang waktu dalam kegiatan
berproduksi, sehingga dapat diadakan pngalokasian bahan-bahan pengolahan
dalam pabrik pada waktu yang ditentukan. Jadi scheduling meliputi persoalan
berapa banyak produk yang akan dihasilkan dan bilamana bagian-bagian dari
produk tersebut akan diolah.
c. Dispatching
Dispatching meliputi pelaksanaan dari semua rencana dan pengaturan dalam
bidang routing dan scheduling. Sebagian besar kegiatan dalam dispatching ini
terdiri dari penyampaian perintah kepada bagian pengelola, yang akan dilakukan
sesuai dengan jadwal dan urutan pekerjaa yang telah ditentukan.
Jadi tugas dari dispatching adalah :
1. Membuat perintah pengerjaan (production order), lengkap dengan
kartu tugas (job ticket) dan daftar keperluan masing-masing.
2. Meneliti tersedianya bahan-bahan sebelum perintah ( order ) dibuat.
Dari uraian di atas dapat di ketahui bahwa dispatching memberi keterangan
mengenai :
• Pergerakan bahan-bahan yang harus dilakukan ke tempat pengolahan
yang telah ditentukan
• Pengerjaan mesin yang harus dilakukan untuk tiap kegiatan operasi
• Pencatatan waktu kapan dimulai dan diselesaikannya tiap kegiatan
operasi.
• Penyelenggaraan pekerjaan sesai dengan routing dan scheduling.
d. Follow-up
Follow-up merupakan fungsi penelitian dan pengecekan terhadap semua aspek
yang mempengaruhi kelancaran kegiatan pengerjaan atau produksi. Follow-up ini
mencakup usaha untuk mendapatkan bahan baku yang tidak tersedia tetapi
dibutuhkan, mencari supplier mana yang paling baik untuk medapatkan bahan-
bahan baku tersebut, juga meneliti mesin-mesin dan peralatan yang diperlukan
serta mengenai penjualan apakah hasilnya baik dan mengenai cara-cara dan
syarat-syaratnya. Kesemuanya dilakukan dengan tujuan agar hal-hal tersebut tidak
mengganggu kelancaran di dalam produksi.
e. Tugas atau Kegiatan Pengawasan Produksi
Oleh karena pengawas produksi diberikan tanggung jawab untuk
mengordinasikan bagian dari perusahaan dengan suatu cara sehingga rencana
produksi dapat di kerjakan dengan ekonomis, maka untuk tercapaainya tujuan ini,
pengawas produksi perlu melakukan tugas sebagai berikut :
1. Menerima pesanan yang datang
2. Mencatat penerimaan dan meneruskan kepada bagian Akuntansi
untuk dapat dibuatkan erhitungan dan perkiraan (account) baru.
3. Menentukan data teknik yang diharuskan untuk pengerjaan tersebut
4. Memelihara dan mengawasi persediaan bahan mentah
5. Menaksir biaya pembuatan produk tersebut.
6. Menbuat perjanjian tentang penyerahan pesanan tersebut.
7. Mengawasi pelaksanaan dan menentukan enyerahan bahan selama
pengerjaan produk.
8. Membuat laporan mengenai pelaksanaan rencana dan emajuan dari
pengerjaan tersebut.
Jenis-jenis Pengawasan Produksi
Seperti yang diketahui jenis pengawasan produksi yang dilakukan tergantung
dari jenis proses produksi (type manufaturing). Ada dua jenis utama dari pengawasan
produksi yaitu pengawasan arus (flow control) dan pengawasan pengerjaan pesanan.
a. Flow Control
Flow control adalaah pengawasan produksi yang dilakukan terhadap arus
pekerjaan sehingga dapt menjamin kelancaran proses pengerjaan. Oleh karena itu
flow control dijalankan pada produksi yang terus-menerus, di mana bahan-bahan
yang di gunakan dalam proses memunyai arus yang relatif tetap,dan jenis mesin
yang di gunakan adalah mesin khusus (special purpose mechine).
b. Order Control
Order control atau pengawasan pengerjaan pesanan adalah pengawasan
produksi yang di lakukan terhadap produk yang dikrjakan, sehingga produk yang
dikerjakan itu dapat sesuai dengan keinginan sipemesan baik mengenai bentuk,
jenis dan kualitasnya. Pada pengawasan ini, tiap-tiap produk pesanan harus
dipisahkan dari produk pesanan yang lain, di mana tiap-tiap pesanan mempunyai
nomor pesanan sendiri. Oleh karena itu order control dijalankan pada produksi
dengan proses yang terputus-putus di mana jenis mesin yang di gunakan adalah
mesin serba guna ( general purpose machine ), dan barang yang diproduksi
mempunyai jenis dan bentuk yang berubah-ubah sesuai dengan pesanan.

c. Pengawasan Produksi Pada Proses Produksi yang Terputus-putus


Dalam produksi tang terputus-putus, sistem pengawasan produksi yang
dijalankan adalah order control. Alasan dijalankannya sistem pengawasan
produksi ini adalah agar janji yang telh diberikan kepada pelanggan dapat
dipenuhi, sehingga hubungaan dengan pelanggan dapat dipelihara, dan dengan
demikian kelangsungan perusahaan dapat terjamin.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengawasan pada proses produksi


yang terputus-putus ialah :
1. Menerima Pesanan itu sendiri.
Seluruh pesanan yang masuk pertama diterima oleh bagan pengawas dan
setelah pesanan ini diterim, maka perlu dikethui beberapa hal, antara lain :
a. Persoalan teknis pengerjaan, yaitu :
• Bahan apa yang dibutuhkan
• Peralatan
• Bagaimana membuat barang dan memasangnya ( assembly )
• Pekerjaan dan inspeksi apa yang harus dilakukan
b. Besar biaya untuk membuat barang atau produk itu.
2. Loading dan Scheduling
Seperti telah disebutkan bahwa scheduling merupakan perencanaan
koodinasi waktu dari kegiatann berproduksi. Jadi scheduling meliputi
penentuan kapan pekerjan akan dimulai dan berapa banyak pekerjaan akan
diselesaikan seelam waktu tertentu. Di sisni dipentingkan berapa banyak
waktu yang dibutuhkan untuk membuat setiap “ Component part” dari produk
tersebut dan kapan “ Component part” dibutuhkan dalam proses pengerjaan da
emesangan (assembly) produk tersebut.
3. Menjamin tersedianya bahan-bahan (securing material)
Harus tersedia bahan-bahan yang cukup dan sesuai untuk pengerjaan
dan pemasangan produk tersebut. Pengawasan produksi bertanggung jawab
atas siapnya bahan-bahan in untuk dikerjakan dan tersedia pada waktu yang
dibutuhkan. Operasi kegiatan gudang sering mnjadi tanggung jawab bagian
pengawasan produksi, tetapi mungkin juga menjadi tanggung jawab bagian
pembelian atau bagian produksi.
4. Perintah Pengerjaan (manufactuing orders)
Adapunn yang di maksud (manufactuing orders) adalah selembar kertas
dari bagian pengawasan produksi di mana diberikan wewenang kepada
mandor untuk mengerjakan suatu bagian barang.
Dalam (manufactuing orders) ditentukan :
a. Berapa jumlah bahan baku yang harus tersedia dalam gudang untuk dapat
memulai proses pengerjaannya.
b. Untuk menjaga dengan pasti bahwa hanya jumlah bahan baku yang
dibutuhkan,yang dipergunakan.
Jika scheduling terakhir disetralisasikan, maka manufacturing order tidak
dikirinkan kepada mandor, karena buakn merupakan tugasnya.
5. Pengiriman Perintah (Dispatching)
Tahap scheduling terakhir yang sentralisasi dikerjakan oleh pengawasa
produksi. Dalam hal ini petugas pengawasan yang mengerjakan scheduling
terakhir biasanya berkedudukan di tempat pengerjaan dan dia dikenl dengan
juru-tulis dispatching. Operasi kegiatan secara fisik dari penyerahan suatu
(manufactuing orders) kepada operator mesin disebut dispatching karena order
diberikan kepadanya.

6. Material Movement
Dalam beberapa perusahaan, bagian pengawasan produksi diberi
tanggung jawab memelihara pegerakan bahan-bahan dalam proses dari suatu
mesin yang lain, atau dari suatu production center ke production center yang
lain. Pergerakan material-material ini harus direnccanakan dalam kebutuhan
sebenarnya. Fungsi ini sering diberikan kepada dispatch clerk, karena dia
harus mengetahui keadaan dari berbagai orders dan kapan order-order ini siap
untuk dikerjakan
7. Follow-up
Setelah (manufactuing orders) di kirim kepada pelaksana, maka
perkembangan order ini harus diikuti untuk menjamin supaya pengerjaan
pesanan-pesanan tersebut sesuai schedule. Fungsi dari pengecekan ini untuk
lebih meyakinkan bahwa pekerjaan tersebut diselesaikan menurut rencana,
disebut “follow-up” dan follow-up ini merupakan bagian aspek yang terpenting
dari pengawasan produksi.
Fungsi follow-up tidak hanya penting bagi pelaksanaan manufacturing
order, tetapi juga penting bagi tugas-tugas pengawasan produksi yang lain.

8. Estimating
Setiap langganan ingin mengetahui berapa besar biaya untuk
memperoleh poduk yang dibuat. Oleh karena itu perusahaan tersebut perlu
membuat suatu perkiraan terlebih dahulu untuk dapat menentukan berapa
besar biaya pembuatan produk tersebut. Jumlah atau batas harga ini
didasarkan pada beberapa faktor, yaitu :
a. Taksiran biaya (estimated cost) dari perusahaan pabrik
Taksiran biaya ini sangat penting. Karena jika harga naik, maka
perusahaan akan rugi,dan sebaliknya jika harga turun perusahaan akan
memperoleh keuntungan yang terlalu besar.
b. Tersedianya infomasi mengenai teknis produksinya sehingga dapat
dibahas dan di buat (estimated cost) yang hampir tepat. Jadi besarnya
biaya pengerjaan (manufacturing cost) adalah ditaksir (estimated).

d. Pengawasan Produksi pada Proses Produksi yang terus-menerus


Pengawasan produksi pada proses produksi yang terus-menerus tidak serumit
seperti pada proses produksi yang terputus-putus. Dala proses ini, pengawasan
produksi mempunyai tugas utama yaitu menjaga agar supaya jumlah bahan-bahan
yang tersedia cukup untuk dipergunakan sesuai dengan rencana dan skedul
pengerjaan, serta manjaga agar supaya arus bahan tetap melalaui langkah-langkah
pengerjaan (manufacturing steps) yang ada.
Dalam proses produksi dengan proses terus-menerus, sistem pengawasan
produksi yang dibutuhkan berbeda dengan yang di butuhkan dalam proses
produksi yang terputus-putus, misalnya :
a. Routing dalam pabrik dengan proses yang terus-menerus termasuk dalam
rencana awal, serta lay out dari pabrik dan peralatannya. Di sini mesin-mesin
dan peralatan diletakkan menurut urutan yang dibutuhkan dan seluruh
bagian barang/parts bergerak melalui (processing cycle) yang sama.
b. Fungsi dispatch tidak begitu dibutuhkan secara aktif seperti pada proses
produksi yang terputus-putus. Karena tidak perlu ditetapkan apa yang akan
dikerjakan setiap hari sebab sudah rutin, dan para pekerja mempunyai
tanggung jawab untuk melaksanakan beberapa pekerjaan.

You might also like