Professional Documents
Culture Documents
Lpp
=
disp
x (L
disp
/L
pp
)
= 0.63 x ( 114.8/112)
= 0.645
Maka didapat
f
=
Lpp
+ (1,4 +
Lpp
)x e %
= 0.645 + (1.40 0.645) x 0.3%
= 0.65
Angka dari
f
dimasukan kedalam grafik Angle of Entrance (gb : ) yang ada pada
softcopy mata kuliah Rancangan Garis dan didapatkan
f
= 1
0
Setelah didapatkan sudut masuk dapat dimulai menggambar B/2 seperti gambar 2.5 berikut
dan diukur dalam tabel 2.4 :
Gb 2.3 : grafik Angle of Entrance
Gb 2.4 : A/2T dan B/2
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
17
4208100071
Table 2.4 Tabel B/2
No.St B/2 Fs B/2*Fs
-2 0 0,5 0
-1 1,91 2 3,82
0 2,55 1,5 3,825
1 3,96 4 15,84
2 5,32 2 10,64
3 6,916 4 27,664
4 8,01 2 16,02
5 9,0144 4 36,0576
6 9,55 2 19,1
7 9,84 4 39,36
8 10 2 20
9 10 4 40
10 10 2 20
11 10 4 40
12 9,81 2 19,62
13 9,34 4 37,36
14 8,48 2 16,96
15 7,21 4 28,84
16 5,75 2 11,5
17 4,26 4 17,04
18 2,86 2 5,72
19 1,5 4 6
20 0 1 0
435,3666
Setelah mendapatkan data seperti di atas maka langkah selanjutnya adalah
melakukan koreksi antara data hasil perhitungan dengan data yang didapat dari hasil
penggambaran garis air yang datanya terdapat pada tabel. Adapun koreksinya antara
A
WL
hitungan dengan A
WL
dari tabel hasil penggambaran garis air adalah sebagai berikut
- Koreksi A
WL
= 0,248 + 0,778
WL
= 0,248 + 0,778 (0,615)
= 0,72647
A
WL hitungan
= x B x L
wL
= 0.72647 x 20 x 117.6
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
18
4208100071
= 1627.293 m
2
A
WL tabel
= x y.s x h
= x 435.3666 x 5.6
= 2162.35 m
2
Koreksi Awl = % 100 x
Awl
Awl Awl
hitungan
hitungan tabel
= 0.118 %
Nilai koreksinya memenuhi yaitu kurang dari 0.5 %
II.4. Pembuatan Bentuk Linggi Halauan dan Buritan
2.4.1 Linggi Halauan
Pembuatan linggi halauan (stem) dalam gambar ini menganut pedoman dari handout
yang ada. Dijelaskan bahwa dalam perancangan design linggi harus memiliki sudut 15
0
.
Seperti pada gambar 2.5
Gambar 2.5 : Linggi Halauan
Setelah gambar linggi halauan selesai diteruskan ke bagian berikutnya yaitu linggi buritan
(stern) Linggi Buritan
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
19
4208100071
Pembuatan linggi buritan memiliki 2 tipe yaitu tipe linggi buritan memakai sepatu
linggi dan tanpa sepatu linggi. Tetapi untuk penggambaran dalam kapal ini digunakan tipe
tanpa tinggi sepati seperti contoh dan syarat-syaratnya yang bisa dilihat pada gambar 2.6
Gambar 2.6 : Contoh Linggi Buritan Tanpa Sepatu Linggi
Setelah mengerti maksud pada gambar contoh. Maka perhitungan dan
penggambaran linggi buritan bisa dilakukan. Untuk perhitungan-perhitungannya seperti
pada tabel 2.5
Tabel 2.5 Tabel Perhitungan Linggi
Diameter Propeller 0.60 T 3.9
Poros Propeller
0.12 T 0.78
Jarak dasar thd garis tengah poros
0.33 T 2.145
Jarak antara sumbu poros kemudi thd ujung poros 0.35 T 2.145
Setelah itu digambar sehingga didapatkan gambar 2.7 seperti berikut:
Gambar 2.7 : Linggi Buritan
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
20
4208100071
II.5. Pembuatan Body Plan
Pengertian dari BodyPlan adalah proyeksi bentuk potongan-potongan kapal secara
melintang pada tiap-tiap station yang dilihat dari depan atau belakang. Potongan potongan
badan kapal ini dibentuk berdasarkan data-data yang didapat berdasarkan data-data Grafik
A/2T dan B/2 dengan cara sebagai berikut.
- Mamboed penampang dengan luasan B x T
- Membagi penampang tersebut menjadi 2 bagian
- Mengukur titik-titik B/2 dan A/2T tiap station pada garis panjang (B
m
) yang diukur
dari garis tengah. Untuk station 0-10 diukurkan pada penampang sebelah kiri dan
pada penampang sebelah kanan untuk station 11-20.Untuk titik titik A/2Tdibuat
garis vertical ke bawah setinggi T dan untuk titik titik B/2 dibuat lengkungan
lengkungan Body Plan yang streamline.
Jari-jari bilga merupakan kelengkungan sebelah kanan dan kiri bawah kotak. Jari-jari
bilga ini juga merupakan kelengkungan Body Plan pada station -station yang memiliki nilai
B/2 maksimum, Jari jari ini didapat dari rumus
R = . { (BxT) Am } / ( 1 )
R = . { ( 20 x 9,42 ) 208,43 } / ( 1 - x 3.14 )
R = 2,8605
Dalam perancangan BodyPlan ada ketentuan khusus dalam proses penggambarannya.
Yaitu pada kesamaan luas pada tiap bidang yang dibentuk. Untuk lebih jelasnya dapat
diperhatikan gambar 2.9 dibawah ini.
Gambar 2.9 : Contoh Luasan Bodyplan
Luas pada arsiran A1 harus sama dengan A2 agar seimbang. Untuk perhitungan
penyamaannya dalam AUTOCAD menggunakan bantuan hatch, sehingga dapat diketahui
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
21
4208100071
luas tiap-tiap bidang pada setiap station. Setelah cara-cara pembuatan Bodyplan dipahami
maka penggambaran Bodyplan dapat dimulai. Sehingga setelah selesai dapat dilperoleh
gambar bodyplan. Hasil Bodyplan dari Tugas Design 1 ini dapat dilihat pada gambar 2.10
Gambar 2.10 : Gambar Bodyplan
II.6. Pembuatan Halfbreadth Plan
Half breadth plan adalah gambar irisan-irisan kapal apabila dilihat dari atas pada
setiap garis ari atau waterline. Untuk membuat half breadth plan, pada kotak Body Plan
dibuat garis horizontal yang disebut sebagai garis water line (WL). Garis garis ini memiliki
ketinggian tertentu yang diukur mulai dari garis dasar pada Body Plan . Pada kapal ini
terdapat 9 buah water line yaitu : 0 m WL; 0.5 m WL; 1 m WL; 2 m WL; 3 m WL; 4 m WL; 5
m WL; 6 m WL; 8 m dan 9,42 m WL
Selanjutnya diukur jarak tiap kurva masing masing station dengan center line untuk
tiap water linenya.Kemudian dari ukuran-ukuran tersebut dibuat grafik atau kurva yang
stream line untuk masing masing WL. Apabila kurva yang dibuat tidak stream line maka
dilakukan perubahan pada Body Plan. Kurva kuva ini menggambarkan bentuk separuh
kapal yang dilihat dari atas.Pada WL sarat grafik atau kurva nya akan sama dengan grafik
B/2.
Selain prosedur membuat half breadth, kita perlu membuat garis kontrol lagi yang
disebut sent line. Sent Line dibuat dengan cara menarik garis diagonal pada kedua sisi Body
Plan dimulai dari center line kesisi bawah center line dan diukur jarak tiap kurva section
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
22
4208100071
dengan titik awal garis diagonal tadi. Gambar Half Breadth Plan secara utuh dan sent line
dapat dilihat pada gambar 2.11 .
Gambar 2.11 : Gambar HalfBreadth Plan
II.7 Pembuatan Sheer Plan
Sebelum membuat sheer plan kita harus tau apa yang mendasari dari pembuatan
sheer plan itu sendiri, yang pertama kita harus mengetahuinya adalah buttock line.
Buttock line adalah garis yang menyatakan bentuk irisan kapal jika dibuat dari
samping. Pembuatannya adalah berdasarkan data pada half breadth plan
Caranya adalah pertama kita bagi lebar kapal menjadi 4 bagian yang sama baik
pada body plan maupun pada half breadth plan. Lalu dari perpotongan antara garis-garis
lurus itu dengan garis-garis air (water lines), kita proyeksikan ke sheer plan, dengan cara
menarik garis lurus ke atas. Garis-garis vertikal ini jika dipotongkan dengan garis-garis air
(water lines) pada sheer plan yang sesuai pada half bread plan, maka akan terbentuk titik-
titik yang jika dihubungkan akan terbentuk buttock line.
Tiap-tiap garis baik pada water line maupun pada buttock line harus mempunyai bentuk
yang fair dan stream line. Jika tidak, maka harus dirubah supaya bisa fair dan stream line.
Tentu saja perubahan ini akan berpengaruh pada bagian-bagian sebelumnya, misalnya
merubah body plan.Dapat dilihat pada gambar 2.12
Gambar 2.12 : Gambar Sheer Plan
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
23
4208100071
Di belakang Midship
x = 2,8 (L
PP
/3 + 10)
= 2,8 (112/3 + 10)
= 130 mm
y = 11,1 (L
PP
/3 + 10)
= 11,1 (112/3 + 10)
= 530 mm
z = 25 (L
PP
/3 + 10)
= 25 (112/3 + 10)
= 1180 mm
II.8. Pembuatan Geladak Utama, Geladak Akil dan Geladak Kimbul
II.8.1 Membuat Sheer Standart
Untuk membuat sheer standart maka L
PP
dibagi menjadi 6 bagian. Pembagian
tersebut meliputi 3 bagian di depan Midship dan 3 di belakang midship. Masing-
masing digaris dan dibuat sesuai dengan ukuran peraturan sheer standart untuk
kapal container sebagai berikut :
Gambar 2.13 Gambar Geladak Utama
Pembuatan gambar di atas melalui perhitungan sebagai berikut
II.8.2 Perencanaan Geladak Akil
Forecastle deck adalah deck untuk menghalau atau mencegah air laut masuk yang
berada pada haluan kapal. Dimana perencanaannya yaitu setinggi 2,4-2,5 m diatas Upper
deck side line, dan panjangnya dimulai dari linggi haluan sampai collision bulkhead. ( jarak
collision bulkhead dari FP adalah 0,05 0,08 Lpp ). Dan untuk gambarnya dapat dilihat
pada gambar 2.15 dibawah ini.
Di depan Midship
a = 5,6 (L
PP
/3 + 10)
= 5,6 (112/3 + 10)
= 270 mm
b = 22,2 (L
PP
/3 + 10)
= 22,2 (112/3 + 10)
= 1050 mm
c = 50 (L
PP
/3 + 10)
= 50 (112/3 + 10)
= 2370 mm
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
24
4208100071
Gambar 2.14 Gambar Geladak Akil
II.8.3. Perencanaan Geladak Kimbul
Poop deck adalah super structur yang berada pada bagian buritan kapal. Fungsinya sama
seperti Forecastle pada haluan. Perencanaannya adalah setinggi 2,4-2,5 m diatas Upper
deck side line.
Gambar 2.15 Gambar Geladak Kimbul
II.8.4. Perencanaan Bulwark
Bulwark adalah pagar yang ada di sekeliling kapal. Tinggi Bulwark pada Upper deck
side line dan Forecastle adalah 1 m. Sedangkan pada Poop deck tingginya 0,1-0,2 m.
Sebagian dari Forecastle juga memiliki Bulwark yang tingginya0,1- 0,2 m. Setelah semua
perencanaan bangunan atas selesai, maka langkah selanjutnya adalah memproyeksikan
bangunan atas tersebut ke Body Plan dan Half Breadth Plan.
Setelah keseluruhan gambar yang menjadi syarat-syarat untuk membentuk proyeksi
kapal telah dilakukan menuju BodyPlan dan Halh Breadth Plan maka akan didapatkan
sebuah gambar yang utuh memperlihatkan sebuah kapal.
Note:
1. Jarak gading pada buritan sampai tabung poros maksimum A
maks
< 600mm.
2. Jarak gading pada daerah sekat tabung poros kearah depan mengikuti rumus :
Ao = Lpp/500 + 0.48 Ao < 1000mm
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
25
4208100071
3. Berdasarkan hasil perhitungan dengan memasukkan nilai Lpp sebesar 120 m,
maka diperoleh jarak gading pada daerah sekat tabung poros kearah depan
sebesar 700 mm (setelah dibulatkan)
4. perhitungan jarak sekat tabung poros, sekat kamar mesin, sekat tubrukan adalah
sebagai berikut
:
Sekat tabung poros :
Perhitungan sekat dimulai dari AP dan menggunakan jarakgading maksimal 600 mm
0.35T = 0.35 x 7.994
= 2.7979 m atau dibulatkan menjadi 3 m = 5 jarak gading
Sekat tabung poros minimal 3 jarak gading dari 0.35T namun diambil 4 jarak gading
dari 0.35T, jadi terletak pada gading ke 10 dari AP yang jaraknya :
Jarak sekat tabung poros = 4 x 0.6 m
= 2.4 m atau 4 jarak gading
Jadi total jarak dari AP ke sekat tabung poros adalah 3 m + 2.4 m = 5.4 m ~ 9
jarakgading. (terletak pada no gading 9)
Sekat kamar mesin :
Jarak gading apada kamar mesin kedepan maksimal 1m dengan rumus diperoleh
Ao = Lpp/500 + 0.48
= 120/500 + 0.48
= 0.726 m dibulatkan menjadi 0.7 m untuk jarak gadingnya
Jarak sekat kamar mesin dari AP adalah antara 17% - 20% Lpp
(17-20)% Lpp dari AP = (20.4-24)m
Sedangkan jarak sekat kamar mesin dari sekat tabung poros adalah
= (15 -18.60)m
= (21.4286-26.5714)jg
Diambil 25 jarak gading atau 17.5 m terletak pada no gading 34
Sekat tubrukan/ collusion bulkhead :
Sekat ini terletak pada 0.05 0.08 Lpp dari FP dan terletak pada nomor gading antara
keduanya
(5-8)%Lpp = (6. - 9.6)m
Dengan acuan letak kamar mesin yaitu pada no gading 34 (22.9 m dari AP) atau
dengan kata lain letak kamar mesin yaitu 97.1 m dari FP . Letak Collision Bulkhead dari
kamar mesin yaitu (91.1 - 87.5) m atau (130.143 - 125) jg . Diambil jarak gading dari kamar
mesiin hingga Collision Bulkhead yaitu sebesar 130 jarak gading atau 91 m . Jadi, letak
Collision Bulkhead dari AP yaitu pada nomor gading 164
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
26
4208100071
II.9. Detail Pembuatan Bukaan Kulit
Dalam penyelesaian permasalahan bukaan kulit ini, perlu dilakukan perhitungan agar
dalam pembuatan kapal, khususnya pemasangan pelat dapat dikerjakan secara maksimal
dan hasilnya akurat. Untuk mendukung dalam perencanaan bukaan kulit, maka dibutuhkan
beberapa hala yang harus ada karena perencanaan dapat terlaksana apabila hal yang
dibutuhkan dibawah ini dapat dipenuhi, yaitu:
1. gambar rencana garis (lines plan)
2. rencana konstruksi (construction plan / steel plan).
Bahan diatas sangatlah berpengaruh dalam terlaksananya perencanaan bukaan kulit kali ini,
agar perencanaan yang dhasilkan dapat sesuai dengan aturan-aturan pemasangan pelat
yang terdapat dalam BKI. Adapun beberapa tahap yang harus diperhatikan dalam
perencanaan bukaan kulit pada kapal, yaitu:
II.9.1 Pembagian Gading Sepanjang Kapal
Dalam tahap ini, pembagian gading disepanjang kapal harus sesuai dengan aturan
dalam BKI, yaitu untuk jarak gading yang terdapat dibelakang after peak bulkhead dan
didepan collision bulkhead diharuskan maksimal 600 mm, sedangkan untuk jarak gading
yang terdapat diantara after peak bulkhead dan colllision bulkhead harus sesuai dengan
aturan perhitungan yang disyaratkan oleh BKI, yaitu:
a
o
=
+ .
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat seperti gambar dibawah ini :
Bagian buritan kapal Bagian haluan kapal
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
27
4208100071
Setelah mengetahui cara seperti, maka sesuai tahap tersebut dilakukan pembagian
gading sesuai aturan diatas, dan hasilnya seperti gambar dibawah ini :
Gambar Bagian Midship Hingga Buritan kapal
Gambar Bagian Midship Hingga Haluan Kapal
II.9.2. Proyeksi Gading-Gading Ke Dalam Body Plan
Setelah mengetahui Letak gading yang telah dibuat sesuai aturan BKI, maka
dilakukan proyeksi gading-gading tersebut kedalam gambar body plan, dan untuk
hasilnya dapat dilihat seperti dibawah ini:
WL 0
WL 0,5
WL 1
WL 2
WL 3
WL 4
WL 5,458
WL 6,915
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
28
4208100071
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemnggambaran bukaan kulit ini adalah :
1. Penumpu tengah dan penumpu sisi (centre girder, side girder),pelantaian (floor),
gading melintang (transverse framing) dan senta sisi (side stringer), gading
membujur (longitudinals) dan pelintang (transverses), tanktop, pondasi motor
induk, platform di kamar mesin, sekat melintang dan membujur (bulkhead),
geladak kedua dan seterusnya (untuk kapal lebih dari satu geladak) dan
konstruksi lainnya.
2. Harus diperhatikan jenis konstruksi kapal: melintang, membujur atau campuran.
Hal ini berhubungan dengan syarat Klasifikasi tentang jarak minimum antar
sambungan pelat dengan alur las lainnya yang berdekatan. Hal ini diatur dalam
BKI volume II section 19: Welded Joints.
3. Untuk daerah tengah kapal yang parallel middle body dapt diusahakan
pemakaian pelat yang selebar mungkin.
II.9.3 Perhitungan panjang setiap gading pada body plan
Kemudian setelah menyelesaikan proyeksi gading-gading kedalam gambar
body plan, maka dilakukanlah perhingan panjang didetiap gadingnya, yang berfungsi
untuk penentuan ukuran pelat yang akan dipasang agar sesuai denga ketentuan
BKI. Namun sebelum menghitung panjang tersebut, maka dilakukan pembagian
garis yaitu ditandai tiap perpotongan dengan konstruksi lainnya misalkan tanktop,
senta, selanjutnya lengkung gading (half girth) dibeberkan ke garis dasar. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat seperti gambar dibawah ini :
II.9.4 Penggambaran Alur Pelat Yang Akan Di Pasang
Setelah menyelesaikan tahap diatas, maka akan diketahui lebar pelat disetiap
sisi-sisi kapal, yang akan tergambar dengan membentuk sebuah alur pemasangan
c
b
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
29
4208100071
pelat. Dalam praktek penggambarannya secara jelas dapat dibuat lajur-lajur pelat
dimulai dengan pelat lunas (keel), pelat dasar (bottom plating: lajur A, B, C dan D),
dilanjutkan dengan pelat bilga (bilge plating: lajur E) dan pelat sisi (side plating: lajur
F, G, H, I, J, K) diakhiri pelat lajur sisi lajur atas (sheerstrake). Untuk tahap
penggambarannya awalnya pada beberan half girth di bidang dasar, dapat dimulai
menggambar lajur pelat, tidak melebihi ukuran pelat datar, mulai pelat lunas, pelat
dasar, pelat bilga, pelat sisi dan pelat lajur sisi atas, stelah pelat lunas lajur ditandai
a, b, c dan seterusnya. Sambungan lajur baik yang membujur (seam) maupun
melintang (butt) tidak boleh dekat dengan alur las dari hubungan konstruksi lain
dengan pelat kulit, misal gading, senta, platform dll. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
seperti gambar dibawah ini :
II.9.4. detail perhitungan tentang plat dan bukaan kulit
Dalam Penggambarannya juga diperlukan perlukan perhitungan yang detail agar
gambar yang dihasilkan dapat akurat dan teliti. Maka untuk perhitungannya sesuai dengan
aturan dalam BKI, yaitu:
a) Tinggi center girder
= 350 +45
= 350 +4520 = 1205 = 1.2
b) Tebal Bottom Plate
Setelah mengetahui nilai dari tinggi center girder, maka dilakukan perhitungan tebal
bottom plate sesuai dengan aturan dalam BKI yang terdapat di section 6,B 1.2. Dan
untuk mengetahui ketebalannya maka dilakukan beberapa perhitungan pada istilah-
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
30
4208100071
istilah yang terdapat dalam rumus tebal bottom plate, sehingga untuk pengerjaannya
dapat dilihat seperti tahap-tahap dibawah ini:
1.
0
= 10.75
300
100
1.5
= 10.75
300 105,8496
100
1.5
= 8,045
2.
0
= 2.1 +0.7
0
. .
= 2.1 0.72 + 0.7 8,045 1 1 0,75 = 17,993
3. Sesuai aturan BKI section 6,C 5.2 bahwa untuk kapal yang nilai L terletak
diantara 100 m sampai 150 m , maka perhitungan nilai x/L yaitu:
= 0,6 +0,001
= 0,71
4. Untuk selanjutnya, sesuai dengan BKI section 4, B, tabel 4, maka perhitungan
yang dilakukan:
= 1.0 +
20
0,7
2
= 1,003
5.
= 10 +
0
= 10 6,915 +17,993 1,003 = 87,197
Perhitungan diatas sesuia dengan peraturan dalam BKI di section 4, B, 3
6.
=
2
3
2
0.89
230
2
0 0.89
120
230
1
2
0 0.89
120
1
= 123,2
DalamPerhitungandiatas, sesuaidenganperaturanBKIdisection 6, B, 1.2
7.
0
=
500
+ 0.48 = 0.7
Untuk tebal plat yang digunakan,menggunakan rumusan :
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
31
4208100071
1
= 18.3
+
= 18.3 1 0.7
87,197
123,2
+1.5 = 12,277
2
= 1.21
+
= 1.21 0.787,197 1 + 1.5 = 7,91
Di ambil nilai terbesar dari
1
dan
2
Sehingga di dapat nilai ketebalan dari Bottom Plate adalah 12
c) Tebal Keel Plate
=
+2.0
= 12 + 2 = 14
d) Lebar Bilge Strake
= 800 + 5
= 800 + 5105,8496 = 1330 = 1.3
Untuk lebar dari Sheer Strake sama dengan Bilge Strake dengan ketentuan lebar
maksimum adalah 1800 mm
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
32
4208100071
BAB III
GAMBAR RANCANGAN
III.1. Gambar CSA, A/2T dan B/2
III.2. Gmabar Body Plan
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
33
4208100071
III.3. Halfbreat Plan
III.4. Gambar Sheerplan
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
34
4208100071
III.5. Frame pada body plan dan Bukaan kulit
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
35
4208100071
III.6. gambar bukaan kulit
Laporan Tugas Rencana Garis 2011
36
4208100071
III.7. Gambar keseluruhan