You are on page 1of 6

TUGAS AGAMA HINDU MEWAWANCARAI PEMBELI BANTEN DI KOTA MATARAM

KADEK ANGGA NATA KUSUMA NI PUTU DWI ARIADNYANI

E1D110026 E1D110117

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2010/2011

PENDAHULUAN Masyarakat hindu dewasa ini kebanyakan sudah mulai melupakan budayanya dalam hal mempersiapkan sarana-sarana persembahyangan. Mereka mulai enggan membuat upakara sendiri dan mengambil jalan praktis seperti membeli tanpa mengetahui status upakara yang mereka beli. Dalam laporan ini akan dibahas alasan-alasan mengapa mereka memilih jalan praktis, dan jenis upakara apa saja yang sering dibeli. PEMBELI BANTEN DI KOTA MATARAM Lokasi pemilihan wawancara adalah di pasar karang jasi, dan banjar mumbul di pagesangan utara. 2.1 KARAKTERISTIK PEMBELI BANTEN Orang-orang pembeli banten dari berbagai kalangan mulai dari orang dewasa sampai remaja. Kebanyakan pembeli adalah ibu-ibu dan bapak-bapak, sedangkan yang remaja sangat jarang terlihat. 2.2 LATAR BELAKANG PEMILIHAN TEMPAT MEMBELI BANTEN Kebanyakan pembeli memilih karang jasi sebagai lokasi pembelian banten karena dirasa memang dekat dari rumah. Ada yang memang karena sudah berlangganan di sana dan sebagian orang karena memang kebetulan lewat baru pulang dari suatu tempat. 2.3 ALASAN MEMBELI BANTEN Alasan para pembeli banten sangat beragam dengan situasi dan kondisi yang berbeda. Ada yang membeli dengan alasan mengikuti zaman yang serba praktis, membeli lebih praktis daripada membuat sendiri dan lebih menghemat waktu. Ada yang beralasan karena bahan yang tidak cukup sedangkan kebutuhan yang diperlukan lebih dari bahan yang tersedia, jadi terpaksa membeli. Alasan lainnya karena kesibukan pekerjaan jadi tidak ada waktu untuk membuat sendiri, dan yang lainnya mengaku karena memang tidak bisa membuat sendiri. Pembeli yang tidak bisa membuat banten sendiri biasanya adalah berusia paruh baya yang tinggal sendiri seperti anak yang kost. 2.4 SAAT-SAAT MEMBELI DAN JENIS-JENIS BANTEN YANG SERING DIBELI Banten yang paling sering atau paling banyak dibeli adalah canang biasa yang digunakan untuk persembahyangan sehari-hari. Dalam jumlah tertentu jenis banten ini dibeli oleh pelanggan ada yang dua sampai tiga hari sekali tergantung daya tahan banten apakah cepat layu atau tidak, bahkan ada yang membeli setiap hari.

Ada yang membeli canang ganten pada hari-hari tertentu saja seperti saat kliwon, purnama dan tilem saja atau sesuai kebutuhan. Biasanya saat membeli canang ganten bersamaan dengan membeli solasan juga. Canang sari dan daksina termasuk banten yang sering dibeli pelanggan. Jenis ini biasanya dibeli saat purnama dan hari raya lainnya. Beberapa dari pembeli membeli penjor untuk galungan. Saat ditanyai, mereka menjawab bahwa membuat penjor sangat repot dengan bahan-bahannya dan cukup menyita waktu. Sarana persembahyangan lain yang sering dibeli adalah dupa. Dupa di beli secara tidak menentu karena tidak tahu kapan habisnya. Ada yang membeli setiap hari, dua minggu, bahkan bulanan. Jenis banten yang lain biasanya dibeli hanya jika ada upacara adat atau agama seperti pawiwahan atau otonan bayi. Banten biasanya dipesan terlebih dahulu dari jauh-jauh hari. 3. PENUTUP 3.1 SIMPULAN Zaman globalisasi saat ini dimana semuanya serba modern dan serba praktis telah mempengaruhi pola pikir dan pola kehidupan masyarakat luas khususnya masyarakat hindu dalam hal sarana persembahyangan. Kebanyakan mereka melupakan budaya membuat upakara sendiri dan muali beralih mengambil jalan praktis dengan membeli. Yang tidak bisa membuat sendiri tidak mau berusaha belajar membuat tapi mengambil jalan praktis yakni membeli, demikian pula dengan yang bisa membuat sendiri menjadi enggan membuat sendiri dengan adanya kepraktisan membeli 3.2 SARAN Mengikuti kepraktisan zaman memang tidak ada salahnya, akan tetapi baik sekali jika upakara itu dibuat sendiri daripada membeli. Saat membeli kita tidak tahu apakah upakara tersebut bersih atau tidak, masih suci atau tidak. Mungkin saja bahan yang di gunakan adalah bahan bekas yang pernah dipakai dan belum tentu hasilnya rapid an indah. Jika membuat sendiri kita bisa pastikan bahwa itu suci dan kita pasti akan membuatnya serapi dan seindah mungkin. Jangan pernah berpikir itu membuang waktu karena itu akan kita persembahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Bagi yang tidak bisa membuat sendiri sekiranya untuk belajar membuat, paling tidak bisa membuat daripada tidak bisa sama sekali. Anak-anak juga harus diajari mulai dari usia dini, paling tidak bisa membuat canang yang digunakan untuk sembahyang sehari-hari.

FOTO-FOTO PEMBELI CANANG

Ketut sutarini usia 20 tahun dan sudah menikah, lulusan SMA dan bekerja sebagai pedagang.

Ni Putu Suartini usia 19 tahun dan belum menikah, lulusan SMA dan belum memiliki pekerjaan.

Ni Nyoman Mira Mahendri usia 10 tahun dan belum menikah, masih SD.

Nyoman Arini usia 12 tahun dan belum menikah, masih SD

Swardika usia 25 tahun S1 dan belum menikah, pendidikan S1 dan bekerja sebagai wiraswasta.

Ida Ayu Komang Meytriani usia 15 tahun, masih SMP.

I Putu Nuraga, usia 35 tahun dan sudah menikah, pendidikan S1 bekerja sebagai guru.

Ni Putu Anggareni 23 tahun dan belum menikah, masih kuliah.

You might also like