You are on page 1of 7

PENGENTASAN KEMISKINAN: LINGKUP PERMASALAHAN DAN PEMECAHANNYA

Diterjemahkan oleh: Tiyo Widodo, 2011

Alleviating poverty: how do we know the scope of the problem and when we have solved it? Rocky J. Dwyer, Saint Paul University, Canada, 2004

Alleviating poverty: how do we know the scope of the problem and when we have solved it? (Rocky J. Dwyer, Saint Paul University, Canada)

PENGENTASAN KEMISKINAN: LINGKUP PERMASALAHAN DAN PEMECAHANNYA Diterjemahkan oleh: Tiyo Widodo, 2011 Ringkasan Tujuan menyajikan dan membahas cara untuk memasukkan perspektif stakeholder ke dalam kerangka gukuran kinerja untuk meningkatkan efektivitas, akuntabilitas dan pemahaman program yang berhubungan dengan isu-isu pembangunan manusia. Desain/metodologi/pendekatan pengujian literatur dan kajian best practices dilakukan untuk mengidentifikasi ukuran dan indikator kinerja yang dapat digunakan untuk mengukur hasil dan pengaruh inkremental yang berhubungan dengan strategi-strategi pengentasan kemiskinan. Temuan bukti terpercaya mengenai pengaruh kebijakan atau program untuk pengentasan kemiskinan bergantung pada pemahaman tentang perbedaan antara indikator, input, output, dan keluaran. Selain itu, agar dipercaya oleh publik, pelaporan kinerja mengenai pengentasan kemiskinan perlu memberikan fokus secara lebih selektif pada identifikasi ukuran-ukuran kunci kinerja dan pelibatan konstituen-konstituen kunci. Maksud dari penelitian ini ialah untuk mengidentifikasi beberapa best practices yang dilakukan saat ini dan mengusulkan sebuah model yang memiliki indikatorindikator potensial, yang dapat dipergunakan untuk mengukur hasil dan pengaruh inkremental terkait dengan isu-isu pembangunan manusia yang peneliti percayai sebagai tindak lanjut yang penting jika stakeholder menginginkan bahwa kekuatan dan sumber daya yang dimilikinya dapat membantu mengentaskan kemiskinan, namun tetap memberikan kesempatan kepada organisasi untuk menjalankan cara-cara baru pendekatan terhadap efektivitas dan akuntabilitas ukuran dengan cara yang strategis dan komprehensif. Keaslian/nilai laporan penelitian ini memuat kajian literatur yang diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan maupun pemahaman persona pada tingkat teori dan praktek yang mempermudah para pimpinan bisnis untuk mendapatkan wawasan tentang faktor-faktor inheren stakeholder yang perlu dipertimbangkan pada saat merancang strategi-strategi ukuran dan kerangka pelaporan kinerja. Kata kunci: Kemiskinan, Ukuran (kualitas) kinerja, Analisis stakehoder.

Alleviating poverty: how do we know the scope of the problem and when we have solved it? (Rocky J. Dwyer, Saint Paul University, Canada)

Pendahuluan Ukuran dan pelaporan kinerja sekarang ini dianggap sebagai komponen yang penting bagi akuntabilitas sektor swasta, nirlaba, maupun publik, baik di negara Kanada maupun di negara lain (Office of the Auditor General of Canada 2003; International Institute for Sustainable Development 2005; Overseas Development Institute 2006; Treasury Board of Canada 1998, 2000, 2001, 2002). Dalam prakteknya, perusahaan sektor swasta, nirlaba, dan publik semakin mendapatkan tekanan untuk mengukur kemajuan atas hasil, memiliki fleksibilitas untuk menjalankan operasi-operasi yang tepat untuk memenuhi harapan, dan melaporkan keluaran (outcomes) yang telah dicapai. Laporan penelitian ini bermaksud untuk mengidentifikasi best practices yang nyata dan mengusulkan beberapa indikator yang dinilai berguna untuk mengukur hasil dan pengaruh inkremental yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki ukuran, akuntabilitas dan pemahaman terkait dengan isu-isu pembangunan manusia. Langkah lanjutan ini penting sekali jika kekuatan dan sumber daya yang dimiliki oleh stakeholder hendak diarahkan untuk membantu untuk mengentaskan kemiskinan, dan sebuah model dengan indikator diperkenalkan untuk membantu di dalam proses ini. Pengelolaan untuk hasil Dibandingkan dengan perusahaan swasta atau nirlaba, perusahaan sektor publik lebih enggan untuk meningkatkan daya saing maupun memperbaiki pertumbuhan institusi publik lebih bertujuan memberikan kualitas pelayanan tertinggi kepada publik dan untuk mengatur serta melaporkan hasil serta kinerja yang dicapai. Satu elemen yang signifikan dari reformasi sektor publik adalah perubahan menuju suatu pendekatan yang memberikan perhatian yang lebih besar kepada hasil yang dicapai dengan dolar wajib pajak; baik sektor swasta maupun nirlaba sama-sama menghadapi tekanan yang semakin bertambah dari stakeholder (bisnis, civil society, pemerintah, dan

Alleviating poverty: how do we know the scope of the problem and when we have solved it? (Rocky J. Dwyer, Saint Paul University, Canada)

tenaga kerja) untuk menunjukkan hasil, khususnya dalam bidang kontribusi mereka bagi pengembangan manusia dan pengurangan kemiskinan. Bukti terpercaya mengenai pengaruh kebijakan dan program terhadap berkurangnya angka kemiskinan dan isu-isu sosial lainnya bergantung pada tingkat pemahaman tentang perbedaan antara input, output, keluaran dan indikator. Agar dapat dipercaya oleh publik, pelaporan kinerja tentang isu-isu seperti ini perlu fokus secara lebih selektif pada pengidentifikasian ukuranukuran kunci kinerja dan pelibatan konstituen-konstituen kunci. Meskipun telah banyak sekali literatur tentang pengaruh dan hasil program dan kebijakan (contoh: Behn 2003; Edwards et al. 2006; Malina dan Selto 2004; Martinez 2005; Moullin 2005; Neely 2005; Royal Statistical Society 2003); banyak pembuat kebijakan, pelaksana evaluasi program, dan stakeholder telah begitu familiar dengan literatur ini, dan siapapun yang memahai metode-metode yang tepat yang dapat digunakan untuk melakukan estimasi dan menilai pengaruh dan hasil tidaklah optimal (Marshall et al. 2004; Neely 2005; Thomas 2004). Terdapat banyak keuntungan yang dapat diperoleh pelaksana evaluasi program jika memahami literatur kajian hasil dan pengaruh. Sebagai contoh, jika stakeholder terus menyertakan ukuranukuran kinerja yang lebih tepat untuk membantu pelaporan akuntabilitas dan kinerja, dan pelaku evaluasi program memasukkan prinsip-prinsip dari penilaian pengaruh dan hasil di dalam evaluasi formatif maupun sumatif, maka perusahaan akan semakin kuat untuk melakukan pendekatan terhadap akuntabilitas dan ukuran kinerja pada tingkat yang strategis. Selain itu, perubahan-perubahan ini akan merespon perubahan pola pikir publik terkait dengan akuntabilitas kinerja, pada saat memberikan informasi yang lebih lengkap dan kesempatan yang lebih luas kepada manajemen perusahaan agar menciptakan pilihan-pilihan yang lebih efektif di dalam investasi program.

Alleviating poverty: how do we know the scope of the problem and when we have solved it? (Rocky J. Dwyer, Saint Paul University, Canada)

Ukuran yang berorientasi pada hasil Setelah Millennium Development Goals (dirumuskan tahun 2000), dan The World Summit on Sustainable Development pada tahun 2002 menganggap misi pengurangan angka kemiskinan sebagai tantangan yang paling mendesak saat ini, kedua prakarsa ini mengakui dan memahami bahwa bisnis, civil society, pemerintah, dan tenaga kerja memiliki peran yang penting menurut Edwards et al. (2006), Marshall et al. (2004), dan Thomas (2004). Selama beberapa tahun terakhir, Overseas Development Institute (2006), Japan International Cooperation Agency (2004), World Bank (1999), Radelet (2003), USAID (2004) telah berulangkali menunjukkan perhatian yang semakin serius terhadap relevansi dan reliabilitas pengukuran kemiskinan yang berhubungan dengan keluaran dan pelaporan keberhasilan. Beberapa peneliti (Edwards et al. 2006; Eccles dan Pyburn 1992; Ittner dan Larcker 1998; Johnston dan Fitzgerald 2001; Kaplan dan Norton 1992; Manzoni 2002) membedakan dua kegunaan informasi ukuran kinerja. Pertama, dari perspektif manajemen, informasi kinerja dapat digunakan untuk lebih memahami kontribusi dan perbedaan yang sedang diberikan atau dibuat oleh program atau kebijakan. Lebih lanjut, ukuran kinerja

mempermudah staf manajemen program untuk menentukan bahwa program atau kebijakan merupakan sarana yang tepat untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dalam hal ini, ukuran kinerja adalah sebuah alat untuk mencari pengetahuan sekaligus alat penyelidik. Kedua, ukuran kinerja digunakan untuk menjelaskan atau

menunjukkan hasil yang diperoleh inisiatif kebijakan atau program. Dalam banyak yurisdiksi, fokus semakin ditujukan pada pelaporan kepada pejabat terpilih atau stakeholder lain tentang apa yang benar-benar telah dicapai dengan biaya yang telah dibelanjakan dan sumber daya yang telah digunakan. Meskipun ukuran kinerja seringkali membentuk dasar pelaporan seperti ini, namun menurut Overseas Development Institute (2006) dan Japan International Cooperation Agency (2004), pertanyaannya ialah

Alleviating poverty: how do we know the scope of the problem and when we have solved it? (Rocky J. Dwyer, Saint Paul University, Canada)

bagaimana informasi ukuran kinerja dapat dipergunakan untuk melaporkan kredibilitas tentang apa yang telah dicapai dan barangkali untuk

mengkonfirmasikan: metrik yang benar telah teridentifikasi, pendekatan untuk pengaruh-pengaruh langsung telah sesuai dan bermanfaat; dan jika ukuran tidak langsung atau bahkan pengaruh yang lebih baik serta laporan dari pengaruh tersebut akan menjadi alternatif yang lebih baik. Para peneliti tersebut di dalam kurung pada paragraf di atas secara jelas menyebutkan perbedaan antara input, output, keluaran dan indikator sebagai dasar ukuran kinerja. Input adalah sumber daya yang dialokasikan untuk program dan organisasi. Output adalah aktivitas-aktivitas yang dijalankan lembaga-lembaga pemerintah, seperti penyediaan pelayanan. Keluaran (outcomes) adalah hasil yang merupakan kelanjutan dari aktivitasaktivitas tersebut dalam bentuk barang publik. Schacter (2002)

mengemukakan: [] indikator adalah ukuran empiris dari input, output dan keluaran. Sehingga, arah dari ukuran kinerja ialah untuk melatih perhatian pada keluaran apa yang benar-benar paling penting dan menghubungkan keluaran tersebut dengan sebuah model logis yang menghubungkan input (sumber daya) dengan aktivitas, output dan keluaran. Dari pengukuran menuju pengelolaan Akan tetapi, jika diamati lebih dekat, ukuran kinerja lebih dari sekedar mengukur pengaruh karena ia menjelaskan sebuah regime pengelolaan yang menuntut perusahaan agar memiliki ide yang jelas mengenai tujuantujuannya, dan sarana reguler untuk melaporkan keberhasilannya di dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut. Pelaporan kinerja berbeda dari evaluasi program atau kebijakan, yang lazimnya terjadi pada titik-titik tertentu pada suatu saat di dalam siklus hidup program dan merupakan sebuah analisis yang lebih komprehensif tentang pengaruh program. Ada tuntutan bahwa ukuran kinerja harus dipandang sebagai bagian dari rezim pengelolaan yang lebih besar, yang berusaha menghubungkan hasil-hasil yang tengah

Alleviating poverty: how do we know the scope of the problem and when we have solved it? (Rocky J. Dwyer, Saint Paul University, Canada)

diperoleh dengan perencanaan, penganggaran dan alokasi sumber daya strategis. Dengan kata lain, ukuran kinerja adalah sebuah kerangka yang dilandasi oleh pengelolaan untuk hasil. Inti dari setiap proses pelaporan kinerja adalah sebuah model logis yang mengikat input-input untuk aktivitas dan untuk keluaran nyata dan segera, yang memiliki sifat jangka panjang. Menurut Wholey (1983), model logis adalah sebuah ilustrasi kompleks dari rantai hasil atau bagaimana aktivitas-aktivitas dari suatu kebijakan, program atau inisiatif diharapkan untuk membantu tercapainya keluaran akhir dalam hal ini pengurangan kemiskinan. Sehingga, sebuah model logis yang terstruktur dengan baik merupakan landasan awal bagi pemahaman dan pengukuran berkelanjutan tentang keberhasilan dari setiap program pengentasan kemiskinan. Dengan demikian, kinerja hanya dapat diukur jika terdapat output dan outcome. Bahkan untuk sebuah program yang senyata/seeksplisit mungkin untuk mengurangi angka kemiskinan, pemilihan indikator tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Ukuran kinerja yang berhasil sebagian bergantung pada penemuan indikator yang memiliki kredibilitas, yang dapat diukur. Sebagai contoh jika tujuannya adalah untuk menstimulasi kewirausahaan di dalam wilayah yang memiliki tingkat kemiskinan tinggi, dengan penekanan khusus pada pasar internasional, perlu ada inisiatif potensial berupa pengadaan fasilitasi dan brokering platforms untuk mendukung inisiatif program eksportir. Keluarannya dapat berupa kenaikan persentase dalam jumlah inisiatif bersama antara organisasi penyandang dana dan pemerintah lokal/regional, dan ukuran yang potensial dapat berupa jumlah peluang baru berdasarkan sektor, dan wilayah; atau jumlah peluang baru menurut sektor, dan wilayah.

You might also like