You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan secara total yang berkontribusi pada perkembangan individual melalui media alamiah aktivitas jasmani gerak insani. Pendidikan jasmani adalah urutan pengalaman belajar yang direncanakan secara seksama, dirancang untuk memenuhi perkembangan dan pertumbuhan, dan kebutuhan perilaku setiap anak. Pendidikan Jasmani dimulai dari usia yang sangat dini, dalam merangsang pembentukan pertumbuhan organik, motorik, intelektual dan perkembangan emosional. Pendidikan Usia Dini adalah salah satu hal penting untuk membekali anak menghadapi perkembangan masa depan. Untuk itu proses stimulasi atau pembelajaraan yang bermakna sangat menentukan terwujudnya manusia yang berkualitas. Anak perlu mendapatkan stimulasi atau pembelajaran pengamatan serta pengetahuan tentang hal hal yang akan diperlukan dalam kehidupanya. Tuntutan zaman yang semakin besar terhadap pendidikan serta kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi dan komunikasi, membuat Pendidikan Anak Usia Dini tidak mungkin hanya didapat dari keluarga saja. Pada keyatannya banyak orangtua yang belum mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki anaknya, sehingga hanya bersifat merawat secara fisik dan memberikan sejumlah asupan yang dibutuhkan oleh anak, tetapi kurang dalam memberikan stimulasi edukasi. Karena adanya pergeseran dalam kehidupan sosial dimana banyak ibu bekerja dengan alasan ingin membantu suami dengan mencari nafkah atau sekedar ingin mencari kesibukan dan bosan di rumah, seringkali menganggap enteng terhadap pendidikan anak-anaknya. Kehadiran pendidikan anak usia dini memberi arah tersendiri bagi perkembangan anak usia dini terutama dalam sosialisasinya dan tututan ini pulalah yang membuat kebijaksanan untuk memanfaatkan pendidikan usia dini (PAUD). Dari naluri mendidiknya Ki Hajar Dewantara, menyatakan sangat menyakini bahwa suasana pendidikan yang baik dan tepat adalah dalam suasana kekeluargaan dan dengan prinsip asih(mengasihi), asah(memahirkan), dan asuh(membimbing). Tiga aspek tersebut akan memberi corak bagi seorang anak terhadap prilaku (behavior), sikap
1

(attitude) dan nilai (velue). Seperti halnya teori Karl Groos, yang teorinya bernama teori biologis menyatakan Anak-anak bermain oleh karena anak-anak harus mempersiapkan diri dengan tenaga dan pikirannya untuk masa depanya. Seperti halnya dengan anak anak binatang, yang bermain sebagai latihan mencari nafkah, maka anak manusia pun bermain untuk melatih organ-organ jasmani dan rohaninya untuk menghadapi masa depanya . Melalui program stimulasi pendidikan, anak sedini mungkin diperkenalkan berbagi hal, tentang benda dan orang-orang disekitarnya. Pengenalan berbagai pola, sikap dan perilaku, kebiasaan dan sifat orang-orang yang ada disekitarnya akan membantu anak memahami aspek-aspek psikologi dari lingkungan sosialnya. Setiap anak ditakdirkan memiliki tingkat intelektual, watak, profesi dan bakat yang berbeda beda. Peran Pendidikan tidak terpaku pada pendidikan formal saja tetapi pendidikan informal berperan penting dalam menunjang kehidupan anak mendatang. Pendidikan merupakan tanggung jawab universal setiap orang atas kondratnya. Pendidikan olahraga usia dini sebagai pendidikan informal berperan penting dalam tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun mental. Pendidikan olahraga usia dini yang berperan penting dalam tumbuh kembang anak, dari aktivitas bermain yang membentuk keterampilan motorik dan neuromuskuler. Anak dapat menguasai dasar keterampilan lokomotor, nonlokomotor serta keterampilan manipulasi. Peranannya begitu kuat, paling tidak ada tiga hal dalam menunjang perkembangan anak yaitu, fungsi adaptasi, fungsi pengembangan, dan fungsi bermain atau aktivitas fisik. Melalui Pendidikan olahraga anak usia dini yang telah berperan dalam perkembangan anak, penulis tertarik untuk mencoba menulis Peranan olahraga usia dini.

BAB II PEMBAHASAN
A. Perananan Pendidikan Olahraga Usia Dini 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Organik Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik volume, bobot, dan jumlah sel yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali ke asal). Sedangkan, perkembangan adalah perubahan atau diferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa. Aktivitas yang bersemangat, teratur serta terus menerus sangat penting bagi mempertebal lapisan persendian, memperkuat pengikat ke tulang, serta pengikat tulangtulang dalam tubuh. Sehingga kemampuan paru-paru, jantung dan saluran darah dalam menyuplai oksigen ke jaringan-jaringan. Memperkokoh dan memperkuat tulang dan mempromosikan
serta memelihara jaringan-jaringan lemak tubuh, selain itu juga mengurangi komposisi lemak tubuh. Mengendalikan obesitas karena pengeluaran energi tubuh meningkat, meningkatkan selera makan, meningkatkan sistem metabolik tubuh, dan mengendalikan masa lemak tubuh.

Dengan aktivitas gerak seperti lari, renang, lompat, dan sebagainya. Fleksibilitas dilakukan dengan peregangan sederhana secara dinamis dan statis. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan sel-sel dapat berkembang secara optimal dengan malakukan aktivitas fisik tersebut.

2.

Keterampilan Neomusculer / Motorik Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan

yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua : a. Keterampilan gerak kasar Pada usia dini diharapkan telah mampu melakukan gerakan-gerakan motorik kasar seperti, menurunkan tangga langkah demi langkah, tetap seimbang ketika berjalan mundur, berlari dan langsung menendang-nendang bola, melompat-lompat dengan kaki

bergantian, melompati selokan selebar setengah meter dengan satu kaki, berjinjit dengan tangan di pinggul, melambungkan bola tenis dengan satu tangan dan menangkapnya dengan menggunakan dua tangan, menyentuh jari kaki tanpa menekuk lutut, mengendarai sepeda roda tiga dan membuat belokan tajam dengan sepeda roda tiga, dan memanjat. Melalui permainan aktivitas fisik keterampilan motorik anak akan berkembang dengan baik, dalam keseimbangan dan kekuatan fisik serta kecekatan dan kecepatan gerak. Di samping hal ini, sebagai guru harus memperhatikan anak dalam kegiatan yang dilakukan. Anak-anak belum menyadari seberapa besar bahaya yang ada dise kitarnya, maka dari itu sebagai guru harus member peringatan dan mengawasi langsung pada saat anak bermain. b. Motorik Halus Motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot otot kecil atau halus; gerakan ini lebih menuntut koordinasi mata dan tangan dan kemampuan pengendalian yang baik, yang memungkinkannya untuk melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerakan-gerakannya. Yang termasuk gerakan motorik halus ini antara lain adalah kegiatan mencoret, melempar, menangkap bola, meronce manik-manik, menggambar, menulis, menjahit dan lain-lain. Keterampilan ini berkembang lebih lambat dibandingkan dengan keterampilan motorik kasar karena memang

tuntutannya lebih tinggi. Mengarahkan pada kematangan keterampilan syaraf -otot


sebagai landasan penting keberhasilan berpartisipasi dalam kegiatan olahraga atau permainan, atau kegiatan waktu luang.

3.

Perkembangan Intelektual Pendidikan jasmani juga bermanfaat untuk perkembangan intelektual.

Pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada anak untuk bergerak mengekspersikan dirinya, meneriakan suara sesuai dengan gerakan yang dilakukan. Mempromosikan fungsi kognitif melalui imitasi peran simbolik,

pengembangan bahasa, dan penggunaan simbol-simbol di awal usia muda, dan mengembangkan kemampuan belajar strategis, membuat keputusan, mengintegrasikan informasi, dan memecahkan masalah-masalah pada perkembangan usia selanjutnya. Pendidikan jasmani membantu memelihara kesimbangan psikologi anak. Penelitian di negara luar menunjukan bahwa tambahan jam pelajaran pendidikan jasmani meningkatkan kemampuan akademik para siswa secara nyata.
4

4.

Perkembangan Emosional dan Sosial Pendidikan jasmani berguna bagi perkembangan pribadi dan sosial yang menuntut

upaya individu dan interaksi dengan yang lain. Perolehan nilai-nilai sosial yang
diinginkan seperti kerjasama, komitmen, kepemimpinan, kejujuran, tanggungjawab, kedisiplinan, dan toleran perlu dibelajarkan melalui partisipasi dalam pengajaran berbagai aktivitas jasmani. Menyukai dan sukses dalam aktivitas fisik akan menigkatakan

kepercayaan diri dan kesadaran sosial. Damon & Hart, 1982 (Peterson, 1996) menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan erat dengan self image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olahraga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya.
Aktivitas jasmani juga memberikan suatu kesempatan untuk pelepasan ketegangan emosional melalui cara-cara yang tepat. Manakala partisipasi ditunjukkan siswa yang juga ditopang pula lingkungan, para siswa dapat meningkatkan perasaan self esteem mereka, melepaskan ketegangan, dan mengembangkan inisiatif, mengarahkan diri, dan

berkreativitas. Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan

Ellerman, 1980 (Peterson, 1996) bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan self-esteem. Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan).

B. Aspek Psikologis yang Berperan Pada Olahraga Usia Dini

Setelah anak berusia 5 tahun, mereka mulai dapat dikenalkan dengan jenis olahraga permainan yang lebih kompleks, yang melibatkan kerjasama dan kompetisi. Namun perlu diperhatikan disini, kompetisi dimaksud haruslah tetap berada dalam konteks bermain. Untuk mulai menerapkan olahraga yang memiliki aturan formal, sebaiknya tunggu sampai anak berusia 8 atau 9 tahun. Dalam olahraga kompetitif, pemain bukan hanya berusaha mencapai targetnya tapi juga berusaha mencegah lawan mencapai target mereka. Hal ini melibatkan konflik langsung yang seringkali diikuti dengan agresivitas dalam usahanya mencegah lawan mencapai sukses. Dalam olahraga usia dini, target yang harus dicapai anak adalah menerapkan sebaik mungkin keterampilan dan kemampuan yang sudah dilatih ke dalam pertandingan. Adalah besarnya usaha dan peningkatan pribadi yang seharusnya dihargai dan menjadi target bagi setiap anak, bukannya semata-mata mencapai kemenangan
5

dalam pertandingan. Tujuan melibatkan anak dalam aktivitas olahraga adalah sebagai pengenalan pengalaman berolahraga, meningkatkan ketrampilan fisik, membangun keprcayaan diri. Dalam masa ini, yang diperlukan anak adalah kegembiraan dalam melakukan latihan olahraga. Oleh karena itu pelatihnya tidak perlu menekankan pada penguasaan teknik atau peraturan pertandingan. Pujian atau hadiah diberikan kepada usaha yang dilakukan anak, bukan terhadap hasil akhir. Disini perlu ditanamkan perasaan mencapai sukses bukan hanya sebagai juara, tetapi juga sebagai partisipan. Semakin tinggi kemampuan seseorang mencapai tujuan yang diharapkan, maka semakin terampil orang tersebut (Sage, 1984: 17). Oleh karena itu, penting sekali di masa awal ini setiap partisipan dalam suatu kejuaraan bisa mendapatkan penghargaan. Persiapan mental dalam menghadapi pertandingan juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Utamanya anak perlu dibiasakan berfikir positif, diberi keyakinan bahwa dalam pertandingan nanti dirinya mampu menampilkan keterampilan yang telah dilatihnya. Oleh karena itu beberapa latihan keterampilan psikologis seperti latihan relaksasi, latihan konsentrasi dan latihan imajeri perlu diajarkan. Sehingga, anak dapat berfikir positif dalam setiap pertandingan, tidak merasa tegang dan khawatir akan kekalahan. Dengan keterampilan psikologis yang baik, anak dapat mengatasih hal-hal yang akan terjadi dalam pertandingan. Peranan olahraga usia dini sebagai pembentuk dasar dalam membina atlit usia lanjut, dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi olahraga Nasional maupun Internasional.

C. Implementasi Penjasor Pada anak Usia Dini Penjasor pada anak usia dini dapat berimplementasi sebagai sarana pembentukan fisik anak, melalui aktivitas jasmani. Anak usia dini lebih mudah menerima pelajaran melalui bermain, dengan penjasor sebagai sarana bermain anak dalam pembentukan fisik, mental, maupun sosial. Perhatian anak dapat diperpanjang dengan berbagai permainan dan aktivitas jasmani dengan harapan meningkatkan perhatian anak yang lebih lama terhadap pembelajaran akademik, contohnya; a. Belajar huruf dapat disajikan dalam bentuk aktivitas fisik dengan cara membuat huruf-huruf besar dari kayu yang diletakkan dilantai . mengajak anak untuk

berjalan melewati huruf-huruf besar tersebut, atau memposisikan tubuh membentuk huruf atau angka.

b. Aktivitas yang melibatkan tubuh dapat menjadi sarana bagi anak hiperaktif untuk berlatih memusatkan perhatian. c. Kemampuan menguasai beragam jenis permaninan dapat meningkatkan konsep diri, penerimaan sosial oleh teman, dan kinerja akademik. Aktivitas fisik seperti bersepeda, memainkan suatu jenis permainan, dan menari menandai kemuncul berbagai taraf perkembangan. Melemparkan bola kesasaran tertentu adalah sebagai bagian dari permainan baket, hal ini dapat melatih keterampilan motorik kasar anak. Melatih motorik kasar bermanfaat dalam mengembangkan kehalusan dan kelenturan, efektivitas gerak tubuh, meningkatkan kemampuan orientasi ruang, meningkatkan kesadaran tubuh. aktifitasnya berupa aktivitas berjalan, aktivitas balok keseimbangan, dan aktivitas motorik kasar lainnya. Pengembangan motorik halus dapat dilakukan dengan beberapa cara, bentuk dan aktivitasnya berupa : a. Melempar, dilakukan dengan bola berbagai ukuran dan arah lemparan dari guru ke anak, atau sasaran tertentu. b. Menangkap dengan cara menangkap bola kain, bola plastik yang kurang memantul. c. Bermain bola, setelah anak terampil baru menggunakan bola dengan berbagai ukuran. d. Bermain ban dalam, digunakan untuk latihan menggelinding dan menangkap. Dengan demikian keterampilan fisik motorik dapat dilatih dengan berbagai macam aktivitas jasmani dalam bentuk permainan untuk meningkatkan perkembangan fisik, emosi, sosial dan psikologi anak. Disamping hal tersebut sebagai guru penjas harus senantiasa memahami kesiapan anak, merencanakan mat ri pembelajaran serta e menggunakan teknik motivasi yang sesuai dengan tahap perkembangan anak, serta penguatan untuk membangun kepercayaan diri anak.

BAB II PENUTUP

Usia terbaik untuk melakukan stimulasi pada anak adalah sedini mungkin. Tumbuh kembang menekankan pada 4 aspek kemampuan dasar anak yang perlu mendapatkan rangsangan yaitu: kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan berbahasa, serta kemampuan bersosialisasi (berinteraksi) dan kemandirian. Motorik anak perlu dilatih agar dapat berkembang dengan baik. Perkembangan motorik anak berhubungan erat dengan kondisi fisik dan intelektual anak. Faktor gizi, pola pengasuhan anak, dan lingkungan ikut berperan dalam perkembangan motorik anak. Setelah anak berusia 5 tahun, sudah memiliki kesiapan, kematangan fisik. Anak mulai dapat dikenalkan dengan jenis olahraga permainan yang lebih kompleks, yang melibatkan kerjasama dan kompetisi. Dalam masa ini, yang diperlukan anak adalah kegembiraan dalam melakukan latihan olahraga. Setelah mereka beranjak dewasa baru lah diberikan latihan-latihan sesuai dengan proporsinya. Peranan olahraga usia dini sebagai pembentuk dasar dalam membina atlit usia lanjut, dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi olahraga Nasional maupun Internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. Perkembangan motorik pada Anak usia dini. Diunduh tanggal 06 Oktober 2010, dari http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=9 1:pentingbya-stimulasi-anak-usia-dini-aud&catid=36:yang-perlu-andaketahui&Itemid=28.html Anonym. Pembinaan mental atlit usia dini. www.koni.or.id/.../2.%20Pembinaan%20Mental%20Atlit%20usia%20dini%20. Diunduh pada tanggal 06 Oktober 2010). Hannurofik. Peran pendidikan keterampilan motorik anak usia dini. Diunduh pada tanggal 06 Oktober 2010, dari http://www.scribd.com31808867-Peran-Pendidik-anKeterampilan-Motorik-Anak-Usia-Dini.pdf Hari Amirullah, Dr. 2011. Kontribusi pembelajaran motorik dalam meningkatkan kualitas jasmani menuju pengembangan sumber daya manusia. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pembelajaran Motorik, di Universitas Negeri Yogyakarta. Harsuki, Dr. 2003. Perkembangan olahraga terkini kajian para pakar. Jakarta : PT. Raja Grafindo. Nasution, Yuanita. Pembinaan metal atlit usia dini. Diunduh pada tanggal 06 Oktober 2010, dari http://www.scribd.com/doc/29824779/pdf Peterson, Canadida. 1996. Loking forward through the lifespan, third edition. Australia: Pretice Hall Sage, George H. 1984. Motor learning and control: a neuropsychological approach. Dubuque, lowa: Wm. C. Brown Publishers.

You might also like