You are on page 1of 14

Latar Belakang Perdesaan merupakan suatu bagian wilayah yang tidak berdiri sendiri.

Suatu wilayah bisa disebut perdesaan karena mempunyai karakteristik yang tidak sama dengan perkotaan. Suatu kawasan yang aktifitas utamanya atau aktifitas ekonomi penduduknya bersandar pada pengelolaan sumberdaya alam setempat atau pertanian din amakan dengan kawasan perdesaan. Sebagian besar penduduk Indonesia saat ini masih bertempat tinggal di kawasan permukiman perdesaan (sekitar 60 persen, data Sensus Penduduk tahun 2000), bahkan 82 persen wilayah Indonesia adalah perdesaan. Selama ini kawasan perdesaan dicirikan antara lain oleh rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja, masih tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya kualitas lingkungan permukiman perdesa an. Di Indonesia sudah banyak program -program yang dilakukan untuk membangun kawasan perdesaan, namun masih banyak yang harus dievaluasi dari program -program yang sudah berlangsung, sebab dari fakta yang ada, angka kemiskinan di perdesaan masih tinggi. Dari 32,53 juta (14,15%) orang miskin di Indonesia (Maret Tahun 2009) lebih dari separuhnya tinggal di perdesaan (20,62 juta atau 17,35%) dan jumlah penggangguran terbuka pada bulan Agustus 2009 mencapai 8,96 juta jiwa atau 7,9% total angkatan kerja, dan 3,81 juta jiwa atau 5,8% di antaranya bermukim di perdesaan. Hal ini sungguh memprihatinkan jika dibandingkan dengan negara lain yaitu Korea Selatan, Korea Selatan berhasil membangun kawasan perdesaannya dari keterpurukan dengan program saemaul undong yang dijalankannya dengan sungguh -sungguh. Korea Selatan yang menghadapi kondisi sulit setelah perang Korea (19501953), dapat bangkit untuk membangun pedesaan melalui gerakan Saemaul Undong atau Gerakan Desa Baru. Akibat keberhasilannya itu, program saemaul undong banyak sekali dicoba atau berusaha diterapkan di beberapa negara lain , salah satunya di Indonesia. P emerintah Korea Selatan berusaha berbagi cerita atau pengalaman mengenai program saemaul undong -nya untuk dijadikan contoh, dan ternyata Indonesia te rutama Provinsi D.I.Y dijadikan sebagai desa percontohan untuk mencoba menerapkan program saemaul undong -nya dengan dibantu kerjasama oleh Provinsi Gyeongsangbuk -do. Dari berbagai sumber yang didapat, d isini penulis akan bercerita mengenai program

saemaul undong seperti apa dan bagaimana hasilnya ketika program itu berhasil diterapkan
di Provinsi D.I.Y tepatnya desa percontohan, Kabupaten Gunung Kidul. Desa Kampung, Kecamatan Ngawen,

Pembahasan Awal Munculnya Program Saemaul Undong Presiden Park Chung Hee merupakan orang yang memegang titik balik perekonomian di Korea Selatan, ketika ia memegang kekuasaan pada tahun 1961, Park Chung Hee langsung menggenjot pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan industri berat. Hasilnya memang spektakuler, yakni kota menjadi tumbuh pesat dan GNP per kapita melonjak dari $ 85 pada tahun 1960 menjadi $ 257 pada tahun 1970. Namun, di sisi lain problemnya adalah tertinggalnya masyarakat desa, khususnya kaum petani. Sehingga, kenyataan inilah yang menyada rkan Park Chung Hee bahwa ada sesuatu yang salah dalam strategi pembangunannya, dan lalu segera dicanangkanlah suatu program pembangunan pedesaan dengan nama Saemaul Undong (Satria:2002). Konsep Saemaul Undong diperkenalkan pada tahun 1971 ketika Korea Sel atan menghadapi permasalahan disparitas pedesaan -perkotaan akibat prioritas pembangunan yang selalu menekankan industrialisasi berorientasi ekspor. Untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antara desa dengan kota tersebut, Presiden Park mencanangkan Gerakan Masyarakat Baru dengan tujuannya sebagai pencerahan rakyat pedesaan melalui pendidikan masyarakat baru untuk mengubah bentuk pandangan dan tingkah laku ikatan tradisional dan jeratan kemiskinan masyarakat desa, memba ntu mengembangkan kerajinan dan penghematan, semangat untuk kerja sama dan menolong diri sendiri, dan memodernisasi masyarakat pedesaan. Selain mencegah kecenderungan tak seimbang antara industri -perkotaan dengan pertanian-pedesaan, konsep ini berupaya memperbesar saluran pembangunan sektor ekonomi pertanian -pedesaan. Gerakan dimulai dengan menginventarisasi aset lokal yang jarang dimanfaatkan dan diolah menjadi sesuatu yang dapat memperbaiki standar hidup setempat dan memperbesar keuntungan yang dipero leh warga. Esensi lain dari Saemaul Undong adalah wujud pembangunan dari bawah berdasarkan inisiatif dan partisipasi lokal. Proyek ini diwujudkan melalui pembentukan koperasi warga setempat yang berpedoman pada inisiatif lokal, pemanfaatan tenaga kerja serta material dan ketrampilan mereka.

Saemaul Undong

Saemaul Undong secara harfiah dapat diartikan sebagai Gerakan Desa Baru.
Melalui gerakan ini, pemerintah menginginkan adanya perubahan pola pikir masyarakat dalam menjalani kehidupan. Ada beberapa prinsip dasar yang dijadikan spirit dalam gerakan ini , yaitu (EGM Global Saemaul Undong:2008) :
y

Top Down
 Hard Work (Hunger-No-Choice)

 Self Help (Own Responsibility)  Cooperation (Efficiency)


y

Bottom Up
 Group Coorporation (Profit Incentive)  Self Reliance ( No Burden to Others)  Diligence (Self Mandate)

Masyarakat diajak untuk membangun kemampuan diri sendiri dan kemandirian serta kerja sama yang baik dengan lingkungan. Gerakan ini berhasil membangkitkan keinginan masyarakat untuk maju dan menghidupkan potens i yang dimiliki untuk mendukung inisiatif pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. Gerakan Saemaul Undong difokuskan pada proyek pembangunan dan perbaikan infrastruktur (jalan, air minum, listrik, dan sarana komunikasi) di pedesaan serta penghijauan. Adapun daftar proyek terdiri dari:
y y y y y y y y y y

Penanaman pohon sekitar desa Pelebaran jalan -jalan akses desa dari jalan utama Perbaikan tambak sungai sekitar desa Pembangunan septik tank desa Perbaikan kolam-kolam kecil Perbaikan waduk irigasi Perataan/pelurusan jalan kecil dan parit lingkungan Pembangunan sumur bersama Pembangunan tempat cuci bersama Pembangunan peralatan penangkap tikus Gambar 1

Masyarakat Membangun Desanya dengan Prinsip Diligence


(Sumber: Global Saemaul Undong, 2008)

Gambar 2 Masyarakat Membangun Desanya dengan Prinsip Self Reliance


(Sumber: Global Saemaul Undong, 2008)

Gambar 3 Masyarakat Membangun Desanya dengan Prinsip Cooperation


(Sumber: Global Saemaul Undong, 2008)

Dalam pelaksanaan gerakan ini, menurut Lee (2008) dan Park (19 98), pemerintah hanya memberikan bantuan dalam bentuk semen dan bahan bangunan lainnya. Dengan investasi pemerintah untuk semen hanya sekitar US$10 juta saat itu, gerakan ini berhasil membangun 43.631 km jalan selama tahun 197178 dan 70.000 jembatan serta memperbaiki 24.000 sumber air minum. Pendapatan per kapita penduduk meningkat tajam dari US$1.025 pada tahun 1971 menjadi US$2.961 pada tahun 1977. Gerakan Saemaul

Undong tidak terbatas pada membangun secara bersama, tetapi juga menumbuhkan

kepercayaan masyarakat Korea akan potensi yang dimiliki, serta membangun mentalitas untuk bekerja keras bagi kehidupan yang lebih baik, baik secara individu maupun pada suatu komunitas (Lee dan Lim 2003).

Tahapan Program Dalam perjalanannya, program ini berlangsung selama bertahun -tahun dan tahap dalam pengembangannya , yaitu: 1. Tahap dasar dari tahun 1971 sampai 1973 dengan fokus pada peningkatan kondisi lingkungan dengan memperbaiki infrastruktur. Kegiatan di tahap awal ini belum langsung menciptakan pend apatan untuk masyarakat, namun lebih untuk mendorong keswadayaan dan peningkatan kerjasama antar warga. 2. Tahap kedua dimulai untuk mendorong petani mendapatkan pendapatan baru dalam bentuk pertanian bersama (joint farming), pengelolaan benih bersama (common seedbeds), pengembangan tanaman di luar musim, peternakan babi, pengembangan padang rumput, pengembangan hutan komunitas, serta membangun pabrik pengolahan dan fasilitas untuk pemasaran. 3. Tahap ketiga adalah pencerahan intelektual (spiritual enlightenment) untuk masyarakat desa. Tujuannya adalah untuk menginternalisasikan ke dalam diri masyarakat suatu motivasi untuk senang berinovasi. Perancang program berupaya memberikan keyakinan diri kepada masyarakat dengan semboyan we can -do melalui tiga komponen ya kni ketekunan (diligence), mandiri (self -help) dan kerjasama (cooperation). 4. Tahap terakhir dimulai tahun 1980, yaitu ketika penanggung jawab kegiatan dialihkan dari semula pemerintah pusat ke tangan swasta dan masyarakat. Hal ini tidak semata merupakan pemisahan kegiatan dari pemerintah, namun lebih sebagai bentuk pembagian pekerjaan (division of labor) dengan pihak swasta. memiliki 4

Faktor Pendorong Keberhasilan Program Saemaeul Undong Faktor utama yang menentukan keberhasilan Saemaul Undong adalah keberhasilan mengubah pola pikir masyarakat dalam memandang berbagai peluang yang ada di sekitarnya, baik sebagai individu maupun sebagai komunitas. Selain itu beberapa faktor keberhasilan lainnya adalah sebagai berikut:
y

Dukungan konsistensi pemerintah pada berbagai lapisan, dan perannya sebagai pelayan masyarakat.

Ketepatan dalam memilih pimpinan di tingkat desa, yaitu pada personal yang mau mengorbankan waktu dan pikirannya bagi kemakmuran masyarakat, juga menentukan keb erhasilan Saemaul Undong. Menurut Lee (2008) dan

Chung (2008), pemilihan orang yang tepat sebagai pimpinan gerakan Saemaul Undong di tingkat desa menjadi penentu keberhasilan di samping dukungan secara terus -menerus dari pemerintah.
y y

Jaringan kerja yang solid pada berbagai tingkatan dan Kampanye secara terus-menerus dengan mengedepankan masyarakat yang telah berhasil memberi motivasi yang permanen pada hampir sebagian besar masyarakat desa.

Hal yang diungkapkan Chung (2008) hampir serupa juga dengan yang diungkapkan Chang Soo Choe (2008) , Chang Soo Choe menetapkan 4 kunci yang menjadi keberhasilan pokok program, yaitu:
y y y y

Adanya pedoman dan dukungan dari pemerintah pusat Luasnya partisipasi yang dapat dijalankan oleh masyarakat Peran pemerintah lokal yang di pilih oleh masyarkat secara demokratis dan Karena adanya gerakan (movement) untuk reformasi spiritual. Keberhasilan pelaksanaan program ini dapat dijawab dengan mempelajari

karakteristik kegiatannya. Beberapa karakteristik utama Saemaul Undong adalah dija lankan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi ( integrated approach ) yakni dengan mengkombinasikan pendekatan top -down dan bottom-up, pendekatan ini murni merupakan ide dari pemerintah dan masyarakat Korsel dalam arti menggunakan aspek positif dari tradisi dan kultur bangsa Korea, dan program ini mampu membuat warga desa keluar dari perangkap kemiskinan ( escape from poverty ). Pencapaian Keberhasilan Program Pencapaian yang telah diperoleh dalam program ini di antaranya adalah membangun jalan desa, jalan untuk pertanian ( farm road), membangun jembatan -jembatan berukuran kecil, kantor desa, gudang, peningkatan kualitas perumahan, peningkatan penyediaan listrik untuk masyarakat desa, dan pabrik pengolahan pangan. Secara umum, Saemual Undong telah sukses me ningkatkan perekonomian pedesaan Korea. Untuk kegiatan tahap pertama saja, telah terjadi peningkatan pendapatan masyarakat desa dari 255.800 Won (US $ 243) menjadi 480,700 Won (US $ 457). Secara kumulatif, selama 10 tahun kegiatan telah terjadi peningkatan pendapatan rumah tangga pertanian sebanyak enam kali lipat. Berikut adalah beberapa foto yang diambil saat sebelum program tersebut dilaksanakan dan setelah program dilaksanakan :

Gambar 4 Perbaikan Jalan dan Permukiman


(Sumber:http://www.snu-dhpm.ac.kr/pds/files/6%20New%20Village%20(Jung).pdf )

Gambar 5 Peningkatan Kualitas Permukiman


(Sumber:http://www.snu-dhpm.ac.kr/pds/files/6%20New%20Village%20(Jung).pdf )

Gambar 6 Membangun Jalan


(Sumber:http://www.snu-dhpm.ac.kr/pds/files/6%20New%20Village%20(Jung).pdf )

Gambar 7 Memperbaiki Jembatan Sebagai Akses Terhadap Pedesaan


(Sumber:http://www.snu-dhpm.ac.kr/pds/files/6%20New%20Village%20(Jung).pdf )

Dalam menjamin pembangunan yang efektif terhadap program tersebut , pemerintah memberikan dukungan untuk kebutuhan minimum, dan memberikan hadiah (reward) untuk komunitas yang berhasil sebagai insentif. Dukungan material diberikan secara cuma -cuma dan sebagian merupakan pinjaman yang harus dikembalikan.

Kondisi Terkini Program Saemaeul Undong Pada abad ke -21 Dengan melihat keberhasilan pemerintah korea dalam menerapkan program saemaul undong pada tahun 1970 -an, ternyata pemerintah Korea Selatan akan melaksanakan versi baru Gerakan Saemaeul yang telah disesuaikan untuk memenuhi keadaan pada abad ke -21 ini. Rencana ambisius pemerintah ini bertujuan untuk :
y

Memberikan kehidupan nafas segar terhadap wilayah -wilayah pedesaan yang sempat stagnan;

y y

Meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan dan Menciptakan keseimbangan pembangunan.

Rencana baru ini dipandang se bagai bangkitnya kembali Saema ul atau Gerakan Komunitas Baru pada tahun 1970 -an yang telah memberikan kontribusi p ada peningkatan kualitas hidup di daerah -daerah pertanian dan nelayan dan akhirnya, gerakan ini berfungsi sebagai kekuatan pendorong dibalik keberhasilan pembangunan nasional. Dengan motto Gera kan Desa Senyum, Gerakan Saema ul versi abad ke -21 ini sekali lagi akan menghidupkan kembali wilayah -wilayah pedesaan dan mengembangkannya menjadi wilayah yang nyaman untuk dihuni. Gerakan Desa Senyum akan dipimpin oleh para warga setempat di kampung -kampung nelayan dan pertanian secara nasional dan

warga masyarakat perkotaan akan juga ikut serta dalam pengembangan desa -desa tersebut. Pemerintah akan mengembangkan 10.000 wilayah pertanian dan nelayan sebagai desa-desa khusus. Berdasarkan dengan rencana ini, pemerintah Korea Selatan akan menumbuh-kembangkan sumber daya utama masing-masing desa seperti pariwiasata, budaya tradisional, makanan, festival dan industri -industri tertentu dengan maksud meningkatkan hasil pendapatan bagi warga masyarakat setempat. Pendapatan tinggi tentunya sangat penting untuk mengubah berbagai wilayah

menjadi suatu tempat yang penuh dengan berbagai vitalitas. Strategi untuk memajukan desa khusus, secara bersamaan dengan proyek -proyek pembangunan sedang berlangsung, akan pastinya dapat membantu meningkatkan pendapatan b agi seluruh petani dan nelayan. Untuk menerapkan rencana itu dengan sukses, pemerintah Korea Selatan akan membina 100.000 pemimpin komunitas dengan pemikiran kreatif dan keahlian luar biasa hingga tahun 2013, sehingga mereka akan mampu mengarahkan pembangunan di berbagai wilayah. Rencana itu juga mencakup pengadaan bantuan keahlian dan jaringan antara wilayah-wilayah pedesaan dan perkotaan. Secara harfiah, bantuan ketrampilan itu akan dipersembahkan oleh kalangan yang memiliki kamahiran dan profesionalisme masing -masing. Untuk itu, pemerintah akan menggalang untuk menghimpun 1 juta kalangan pemberi keahlian dalam berbagai bidang misalkan pertanian, manajemen bisnis, masalah engineering, keuangan dan rancang bangun. Orang-orang di bidang ini masing -masing akan diajak untuk saling berinteraksi dengan masyarakat pedesaan yang benar -benar membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan. Tentunya, pendekatan ini akan secara alami memperkokoh solida ritas antara desa-desa setempat dan kota -kota. Pemerintah akan mencipatkan lebih dari 20. 000 jaringan yang menghubungan antara kota dan desa. Tujuan awal Gerakan Saema ul ini adalah merevitalisasi daerah daerah pedesaan yang masih dianggap terbelakang. Namun, gerakan ini juga menanamkan semangat pendorong bagi masyarakat Korea pada umumnya d an menciptakan kondisi kondusif untuk melakukan kerja keras yang akhirnya mendor ong pengembangan ekonomi Korea (KBS WORLD:2011).

Menerapkan Program Saemaul Undong di Desa Kampung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi D.I.Y Seperti yang telah diuraikan diatas mengenai keberhasilan program

saemaul

undong, banyak sekali negara-negara yang berusaha mengadopsi nilai -nilai penting dari
program yang mencapai keberhasilan tersebut, salah satunya Negara Indonesia. Indonesia sebagai negara yang 82% wilayahnya adalah wilayah perdesaan, sangat terbuka mengenai arahan program-program pembangunan kawa san perdesaan yang dapat dijadikan contoh dalam membangun kawasan perdesaannya. Provinsi D.I.Y bekerjasama dengan Provinsi Gyeongsangbuk -do Korea Selatan berkerjasama mengembangkan program saemaul undong di desa Kampung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi pertama di Indonesia yang menyelenggarakan gerakan Saemaul Undong . Dalam gerakan Saemaul Undong ini, Desa Kampung di Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, dite tapkan sebagai desa percontohan Saemaul Undong sejak tahun 2007 hingga 2009. Di desa ini, Provinsi Gyeongsangbuk -do memberikan bantuan berupa hibah untuk pembuatan balai pertemuan desa (Gedung Saemaul), 15 ekor sapi, 5 sumur bor, dan pembangunan jalan desa sepanjang 1.000 meter. Masyarakat di desa Kampung dalam pelaksanaan programnya, terus mengikuti arahan dari fasilitator/volunteer yang dikirimkan oleh pemerintah dari Korea Selatan dan mereka menunjukkan bahwa mereka juga bisa, serupa dengan motto saemaul undong : we can do it. Pada Akhirnya, pelaksanaan program Saemaul Undong di Desa Kampung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, telah membantu memperbaiki infrastruktur desa, menciptakan pendapatan alternatif bagi petani, menyediakan air bersih yang sangat dibutuhkan warga, dan meningkatkan semangat kerja sama dan kerja ke ras warga. Di masa depan, gerakan Saemaul Undong sangat mungkin diaplikasikan ke desa -desa lain di Provinsi DIY karena pada dasarnya semangat gotong -royong masyarakat di DIY sangat sesuai dengan prinsip-prinsip Saemaul Undong (Agung:2010). Kesimpulan Banyak pemebelajaran yang didapat dari Program Saemaul Undong , Korea Selatan dalam membangun kawasan perdesaan. Pada intinya dalam proses pelaksanaannya ini, memiliki pola yakni:

y y y

Mengidentifikasi masalah masyarakat dengan segera Memilih proyek yang cocok untuk mengatasi masalah Berpartisipasi dalam menyukseskan pelaksanaan proyek sehingga

masyarakat perdesaan memperoleh tanggung jawab dan kepercayaan diri .

Selain masyarakat yang mempunyai sikap bertanggung jawab, dalam penerapannya pemerintah pun dituntu t untuk konsisten dalam melakukan suatu program dalam pembangunan kawasan perdesaan, karena selama ini faktanya bahwa di Indonesia, pemerintah cenderung terlalu terburu -buru dan tidak siap dalam menjalankan suatu program pembangunan kawasan perdesaan, sehi ngga berjalan setengah -setengah dan tidak berkelanjutan. Padahal jika kita lihat kunci sukses dari program yang berlangsung di Korea Selatan adalah inisiatif dan kemauan dari pemerintah dan masyarakat, diman a pemerintah selalu memberikan dukungannya terus-menerus serta konsistensi pemerintah pada berbagai lapisan, dan perannya sebagai pelayan masyarakat keberhasilan dalam program yang ada di korsel. Banyak sekali pembelajaran yang didapat dengan mengetahui program pembangunan ka wasan perdesaan di Korea Selatan, apalagi Provinsi D.I.Y mendapatkan kesempatan untuk mencoba menerapkan program tersebut di daerah nya. Setidaknya pemerintah tanggap akan hal tersebut, terutama dengan melihat apa yang menjadi faktor kesuksesan program tersebut dari mulai prinsip yang harus ditanamkan pada masyarakat dan dukungan konsistensi pemerintah dalam menjalankan suatu program. Dengan adanya desa percontohan program pembangunan kawasan perdesaan di Provinsi D.I.Y, diharapkan bisa diadaptasikan di kawasan perdesaan di Provinsi lainnya, sehingga kawasan perdesaan di Indonesia dapat mengejar ketertinggalannya dan dapat maju seperti kawasan perdesaan di Korea Selatan. adalah sebagai faktor

Daftar Pustaka

Buku: Chang Soo Choe. 2005. Key Factors to Successful Community Development: The Korean Experience. Discussion Peper No. 39. Institute of Developing Economies. November 2005. Chung, J.Y. 2008. Changing roles of agricultural extension for socio -economic development in Korea. Paper presented at Training Workshop on Ric e Technology Transfer in Asia, Suwon, 29 September 2008. International Technical Cooperation Center, Rural Development Administration. Ha, W.G. 2008. Green revolution in Korea. Paper presented at Training Workshop in Rice Technology Transfer in Asia, Suwo n 29 September 2008. International Technical Cooperation Center, Rural Development Administration, Korea. Handbook Saemaul Undong. Diakses 27 Mei 2011.< http://www.saemaul.com/english/ down/handbook.pdf > Lee, K.S. 2008. "Saemaul Undong", The Great Challen ge of Korea. Gyehwa Substation Rural Development Administration -Korea. Lee, J.H. and S.S. Lim. 2003. The Road ahead for Korean Agriculture. Research Report: W22. Korea Rural Economic Institute, Seoul Park, J.H. 1998. The Saemaul Movement: Koreas Approac h to Rural Modernization in the 1970s. Korea Rural Economic Institute, Seoul.

Jurnal dan Artikel: .........Gyeongsangbuk-Do Korea-Yogyakarta Bangun Tiga Kesepakatan.2008. Diakses 27 Mei 2011. <http://www. jogjakota.go.id/index/extra.detail/1986/gyeongsangbuk -do-korea--yogyakarta-bangun-tiga-kesepakatan.html> -----.Saemaul Undong In Korea .The National Council of Saemaul Undong Movement. Diakses 3 Juni 2011.<http://www.saemaul.com/english/down/Saemaul%20Undong%20in% 20 Korea(English).pdf >

Darini, Ririn. Park Chung-Hee Dan Keajaiban Ekonomi Korea Selatan. Diakses 27 Mei 2011.<http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Ririn %20Darini,%20SS.,M.Hum./PARKCH UNGHEE-MOZAIK%202009.pdf> Jamal, Erizal. 2008. Membangun Momentum Baru Pembangunan Pedesaan di Indonesia . Balai Besar dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Dikases 27 Mei 2011. <http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3281092.pdf > Jin Jeong Gap,Prof.---------.Experience & Method of Saemaul Undong (New Village

Movement) . Saemaul Undong Central Training C enter. Diakses 3 Juni 2011.<http://


www.snu-dhpm.ac.kr/pds/files/6%20New%20Village%20(Jung).pdf> Kbs World.2011. Gerakan Saemaeul kedua pemerintah Korea Selatan . Diakses 27 Mei 2011.<http://world.kbs.co.kr/indonesian/news/news_issue_detail.htm?No=21488 > Priyadi Achmad. Regional Development In The Third World Countries Implication Of New

Challanges.

Diakses

27

Mei

2011.<http://www.images.achmadpriyadi.multiply.

multiplycontent.com/.../ regional %20development%20presentation.pptx?... > Satria, Arif.2002. Belajar dari Saemaul Undong . Diakses 27 Mei 2011. Sinar Tani Online Membangun Kemandirian Agribisnis. <http://www.sinartani.com/ agriwacana/belajar saemaul-undong-1221457898.htm > Syahyuti.2010. Community Development di Korea. Diakses 31 Mei

2011.<http://kuliahsosiologi.blogspot.com/2010/10/community -development-di-korea.html> Universitas Gajah Mada. Dari International Symposium on Saemaul Undong : Gerakan

Untuk

Desa-desa

di

Provinsi

D.I.Y.

Diakses

27

Mei

2011.<http://www.ugm.

ac.id/index.php?page= rilis&artikel=3084 >

KTW 432-Pengembangan Pedesaan

Evaluasi Keberhasilan Program Pembangunan Kawasan Perdesaan di Korea Selatan Sebagai Acuan Untuk Desa di Provinsi D.I.Y dalam Membangun Kawasan Perdesaannya

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Pedesaan

Oleh :

Witanti Nur Utami

(24-2008-008)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JURUSAN TEKNIK PLANOLOGI BANDUNG 2011

You might also like