You are on page 1of 20

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang

Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

STRATEGI MANAJEMEN KELAS YANG EFEKTIF DALAM IKLIM KBK UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

A. PENDAHULUAN Mutu pendidikan adalah sebagai prioritas di dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan. Di dalam UU No. 25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional (propernas) tahun 2000-2004, menyebutkan bahwa program peningkatan mutu telah menjadi prioritas kedua setelah peningkatan pemerataan kesempatan di semua jenjang pendidikan. Kemudian kebijakan pemerintah tentang kurikulum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional (sisdiknas) bahwa kurikulum untuk pendidikan formal harus menggunakan pendekatan kompetensi. Dari adanya undang-undang tersebut di atas tentunya memberikan alternatif bagi terciptanya lulusan (out put, out come) pendidikan yang berkualitas. Namun demikian, ironisnya sampai saat ini belum adanya kejelasan tentang apa yang dimaksud dengan mutu pendidikan itu sendiri serta indikator untuk mencapainya. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan disampaikan mengenai mutu pendidikan dan bagaimana mencapai mutu pendidikan tersebut dalam iklim manajemen berbasis kompetensi, dan akhirnya akan dijelaskan bahwa ternyata proses pendidikan adalah merupakan salah satu faktor yang kuat dalam menentukan mutu hasil pendidikan. Bagaimanapun canggihnya kurikulum tetapi tanpa adanya dukungan proses pendidikan yang baik, maka hasil pendidikan kurang dapat dipastikan bermutu. Oleh karena itu, proses pendidikan lebih banyak berhubungan dengan kemampuan manajemen kelas, maka peran manajemen kelas yang efektif akan memberikan kontribusi dalam menghasilkan mutu pendidikan. Pokok persoalannya kemudian pada manajemen kelas yang dikelola oleh para guru yang efektif di lembaga pendidikan dimana proses belajar mengajar

Strategi Belajar Mengajar

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

terjadi. B. PEMBAHASAN MASALAH Setiap lembaga pendidikan berperan sebagai wahana strategis dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas bagi pembangunan bangsa, tak terkecuali madrasah telah turut menjalankan berbagai aktivitas kependidikan di pentas pendidikan nasional. Sebagai sub pendidikan nasional, madrasah, sekolah agama, pesantren dan Perguruan Tinggi harus dikelola secara terencana agar mampu menciptakan SDM yang memiliki kualitas keimanan, ketakwaan, ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memelihara dan mengembangkan eksistensi bangsa. Karena itu, peranan madrasah perlu ditingkatkan melalui penguasaan pengetahuan dan kemampuan manajerial kependidikan guna mencapai efektivitas madrasah.1 Madrasah dengan berbagai sumber daya (resources) yang dimiliki harus dikerahkan dan dimanfaatkan untuk dapat menghadapi perubahan eksternal yang dipengaruhi dinamika ekonomi, politik, sosial dan budaya. Pimpinan madrasah harus mendesain format pendidikan yang kompetitif dan inovatif untuk keperluan masa depan. Hanya dengan kesiapan manajemen pendidikan yang efektif, madrasah dapat merespon perubahan sehingga tidak akan mengalami stagnasi (kemacetan) dan ketinggalan dalam dinamika perubahan yang cepat.2 Perubahan yang cepat itu menuntut kepada para pakar, pengelola dan praktisi pendidikan perlu mencermati lingkungan strategis pendidikan di Indonesia. Lingkungan strategis ini menghadirkan berbagai tantangan, baik secara makro dan mikro, internal maupun eksternal menempatkan peranan manajemen menjadi sangat determinant (menentukan) bagi masa depan sebuah organisasi atau madrasah.3 Menurut Nurhattati, bahwa dalam penerapan MBS (Manajemen
1 Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat Press, Jakarta, 2005, cet. I., Juli, hal. 2 2 Ibid., hal. 3. 3 Ibid.

Strategi Belajar Mengajar

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

Berbasis Sekolah) itu mempunyai banyak manfaat, yaitu; 1). Madrasah secara sepenuhnya dapat memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan madrasahnya, karena lebih bisa mengetahui peta kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi, 2). Madrasah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya masukan (in put) dan keluaran (out put) pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik, 3). Pengambilan keputusan partisipatif yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan madrasah karena madrasah lebih tahu apa yang terbaik bagi madrasahnya, 4). Penggunaan sumber daya pendidikan lebih hemat, tepat dan terarah apabila masyarakat turut mengawasinya, 5). Keterlibatan warga madrasah dalam pengambilan keputusan madrasah menciptakan keterbukaan dan demokrasi yang sehat, 6). Madrasah bertanggung jawab terhadap mutu pendidikan di madrasahnya kepada pemerintah, orang tua, peserta didik dan masyarakat, 7). Madrasah dapat bersaing dengan sehat untuk meningkatkan mutu pendidikan. 8). Madrasah dapat menjawab harapan masyarakat yang berubah dengan pendekatan yang tepat dan cepat.4 Dengan kata lain, bahwa tujuan dari MBS adalah untuk meningkatkan efesiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi, antara lain diperoleh melalui kekuasaan mengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu, antara lain diperoleh melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelola sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem insentif dan disinsentif. Peningkatan pemerataan pendidikan antara lain diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena sebagian masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah.5
4 Hj. Nurhattati, (dkk), Pedoman Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah, Puslitbang Pendidikan Islam Balitbang Agama dan Diklat Keagamaan, Jakarta, 2005, hal. 9 5 Tim WRI (Walisongo Reseach Institute) IAIN Walisongo Semarang, Modul Manajemen Berbasis Sekolah, Tanpa Penerbit, Semarang, 2003, hal. 7

Strategi Belajar Mengajar

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

Menurut Barnett (1992)

ada tiga aliran dalam mendekati konsep

mutu pendidikan, yaitu aliran obyektivitas, relativitas dan perkembangan. Aliran objektivitas berangkat dari asumsi bahwa dimungkinkan untuk mengidentifikasi dan menghitung aspek-aspek tertentu dari masukan (in put) dan luaran (out put) pendidikan yang menggambarkan mutu pendidikan. Sedangkan aliran relativitas berpandangan bahwa tidak ada kriteria yang absolut yang dapat diterapkan untuk menggambarkan mutu pendidikan secara valid karena pada hakekatnya setiap institusi pendidikan itu berbeda baik tujuan, tradisi, maupun kondisi sosialnya. Sedangkan untuk aliran perkembangan lebih mendekati kualitas pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu kinerja dari lembaga pendidikan. Oleh sebab itu, fokus pendekatannya adalah kualitas dalam arti aktivitas yang berkaitan dengan proses pendidikan. Oleh karena itu, dalam pendekatan terakhir ini yang dievaluasi adalah prosesnya bukan masukan atau luarannya, dengan menggunakan indikator kualitatif bukan kuantitatif. Kemudian menurut berbagai literatur yang lain menunjukkan bahwa mutu pendidikan dapat dilihat dari berbagai sisi: masukan, proses, luaran, dan bahkan dampaknya7, tetapi dalam kenyataan sehari-hari mutu hanya didekati dari segi masukan instrumental dan luarannya saja dan bersifat ekstrinsik. Bahkan mutu luaran hanya ditafsirkan dengan nilai hasil belajar yang bersifat kognitif saja yang tertera pada hasil nilai indek prestasi komulatif akhir. Pendekatan seperti ini mengandung tiga kelemahan. Pertama, pendekatan mutu pendidikan dari segi masukan instrumental saja ternyata bisa menyesatkan karena berbagai penelitian menunjukkan bahwa bukan masukan instrumental yang menunjang mutu pendidikan, tetapi lebih kepada proses, yaitu bagaimana masukan instrumental itu digunakan dalam proses pendidikan. Begitu pula dengan melihat mutu pendidikan dari luaran yang hanya mengandalkan pengukuran hasil belajar
6 Muljani A. Nurhadi, Paradigma Baru Pengelolaan Pendidikan di Daerah dalam rangka Desentralisasi Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002, hal. 12 7 Ace Suryadi Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan, Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Banduung, 1993, hal. 159-164

Strategi Belajar Mengajar

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

kognitif, sangat menyederhanakan makna mutu pendidikan. Kedua, mengacu mutu pendidikan dari kacamata luar saja, misalnya pengusaha, instansi pemerintah, dan swasta (stakeholders) sebagai pengguna lulusan, juga tidak memberikan gambaran yang komplit tentang mutu hasil pendidikan, karena justru orang di dalam sekolah, seperti tenaga pendidik, supervisi dan lai-lain. Yang paling tahu bagaimana mutu pendidikan itu berkembang di dalam proses pendidikan. Ketiga, penelitian terhadap mutu pendidikan secara ekstrinsik, misalnya mengatakan mutu pendidikan rendah karena banyak sarjana yang menganggur, banyak lulusan tidak bisa bekerja dan sebagainya, hanya mampu melihat kulit luarnya saja, bersifat parsial, tidak lengkap dan bias. Penilaian dari segi afektif juga pernah diangkat oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2000 tentang perlunya pengukuran dan penilaian terhadap budi pekerti sebagai unsur hasil belajar, namun sayangnya penilaian ini tidak dikembangkan lebih lanjut. Kemudian dengan diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004 tentunya pada sistem evaluasi akan dilakukan uji kompetensi dan keterampilan pada diri lulusan, namun standar yang bagaimanakah yang akan digunakan, hal ini belum adanya suatu alat untuk itu. Oleh karena itu, maka penilaian terhadap mutu pendidikan sebaiknya tidak hanya melihat yang ekstrinsik tetapi juga yang intrinsik terkandung di dalamnya. Mutu pendidikan harus ditafsirkan lebih luas yaitu didasarkan kepada efektifitas program pendidikan, yaitu seberapa besar pengaruh pendidikan yang diperoleh oleh peserta didik dalam bentuk perkembangan pengetahuan, sikap, nilai dan tingkah laku.

Faktor Penunjang Mutu Pendidikan Ada beberapa faktor yang dapat menunjang mutu pendidikan yaitu :

Strategi Belajar Mengajar

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

(1) pengaruh latar belakang keluarga, (2) pengaruh komponen pendidikan8. Dijelaskan lebih lanjut oleh Nurhadi (2002) bahwa pengaruh latar belakang keluarga meliputi keadaan sosial ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan orang tua, harapan dan sikap masyarakat terhadap pendidikan dan sebagainya. Namun demikian, yang besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan adalah keadaan sosial ekonomi keluarga. Menurut Woussman (2001)9 ada berbagai faktor yang mempengaruhi mutu hasil pendidikan yaitu: (1) Komponen guru yang meliputi lama mengajar di kelas, lamanya persiapan mengajar, pemilihan metode mengajar, memberikan pekerjaan rumah, pengalaman, tingkat pendidikan, (2) Komponen buku yang meliputi digunakannya buku untuk belajar, jumlah jam membaca di rumah, digunakan untuk pekerjaan rumah, penggunaan lembar kerja, (3) Laboratorium yang meliputi kelengkapan sarana prasarana, efektifitas penggunaan laboratorium, (4) Manajemen yang meliputi kreasi meningkatkan demand, kreasi mengoptimalkan sumber daya, membagi informasi, pemberdayaan dan komitmen, mobilisasi masyarakat, struktur organisasi yang mendukung, kepemimpinan sekolah. Posisi, tugas, tanggung jawab dan peran guru dalam pendidikan formal di sekolah sebagai ujung tombak dalam menentukan keberhasilan kurikulum. Lebih-lebih dalam implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang tahun kemarin telah diterapkan di dunia pendidikan Indonesia, menurut E. Mulyasa
10

, merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya

terhadap keberhasilan kurikulum. Hubungan fungsi guru dengan kemampuan mengajar yang mengfungsikan berbagai perangkat media mengajar, sangat dipenuhi oleh kualitas profesionalisme guru. Artinya bahwa kedewasaan anak didik sangat tergantung dari fungsi guru di kelas maupun di luar kelas. Dalam
hal. 45 9 Ibid., hal. 47 10 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik dan Implementasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2004, hal. 185.

konteks

pendidikan

modern,

guru

harus

mampu

8 Muljani A. Nurhadi, Paradigma Bsaru Pengelolaan Pendidikan di Daerahop. cit.,

Strategi Belajar Mengajar

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

menempatkan diri sebagai motivator dan fasilitator, bukan sebagai pemegang otoritas. Menurut M. Gobel 11, terdapat beberapa perubahan fungsi dan peran guru dalam konteks pengembangan pendidikan di masa depan, yaitu : a. Guru harus lebih menunjukkan tanggung jawabnya sebagai perantara bagi peserta didik untuk mengakses pengetahuan daripada sebagai pemegang otoritas dalam memegang mata pelajaran atau sebagai nara sumber. b. Fungsi guru tidak selamanya harus difahami sebagai informatory tunggal bagi siswa, sebab dalam konteks pendidikan dialogis guru harus mampu menghidupkan suasana belajar yang komunikatif dengan memancing interaksi dan partisipasi peserta didik dalam proses belajar. c. Fungsi guru yang selama ini selalu mendominasi penentuan arah pengembangan minat dan bakat anak didik, untuk masa depan harus mulai diperhatikan dan melibatkan anak didik dalam menentukan arah dan minat mereka masing-masing. d. Proses pengajaran sudah mulai ditandai oleh penggunaan metode dan sarana yang lebih modern dengan tingkat kemajuan teknologi yang tinggi. e. Hubungan kerja sama antara guru seharusnya sudah mulai dipertimbangkan untuk lebih meningkatkan kemampuan mengajar guru dan memperkaya wawasan pengajaran guru. Dengan demikian jelaslah bahwa tugas, tanggung jawab dan peran yang diemban guru di sekolah semakin kompleks. Bahkan pada era global ini proses belajar mengajar tidak lagi dibatasi pada ruang yang sempit, tetapi dapat dilaksanakan dan diakses dengan teknologi modern, tanpa batas. Hal ini menuntut seorang guru untuk meningkatkan kualitas dalam menghadapi berbagai tantangan globalisasi.12 Dari hasil penelitian Woussman tersebut nampaknya tenaga pendidik (dosen) memegang peranan penting dalam mempengaruhi mutu hasil pendidikan, tetapi yang paling besar pengaruhnya bukanlah tingkat pendidikan
11 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2004, hal. 194 12 Norman M. Gobel, Perubahan Peranan Guru, PT. Gunung Agung, Jakarta, 1983, hal. 4

Strategi Belajar Mengajar

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

dosen/guru tetapi berapa jam dosen/guru mengajar di kelas yang menggambarkan intensitas proses mengajar guru. Lamanya persiapan mengajar di rumah menggambarkan kesiapan dosen/guru dalam menguasai materi yang akan diberikan, dan ini menggambarkan kualitas pengajaran. Dosen yang mampu dan mau mengembangkan metode mengajar berarti telah mencari kesesuaian antar materi yang diajarkannya dengan metode penyampaiannya agar selaras dengan kharasteristik dan tingkat berfikir peserta didik agar mudah dipahami. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman mengajar riil yang dilakukan di depan kelas. Beberapa hasil penelitian tentang hubungan antara pengalaman kerja dengan produktivitas optimalnya kalau sudah berpengalaman melakukan tugas ini antara 5 s/d 8 tahun, dan tergantung dari percepatan belajarnya masing-masing. Pengaruh buku juga penting dalam mutu pendidikan. Pengaruh ini tidak terletak kepada berapa buah buku yang telah disediakan atau dibeli, tetapi seberapa besar intansitas buku itu dibaca, digunakan dan dicerna baik di dalam kelas maupun di rumah. Untuk itu sangat besar pengaruh dosen/guru agar buku tersebut digunakan, misalnya dengan memberikan pekerjaan rumah yang mengharuskan membaca buku tersebut. Pengaruh laboratorium juga hampir sama dengan buku, yaitu bukan mahal dan lengkapnya laboratorium yang memberikan kontribusi terhadap mutu pendidikan tetapi lebih kepada seberapa intensif laboratorium itu digunakan untuk melakukan berbagai percobaan dan praktik sehingga dapat diperoleh pengetahuan dan ketrampilan melalui pembuktian dan pengamatan gejala lapangan di laboratorium. Pengaruh manajemen pendidikan. Pengaruh ini sangat penting dalam menghasilkan mutu pendidikan. Mutu hasil pendidikan lebih banyak ditentukan oleh kualitas proses pendidikan dari pada kualitas masukan instrumental pendidikan sebagaimana telah diuraikan di atas. Ini berarti bahwa kemampuan untuk mengelola masukan instrumental secara integratif menjadi sangat penting. Bukan latar belakang pendidikan dosen/guru yang lebih utama dalam mempengaruhi mutu hasil pendidikan, tetapi seberapa lama

Strategi Belajar Mengajar

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

interaksinya dengan peserta didik di kelas. Agar interaksi itu intensif maka pola manajemen yang dilakukan haruslah mengarah kepada terjadinya proses pendidikan. Begitu pula pengaturan jam pelajaran yang baik sehingga memberikan peluang kepada siswa untuk dapat memanfaatkan perpustakaan baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Begitu pula laboratorium tidak akan pernah digunakan kalau dosen/guru praktek tidak cukup dihargai reputasinya dan tidak disediakan anggaran untuk membeli bahan-bahan paraktikum yang tidak murah. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana peran manajemen pendidikan yang dapat mendorong berbagai komponen pendidikan tersebut berpengaruh positif dalam menunjang mutu pendidikan dalam iklim kurikulum berbasis kompetensi. Dari beberapa konsep sebagaimana tersebut di atas dapat disimpulkan kaitannya dengan faktor-faktor penunjang mutu pendidikan adalah sebagai berikut : 1. Keadaan sosial ekonomi keluarga mahasiswa. 2. Tersedianya tenaga pendidik (dosen) yang profesional. 3. Tersedianya buku untuk belajar pada dosen dan mahasiswa. 4.Tersedianya buku dan sumber bacaan lain (internet) Perpustakaan dan Institut. 5. Kelengkapan alat dan efektivitas penggunaan laboratorium dakwah. 6. Manajemen kelas yang efektif oleh tenaga pendidik (dosen). Kurikulum Berbasis Kompetensi Dirjen Dikdasmen Dr. Ir. Indra Djati Sidi, menyatakan bahwa tujuan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah untuk menghasilkan terjadinya demokratisasi pendidikan. Hasil keluaran dari KBK adalah terciptanya para lulusan yang menghargai keberagaman. (Pikiran Rakyat, 28 April 2003) 13 Dijelaskan lebih lanjut oleh Suwarja (2003) bahwa kurikulum berbasis kompetensi merupakan pergeseran penekanan dalam kurikulum dari isi (APA
13 Deny Suwarja, KBK, Tantangan Profesionalisme //artikel.us/dsuwarja.html.2003, di akses tanggal 9 Desember 2006, hal. 1 Guru, http:

Strategi Belajar Mengajar

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

yang tertuang) ke kompetensi (BAGAIMANA harus berfikir, belajar, bersikap dan melakukan). Oleh karena itu guru dan siswa diharapkan dapat mengetahui apa yang harus dicapai dan sejauhmana efektivitas belajar telah dicapai. Kompetensi dalam kerangka kurikulum ini meliputi: (1) Kompetensi tamatan, (2) Kompetensi lintas kurikulum, (3) Kompetensi rumpun pelajaran, dan (4) Kompetensi dasar mata pelajaran. Kompetensi tamatan merupakan kompetensi yang harus dicapai siswa ketika siswa tamat dari suatu jenjang pendidikan. kompetensi lintas kurikulum merupakan kecakapan untuk belajar sepanjang hayat, dan ketrampilan hidup yang diperlukan siswa untuk mencapai seluruh potensinya dalam kehidupan dan dunia kerja. Kompetensi rumpun pelajaran adalah kinerja yang harus dicapai ketika siswa menyelesaikan suatu rumpun pelajaran yang terdiri dari suatu mata pelajaran atau lebih. Kompetensi dasar merupakan pernyataan ukuran minimal memadai yang ditetapkan tentang pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi dasar ini harus dikembangkan, dilatihkan dan dialami siswa secara maju dan berkelanjutan seiring dengan perkembangannya untuk menjadi mahir berkinerja dalam memecahkan masalah14. Kepala Litbang Diknas, Boediono menegaskan paling kurang ada empat komponen yang harus dipersiapkan terkait dengan kurikulum berbasis kompetensi, yakni KBM, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian berbasis kelas, sedangkan aspek kurikulum berbasis kompetensi adalah aspek pengalaman riil yang integral pada siswa dan proses menemukan yang menciptakan rangsangan lebih baik (inquiry). Pada keputusan Mendiknas RI No. 045/U/2002 kompetensi didefinisikan sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab, yang dimiliki seseorang sebagai syarat kemampuan untuk mengerjakan tugastugas di bidang pekerjaan tertentu. Namun, Gonzi (1997) dan Heger (1995) mendefinisikan kompeten secara lebih luas yakni: (1) Landasan kemampuan kepribadian, (2) Kemampuan penguasaan ilmu dan ketrampilan (know how
14 Ibid., hal. 3

Strategi Belajar Mengajar

10

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

and how why) , (3) Kemampuan berkarya (know to do), (4) Kemampuan menyikapi dan berperilaku dalam berkarya sehingga dapat mandiri, menilai dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab (to be), (5) Dapat hidup bermasyarakat dengan kerja sama, saling menghormati, dan menghargai nilainilai pluralisme dan kedamaian (live together). Pada implementasi di lapangan kurikulum berbasis kompetensi terbagi dalam tiga kompetensi. Pertama, kompetensi utama (core competencies) yakni kompetensi inti, kedua, kompetensi pendukung yang merupakan kompetensi penunjang (core competencies), sedangkan kompetensi ketiga adalah kompetensi lain yang melengkapi dua kompetensi tersebut. Setiap penerapan kebijakan pemerintah tentunya ada kendala-kendala yang dihadapi oleh pelaksana yang dalam hal ini adalah penyelenggara pendidikan. Beberapa kendala yang diprediksi akan menjadi PR utama lembaga pendidikan adalah : (1) Pengalaman guru yang masih minim, (2) Alat penunjang kegiatan belajar, (3) Kemandirian lembaga dalam memformat KBK dalam proses jadwal belajar, (4) Buku penunjang dan perangkat administrasi lainnya yang harus disesuaikan dengan kebutuhan guru dan siswa15. Kendala-kendala ini tentunya sebagai jembatan lembaga pendidikan untuk menuju hasil pendidikan yang memuaskan masyarakat, berkualitas, dan dapat dipertanggungjawabkan. Manajemen Kelas Yang Efektif Untuk Menunjang Mutu Pendidikan Bahwa tujuan dari MBS adalah untuk meningkatkan efesiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi, antara lain diperoleh melalui kekuasaan mengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu, antara lain diperoleh melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelola sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem insentif dan disinsentif. Peningkatan pemerataan pendidikan antara lain
15 Eka Wardana, Perbaikan Kurikulum Nasional 1994, Menimbang Pendidikan Berbasis Kompetensi, http://www. pikiran-rakyat.com/cetak/0203/01/0802. htm. 2003, di akses tanggal 9 Desember 2006, hal. 4

Strategi Belajar Mengajar

11

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena sebagian masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah.16 Memang sulit untuk penerapkan itu semua, tapi tidak ada salahnya apabila hal itu dicoba. Jangankan madrasah, suatu organisasi untuk menerapkan manajemen yang handal masih jalan di tempat, harus ekstra keras mendesain perubahan organisasinya, disebabkan begitu cepatnya perubahan eksternal (IPTEK, hukum, politik, ekonomi, lapanga kerja, pasar budaya) berlangsung dan merasuki batang tubuh setiap organisasi. Apalagi bagi organisasi pendidikan yang hanya terlibat dengan aktivitas rutinitas/operasional harian saja tentu akan semakin berat untuk merespon perubahan. Bagaimanapun, madrasah harus mengelola perubahan yang diinginkannya, seperti halnya organisasi bisnis. Peran madrasah perlu diperkokoh melalui menajemen, kepemimpinan yang efektif untuk menentukan arah perubahan masyarakat. Tentu saja setiap lembaga pendidikan pada umumnya dan madrasah pada khususnya jangan sampai tergilas oleh perubahan yang ada, lalu tertinggal dan diabaikan masyarakatnya. Apalagi perubahan memang suatu keniscayaan, namun perubahan lembaga pendidikan sebaiknya direncanakan oleh para pimpinan atau kepala madrasah, bukan berubah apa adanya dan operasional rutinitas. Perubahan kualitatif dalam bidang pendidikan di madrasah harus mencakup kurikulum, metode dan teknik pengajaran, sarana prasarana, mutu guru, iklim dan manjemen merupakan tuntutan globalisasi harus diantisipasi para pimpinan lembaga pendidikan dewasa ini.17 Di era globalisasi ini, kemenangan ditentukan oleh mutu SDM. Mutu SDM itu sendiri ditentukan oleh pendidikan bermutu baik pada tingkat dasar, menengah maupun tinggi. Pendidikan memegang peranan kunci dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sesuai dengan cita-cita dan sumpah
16 Tim WRI (Walisongo Reseach Institute) IAIN Walisongo Semarang, Manajemen Berbasis op.cit., hal. 7 17 Syafaruddin, Manajemen Lembaga op.cit., hal. 15 Modul

Strategi Belajar Mengajar

12

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

dari founding fathers kita untuk membangun suatu masyarakat Indonesia yang kuat, demokratis, mandiri, menghayati nilai-nilai untuk bersatu dalam kebhinekaan, menguasai ilmu dan teknologi, dan mampu bersaing dalam era kehidupan domestik dan global. Maka yang dibutuhkan saat ini adalah pengelolaan pendidikan yang berorientasi kepada SDM yang profesional. Menurut Tilaar (2000) bahwa dalam mengelola sistem pendidikan nasional ada beberapa prinsip dasar untuk menuju masyarakat Indonesia baru, yaitu : pertama, partisipasi masyarakat di dalam mengelola pendidikannya (community based education), kedua, demokratisasi proses pendidikan, ketiga, sumber daya pendidikan yang profesional, dan keempat, sumber daya penunjang yang mememadai. Keempat faktor ini perlu dikembangkan dan dioptimalkan kemampuannya agar sistem dan manajemen pendidikan mampu memberdayakan manusia Indonesia di masa depan.18 Kalau kita perhatikan secara mendalam, sistem manajemen pendidikan yang ditempuh selama ini masih bersifat masal, yang memberikan perlakuan dan layanan pendidikan yang sama kepada semua peserta didik. Padahal, mereka berbeda tingkat kecakapan, kecerdasan, minat, bakat dan kreativitasnya. Sistem manajemen pendidikan seperti ini memang sahih dan sangat tepat dalam konteks pemerataan kesempatan, akan tetapi kurang menunjang usaha mengoptimalisasikan pengembangan potensi SDM secara cepat dan tepat. Layanan pendidikan anak berbakat dalam penyelenggaraannya tidak akan sempurna tanpa ada ulasan tentang manajemennya. TQM (Total Quality Management) dalam kegiatan belajar mengajar memusatkan perhatian pada fungsi manajemen dalam proses kegiatan belajar mengajar, yaitu bagaimana guru mengajar dan mengelola pengajaran yang disampaikan kepada peserta didik. Termasuk bagaimana upaya terbaik guru untuk mencapai tujuan ini. TQM dalam kegiatan belajar mengajar memusatkan perhatian pada
18 Ibid., hal. 22-23

Strategi Belajar Mengajar

13

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

fungsi manajemen yang mentransformasikan upaya guru dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. TQM memandang kegiatan belajar mengajar sebagai proses yang dapat dikelola dan menyuarakan bahwa suatu ikhtiar atau usaha yang mungkin dilakukan untuk bisa mencapai tujuan dalam pendidikan terletak pada penerapan ide TQM pada proses kegiatan belajar mengajar. Kekuatan model TQM kegiatan belajar mengajar terletak pada kemampuannya untuk mengajukan hipotesa mengenai strategi mengajar yang meningkatkan keberhasilan belajar serta penekanan pada kualitas produk, orientasi pada peserta didik, dukungan pada kerja kelompok dan keinginan yang berkesinambungan untuk memperbaiki diri. Target TQM adalah perbaikan yang berkesinambungan di seluruh organisasi. TQM merupakan suatu "pergeseran paradigma" dan berupaya mencapai suatu bentuk budaya baru dalam lembaga atau perusahaan. Pelaksanaan TQM seringkali harus dibentuknya tim perbaikan pelaksanaan yang fungsinya (cross functional) diambil dari berbagai tingkatan, untuk memecahkan masalah utama dan dibentuknya kelompok kerja intra departemen yang disebut gugus kualitas (quality circle). Guru memainkan peran "manajer" dengan memandang peserta didik sebagai: Pertama, sebagai "pelanggan" (customer). Guru menekankan upaya memperoleh umpan balik dari peserta didik sebagai cam untuk menentukan kebutuhan peserta didik. Kedua, peserta didik dipandang sebagai karyawan (unsur sekolah), berarti guru memberdayakan peserta didik dengan melibatkan mereka dalam keputusan manajemen penting yang berdampak pada mereka.19 Paradigma baru pendidikan yang diungkapkan di atas perlu dicermati dan diaplikasikan pada setiap sekolah. Keprofesionalan sumber daya personil sekolah menjadi satu pilar utama keberhasilan organisasi pendidikan menghasilkan sumber daya yang bermutu. Manajemen sekolah berorientasi mutu yang akan dapat menggali partisipasi masyarakat memajukan setiap
19Al-Azhar, Manajemen Sekolah kemang.net/indo/yayasan/yayasan 3. htm, hal. 2 - 3 Unggul/Plus, http://www.alazhar-

Strategi Belajar Mengajar

14

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

sekolah dengan pendekatan sistem yang padu. Masukan sekolah dari masyarakat (anak didik, kurikulum, biaya) kemudian diolah dalam proses pembelajaran (guru, metode, sarana, fasilitas) yang dikembalikan kepada masyarakat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi atau menjadi anggota masyarakat yang baik, bekerja secara terampil dan berguna bagi bangsa.20 Lebih lanjut, Fattah (1996) menjelaskan bahwa aplikasi paham sistem terhadap proses manajemen dan proses pendidikan dalam wadah-wadah keorganisasian merupakan strategi pemecahan masalah pendidikan yang kompleks. Manajemen merupakan satu bab sistem dalam sistem sekolah. Proses pembelajaran di sekolah dan keluaran lulusan ditentukan oleh efektivitas manajemen sebagai sub sistem. Dengan kata lain, kualitas lulusan sekolah agama, madrasah, pesantren dan PTAI ditentukan oleh manajemen yang dijalankan oleh pimpinan lembaga pendidikan Islam.21 Betapa pentingnya aplikasi manajemen dalam pendidikan. Menurut Squire (Riches dan Morgan, 1989) para pendidik perlu memahami batang tubuh teori manajemen yang berasal dari aktivitas industri dan komersial agar dapat diadaptasi yang dalam berbeda tujuan yang ingin dicapai teori, oleh mereka, dan menggunakannya dalam praktek dan kemudian memberikan kontribusi dalam formulasi kepada yang bentuk modifikasi pengembangannya. Pengetahuan digunakan dalam menjalankan

organisasi pendidikan sejak dari perencenaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling) yang didukung keterampilan memimpin atau kepemimpinan (leadership), komunikasi (communicating) sebagai fungsi-fungsi manajemen adalah perlu dipelajari dan dipahami oleh pimpinan dan manajer lembaga pendidikan yang menginginkan keberhasilan organisasi pendidikan yang dikembangkannya maka manajemen dan kepemimpinan harus berfungsi efektif.22 Manajemen kelas yang efektif menurut Nurdin (2002) adalah
20 Syafaruddin, Manajemen Lembaga op.cit., hal. 23 21 Ibid., hal. 24-25 22 Ibid., hal. 26

Strategi Belajar Mengajar

15

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

mencakup dua sisi, yaitu: (1) Kemampuan guru dalam mendesain program pengajaran, (2) Kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar23. Lebih lanjut Nurdin (2002) menyatakan bahwa indikator yang pertama, kemampuan guru dalam mendisain program pengajaran mencakup sebagai berikut: Pertama, penentuan tujuan mengajar, yaitu merumuskan Tujuan Instruksional Umum (TIU) atau memindahkan rumusan TIU yang terdapat dalam kurikulum/GBPP ke dalam satuan pelajaran, merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) secara spesifik, operasional, jelas, relevan berdasarkan tujuan instruksional umum. Di samping itu, juga dalam merumuskan tujuan instruksional haruslah yang jelas yaitu disamping menyebutkan pelaku (audience), juga menyebutkan kompetensi atau perilaku akhir yang diharapkan dapat dilakukan mahasiswa, dengan menggunakan kata kerja yang operasional. Kedua, pemilihan materi sesuai dengan waktu, yaitu merinci materi pelajaran yang didasarkan kepada bahan pelajaran dalam GBPP dan TIK yang hendak dicapai. Ketiga, strategi optimum, yaitu merencanakan kegiatan belajar mengajar secara cermat, jelas, tegas, sistematis, logis sesuai dengan TIK yang hendak dicapai dan materi pelajaran yang akan disampaikan, yang meliputi strategi/metode dan pokok-pokok kegiatan siswa-guru. Kelima, alat dan sumber, yaitu memilih alat peraga, sumber bahan dari buku dan masyarakat yang didasarkan kepada; TIK, bahan pengajaran yang akan disajikan, kegiatan belajar mengajar dan strategi instruksional yang dikembangkan, serta mengemukakan dengan jelas sumber dan alat tersebut (pengarang, nama buku, penerbit, tahun dan lain-lain). Keenam, kegiatan belajar siswa, yaitu dalam menyampaikan materi pelajaran hendaklah menggunakan bahasa yang jelas, mudah dipahami dan ditulis menurut ketentuan yang berlaku (EYD). Ketujuh, evaluasi, yaitu merancang secara teliti prosedur penilaian atau evaluasi sesuai dengan tujuan instruksional khusus (TIK) yang hendak dicapai. Indikator yang kedua kemampuan guru dalam melaksanakan proses
23 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Ciputat Press, Jakarta, 2002, hal. 84

Strategi Belajar Mengajar

16

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

belajar mengajar mencakup sebagai berikut : 1. Perencanaan dan persiapan mengajar, 2. Kemampuan guru dalam mengajar dan kemampuan siswa dalam belajar, 3. Kemampuan mengumpulkan dan menggunakan informasi hasil belajar, 4. Kemampuan hubungan interpersonal yang meliputi siswa, supervisor, dan guru sejawat, 5. Kemampuan hubungan dengan tanggung jawab professional24. Sedangkan menurut Depdikbud (1994) manajemen kelas yang efektif menurut guru agar dalam proses belajar mengajar (PBM) antara lain sebagai berikut: 1. Menggunakan metode, alat, media, dan bahan pembelajaran, 2. Mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam pengajaran, 3. Melaksanakan evaluasi pengajaran siswa dalam proses belajar mengajar25. Dengan demikian maka setiap tenaga pendidik sebagaimana tersebut di atas yaitu sebagai berikut: 1. Merumuskan tujuan instruksional yang jelas, 2. Pemilihan materi sesuai dengan waktu, 3. Menggunakan strategi optimum, 4. Menggunakan alat dan sumber yang baik dan jelas, 5. Kegiatan belajar siswa yang berkualitas, dan 6. Melaksanakan evaluasi. Di samping guru mengembangkan manajemen kelas yang efektif, perlu juga dukungan dari para pimpinan sebagai supervisi pendidikan untuk menunjang mutu pendidikan. Beberapa hasil penelitian26, menunjukkan bahwa setidak-tidaknya ada empat peran supervisi (pimpinan) untuk mendukung agar guru/dosen memiliki kemampuan dalam mengelola kelas, yaitu: (1) Kemampuan mengarahkan proses dan fokus pengajaran (instruksional leader)
24 Ibid., hal. 85-101 25 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Petunjuk Pelaksanaan Muatan Lokal, Departemen P dan K, Jakarta, 1994, hal. 73 26 Piet A Sahertian, Prinsip dan Tehnik Supervisi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1981, hal. 23-30

dalam setiap

pengajarannya di kelas hendaklah dapat mengelola kelasnya secara efektif

Strategi Belajar Mengajar

17

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

dalam hal ini pimpinan bukanlah birokrat tetapi lebih kepada pemimpin dalam system pengajaran yang lebih bertumpu kepada nilai-nilai pendidikan dari pada nilai-nilai administrasi publik, (2) Memimpin program perubahan dan pengembangan kelas, ini merupakan upaya agar fakultas selalu lebih maju dari sebelumnya, (3) Mengembangkan kepemimpinan kolektif (distributed leadership) yaitu dengan membagi wewenang dan tanggung jawab dengan stafnya. Sehingga dengan ini keputusan menjadi lebih legitimate dan menghasilkan komitmen yang sangat diperlukan dalam implementasinya, (4) Menjadi pusat penegakan moral. C. KESIMPULAN Manajemen kelas yang efektif adalah merupakan dasar peningkatan mutu pendidikan, ini dapat dipahami karena konsep tentang kurikulum berbasis kompetensi adalah berangkat dari asumsi bahwa ujung tombak peningkatan mutu pendidikan akhirnya adalah kompetensi mahasiswa dari proses belajar mengajar di sekolah. Rancangan kurikulum berbasis kompetensi yang dikembangkan mencakup seluruh komponen intra kurikuler, dan ekstra kurikuler dalam rangka pengembangan potensi peserta didik secara utuh. Sedangkan penterjemahannya ke dalam bentuk satuan pelajaran, bimbingan, dan manajemen kelas menjadi tugas dan wewenang masing-masing guru. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa manajemen kelas yang efektif yang diterapkan oleh dosen akan menunjang terwujudnya mutu pendidikan dalam iklim kurikulum berbasis kompetensi. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. D. PENUTUP Demikianlah makalah ini penulis buat, penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Maka saran konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan selanjutnya. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi

Strategi Belajar Mengajar

18

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

penulis dan umumnya bagi para pembaca yang budiman. Amin.

DAFTAR PUSTAKA Al-Azhar, Manajemen Sekolah Unggul/Plus, (http://www.alazharkemang.net/indo/yayasan/yayasan 3. htm), (9 Desember 2006) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI., Petunjuk Pelaksanaan Muatan Lokal, (Jakarta: Dep. P dan K, 1994). Gobel, M. Norman, Perubahan Peranan Guru, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1983) Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003) Nurdin, Syafruddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) Nurhadi, Muljani A, Paradigma Baru Pengelolaan Pendidikan di Daerah dalam Rangka Desentralisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002) 19

Strategi Belajar Mengajar

----------------------------------------------------Strategi Manajemen Kelas yang


Efektif Dalam Iklim KBK Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan AKTA IV SETIA WS Semarang

Nurhattati, Hj, (dkk), Pedoman Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah, (Jakarta: Puslitbang Pendidikan Islam Balitbang Agama dan Diklat Keagamaan, 2005) Sahertian, Piet A, Prinsip dan Tehnik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981) Sukmadinata, Syaodih, Nana, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004) Suryadi, Ace. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan, Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993) Suwarja, Deny, KBK, Tantangan Profesional Guru, (http://artikel.us/dsuwarja. html. 2003). (9 Desember 2006) Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005) Tim WRI (Walisongo Reseach Institute) IAIN Walisongo Semarang, Modul Manajemen Berbasis Sekolah, (Semarang: Tanpa Penerbit, 2003) Wardana, Eka, Perbaikan dari Kurikulum Nasional 1994, Menimbang Pendidikan BerbasisKompetensi, (http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0203/01/0802.htm. 2003). (9 Desember 2006)

Strategi Belajar Mengajar

20

You might also like