You are on page 1of 39

LAPORAN

TUGAS RENCANA GARIS


& BUKAAN KULIT
ME091309


SEMESTER Gasal 2010/2011




NAMA MAHASISWA : Miftahuddin Nur

NOMOR POKOK : 4208100071

DOSEN PEMBIMBING : Prof. Ketut Buda Artana ST, M.Sc



JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
ITS

Laporan Tugas Rencana Garis 2011

iii
4208100071







KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ridha dan
rahmat-Nya laporan yang berjudul Laporan Tugas Rencana Garis ini dapat diselesaikan.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Design 1 dan bukaan kulit
(ME091309) Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
Dalam proses penyusunan laporan ini penulis telah mendapatkan dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak sehingga penulispun mengucapkan terima kasih khususnya kepada :

1. Ayah dan ibu yang selalu memberi dukungan fisik dan spiritual hingga tugas dan laporan ini
dapat diselesaikan.
2. Bapak I Made Ariana,ST,MT,Dr.MarSc.selaku koordinator dan Bapak Prof. DR. Ketut
Buda Artana, ST, M.Sc. selaku dosen pembimbing mata kuliah Tugas Rencana Garis
yang telah memberikan pengarahan dalam perkuliahan dan pegerjaan tugas ini.
3. Teman-temanku Bireme 08 yang telah berkenan untuk saling berbagi informasi dalam
perkuliahan dan perngerjaan tugas ini.
4. Pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan kami dapat bermanfaat bagi pembaca.



Surabaya, Juni 2011
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

iv
4208100071

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... III
BAB I FILOSOFI RANCANGAN .................................................................................... 1
I.1 UMUM ......................................................................................................................... 1
I.2. CURVE OF SECTION AREA ............................................................................................ 4
I.3. BODY PLAN................................................................................................................. 5
I.4. HALF BREADTH PLAN ................................................................................................... 6
I.5. SHEER PLAN ............................................................................................................... 6
I.6. GELADAK UTAMA, GELADAK AKIL DAN GELADAK KIMBUL ................................................. 7
I.7. BUKAAN KULIT (SHELL EXPANSION ) ............................................................................. 8
BAB II DETAIL LANGKAH DAN PERHITUNGAN ....................................................... 10
II.1. PENENTUAN UKURAN DAN DIMENSI LAINNYA ............................................................... 10
II.2. PEMBUATAN CURVE OF SECTION AREA ...................................................................... 11
II.3. PEMBUATAN A/2T DAN B/2 ........................................................................................ 15
II.4. PEMBUATAN BENTUK LINGGI HALAUAN DAN BURITAN .................................................. 18
II.5. PEMBUATAN BODY PLAN ........................................................................................... 20
II.6. PEMBUATAN HALFBREADTH PLAN .............................................................................. 21
II.7 PEMBUATAN SHEER PLAN .......................................................................................... 22
II.8. PEMBUATAN GELADAK UTAMA, GELADAK AKIL DAN GELADAK KIMBUL ........................... 23
II.9. DETAIL PEMBUATAN BUKAAN KULIT ........................................................................... 26
BAB III GAMBAR RANCANGAN ................................................................................. 32
III.1. GAMBAR CSA, A/2T DAN B/2 ................................................................................... 32
III.2. GMABAR BODY PLAN ............................................................................................... 32
III.3. HALFBREAT PLAN .................................................................................................... 33
III.4. GAMBAR SHEERPLAN ............................................................................................... 33
III.5. FRAME PADA BODY PLAN DAN BUKAAN KULIT .............................................................. 34
III.6. GAMBAR BUKAAN KULIT ............................................................................................ 35
III.7. GAMBAR KESELURUHAN ........................................................................................... 36

Laporan Tugas Rencana Garis 2011

1
4208100071

BAB I
FILOSOFI RANCANGAN

I.1 Umum

Secara umum rencana garis adalah penggambaran bentuk potongan potongan
badan kapal, baik secara memanjang maupun melintang. Tugas ini bertujuan agar
mahasiswa nantinya dapat merancang atau membuat rencana garis dari suatu kapal
yang merupakan langkah awal yang perlu disiapkan dalam mendisain sebuah kapal
serta langkah awal dari mahasiswa untuk pencapaian tugas-tugas desain selanjutnya.
Dalam pembuatannya ada beberapa metode yang digunakan,untuk kelas design 1 ini.
metode yang digunakan adalah metode NSP Diagram, yaitu suatu metode penghitungan
dengan pembacaan grafik NSP yang nantinya akan didapatkan luasan tiap-tiap station
dari kapal tersebut.
Mahasiswa dalam Tugas Rencana Garis dan Bukaan kulit ini diharapkan dapat
membuat penggambaran utama yang ada dalam Tugas Rencana Garis. Adapun gambar
tesebut adalah Body Plan, Half Breadth Plan dan Sheer Plan dan bukaan kulit. Dengan
latar belakang mahasiswa teknik, maka dalam penggambaran ini tentunya dibutuhkan
ketelitian dalam penghitungan maupun dalam pengukuran gambar. Ketelitian ini yang
nantinya akan memberikan keakuratan dalam penggambaran utama dalam Tugas
Rencana Garis.
Searah dengan perkembangan dunia keteknikan mahasiswa juga diharapkan
mampu menggunakan kemajuan teknologi di bidang teknik. Maka pada konteks Tugas
Rencana Garis ini digunakan program Excel sebagai pengolah data dan hitungan,
sedangkan untuk penggambarannya digunakan AutoCad sebagai program pendukung.
Adapun untuk langkah-langkah pengerjaan tugas rencana garis mengunakan
metode NSP adalah sebagai berikut :
Mencari data kapal pembanding
1. Mencari data kapal pembanding
2. Perhitungan Data awal
3. Pembuatan CSA
4. Pembuatan A/2T dan B/2
5. Pembuatan Body Plan
6. Pembuatan Haluan dan Buritan
7. Pembuatan Half Breath Plan
8. Pembuatan Buttock Line pada Sheer Plan
9. Pembuatan Bangunan Atas (Sheer Standar)
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

2
4208100071

Setelah proses di atas selesai kemudian di lanjutkan dengan penggambaran bukaan
kulit, untuk langkah-lakah penggambaran bukaan kulit adalah sebagai berikut :
1. Mencari data tipe-tipe plat yang akan di rencanakan
2. Pembagian frame di rencana garis
3. Penggambaran frame di body plan
4. Pengukuran panjang frame dan penggambaran
Dalam pengerjan dan perhitungan bagian-bagian kapal, dikenal istilah istilah yang
sering di pakai dalam bidang perkapalan.berikut beberapa istilah yang sering dipakai
dalam bidang tersebut yaitu :

- L
PP
(Length between Perpendicular)
Panjang antara 2 garis tegak yaitu jarak horisontal antara garis tegak depan
(haluan/FP) dengan garis tegak belakang (buritan/AP).

- After perpendicular (AP)
Garis tegak buritan, adalah garis yang terletak pada linggi kemudi bagian belakang
atau terletak pada sumbu kemudi.

- Fore Perpendicular (FP)
Garis tegak haluan, adalah garis yang terletak pada titik potong antara linggi haluan
dengan garis air pada sarat muat yang telah di rencanakan.
- B (Breadth)
Lebar kapal yang diukur pada sisi dalam plat di tengah kapal (A midship).

- H (Depth/Hight)
Tinggi bersih adalah jarak vertikal yang diukur pada bidang tengah kapal (midship)
dari atas keel (lunas) sampai sisi atas geladak di sisi kapal.

- T (Draught/Draft)
Sarat bersih yaitu jarak vertikal yang diukur dari sisi atas lunas sampai pada garis air.

- Cb (Block Coefficient)
Koefisien blok, yaitu perbandingan antara volume badan kapal yang
tercelup/displacement pada garis air muatan penuh dengan hasil kali panjang, lebar
dan sarat kapal.

Setelah kita mengetahui data data teknis di atas, maka dilakukan suatu
perhitungan untuk menentukan:
- Length of Water Line (L
WL
)
Merupakan panjang garis air yang diukur mulai dari perpotongan linggi
buritan dengan garis air muat sampai pada perpotongan linggi haluan dengan garis
air muat (jarak mendatar antara kedua ujung garis muat), yang dirumuskan sebagai
pertambahan panjang dari Lpp sebesar 4% yaitu:


L
WL
= ( 1 + 4% ) L
PP
(1.1)
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

3
4208100071

- Length of Displacement (L
disp
)
Merupakan panjang kapal imajiner yang terjadi karena adanya perpindahan
fluida sebagai akibat dari tercelupnya badan kapal, panjang ini digunakan untuk
menentukan seberapa besar luasan luasan bagian yang tercelup air, pada saat
dibagi menjadi dua puluh station. Panjang displacement dirumuskan sebagai
panjang rata rata antara Lpp dan Lwl, yaitu:


- Coeffisien Block of Waterline (o
WL
)
Merupakan perbandingan antara volume kapal dengan hasil kali antara panjang,
lebar dan sarat kapal.koefisien blok ini menunjukkan kegemukan kapal. Rumusnya
yaitu:


- Volume Displacement ( V )
Merupakan volume perpindahan fluida (air) sebagai akibat adanya badan kapal yang
tercelup dibawah permukaan air, yang dirumuskan sebagai:


- Radius Bilga (R)
Merupakan jari jari lengkung bagian yang menghubungkan antara bagian samping
dan bagian dasar kapal, yang dirumuskan sebagai:


dengan memasukkan | = 0.08o + 0.93

- Luas Penampang Melintang Tengah Kapal / Midship (A)
Merupakan luasan bagian tengah kapal yang dipotong secara melintang yang
memiliki lebar B dan tinggi T, yang dirumuskan sebagai:



- Coeffisien Midship ( C
m
/ |)
Merupakan perbandingan antara gading besar (Midship Area) dengan luasan suatu
bidang yang lebarnya B dan tingginya T, yang dirumuskan sebagai harga pendekatan
terhadap koefisien block displacement, sebesar:


- Coeffisien Prismatik
Merupakan perbandingan antara bentuk kapal di bawah sarat dengan sebuah
prisma yang dibentuk oleh bidang tengah kapal.berikut macam-macam nya.

L
disp
= . (L
PP
+ L
WL
) (1.2)
o
WL
= ( L
PP
x o
PP
) / L
WL
(1.3)
V
disp
= L
disp
x B x T x o
displ
(1.4)

R=
( ) | | ( ) t 25 . 0 1 / 5 . 0
m
A T B
(1.5)

Am = ( Bmld x T ) 2 ( R
2
(1/4) R
2
) (1.6)

| = Am / B x T (1.7)
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

4
4208100071

Coeffisien Prismatik of Perpendicular (C
p
/ m
PP
)


Coeffisien Prismatik of Water Line (C
p
/ m
WL
)


Coeffisien Prismatik of Displacement (C
p
/ m
displ
)



I.2. Curve of Section Area


Curve of Sectional Area /CSA (Gb. 2) adalah kurva yang menunjukan luasan
kapal pada tiap tiap station. Berdasarkan persentase luasan yang didapat dari
diagram NSP (Gb. 1 ) dikalikan dengan luasan midship, maka akan didapatkan luasan
kapal pada tiap stationnya.








Gb1 : diagram NSP
Caranya adalah mencari prosentase area per-station dengan menggunakan tabel
NSP yaitu dengan cara mengetahui nilai Vs/L
disp
dimana Vs dalam satuan knot dan
Ldisp dalam satuan feet , kemudian membuat garis datar dari angka tersebut dan
membuat titik temu antara garis datar tersebut dengan garis garis lengkung pada tabel
NSP, kemudian ditarik garis vertikal dari titik tersebut dan mendapatkan nilai area per-
m
PP
= o
PP
/ | (1.8)

m
WL
= o
WL
/ | (1.9)

m
displ
= o
displ
/ | (1.10)

Laporan Tugas Rencana Garis 2011

5
4208100071

station dalam persen.untuk mengetahui luasan tiap station maka dikalikan dengan luas
midship kapal. Setalah luasan di dapatkan barulah kita gambar luasan yang di dapat.







Gb 2 : Contoh Curve of Section Area (CSA)
I.3. Body Plan

Body Plan ( Gb. 3 ) merupakan proyeksi bentuk potongan potongan badan
kapal secara melintang pada setiap station dilihat dari depan atau belakang.
Potongan potongan badan kapal ini dibentuk berdasarkan data-data yang didapat
berdasarkan data-data Grafik A/2T dan B/2. Prinsip penggambaran pada body plan
yaitu bahwa terdapat dua garis lurus dan satu garis lengkung. Dua garis lurus pada
body plan yaitu waterline dan buttock line sedang garis lengkungnya yaitu
penggambaran setiap station. Untuk lebih jelas perhatikan gambar berikut:









Gb 3. Body Plan
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

6
4208100071

I.4. Half breadth Plan

Halfbreadth (Gb. 4) merupakan gambar irisan dari badan kapal bila dilihat dari
atas pada tiap garis air (water line). Gambar Halfbreadth Plan ini adalah suatu
gambar proyeksi dua dimensi bidang-bidang kapal secara horizontal memanjang jika
dilihat dari atas pada setiap garis air (water line). Gambar Halfbreadth merupakan
proyeksi dari bodyplam. Dari gambar ini nantinya bisa kita ketahui bentuk badan
kapal yang kita rencanakan streamline apa tidak. Penggambaran dari gambar ini
adalah hanya menggunakan separuh dari lebar kapal yang kita gambar karena pada
dasarnya, sebelah kanan maupun kiri haruslah seimbang. Jadi, kita tidak perlu
menggambar yang separuhnya lagi.







Gb 4 : halfbreadth plan

I.5. Sheer Plan

Sheer Plan (Gb. 5 ) adalah gambar kapal dilihat dari
samping,menggambarkan beberapa konstruksi kapal meliputi buttock line, main
deck, bulwark, poop deck, station-station serta bagian lainnya.pada sheer plan,
ukuran didapat dari proyeksi dari body plan serta half breadth plan. Pada gambar
sheer plan terdapat garis-garis proyeksi setiap butock line secara verikal memanjang
kapal yang berupa garis-garis lengkung, garis-garis body plan yang berupa garis-
garis vertikal, garis-garis half breadth plan yang berupa garis-garis horisontal.
Biasanya pada station-station paralel middle body dipotong dan dihilangkan yang
kemudian menjadi ruang kosong pada gambar. Ruang kosong ini kemudian diisi oleh
gambar body plan yang sebelumnya sudah digambar. Berikut ini adalah contoh
gambar penampang sheerplan dari kapal.


Laporan Tugas Rencana Garis 2011

7
4208100071







Gb 5 : Penampang Sheer plan

I.6. Geladak Utama, Geladak Akil dan Geladak Kimbul

Sudah disebutkan pada bagian di depan tadi bahwasanya gambar rencana garis
bertujuan untuk mengetahui bentuk body dari kapal yang akan dibangun tidak terkecuali
untuk bangunan atas dari kapal tersebut. Sehingga pada perencanaan awal atau pada
rencana garis ini dapat dimungkinkan untuk mendesain rencana atau rancangan dari
bangunan atas kapal yang akan kita buat. Untuk geladak utama, kita dapat membuatnya
lurus atau mengikuti aturan menggunakan sheer standar ( Gb. 6 ). Dimana perhitungan atau
rumus dari sheer standar ini adalah sebagai berikut:











Gambar 6 : sheer

Lalu untuk untuk membuat lengkung melintang, titik lenkung diletakkan di tengah
geladak utama atau center line. Besarnya titik lengkung ditentukan oleh lebar kapal sebagai
camber yang nilainya seperlimapuluh lebar geladak di setiap satuan memanjang kapal.




x = 2,8 (L
PP
/3 + 10)
y = 11,1 (L
PP
/3 + 10)
z = 25,0 (L
PP
/3 + 10 )

a = 5,6 (L
PP
/3 + 10)

b = 22,2 (L
PP
/3 + 10)

c = 50 (L
PP
/3 + 10)



(1.11)
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

8
4208100071

I.7. Bukaan Kulit (Shell Expansion )

Secara garis besar dalam perencanaan pembuatan kapal dibutuhkan pendesainan
yang akurat dan teliti, sehingga diperlukan petunjuk yang jelas terhadap pekerja pembuat
kapal agar hasil yang dicapai dapat maksimal seperti yang sudah di desain. Dunia modern
sekarang banyak berkembang teknologi yang canggih, sehingga apapun yang kita kerjakan
pasti tidak harus manual, namun ada alat-alat yang mendukung. Tetapi hal itu akan bernilai
percuma, apabila tidak didahului dengan rencana yang sesuai perhitungan, terutama dalam
pendesainan kapal, yaitu tidak hanya membutuhkan perencanaan bentuk kapal, namun juga
diperlukan rencana pemasangan pelat agar maksimal hasil yang tercapai dan meminimalisir
sisa pelat dalam pembuatan kapal. Rencana bukaan kulit merupakan petunjuk yang sangat
berguna bagi pekerja untuk mengetahui susunan pelat, ukuran pelat dan tebal masing-
masing pelat. Demikian juga saat perbaikan (pergantian) pelat kulit, dapat diketahui bagian
kulit kapal yang harus diganti (replating) sesuai peraturan yang diikuti.

Kita tahu bahwa tidak mudah dalam membuat kapal karena pelat kulit kapal
berbentuk lengkung sesuai bentuk badan kapal, maka diperlukan teknik khusus yang
digunakan untuk mendapatkan ukuran dan bentuk masing-masing lembar pelat secara
benar, terutama untuk pengukuran, pemotongan dan pembentukan pelat dari suatu pelat
datar yang disesuaikan dengan ukuran dan bentuknya di badan kapal. Ukuran pelat datar
haruslah sesuai dengan yang tersedia di gudang galangan atau di pasaran. Umumnya lebar
pelat standar adalah 1,5 m, 1,7 m, 2,4 m dan panjang pelat standar adalah 6 m, 9 m, 12 m.
Harus diusahakan agar sisa pelat terpotong sekecil mungkin.

Secara umum pelat kulit kapal terdiri dari lajur pelat membujur :
1. Pelat dasar (bottom plating) terdiri dari pelat lunas (keel plate), pelat pengapit lunas
(garboard strake) dan pelat bilga (bilge strake).
2. Pelat sisi kulit kapal (side shell plating) terdiri dari pelat sisi (side shell plating) dan
pelat lajur sisi atas (sheer strake)
3. Pelat sisi bangunan atas (superstructure) yang menerus dari pelat sisi kapal

Bukaan kulit (Gb. 8 ) dalam perancangan sangat berguna untuk penggantian plat
maupun untuk reparasi pada kapal untuk itu kita harus mengetahui beberapa hal tentang
pembagina sebuah plat dalam kapal berikut ini beberapa penjelasan tentang pembagian plat
di kapal :Contoh gambar di bawah ini adalah ukuran profil dan pelat pada penampang
melintang kapal di midship
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

9
4208100071










Gb7 : tipe-tipe plat
Berikut ini contoh gambar bukaan kulit dan pembagian tipe-tipe plat











Gb 8 : bukaan kulit














Pembujur geladak atas
Pelat lajur
sisi geladak
Pelat lajur sisi atas
(Sheerstrake)
Pelat sisi
Pelat lunas Pelat dasar
Bilge plate
Pelat bilga
Gading
Pelintang geladak Siku
Sekat gelombang
Pelat lajur tengah
Pelintang geladak
s s
s
s
s
s
s
Keterangan :
1. PELAT LUNAS (KEEL PLATE)
2. PELAT DASAR (BOTTOM
PLATE/ GARBOARD
STRAKE)
3. PELAT BILGA (BILGE PLATE)
4. PELAT SISI (SIDE PLATE)
5. PELAT LAJUR SISI ATAS
(SHEER STRAKE)
Note : Lebar Pelat Lunas, Pelat
Bilge, Sheer Strake plate:
b = 800 + 5L (mm)
L : panjang kapal (m)
Sheer Strake plate
max : 1800 mm
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

10
4208100071

BAB II
DETAIL LANGKAH DAN PERHITUNGAN
II.1. Penentuan Ukuran dan Dimensi lainnya

Seperti yang telah di jelaskan di bab I, dalam hal ini kita harus mencari data
kapal pembanding yang akan kita rancang . Kapal pembanding dapat dicari di buku
register, program register of ship dan situs dari berbagai negara. Dalam perancangan
ini kapal pembanding yang digunakan berasal dari kapal yang terdaftar di Bureau
Veritas. Berikut ini adalah ukuran dan dimensi kapal pembanding yang digunakan:


















Setelah didapat data kapal pembanding maka bisa ditentukan data kapal yang akan
dirancang sehingga dapat memudahkan dalam perancangan rencana garis ini, berikut
adalah data kapal yang akan dirancang;









Dari data di atas dapat kita hitung sebagai berikut:

- Length of Water Line (L
WL
)




Tipe Kapal : CONTAINER
Nama Kapal : INSULAR
Tahun Pembangunan : 1998
Tonnage Gross : 5599
Deadweight : 6700
Lpp :110 m
B :20 m
H :8.3 m
T :6.5m
Merk, tipe main engine : D : 4T - 9 cyl
Daya Motor : 5940 kW
RPM : 600 rpm
Kecepatan percobaan (Vt) : 16.5 kn

Length Between Perpendicular (L
PP
) : 120 m
Breadth Moulded (B) : 20 m
Depth Moulded (H) : 8.3 m
Design Draft (T) : 6.5 m
Service speeds :16.5 knot
Tipe kapal : CONTAINER
L
WL
= ( 1 + 5% ) L
PP
(2.1)
= ( 1 + 5% ) 142,30 m
= 117.6 m


Laporan Tugas Rencana Garis 2011

11
4208100071

- Length of Displacement (L
disp
)









Setelah nilai Vs/L
disp
diketahui dapat dicari nilai , , kapal tersebut dari
diagram NSP, berikut ini poin yang di dapat dari pembacaan diagram NSP



- Luas Am





II.2. Pembuatan Curve of Section Area

Untuk membuat CSA pertama-tama kita harus menarik garis lurus dari kolom Vs/L
disp
.
Dalam pembuatan CSA ini saya mendapatkan nilai Vs/L
disp
= 0.8 Sehingga dari angka 0.8
pada kolom Vs/L
disp
kita tarik garis lurus horizontal sepanjang diagram NSP. Setelah itu
didapatkan data seperti ini dari diagram NSP.

- Coeffisien Prismatik of Displacement ()
Diperoleh dari diagram NSP sebesar = 0.645

- Coeffisien Block of Displacement (o
displ
)
Diperoleh dari pembacaan diagram Nsp sebesar = 0.63

- Coeffisien of Midship ( )
Diperoleh dari diagram NSP sebesar = 0.9775

- Koefisien LCB ( e )
Diperoleh dari diagram NSP sebesar = -0.344
= 0.9775
=0. 63
=0.645
L
disp
= . (L
PP
+ L
WL
) (2.2)
= . (112 + 117.6)
= 114.8 m
= 376.640 ft

Vs/L
disp
= 16.6/ 376.640 (2.3)
= 0.85



Am = B x T x (2.4)
= 22,50 x 9,42x 0,9834
= 178.46 m
2

Laporan Tugas Rencana Garis 2011

12
4208100071



Gambar 2.1 Diagram NSP

Setelah nilai diketahui kita dapat menghitung luas midship ( Am ) dengan rumusan
Luas Am

B x T x = 20 x 6.5 x 0,9775
= 127.075 m
2

Pada tahap ini kita dapat menggunakan data-data yang diperoleh tadi untuk
dimasukkan kedalam tabel 2.1 yaitu tabel perhitungan dengan aturan simson seperti
dibawah ini. Berikut ini tabel pembacaan NSP

Tabel 2.1 Tabel hasil pembacaan NSP

No
Station
% Am
Am Luas (A) A Skala Fs A*Fs n A*Fs*n
0 0,00 127,0753 0,00 0,00 1 0 -10 0
1 9,70 127,0753 12,33 6,16 4 49,3052 -9 -443,747
2 25,20 127,0753 32,02 16,01 2 64,04593 -8 -512,367
3 44,30 127,0753 56,29 28,15 4 225,1773 -7 -1576,24
4 63,00 127,0753 80,06 40,03 2 160,1148 -6 -960,689
5 78,20 127,0753 99,37 49,69 4 397,4914 -5 -1987,46
6 88,80 127,0753 112,84 56,42 2 225,6856 -4 -902,743
7 94,70 127,0753 120,34 60,17 4 481,3611 -3 -1444,08
8 98,30 127,0753 124,91 62,46 2 249,8299 -2 -499,66
9 100,00 127,0753 127,08 63,54 4 508,301 -1 -508,301
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

13
4208100071

10 100,00 127,0753 127,08 63,54 2 254,1505 0 0
11 100,00 127,0753 127,08 63,54 4 508,301 1 508,301
12 98,50 127,0753 125,17 62,58 2 250,3382 2 500,6765
13 95,10 127,0753 120,85 60,42 4 483,3943 3 1450,183
14 88,10 127,0753 111,95 55,98 2 223,9066 4 895,6264
15 75,00 127,0753 95,31 47,65 4 381,2258 5 1906,129
16 58,50 127,0753 74,34 37,17 2 148,678 6 892,0683
17 40,50 127,0753 51,47 25,73 4 205,8619 7 1441,033
18 23,60 127,0753 29,99 14,99 2 59,97952 8 479,8362
19 7,90 127,0753 10,04 5,02 4 40,15578 9 361,402
20 0,00 127,0753 0,00 0,00 1 0 10 0

4917,304

-400,033

Hdisp = L disp / 20
= 114.8 / 20
= 5.74 m

Setelah luasan di dapat kita kemudian menggambar CSA dari data pada tabel 2.1 , berikut
ini gambar CSA dari pembacaan tabel 2.1.

















Gb 2.2 : CSA Ldisplacement

penggambaran CSA diatas masih menggunakan Length of Dispalcement (Ldisp)
dimana hanya ada 20 station. Dari tengah CSA displasemen kita tarik garis 1/2 Lwl kekiri
dan kekanan, ujung garis Lwl pada sebelah kanan kita tarik garis lagi sepanjang Lpp kearah
kiri, Lpp tersebut kita bagi 20 bagian, Sisa dari Lwl adalah can part yang kita bagi menjadi 2
bagian, setelah itu perlebar CSA displacement keujung garis Lwl sehingga ada luasan pada
tiap station data yang di dapat dari perluasan CSALdisplacement dapat dilihat di tabel 2.2.

Perhitungan dan gambar diatas adalah gambar CSA yang belum fix karena belum
dilakukan koreksi perhitungan antara volume dispaslment dan volume simpson, ataupun
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

14
4208100071

juga letak Lcb dari gambar tersebut, karena nantinya akan disesuaikan menjadi CSA Lwl
maka koreksi akan dilakukan setelah gambar disesuaikan. Berikut adalah perhitungan CSA
Lwl dan koreksi volume maupun letak titik tekan keatas (LCB).Koreksi yang dilakukan disini
berdasarkan dengan perhitungan shimpson baik volume, maupun LCB.

Tabel 2.2 Tebel Perhitungan CSA Lwl


No.St A skala A s A.s n A.s.n
-2 0 0 0.4 0 -10.8 0
-1 4.610 9.220 1.6 14.752 -10.4 -153.421
0 9.324 18.647 1.4 26.106 -10 -261.058
1 23.039 46.078 4 184.311 -9 -1658.801
2 39.487 78.973 2 157.946 -8 -1263.568
3 54.743 109.486 4 437.944 -7 -3065.608
4 66.931 133.862 2 267.725 -6 -1606.349
5 74.942 149.884 4 599.536 -5 -2997.680
6 79.826 159.652 2 319.304 -4 -1277.214
7 82.496 164.991 4 659.965 -3 -1979.894
8 83.249 166.498 2 332.996 -2 -665.992
9 83.249 166.498 4 665.992 -1 -665.992
10 83.249 166.498 2 332.996 0 0.000
11 83.249 166.498 4 665.992 1 665.992
12 83.249 166.498 2 332.996 2 665.992
13 83.249 166.498 4 665.992 3 1997.976
14 82.882 165.763 2 331.526 4 1326.106
15 79.408 158.816 4 635.266 5 3176.328
16 70.586 141.171 2 282.342 6 1694.052
17 56.419 112.838 4 451.354 7 3159.475
18 37.593 75.186 2 150.372 8 1202.976
19 18.477 36.954 4 147.814 9 1330.330
20 0.000 0.000 1 0.000 10 0.000
A.s 7663.226 A.s.n -376.351



Koreksi Volume wl :

V
WL
= L
WL
x B x T X
WL

= 117.6 x 20 x 6.5 x 0.615
= 9402.12 m
3

Vsimpson = x h
Lpp
x As
= x 5.6 x 5053.07
= 9432 m

Laporan Tugas Rencana Garis 2011

15
4208100071

Koreksi Vdispl = % 100 x
Vwl
Vwl Vsimp

= 0.32203 %
Nilai koreksinya memenuhi koreksi volume yaitu lebih kecil dari 0,5%


II.3. Pembuatan A/2T dan B/2

A/2T adalah perbandingan antara luasan tiap station dengan dua kali tinggi sarat
kapal, untuk mencari nilainya kita bagi luasan tiap station dengan nilai 2T. Setelah kita
mendapatkan nilai tiap station, maka langkah selanjutnya adalah proyeksikan titik-titik
tersebut dan hubungkan dengan command spline pada autocad. (jika gambar manual,
maka menggunakan mal)
Tabel 2.3 Tabel A/2T

No
Station A A/2T
-2 0 0,00
-1 4,24 0,33
0 9,06 0,70
1 25,08 1,93
2 48,56 3,74
3 72,28 5,56
4 92,92 7,15
5 108,44 8,34
6 117,68 9,05
7 123,24 9,48
8 126,26 9,71
9 127,08 9,78
10 127,08 9,78
11 126,34 9,72
12 123,7 9,52
13 117,9 9,07
14 106,46 8,19
15 87,92 6,76
16 66,5 5,12
17 44,76 3,44
18 22,86 1,76
19 8,7 0,67
20 0 0,00

Setelah gambar A/2T di dapat, gambar inilah yang menjadi acuan untk penggambaran B/2,
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

16
4208100071

B/2 adalah lebar dari keseluruhan kapal dibagi dua. Untuk menggambar B/2 langkah
pertama yang dilakukan adalah mencari sudut masuk kapal dengan menggunakan rumus
berikut :

f
=
Lpp
+ (1,4 +
Lpp
)x e %


diketahui :
e = 0.3 %

Lpp
=
disp
x (L
disp
/L
pp
)
= 0.63 x ( 114.8/112)
= 0.645
Maka didapat

f
=
Lpp
+ (1,4 +
Lpp
)x e %
= 0.645 + (1.40 0.645) x 0.3%
= 0.65


Angka dari
f
dimasukan kedalam grafik Angle of Entrance (gb : ) yang ada pada
softcopy mata kuliah Rancangan Garis dan didapatkan
f
= 1
0


Setelah didapatkan sudut masuk dapat dimulai menggambar B/2 seperti gambar 2.5 berikut
dan diukur dalam tabel 2.4 :












Gb 2.3 : grafik Angle of Entrance


Gb 2.4 : A/2T dan B/2




Laporan Tugas Rencana Garis 2011

17
4208100071

Table 2.4 Tabel B/2

No.St B/2 Fs B/2*Fs
-2 0 0,5 0
-1 1,91 2 3,82
0 2,55 1,5 3,825
1 3,96 4 15,84
2 5,32 2 10,64
3 6,916 4 27,664
4 8,01 2 16,02
5 9,0144 4 36,0576
6 9,55 2 19,1
7 9,84 4 39,36
8 10 2 20
9 10 4 40
10 10 2 20
11 10 4 40
12 9,81 2 19,62
13 9,34 4 37,36
14 8,48 2 16,96
15 7,21 4 28,84
16 5,75 2 11,5
17 4,26 4 17,04
18 2,86 2 5,72
19 1,5 4 6
20 0 1 0

435,3666


Setelah mendapatkan data seperti di atas maka langkah selanjutnya adalah
melakukan koreksi antara data hasil perhitungan dengan data yang didapat dari hasil
penggambaran garis air yang datanya terdapat pada tabel. Adapun koreksinya antara
A
WL
hitungan dengan A
WL
dari tabel hasil penggambaran garis air adalah sebagai berikut
- Koreksi A
WL

= 0,248 + 0,778
WL

= 0,248 + 0,778 (0,615)
= 0,72647
A
WL hitungan
= x B x L
wL

= 0.72647 x 20 x 117.6
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

18
4208100071

= 1627.293 m
2
A
WL tabel
= x y.s x h
= x 435.3666 x 5.6
= 2162.35 m
2
Koreksi Awl = % 100 x
Awl
Awl Awl
hitungan
hitungan tabel


= 0.118 %
Nilai koreksinya memenuhi yaitu kurang dari 0.5 %

II.4. Pembuatan Bentuk Linggi Halauan dan Buritan

2.4.1 Linggi Halauan

Pembuatan linggi halauan (stem) dalam gambar ini menganut pedoman dari handout
yang ada. Dijelaskan bahwa dalam perancangan design linggi harus memiliki sudut 15
0
.
Seperti pada gambar 2.5


Gambar 2.5 : Linggi Halauan


Setelah gambar linggi halauan selesai diteruskan ke bagian berikutnya yaitu linggi buritan
(stern) Linggi Buritan

Laporan Tugas Rencana Garis 2011

19
4208100071

Pembuatan linggi buritan memiliki 2 tipe yaitu tipe linggi buritan memakai sepatu
linggi dan tanpa sepatu linggi. Tetapi untuk penggambaran dalam kapal ini digunakan tipe
tanpa tinggi sepati seperti contoh dan syarat-syaratnya yang bisa dilihat pada gambar 2.6


Gambar 2.6 : Contoh Linggi Buritan Tanpa Sepatu Linggi

Setelah mengerti maksud pada gambar contoh. Maka perhitungan dan
penggambaran linggi buritan bisa dilakukan. Untuk perhitungan-perhitungannya seperti
pada tabel 2.5
Tabel 2.5 Tabel Perhitungan Linggi

Diameter Propeller 0.60 T 3.9
Poros Propeller

0.12 T 0.78
Jarak dasar thd garis tengah poros

0.33 T 2.145
Jarak antara sumbu poros kemudi thd ujung poros 0.35 T 2.145

Setelah itu digambar sehingga didapatkan gambar 2.7 seperti berikut:










Gambar 2.7 : Linggi Buritan
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

20
4208100071

II.5. Pembuatan Body Plan

Pengertian dari BodyPlan adalah proyeksi bentuk potongan-potongan kapal secara
melintang pada tiap-tiap station yang dilihat dari depan atau belakang. Potongan potongan
badan kapal ini dibentuk berdasarkan data-data yang didapat berdasarkan data-data Grafik
A/2T dan B/2 dengan cara sebagai berikut.

- Mamboed penampang dengan luasan B x T
- Membagi penampang tersebut menjadi 2 bagian
- Mengukur titik-titik B/2 dan A/2T tiap station pada garis panjang (B
m
) yang diukur
dari garis tengah. Untuk station 0-10 diukurkan pada penampang sebelah kiri dan
pada penampang sebelah kanan untuk station 11-20.Untuk titik titik A/2Tdibuat
garis vertical ke bawah setinggi T dan untuk titik titik B/2 dibuat lengkungan
lengkungan Body Plan yang streamline.

Jari-jari bilga merupakan kelengkungan sebelah kanan dan kiri bawah kotak. Jari-jari
bilga ini juga merupakan kelengkungan Body Plan pada station -station yang memiliki nilai
B/2 maksimum, Jari jari ini didapat dari rumus
R = . { (BxT) Am } / ( 1 )
R = . { ( 20 x 9,42 ) 208,43 } / ( 1 - x 3.14 )
R = 2,8605
Dalam perancangan BodyPlan ada ketentuan khusus dalam proses penggambarannya.
Yaitu pada kesamaan luas pada tiap bidang yang dibentuk. Untuk lebih jelasnya dapat
diperhatikan gambar 2.9 dibawah ini.









Gambar 2.9 : Contoh Luasan Bodyplan

Luas pada arsiran A1 harus sama dengan A2 agar seimbang. Untuk perhitungan
penyamaannya dalam AUTOCAD menggunakan bantuan hatch, sehingga dapat diketahui
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

21
4208100071

luas tiap-tiap bidang pada setiap station. Setelah cara-cara pembuatan Bodyplan dipahami
maka penggambaran Bodyplan dapat dimulai. Sehingga setelah selesai dapat dilperoleh
gambar bodyplan. Hasil Bodyplan dari Tugas Design 1 ini dapat dilihat pada gambar 2.10












Gambar 2.10 : Gambar Bodyplan


II.6. Pembuatan Halfbreadth Plan

Half breadth plan adalah gambar irisan-irisan kapal apabila dilihat dari atas pada
setiap garis ari atau waterline. Untuk membuat half breadth plan, pada kotak Body Plan
dibuat garis horizontal yang disebut sebagai garis water line (WL). Garis garis ini memiliki
ketinggian tertentu yang diukur mulai dari garis dasar pada Body Plan . Pada kapal ini
terdapat 9 buah water line yaitu : 0 m WL; 0.5 m WL; 1 m WL; 2 m WL; 3 m WL; 4 m WL; 5
m WL; 6 m WL; 8 m dan 9,42 m WL
Selanjutnya diukur jarak tiap kurva masing masing station dengan center line untuk
tiap water linenya.Kemudian dari ukuran-ukuran tersebut dibuat grafik atau kurva yang
stream line untuk masing masing WL. Apabila kurva yang dibuat tidak stream line maka
dilakukan perubahan pada Body Plan. Kurva kuva ini menggambarkan bentuk separuh
kapal yang dilihat dari atas.Pada WL sarat grafik atau kurva nya akan sama dengan grafik
B/2.
Selain prosedur membuat half breadth, kita perlu membuat garis kontrol lagi yang
disebut sent line. Sent Line dibuat dengan cara menarik garis diagonal pada kedua sisi Body
Plan dimulai dari center line kesisi bawah center line dan diukur jarak tiap kurva section
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

22
4208100071

dengan titik awal garis diagonal tadi. Gambar Half Breadth Plan secara utuh dan sent line
dapat dilihat pada gambar 2.11 .


Gambar 2.11 : Gambar HalfBreadth Plan

II.7 Pembuatan Sheer Plan

Sebelum membuat sheer plan kita harus tau apa yang mendasari dari pembuatan
sheer plan itu sendiri, yang pertama kita harus mengetahuinya adalah buttock line.
Buttock line adalah garis yang menyatakan bentuk irisan kapal jika dibuat dari
samping. Pembuatannya adalah berdasarkan data pada half breadth plan

Caranya adalah pertama kita bagi lebar kapal menjadi 4 bagian yang sama baik
pada body plan maupun pada half breadth plan. Lalu dari perpotongan antara garis-garis
lurus itu dengan garis-garis air (water lines), kita proyeksikan ke sheer plan, dengan cara
menarik garis lurus ke atas. Garis-garis vertikal ini jika dipotongkan dengan garis-garis air
(water lines) pada sheer plan yang sesuai pada half bread plan, maka akan terbentuk titik-
titik yang jika dihubungkan akan terbentuk buttock line.

Tiap-tiap garis baik pada water line maupun pada buttock line harus mempunyai bentuk
yang fair dan stream line. Jika tidak, maka harus dirubah supaya bisa fair dan stream line.
Tentu saja perubahan ini akan berpengaruh pada bagian-bagian sebelumnya, misalnya
merubah body plan.Dapat dilihat pada gambar 2.12

Gambar 2.12 : Gambar Sheer Plan
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

23
4208100071

Di belakang Midship

x = 2,8 (L
PP
/3 + 10)
= 2,8 (112/3 + 10)
= 130 mm
y = 11,1 (L
PP
/3 + 10)
= 11,1 (112/3 + 10)
= 530 mm
z = 25 (L
PP
/3 + 10)
= 25 (112/3 + 10)
= 1180 mm

II.8. Pembuatan Geladak Utama, Geladak Akil dan Geladak Kimbul

II.8.1 Membuat Sheer Standart

Untuk membuat sheer standart maka L
PP
dibagi menjadi 6 bagian. Pembagian
tersebut meliputi 3 bagian di depan Midship dan 3 di belakang midship. Masing-
masing digaris dan dibuat sesuai dengan ukuran peraturan sheer standart untuk
kapal container sebagai berikut :
Gambar 2.13 Gambar Geladak Utama



Pembuatan gambar di atas melalui perhitungan sebagai berikut


















II.8.2 Perencanaan Geladak Akil

Forecastle deck adalah deck untuk menghalau atau mencegah air laut masuk yang
berada pada haluan kapal. Dimana perencanaannya yaitu setinggi 2,4-2,5 m diatas Upper
deck side line, dan panjangnya dimulai dari linggi haluan sampai collision bulkhead. ( jarak
collision bulkhead dari FP adalah 0,05 0,08 Lpp ). Dan untuk gambarnya dapat dilihat
pada gambar 2.15 dibawah ini.
Di depan Midship

a = 5,6 (L
PP
/3 + 10)
= 5,6 (112/3 + 10)
= 270 mm
b = 22,2 (L
PP
/3 + 10)
= 22,2 (112/3 + 10)
= 1050 mm
c = 50 (L
PP
/3 + 10)
= 50 (112/3 + 10)
= 2370 mm

Laporan Tugas Rencana Garis 2011

24
4208100071










Gambar 2.14 Gambar Geladak Akil



II.8.3. Perencanaan Geladak Kimbul

Poop deck adalah super structur yang berada pada bagian buritan kapal. Fungsinya sama
seperti Forecastle pada haluan. Perencanaannya adalah setinggi 2,4-2,5 m diatas Upper
deck side line.








Gambar 2.15 Gambar Geladak Kimbul

II.8.4. Perencanaan Bulwark

Bulwark adalah pagar yang ada di sekeliling kapal. Tinggi Bulwark pada Upper deck
side line dan Forecastle adalah 1 m. Sedangkan pada Poop deck tingginya 0,1-0,2 m.
Sebagian dari Forecastle juga memiliki Bulwark yang tingginya0,1- 0,2 m. Setelah semua
perencanaan bangunan atas selesai, maka langkah selanjutnya adalah memproyeksikan
bangunan atas tersebut ke Body Plan dan Half Breadth Plan.

Setelah keseluruhan gambar yang menjadi syarat-syarat untuk membentuk proyeksi
kapal telah dilakukan menuju BodyPlan dan Halh Breadth Plan maka akan didapatkan
sebuah gambar yang utuh memperlihatkan sebuah kapal.

Note:
1. Jarak gading pada buritan sampai tabung poros maksimum A
maks
< 600mm.
2. Jarak gading pada daerah sekat tabung poros kearah depan mengikuti rumus :
Ao = Lpp/500 + 0.48 Ao < 1000mm
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

25
4208100071

3. Berdasarkan hasil perhitungan dengan memasukkan nilai Lpp sebesar 120 m,
maka diperoleh jarak gading pada daerah sekat tabung poros kearah depan
sebesar 700 mm (setelah dibulatkan)
4. perhitungan jarak sekat tabung poros, sekat kamar mesin, sekat tubrukan adalah
sebagai berikut

:

Sekat tabung poros :
Perhitungan sekat dimulai dari AP dan menggunakan jarakgading maksimal 600 mm
0.35T = 0.35 x 7.994
= 2.7979 m atau dibulatkan menjadi 3 m = 5 jarak gading

Sekat tabung poros minimal 3 jarak gading dari 0.35T namun diambil 4 jarak gading
dari 0.35T, jadi terletak pada gading ke 10 dari AP yang jaraknya :
Jarak sekat tabung poros = 4 x 0.6 m
= 2.4 m atau 4 jarak gading

Jadi total jarak dari AP ke sekat tabung poros adalah 3 m + 2.4 m = 5.4 m ~ 9
jarakgading. (terletak pada no gading 9)

Sekat kamar mesin :
Jarak gading apada kamar mesin kedepan maksimal 1m dengan rumus diperoleh
Ao = Lpp/500 + 0.48
= 120/500 + 0.48
= 0.726 m dibulatkan menjadi 0.7 m untuk jarak gadingnya


Jarak sekat kamar mesin dari AP adalah antara 17% - 20% Lpp

(17-20)% Lpp dari AP = (20.4-24)m

Sedangkan jarak sekat kamar mesin dari sekat tabung poros adalah

= (15 -18.60)m
= (21.4286-26.5714)jg

Diambil 25 jarak gading atau 17.5 m terletak pada no gading 34


Sekat tubrukan/ collusion bulkhead :

Sekat ini terletak pada 0.05 0.08 Lpp dari FP dan terletak pada nomor gading antara
keduanya

(5-8)%Lpp = (6. - 9.6)m

Dengan acuan letak kamar mesin yaitu pada no gading 34 (22.9 m dari AP) atau
dengan kata lain letak kamar mesin yaitu 97.1 m dari FP . Letak Collision Bulkhead dari
kamar mesin yaitu (91.1 - 87.5) m atau (130.143 - 125) jg . Diambil jarak gading dari kamar
mesiin hingga Collision Bulkhead yaitu sebesar 130 jarak gading atau 91 m . Jadi, letak
Collision Bulkhead dari AP yaitu pada nomor gading 164


Laporan Tugas Rencana Garis 2011

26
4208100071

II.9. Detail Pembuatan Bukaan Kulit

Dalam penyelesaian permasalahan bukaan kulit ini, perlu dilakukan perhitungan agar
dalam pembuatan kapal, khususnya pemasangan pelat dapat dikerjakan secara maksimal
dan hasilnya akurat. Untuk mendukung dalam perencanaan bukaan kulit, maka dibutuhkan
beberapa hala yang harus ada karena perencanaan dapat terlaksana apabila hal yang
dibutuhkan dibawah ini dapat dipenuhi, yaitu:
1. gambar rencana garis (lines plan)
2. rencana konstruksi (construction plan / steel plan).
Bahan diatas sangatlah berpengaruh dalam terlaksananya perencanaan bukaan kulit kali ini,
agar perencanaan yang dhasilkan dapat sesuai dengan aturan-aturan pemasangan pelat
yang terdapat dalam BKI. Adapun beberapa tahap yang harus diperhatikan dalam
perencanaan bukaan kulit pada kapal, yaitu:

II.9.1 Pembagian Gading Sepanjang Kapal

Dalam tahap ini, pembagian gading disepanjang kapal harus sesuai dengan aturan
dalam BKI, yaitu untuk jarak gading yang terdapat dibelakang after peak bulkhead dan
didepan collision bulkhead diharuskan maksimal 600 mm, sedangkan untuk jarak gading
yang terdapat diantara after peak bulkhead dan colllision bulkhead harus sesuai dengan
aturan perhitungan yang disyaratkan oleh BKI, yaitu:

a
o
=

+ .

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat seperti gambar dibawah ini :








Bagian buritan kapal Bagian haluan kapal
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

27
4208100071

Setelah mengetahui cara seperti, maka sesuai tahap tersebut dilakukan pembagian
gading sesuai aturan diatas, dan hasilnya seperti gambar dibawah ini :








Gambar Bagian Midship Hingga Buritan kapal








Gambar Bagian Midship Hingga Haluan Kapal

II.9.2. Proyeksi Gading-Gading Ke Dalam Body Plan
Setelah mengetahui Letak gading yang telah dibuat sesuai aturan BKI, maka
dilakukan proyeksi gading-gading tersebut kedalam gambar body plan, dan untuk
hasilnya dapat dilihat seperti dibawah ini:

WL 0
WL 0,5
WL 1
WL 2
WL 3
WL 4
WL 5,458
WL 6,915
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

28
4208100071

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemnggambaran bukaan kulit ini adalah :
1. Penumpu tengah dan penumpu sisi (centre girder, side girder),pelantaian (floor),
gading melintang (transverse framing) dan senta sisi (side stringer), gading
membujur (longitudinals) dan pelintang (transverses), tanktop, pondasi motor
induk, platform di kamar mesin, sekat melintang dan membujur (bulkhead),
geladak kedua dan seterusnya (untuk kapal lebih dari satu geladak) dan
konstruksi lainnya.
2. Harus diperhatikan jenis konstruksi kapal: melintang, membujur atau campuran.
Hal ini berhubungan dengan syarat Klasifikasi tentang jarak minimum antar
sambungan pelat dengan alur las lainnya yang berdekatan. Hal ini diatur dalam
BKI volume II section 19: Welded Joints.
3. Untuk daerah tengah kapal yang parallel middle body dapt diusahakan
pemakaian pelat yang selebar mungkin.

II.9.3 Perhitungan panjang setiap gading pada body plan

Kemudian setelah menyelesaikan proyeksi gading-gading kedalam gambar
body plan, maka dilakukanlah perhingan panjang didetiap gadingnya, yang berfungsi
untuk penentuan ukuran pelat yang akan dipasang agar sesuai denga ketentuan
BKI. Namun sebelum menghitung panjang tersebut, maka dilakukan pembagian
garis yaitu ditandai tiap perpotongan dengan konstruksi lainnya misalkan tanktop,
senta, selanjutnya lengkung gading (half girth) dibeberkan ke garis dasar. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat seperti gambar dibawah ini :










II.9.4 Penggambaran Alur Pelat Yang Akan Di Pasang

Setelah menyelesaikan tahap diatas, maka akan diketahui lebar pelat disetiap
sisi-sisi kapal, yang akan tergambar dengan membentuk sebuah alur pemasangan






c




b


Laporan Tugas Rencana Garis 2011

29
4208100071

pelat. Dalam praktek penggambarannya secara jelas dapat dibuat lajur-lajur pelat
dimulai dengan pelat lunas (keel), pelat dasar (bottom plating: lajur A, B, C dan D),
dilanjutkan dengan pelat bilga (bilge plating: lajur E) dan pelat sisi (side plating: lajur
F, G, H, I, J, K) diakhiri pelat lajur sisi lajur atas (sheerstrake). Untuk tahap
penggambarannya awalnya pada beberan half girth di bidang dasar, dapat dimulai
menggambar lajur pelat, tidak melebihi ukuran pelat datar, mulai pelat lunas, pelat
dasar, pelat bilga, pelat sisi dan pelat lajur sisi atas, stelah pelat lunas lajur ditandai
a, b, c dan seterusnya. Sambungan lajur baik yang membujur (seam) maupun
melintang (butt) tidak boleh dekat dengan alur las dari hubungan konstruksi lain
dengan pelat kulit, misal gading, senta, platform dll. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
seperti gambar dibawah ini :







II.9.4. detail perhitungan tentang plat dan bukaan kulit

Dalam Penggambarannya juga diperlukan perlukan perhitungan yang detail agar
gambar yang dihasilkan dapat akurat dan teliti. Maka untuk perhitungannya sesuai dengan
aturan dalam BKI, yaitu:

a) Tinggi center girder
= 350 +45
= 350 +4520 = 1205 = 1.2

b) Tebal Bottom Plate
Setelah mengetahui nilai dari tinggi center girder, maka dilakukan perhitungan tebal
bottom plate sesuai dengan aturan dalam BKI yang terdapat di section 6,B 1.2. Dan
untuk mengetahui ketebalannya maka dilakukan beberapa perhitungan pada istilah-
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

30
4208100071

istilah yang terdapat dalam rumus tebal bottom plate, sehingga untuk pengerjaannya
dapat dilihat seperti tahap-tahap dibawah ini:
1.
0
= 10.75
300
100

1.5

= 10.75
300 105,8496
100

1.5
= 8,045

2.
0
= 2.1 +0.7
0

. .



= 2.1 0.72 + 0.7 8,045 1 1 0,75 = 17,993
3. Sesuai aturan BKI section 6,C 5.2 bahwa untuk kapal yang nilai L terletak
diantara 100 m sampai 150 m , maka perhitungan nilai x/L yaitu:

= 0,6 +0,001
= 0,71
4. Untuk selanjutnya, sesuai dengan BKI section 4, B, tabel 4, maka perhitungan
yang dilakukan:

= 1.0 +
20

0,7
2
= 1,003

5.

= 10 +
0



= 10 6,915 +17,993 1,003 = 87,197
Perhitungan diatas sesuia dengan peraturan dalam BKI di section 4, B, 3
6.

=
2

3
2

0.89

230

2
0 0.89
120

230
1

2
0 0.89
120
1
= 123,2
DalamPerhitungandiatas, sesuaidenganperaturanBKIdisection 6, B, 1.2
7.
0
=

500
+ 0.48 = 0.7

Untuk tebal plat yang digunakan,menggunakan rumusan :
Laporan Tugas Rencana Garis 2011

31
4208100071

1
= 18.3

+
= 18.3 1 0.7
87,197
123,2
+1.5 = 12,277

2
= 1.21

+

= 1.21 0.787,197 1 + 1.5 = 7,91

Di ambil nilai terbesar dari
1
dan
2

Sehingga di dapat nilai ketebalan dari Bottom Plate adalah 12

c) Tebal Keel Plate
=

+2.0

= 12 + 2 = 14

d) Lebar Bilge Strake

= 800 + 5
= 800 + 5105,8496 = 1330 = 1.3
Untuk lebar dari Sheer Strake sama dengan Bilge Strake dengan ketentuan lebar
maksimum adalah 1800 mm










Laporan Tugas Rencana Garis 2011

32
4208100071

BAB III
GAMBAR RANCANGAN


III.1. Gambar CSA, A/2T dan B/2



III.2. Gmabar Body Plan

Laporan Tugas Rencana Garis 2011

33
4208100071

III.3. Halfbreat Plan



III.4. Gambar Sheerplan







Laporan Tugas Rencana Garis 2011

34
4208100071

III.5. Frame pada body plan dan Bukaan kulit





















Laporan Tugas Rencana Garis 2011

35
4208100071

III.6. gambar bukaan kulit

Laporan Tugas Rencana Garis 2011

36
4208100071


III.7. Gambar keseluruhan

You might also like