You are on page 1of 1

HUKUM PERKAWINAN MASYARAKAT ADAT NIAS BERAGAMA KATOLIK DI KOTA PADANG Nama: Tri Anna Asni Bawamenewi, Nomor

BP: 07140089, Fakultas Hukum Universitas Andalas, Jumlah Halaman: 56 halaman, Tahun 2011

ABSTRAK

Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting yang dijalani dalam kehidupan manusia dengan tujuan membentuk keluarga yang kemudian menghasilkan penerus dari keluarga serta juga penerus bangsa dan negara ke depannya. Tata cara dan aturan dalam perkawinan beraneka ragam menurut adat istiadat dan budaya serta agama dan kepercayaan yang dianutnya. Salah satunya adalah perkawinan masyarakat adat Nias yang beragama Katolik di kota Padang. Perkawinan masyarakat adat Nias yang beragama Katolik di kota Padang mempunyai aturan proses perkawinan, pola kehidupan keluarga, serta aturan mengenai putusnya perkawinan. Untuk membahas mengenai hal-hal tersebut, Penulis menggunakan metode penelitian yuridis empiris. Penulis mencari informasi dan data melalui wawancara dengan tokoh-tokoh adat Nias Padang untuk kemudian dianalisa dengan metode analisis kualitatif. Perkawinan adat Nias Padang menggunakan sistem perkawinan jujur dengan pembayaran jujuran atau bw dari pihak laki-laki ke pihak perempuan. Proses perkawinan tersebut terdiri atas 4 (empat) tahapan, yakni penjodohan (peminangan), pertunangan, dan pesta perkawinan, dan dilanjutkan lagi dengan acara sesudah perkawinan adat. Setelah menikah, isteri masuk dan tinggal dalam lingkungan kerabat suami (patrilokal). Anak hasil dari perkawinan masuk ke dalam lingkungan keluarga bapaknya. Suami bertanggung jawab sebagai kepala keluarga dan isteri sebagai kepala rumah tangga. Perkawinan dapat putus dikarenakan kematian, perceraian, ataupun putusan pengadilan.. Jika suami meninggal, maka isteri dapat dikembalikan ke keluarga isterinya yang dilaksanakan dalam pertemuan adat yang dihadiri oleh keluarga dan banua. Anak hasil perkawinan tersebut tetap menjadi tanggung jawab dari pihak keluarga bapaknya karena anak merupakan bagian dari lingkungan kekerabatan bapak. Jika terjadi perceraian, maka kedua belah pihak yang bercerai membuat surat pernyataan cerai.perceraian itu dan harus diketahui oleh kepala kampung adat serta diputuskan dalam pertemuan adat di hadapan keluarga dan banua. Bila dikaitkan dengan aturan agama Katolik, perceraian harus mendapat persetujuan dari Tahta Suci atau yang didelegasikannya. Putusnya perkawinan tersebut baru dianggap sah oleh Negara bila perceraian tersebut dilakukan melalui proses sidang di Pengadilan Negeri, yang kemudian putusannya dicatatkan di catatan sipil.

iii

You might also like