You are on page 1of 20

Hemiparesis Spastika kum Parese Nervus VII dan XII Dextra Sentral et causa Stroke Iskemik Dibuat oleh:

Dewi Lestari,Modifikasi terakhir pada Wed 01 of Sep, 2010 [08:36]

ABSTRAK

Stroke iskemik (non hemoragik) adalah sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal atau global yang terjadi akibat aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah. Pada stroke iskemik, oklusi pembuluh darah menghalangi aliran darah ke area spesifik di otak, mengganggu fungsi neurologik yang bergantung pada regio tersebut dan memberikan gambaran pola defisit yang khas untuk regio tersebut. Penurunan kesadaran maupun parese pada stroke hemoragik terjadi secara tiba-tiba dan terjadi pada saat pasien beraktivitas. Dilaporkan kasus penderita dengan kelemahan anggota gerak sebelah kanan den berbicara tidak jelas (pelo). Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik umum, dan pemeriksaan neurologis, penderita ini didiagnosis stroke iskemik (nonhemoragik) diberikan terapi neuroprotektor, antikoagulan, antihipertensi dan manitol. Selain itu dilakukan fisioterapi dan edukasi.

Kata Kunci: stroke iskemik-hemiparesis dextra-stroke nonhemoragik

Kasus

Seorang perempuan berumur 40 tahun dengan keluhan lengan dan tungkai sebelah kanan sulit digerakkan, berbicara pelo, pusing, mual, muntah. Penderita mengaku baru pertama kali mengalami serangan dan terjadi saat beraktivitas. Tekanan darah pada penderita ini 180/100 mmHg. Penderita mengaku mempunyai riwayat hipertensi baik pada diri maupun keluarganya. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan parese nervus VII dan XII. Kekuatan dan tonus otot lengan dan tungkai kanan menurun. Reflek fisiologis normal dan tidak didapatkan reflek patologis. Terapi yang diberikan berupa medikamentosa (piracetam, citicolin, manitol, simetidin, aspirin, dan antihipertensi. Terapi nonmedikamentosa berupa fisioterapi.

Diskusi

Menetapkan diagnosa stroke dapat dilakukan dengan anamnesis yang cermat riwayat serangan stroke dan pemeriksaan fisik. Gold standar dengan menggunakan CT Scan dan MRI, tetapi karena alasan biaya dan ketidaktersediaan di semua rumah sakit, dapat digunakan Algoritma Stroke Gajah Mada. Berdasarkan algoritma tersebut, penderita ini dapat didiagnosis stroke nonhemoragik (stroke iskemik) karena tidak ditemukan reflek patologis dan nyeri kepala. Terapi umum stroke dengan memperhatikan 5 B (Breath, Blood, Brain, Bladder, Bowel). Neuroprotektor berfungsi untuk melindungi jaringan otak terhadap kerusakan akibat iskemik. Contoh neuroprotektan yang biasa digunakan untuk stoke iskemik antara lain CDP choline.

Asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai antikoagulan pilihan pertama, dengan dosis berkisar antara 80-320 mg/hari.Pasien yang tidak tahan asetosal, dapat diberiakn tiklopidin 250-500 mg/hari, dosis rendah asetosal 80 mg + cilostazol 50-100 mg/hari, atau asetosal 80 mg + dipiridamol 75-150 mg/hari. Pengelolaan hipertensi dengan diet, modifikasi hidup, dan obat antihipertensi. Jika target tidak tercapai (<130/80) menggunakan pilihan obat inisial hipertensi dengan compeling indication yaitu Ace inhibitor, diuretik, penghambat reseptor beta. Manitol merupakan antagonis aldosteron yang diindikasikan pada edema serebral dengan dosis infuse intravena 50-200 gram selama 24 jam. Rehabilitasi awal meliputi pengaturan posisi, perawatan kulit, fisioterapi dada, fungsi menelan, fungsi berkemih dan gerakan psif pada semua sendi ekstremitas. Mobilisasi aktif sedini mungkin secara bertahp sesuai toleransi setelah kondisi neurologis dan hemodinamik stabil. Pasien dengan stroke akut harus dimonitor dengan sungguh untuk memperbaiki pemburukan neurologi (perluasan atau kambuh), komplikasi (thromboembolism atau infeksi/peradangan), atau efek tak diinginkan dari penanganan nonfarmakologi atau farmakologi.

Kesimpulan

Penderita dengan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah kanan disertai muntah tanpa nyeri kepala dan tidak ditemukan reflek patologi didiagnosis stroke iskemik. Penderita mendapatkan terapi anti edema otak, neuroprotektor, antikoagulan, antihipertensi, pengobatan simtomatis dan fisioterapi.

Referensi

Fawwaz, M. 2009 Pharmacoterapy Stroke. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2010 dari http://www.docstoc.com/docs/39309694/Farmakoterapi-Stroke

Krisnanto, A., Wasityastuti, W.,dkk. 2002 Buku Saku Ilmu Penyakit Saraf. Jakarta: Widya Medika.

________Farmakoterapi Stroke. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2010 dari http://www.scribd.com/doc/27880919/Farmakologi-Stroke

Penegakan Diagnosa Stroke Hemoragik dengan Afasia Global pada Pasien 58 tahun Dibuat oleh: Aninditya DM,Modifikasi terakhir pada Sat 02 of Oct, 2010 [07:38]

Abstrak

Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler. Untuk mencari jenis stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada (ASGM) atau menggunakan penilaian siriraj stroke score. Sedangkan afasia dapat didefinisikan sebagai gangguan berbahasa yang didapat dengan penyebab cedera di otak, ditandai dengan penyebab cedera di otak, ditandai dengan gangguan pemahaman dan gangguan pengutaraan bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Afasia menyebabkan kesulitan berbicara, membaca, menulis, menamai suatu obyek, atau tidak mengerti apa yang dikatakan orang lain. Pada pasien didiagnosis stroke hemoragik dengan afasia global.

Kata kunci : stroke perdarahan, afasia, ASGM, siriraj stroke score.

Kasus

Wanita, 58 tahun, datang ke RS dengan keluhan RPS : kurang lebih 6 jam sebelum masuk RS, os jatuh di kamar mandi tiba-tiba tidak sadar dan diantar oleh keluarganya pada pukul 07.00 WIB ke IGD RSUD Kota Yogyakarta. Pasien mengeluh lelah, lemas, anggota gerak kiri menjadi lemah dan sulit untuk berjalan serta nyeri kepala, cekot-cekot sebelumnya, wajah menjadi perot ke kanan dan bicara pelo. Tidak ada riwayat demam atau konsumsi obat-obatan tertentu. Saat kejadian os tidak muntah, tidak kejang, dan tidak mengalami trauma kepala.

Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, riwayat hipertensi sejak 3 tahun yang lalu namun pasien tidak berobat dengan rutin. Pasien hanya sesekali berobat bila merasa badannya kurang

enak. Riwayat trauma, penyakit jantung, Diabetes Mellitus, kolesterol, tumor otak tidak disangkal. Tidak ada riwayat seperti ini pada keluarga pasien.

Pada pemeriksaan pasien dalam keadaan compos mentis dengan GCS E4 V5 M6, os sulit diajak berkomunikasi dan tidak mengerti apa yang orang perintahkan. Tanda vital tekanan darah 150/100 mmHg, suhu 36,9oC, nadi 86 x/menit, pernafasan 28x/menit. Reflek cahaya kedua mata positif, pupil diameter 3 mm isokor, reflek kornea positif. Leher tidak didapatkan kaku kuduk. Tidak terdapat tanda meningeal (kaku kuduk, burdzinki 1 dan 2, kernig). Tidak ada Trismus, wajah asimetris, didapatkan parese nervus VII sinistra sentral dan parese nervus XII sinistra sentral. Pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kiri didapatkan hemiparesis, reflek fisiologi kanan-kiri normal tidak didapatkan perluasan reflek, reflek patologi (babinski) positif pada sisi kiri. Hasil pemeriksaan penunjang pencitraan otak dengan CT scan Intracerebral Hemorrahagi di daerah lobus frontoparietalis sinistra.

Diagnosis

Stroke hemoragik dengan hemiparese sinistra spastik dan parese nervus VII dan nervus XII sinistra sentral dan afasia global.

Terapi

Pada pasien ini di berikan pengobatan yaitu IVFD Rl 20 tetes/menit, O2 2 liter/ menit, Inj Furosemide 1 ampul tiap 12 jam, KSR 1x1 , Injeksi Pyracetam 3 gr / 6 jam, Inj. Citilcholine 500 mg tiap 12 jam,Diltiazem 30 mg 3x1, Bioneuron 2 x 1, dan Inj. Ceftriaxone 1 gr tiap 12 jam dan dikonsulkan kepada fisioterapist.

Diskusi

Berdasarkan anamnesa, hasil pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis dengan stroke hemoragik dengan hemiparese sinistra spastik dengan parese nervus VII dan nervus XII sinistra sentral. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Untuk

membedakan jenis stroke pada pasien ini bisa menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada (ASGM). Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus diperhatikan, diantaranya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga criteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke iskemik. Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat reflek babinski yang positif ataupun negative, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik. Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan.

Selain itu, untuk menetapkan diagnosis stroke serta penyebabnya dapat digunakan penilaian :

Siriraj Stroke Score

SS = (2,5 x C) + (2 x V) + (2 x H) + (0,1 x BPD) (3 x A) 12

Keterangan :

= Kesadaran

= Vomitus/ muntah

= Nyeri kepala

BPD = Tekanan diastolic

= Atherom (DM, penyakit jantung)

12

= Konstanta

Bila SS > 0, 5 : Stroke Hemoragik

SS < -1

: Stroke Non Hemoragik.

Penilaian Derajat kesadaran :

Sadar penuh : 0

Somnolen

:1

Koma

: 2

Nyeri Kepala :

Ada : 1, Tidak ada : 0

Vomitus :

Ada : 1, Tidak ada : 0

Arteroma :

Terdapat penyakit jantung dan DM : 1

Tidak terdapat penyakit jantung dan DM : 0

Berdasarkan Siriraj score dan Algoritma Stroke Gajah Mada, pada pasien ini awal datang ke Rumah sakit ditemukan nyeri kepala dan terjadi penurunan kesadaran. Reflek Babinski (+), sehingga ditarik kesimpulan bahwa pasien ini terkena stroke hemoragik.

Selain itu pada pasien juga didapatkan afasia global, karena didapatkan dari pemeriksaan, bahwa pasien kesulitan berkata, tidak mengerti pembicaraan dan tidak mengerti apa yang orang yang bicarakan atau perintahkan sehingga sesuai dengan ketentuan bahwa pasien menderita afasia global dimana pada afasia ini kelancaran bicara (-), meniru (-) dan pemahamanya (-).

Kesimpulan

Pada kasus stroke, hal yang pertama diperhatikan adalah menentukan penyebabnya apakah perdarahan atau iskemik. Untuk membedakan dapat menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada ataupun dengan siriraj score. Penentuan ini sangat penting dilakukan karena jenis stroke turut serta dalam menentukan jenis terapi yang tepat.

Referensi

Anonim. 2007. Gejala, Penyebab, dan Akibat Stroke. Artikel, Medicastore. Diakses dari http://www.medicastore.com/brown_seaweed/gejala_sebab_stroke.htm

Anonim. 2009. Hemorrhagic Stroke. Artikel, Medicastore. Diakses dari http://medicastore.com/penyakit/3101/Hemorrhagic_Stroke.html

Baret, J. 201. Aphasia in Gale encyplodeia of Medicine.

Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam Kapita Selekta Neurologi, Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press .

Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 16.

Mansjoer, Arief et al. 2000. Strok dalam Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI, Jakarta. Hal 17-20.

Nassisi, D. 2009. Stroke, Hemorrhagic. Artikel, Emedicine. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/793821-print

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004. Jakarta: PERDOSSI.

Sidharta, 2004, Stroke dalam Neurologi Klinis dalam Praktek umum, ED 5, Dian Rakyat, Jakarta, hal : 260275.

Penulis Aninditya Dwi Messaurina, Bagian Ilmu Penyakit Saraf, RSUD Kota Yogyakarta.

Hemiparese Sinistra Spastik Dibuat oleh: Umi Takhwiefa,Modifikasi terakhir pada Tue 25 of Jan, 2011 [04:07 UTC]

Abstrak

Hemiparese adalah kelemahan sebagian anggota tubuh dan lebih ringan dari pada hemiplegi. Hemiparese adalah manisfestasi dari penyakit yang disebabkan oleh gangguan perederan darah otak atau stoke. Stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak lokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Untuk mencari penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada (ASGM). Pada kasus ini pasien wanita usia 50 tahun, seorang ibu rumah tangga dengan keluhan tiba-tiba merasa tungkai dan lengan kirinya terasa lemah saat beraktivitas dengan riwayat hipertensi, dan diagnosa hemiparese sinistra spastic.

Kata kunci : hemiparese, stroke, ASGM

Kasus

Pasien seorang wanita, usia 50 tahun diantar oleh keluarga karena 1 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien tiba-tiba merasa tungkai dan lengan kirinya terasa lemah ketika sedang mencuci piring. Pasien juga mengeluh nyeri kepala (+), penurunan kesadaran (-), demam (-), mual (-), muntah (-), sesak nafas (). Pasien tidak mengalami gangguan pada makan dan minum, serta BAB(+) dan BAK(+).

Pada riwayat penyakit dahulu: Riwayat Diabetes mellitus (-), pasien menderita hipertensi (+) selama 11 tahun dan mendapat perawatan rutin di puskesmas.

Riwayat penyakit keluarga: tidak ada keluhan serupa sebelumnya di keluarga pasien. Riwayat hipertensi (-), Riwayat diabetes mellitus (-).

Pada pemeriksaan didapatkan pasien dalam sadar (kompos mentis). GCS E4 V5 M6. Tanda vital tekanan darah 140/90 mmHg, suhu 36,6oC, nadi 88 x/menit, pernafasan 22x/menit. Reflek cahaya (+/+), pupil diameter 3 mm isokor. Leher tidak didapatkan kaku kuduk. Tidak terdapat tanda meningeal (kaku kuduk, burdzinki 1 dan 2, kernig). Tidak ada Trismus, wajah simetris / tidak didapatkan lateralisasi (sudut mulut/N VII). Pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kiri didapatkan kelemahan, reflek fisiologi: kanan-kiri normal tidak didapatkan perluasan reflek, reflek patologi: babinski (+) kiri.

Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah didapatkan tidak ada kelainan.

Diagnosis

Hemiparese Sinistra Spastik

Terapi

Prinsip penanganan pada pasien stroke adalah 6 B yaitu breath: menjaga jalan nafas, blood: pasang infuse RL/Nacl menjaga tekanan darah, mengecek gula darah, Brain: neuroprotektan, Bladder: memasang DC, Bowel: bila perlu diberi pencahar jika sulit BAB. Pasien ini diberi infuse RL 20 tpm. Citicolin 500mg/ 12jam, ceftriaxone 1gr/12jam, bioneuron 2x sehari.

Diskusi

Stroke merupakan suatu penyakit yang lama dikenal dan dewasa ini banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. penyakit yang disebabkan oleh gangguan perederan darah otak ini manisfestasinya adalah hemiparese. Penyakit ini akan menimbulkan problem kapasitas fisik berupa kelemahan anggota gerak sisi kanan atau kiri, gangguan sensorik, potensial ulkus tekan, potensial kontraktur juga mengakibatkan permasalahan kemampuan fungsional yaitu gangguan gerak fungsional yang meliputi miring kekanan atau kekiri, bangun keduduk dan berdiri.

Stroke adalah kehilangan kesadaran mendadak dan sering kali disertai kelumpuhan sebagian tubuh yang disebabkan karena terbendungnya pembuluh darah. Hemiparese Sinistra adalah kelemahan sebelah kanan. Hemiparese Sinistra ini ditandai dengan adanya tonus yang abnormal, timbulnya pola sinergis, terlepasnya beberapa refleks tonus, dan gangguan sensoris. Pada kasus ini akan menimbulkan kapasitas fisik diantaranya timbulnya spastisitas dan potensial terjadinya kontraktur dan decubitus, dan juga penurunan kemampuan fungsional.

Pasien pada kasus ini terjadi kelemahan anggota gerak kiri secara tiba-tiba tanpa disertai adanya trauma kepala. Pasien juga mengeluh nyeri kepala (+), pasien menderita hipertensi (+) selama 11 tahun dan mendapat perawatan rutin di puskesmas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan reflek patologi: babinski (+) kiri.

Pada kasus stroke, hal pertama yang kita lakukan adalah dengan membedakan penyebabnya apakah stroke iskemik ataukah perdarahan. Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bias menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada (ASGM). Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus diperhatikan, diantaranya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga criteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke iskemik. Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat reflek babinski yang positif ataupun negative, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik. Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan.

Selain dari ASGM, untuk mendiagnosis stroke dibutuhkan pemeriksaan penunjang lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium (gula darah, profil lipid, fungsi ginjal) untuk menentukan faktor resiko pada pasien, sehingga dapat diberi pengobatan yang adekuat dan dapat dicegah kejadian stroke ulang. Setelah diketahui jenis atau penyebab stroke, maka perlu diketahui letak dan luas kelainan baik karena perdarahan maupun infark. Untuk mengetahui letak dan luas kelainan dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala ataupun MRI namun pada pasien ini tidak dilakukan.

Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnose hemipasere sinistra spastic dikarenakan stroke perdarahan.

Kesimpulan

Pada kasus ini pasien wanita usia 50 tahun, seorang ibu rumah tangga dengan keluhan tiba-tiba merasa tungkai dan lengan kirinya terasa lemah saat beraktivitas dengan riwayat hipertensi, dan diagnosa hemiparese sinistra spastic. Pada kasus stroke, hal yang pertama diperhatikan adalah menentukan penyebabnya apakah perdarahan atau iskemik. Untuk membedakan dapat menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada. Kemudian ditentukan letak dan luas kelaianan dengan pemeriksaan CT Scan ataupun MRI kemudian menentukan terapi yang akan dipilih apakah konservatif atau operatif..

Referensi

Anomin. 2010. Kementrian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Makasar, Hemiparese. Diakses 18 januari 2011. dari http://artikelfisioterapi.blogspot.com/2010/02/hemiparese.html

Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam Kapita Selekta Neurologi, Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press .

Hartwig, Mary S. 2006. Penyakit Serebrovaskular, dalam Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit. Ed.6. Jakarta: EGC

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004. Jakarta: PERDOSSI

Sidharta, Priguna. 1999. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian Rakyat

Penulis

Umi Takhwiefa, Program Profesi, Bagian Ilmu Penyakit Saraf, RSUD Kota Yogyakarta.

Hemiparesis Sinistra Spastik Pada Pasien Stroke Non Hemoragik. Dibuat oleh: Nani Purwanti,Modifikasi terakhir pada Tue 01 of Mar, 2011 [04:57 UTC]

Hemiparesis Sinistra Spastik Pada Pasien Stroke Non Hemoragik.

Abstrak

Stroke non hemoragik (non perdarahan) merupakan penyakit stroke yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering menjadi penyebab stroke pada orang usia lanjut, yang seirng mengalami pembentukkan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi stenosis (penyempitan). Hemiparese spastik disebabkan karena pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras kortikospinalis (piramidalis). Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada decussatio piramidalis di medulla oblongata. Sehingga lesi di salah satu hemisfer akan menimbulkan efek pada sisi kontralateralnya. Jaras piramidalis saat melewati crus posterior kapsula interna akan berdampingan dengan saraf afferent (sensorik). Sehingga jika terjadi lesi pada daerah tersebut, maka akan terjadi hemihipestesia kontralateral. Pada pasien terjadi hemiparese sinistra spastik sehingga kemungkinan besar kerusakan pada hemisfere dextra otak. Kerusakan hemisfer dextra disebabkan oleh stroke non hemoragik.

Key Word : Hemiparese Sinistra Spastik, Stroke Non Hemoragik.

Kasus:

Seorang pria usia 50 tahun datang ke IGD RSUD Kodya Wirosaban dengan keluhan anggota gerak kiri tidak bisa di gerakan sejak 2 hari yang lalu. Sebelumnya OS pernah memiliki riwayat stroke 5 bulan yang

lalu. ada riwayat Hipertensi, Merokok. Tidak ada riwayat penurunan kesadaran, pusing sebelum dan setelah keluhan muncul.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, GCS : E3V5M6, Tekanan Darah 190/120 mmhg, HR :88x/m, RR: 24 x/m dan to:36oC. Pemeriksaan Neurologi : Orientasi Baik, Jalan Pikiran Relevan, Daya Ingat baik, Pupil Isokor. Motorik kekuatan ekstremitas atas dan bawah kiri :1/3, kanan :5/5. Gerakan Ekstremitas atas dan bawah kanan :Bebas/Bebas , Kiri :Terbatas/Terbatas, Ada reflek Fisiologis, Ada Reflek Patologis babinski

Diagnosis : Pasien ini didiagnosis Observasi Hemiparesis Sinistra Spastik ec Stroke Non Hemoragik

Terapi : Pasien ini diberikan terapi Infus Nacl, Infus Manitol. Injeksi Farsix 3x1, Captopril 3 x25 mg, dan Farmasal 2x1.

Diskusi

Pada pasien di temukan keluhan anggota gerak kiri tidak bisa digerakan sejak 2 hari yang lalu. Sebelumnya OS pernah memiliki riwayat stroke 5 bulan yang lalu. Ada Riwayat Hipertensi, Merokok. Tidak ada riwayat penurunan kesadaran, pusing sebelum dan setelah keluhan muncul. Motorik kekuatan ekstremitas atas dan bawah kiri :1/3, kanan :5/5. Gerakan Ekstremitas atas dan bawah kanan :Bebas/Bebas , Kiri :Terbatas/Terbatas, Ada Reflek Fisiologis, Tidak ada Reflek Patologis dapat ditegakkan diagnosis Hemiparesis Sinistra Spastik ec Stroke Non Hemoragic.

Pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras kortikospinalis (piramidalis). Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada decussatio piramidalis di medulla oblongata. Sehingga lesi di salah satu hemisfer akan menimbulkan efek pada sisi kontralateralnya.Pada pasien terjadi hemiparese sinistra spastik sehingga kemungkinan besar kerusakan pada hemisfere dextra otak. Jaras piramidalis saat melewati crus posterior kapsula interna akan berdampingan dengan saraf afferent (sensorik). Sehingga jika terjadi lesi pada daerah tersebut, maka akan terjadi hemihipestesia kontralateral.

Stroke merupakan gangguan fungsional otak fokal maupun global yang terjadi secara akut, berlangsung lebih dari 24 jam, terjadi akibat gangguan peredaran darah otak. Termasuk disini perdarahan subarachnoid, perdarahan intraserebral dan iskemik atau infark serebri. Tidak termasuk disini gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma (WHO,1986).

Stroke non hemoragik (iskemik) terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering menjadi penyebab stroke pada orang usia lanjut, yang seirng mengalami pembentukkan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi stenosis (penyempitan). Arteria serebri media atau anterior lebih jarang menjadi tempat aterosklerosis karena darah terdorong melalui sistem vaskular gradien tekanan. Tetapi pada pembuluh yang menyempit, aliran darah yang lebih cepat melalui lumen yang kecil akan menurunkan gradien tekanan di daerah tersebut. (Price, 2005)

Pada stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70 persen kasus stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi. (Misbach, Harmani; 2007)

Gejala Stroke

Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution).

Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena. beberapa gejala stroke berikut:

Bicara tidak jelas, sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat, Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh. Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh. Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran. Penglihatan ganda dan pusing. ketidakseimbangan dan terjatuh. Pingsan. Pergerakan yang tidak biasa.Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.

Dari gejala yang muncul dapat ditetapkan letak lesi pada kortikal, subkortikal (kapsula interna, ganglia basalis, talamus) dan batang otak serta medula spinalis. Bila topik di kortikal akan terjadi gejala kinis berupa afasia, gangguan sensorik kortikal (position, point localization, graphesthesia, stereognosis), muka dan lengan lebih lumpuh (a. Serebri media) atau tungkai lebih lumpuh (a. Serebri anterior), eye deviation (penyimapangan penglihatan, topik di kortikal) dan hemiparesis disertai kejang. Bila topik di subkortikal akan timbul tanda : muka, lengan dan tungkai sama berat lumpuhnya (khas untuk lesi di kapsula interna), dystonic posture (tampak pada lesi di ganglia basalis), gangguan sensoris nyeri dan raba pada muka, lengan dan tungkai (tampak pada lesi di talamus). Bila disertai hemiplegi lesi pada kapsula interna.

Dikenal beberapa pola gangguan neurologik yang mengisyaratkan stroke telah terjadi, yakni bila kumpulan gejala dan tanda yang muncul mengambarkan terkenanya daerah perdarahan tertentu dari suatu pembuluh darah otak yang kebanyakan mengenai satu sisi. Sedangkan pola yang lain berkaitan dengan infark kecil yang terletak jauh di dalam jaringan otak. Bila yang tekena daerah perdarahan arteri karotis akan menimbulkan sindroma berkenaan dengan cabang-cabang superfisial arteri serebri media dengan tanda-tanda : kelemahan sensorimotor wajah dan lengan atau hemiparesis, afasia (gangguan bicara) bila yang terkena hemisferium yang dominan, gangguan penglihatan, mata dan kepala berputar ke arah sisi lesi otak. Sindroma berkenaan dengan cabang-cabang profunda arteri serebri media berupa kelumpuhan motorik murni, hemiparesisatau heniplegi (tanpa ganguan sensorik maupun visual) yang mengenai salah satu sisi tubuh seluruhnya (mencakup wajah, lengan dan tungkai). Sindrome berkenaan dengan gangguan komplit arteri serebri media berupa gabungan antara hemiparesis atau plegia yang merupakan bagian dari sindrom cabang-cabang profunda dengan gangguan sensorik, visual dan bicara yang merupakan sindrome cabang-cabang superfisial arteri serebri media. Sindroma berkenaan dengan arteri serebri anterior berupa monoparesis sensorimotor anggota bawah atau berupa hemiparesis yang berkembang meluas, gangguan lebih nyata pada anggota bawah dan bagian proksimal anggota atas. Sering dijumpai inkontinensia urin, juga adanya refleks menggenggam pada sisi anggota yang terkena.

Bila topik di batang otak akan muncul gejala berupa : hemiparese/plegi alternans, tanda-tanda serebelar, nistagmus, gangguan pendengaran, gangguan sensoris, nyeri, suhu dan kornea wajah ipsilateral dan gangguan nyeri suhu pada badan kontralateral, diasartria, gangguan menelan, gerakan mata abnormal dan deviasi lidah. Bila topik di medula spinalis akan timbul : muka biasanya tak tampak

kelainan, Brown Sequad Syndrome, gangguan sensoris dan keringat sesuai tingi lesi, gangguan miksi dan defikasi (Mangunsong, 1992)

Kesimpulan

Pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras kortikospinalis (piramidalis). Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada decussatio piramidalis di medulla oblongata. Sehingga lesi di salah satu hemisfer akan menimbulkan efek pada sisi kontralateralnya.non hemoragik (iskemik) terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering menjadi penyebab stroke pada orang usia lanjut, yang seirng mengalami pembentukkan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi stenosis (penyempitan). Pada pasien terjadi hemiparese sinistra spastik sehingga kemungkinan besar kerusakan pada hemisfere dextra otak. Kerusakan hemisfer dextra disebabkan oleh stroke non hemoragik.

Referensi

Dahlan P. Dan Lamsudin R., 1999, Diagnosis Jenis Patologi Stroke Untuk Kepentingan Penanganan Stroke yang Rasional: Manajemen Stroke Mutakhir, Suplemen Berkala Kesehatan Masyarakat XIV.

Adams, R.D., Victor, M., Ropper, A., 2001, Principle of Neurology,7th ed,

Mc Graw Hill Inc, Singapore.

Harsono, 1999, Gangguan Peredaran Darah Otak. Dalam: Buku Ajar Neurologi Klinis, Ed 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Bronner LL., Kanter DS., Manson JE., 2000, Primary prevention of Stroke : Medical Progress, The New England Jornal of Medicine

Mangunsong M., Hadinoto S, 1992, Diagnosis Stroke dalam Stroke Pengelolaan Mutakhir, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Lamsudin R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada, Disertasi Doktor Dalam Ilmu Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Mardjono M, 1998, Pedoman Dalam Manajemen Stroke. Dalam:Manajemen Stroke Mutakhir, Suplemen BKM XIV.

Lindsay,K.W., 2000, Limb Weakness, Neurology and Neurosurgery Illustrated, Third Edition, Longman Group (FE) Ltd, Hongkong

Penulis :

Nani purwanti (20040310175),Ilmu Penyakit Syaraf. RSUD Kodya Wirosaban Yogyakarta.

You might also like