You are on page 1of 6

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun mahluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Dari sejumlah 40 juta mil-kubik air yang berada di permukaan dan di dalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Keperluan sehari-hari terhadap air, berbeda untuk tiap tempat dan untuk tiap tingkatan kehidupan. Yang jelas, semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat jumlah keperluan akan air. Kebutuhan air minum di banyak Negara di dunia tidak sama satu sama lain. Warga dinegara maju lebih banyak memerlukan air minum dari pada di Negara berkembang. Beberapa data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa volume kebutuhan air bersih bagi penduduk rata-rata di dunia berbeda. Di Negara maju, air yang dibutuhkan adalah lebih kurang 500 liter tiap hari (lt/or/hr) sedangkan di Indonesia (kota besar) sebanyak 200-400 lt/or/hr dan di daerah pedesaan hanya 60 liter/hr. kebutuhan akan air pun berubahubah. Air merupakan kebutuhan vital bagi kehidupan manusia. Keterbatasan air yang disediakan oleh Pemerintah dan keadaan air yang bermasalah dan harga Air minum dalam kemasan (AMDK) dari berbagai merek yang terus meningkat serta kebutuhan air yang semakin tinggi membuat konsumen mencari alternatif baru yang

murah. maka untuk memenuhinya sekitar tahun 1999 mulai marak berkembang di Indonesia usaha depot air minum isi ulang. Air minum isi ulang menjadi jawabannya. Air minum yang bisa diperoleh di depotdepot itu harganya bisa sepertiga dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek. Karena itu banyak rumah tangga beralih pada layanan ini. Hal inilah yang menyebabkan depot-depot air minum isi ulang bermunculan. Keberadaan depot air minum (DAM) terus meningkat sejalan dengan dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum terjamin keamanan produknya. Hasil pengujian laboratorium yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) atas kualitas depot air minum isi ulang di Jakarta menunjukkan adanya cemaran mikroba dan logam berat pada sejumlah contoh (Kompas, 2003). Hasil penelitian Eka Ferawaty (2003), menunjukkan sebanyak 34% depot air minum isi ulang dari populasi di Kota Semarang tidak memenuhi syarat Bakteriologis karena mengandung Eschericia coli tertinggi sebanyak 44 koloni/100 ml dan terendah sebanyak 0 koloni/100 ml. Hal ini disebabkan karena keadaan hiegene sanitasi, prosedur pengolahan dan peralatan serta kualitas air baku. Bakteri e-coli merupakan ukuran mikrobiologis terpenting untuk menakar kualitas air minum. Walupun tidak memberikan efek yang terlalu membahayakan tapi keberadaan bakteri ini membuktikan

rendahnya tingkat sanitasi. Efek yang akan timbul biasanya demam, kram perut, dan muntah-muntah. Keberadaan bakteri ini juga menunjukkan adanya bakteri lain misalnya Shigella, yang

menyebabkan diare hingga muntaber. Berdasarkan Peraturan tentang Menteri Persyaratan Kesehatan Kualitas Air

No.492/MENKES/PER/IV/2010

Minum, pengawasan mutu air pada depot air minum menjadi tugas dan tanggung jawab dinas kesehatan kabupaten/kota. Kota Bontang merupakan salah satu kota yang terdapat di provinsi Kalimantan Timur dan memiliki 15 kelurahan yang tersebar di 3 kecamatan yaitu Bontang Utara, Bontang Selatan dan Bontang barat. Pertumbuhan depot air minum (DAM) di Kota Bontang cukup pesat dari tahun ketahunnya. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bontang, awal pertumbuhannya pada tahun 2003 muncul 9 depot dan merupakan awal terbentuknya Asosiasi DAM di Kota Bontang. Setelah itu pada tahun 2006 muncul 38 depot, tahun 2007 terdapat 65 depot dan pada tahun 2008 menjadi 75 depot, dan pada tahun 2009 terdapat 86 depot dengan hasil depot air minum yang tidak memenuhi syarat (TMS) atau pada pemeriksaan laboratorium sampel air minumnya terdapat bakteri e.coli, di lihat dari hasil data per triwulannya yaitu triwulan pertama sebanyak 15 depot yang TMS, triwulan kedua sebanyak 12 depot yang TMS, triwulan ketiga sebanyak 16 depot yang TMS dan triwulan keempat sebanyak 19 depot yang TMS. Sementara itu pada triwulan pertama tahun 2010 dari 87 depot yang ada terdapat

sebanyak 12 depot yang tidak memenuhi syarat. kemudian pada triwulan kedua sebanyak 5 depot tidak memenuhi syarat karena terkontaminasi bakteri didalamnya. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bontang, penyakit diare termasuk dalam 10 penyakit terbesar di Kota Bontang untuk tahun 2009 adalah 2524. Kasus ini meningkat dibandingkan kasus tahun 2008 sebesar 1296 dan tahun 2007 sebesar 1458. Kualitas air minum masih tergantung beberapa faktor, termasuk didalamnya proses pengolahan, peralatan harus berfungsi dengan baik dan mampu mengolah air baku untuk mereduksi kandungan partikelpartekel fisik, kmiawi yang terlalu tinggi dan membunuh

mikrooragnisme yang berbahaya, sehingga produksi air siap minum memenuhi syarat. Di samping kualitas peralatannya, tergantung pula kemampuan dan ketaatan tenaga yang mengoperasikan peralatan tersebut termasuk sikap dan perilaku bersih dan sehatnya. Tenaga yang mengoperasikan dan menghandel hasil olahan yang tidak berperilaku bersih dan sehat dapat mencemari hasil olahan (Siswanto, 2003). Selain itu meskipun Dinas Kesehatan Kota Bontang selalu melakukan pelatihan dan sosialisasi petugas depot air minum isi ulang setiap tahunnya untuk meningkatkan kualitas air minum khususnya air minum isi ulang di Kota Bontang, namun tetap saja masih banyak depot air minum yang hasil uji air minumnnya tidak memenuhi syarat atau mengandung bakteri E.Coli. di sisi lain masih ada depot air minum

yang tidak/ belum terdaftar di bawah pengawasan Dinas Kesehatan Kota Bontang, hal ini tentu saja merupakan permasalahan dimana depot air minum ini perlu dilakukan pengawasan untuk menjamin keamanan kesehatan masyarakat Kota Bontang sebagai konsumen. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis perbedaan kualitas air pada depot air minum yang terdaftar dan belum terdaftar dibawah pengawasan Dinas Kesehatan Kota Bontang tahun 2010. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut Bagaimana analisis kualitas air pada depot air minum isi ulang yang terdaftar dan belum terdaftar di Dinas Kesehatan Kota Bontang tahun 2010? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan kualitas air pada depot air minum isi ulang yang terdaftar dan belum terdaftar di Dinas Kesehatan Kota Bontang tahun 2010. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui perbedaan kualitas fisik air pada depot air minum isi ulang yang terdaftar dan belum terdaftar di Dinas Kesehatan Kota Bontang tahun 2010.

b.

Mengetahui perbedaan kualitas bakteriologis air pada depot air minum isi ulang yang terdaftar dan belum terdaftar di Dinas Kesehatan Kota Bontang tahun 2010.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat untuk petugas Menambah pengetahuan tentang analisis kualitas air pada depot air minum isi ulang yang terdaftar dan belum terdaftar di Dinas Kesehatan Kota Bontang tahun 2010. 2. Manfaat Ilmiah Menambah kepustakaan dan bahan masukan bagi peneliti lebih lanjut mengenai analisis kualitas air pada depot air minum isi ulang yang terdaftar dan belum terdaftar di Dinas Kesehatan Kota Bontang tahun 2010. 3. Manfaat bagi peneliti

Memberikan pengalaman langsung bagi peneliti dalam rangka penerapan teori selama mengikuti perkuliahan di fakultas kesehatan masyarakat. 4. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan agar hasil

penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya.

You might also like