You are on page 1of 2

POTENSI WISATA DI MADIUN

Kali ini saya bakal ngomongin kota kecil kelahiran saya, Madiun. Kalo disebut kata madiun kira-kira apa yang ada di benak orang-orang ya ? sambal pecel brem industri kereta apiemmm? Bicara soal potensi wisata, emang sih ngga banyak yang bisa ditawarkan. Berbeda dengan tetangga sebelah Kabupaten Magetan, secara topografi Madiun berada di dataran rendah jadi ngga ada panorama pegunungan atau agrowisata. Tidak juga seperti Pacitan, karena secara geografis Madiun tidak berbatasan dengan laut/ selat manapun jadi jangan bermimpi bisa berjemur kecuali jemur pakaian :-p Madiun itu unik, berpotensi sebagai kota transit karena terletak di jalur persimpangan antara Jakarta, Solo-Surabaya, Pacitan, Ponorogo-Surabaya, dan Magetan-Surabaya. Mungkin itulah salah satu sebab pembangunan ekonomi sektoral lebih dititik beratkan. Bayangkan di kota kecil ini, berdiri megah 5 mall dengan slogannya sebagai wisata belanja. (?!!!@#...) Sebenarnya ada beberapa tempat public sih yang kalo saja dimaksimalkan bisa menambah PAD kota Madiun. Sebut saja alun-alun kota yang letaknya di depan gedung Pemerintah Kabupaten Madiun (aneh ngga gedung Pemkab di tengah-tengah kota ?). alun-alun bisa jadi alternative rekreasi keluarga sebenarnya. Apalagi di pendoponya ada fasilitas hotspot, lumayan kan buat free internet acces meski loadingnya sering lemot hehe Cuma yang sedikit mengganggu adalah keberadaan bapak/ibu PKL di sekeliling alun-alun yang bikin pemandangan jadi semrawut ngga teratur. Padahal uda ada tempat khusus pedagang di jalur timur yang kayaknya dicuekin aja tuh sama PKL apa karena biaya sewa yang mahal?. Selain itu gepengnya alamakkayak naik kereta ekonomi deh. Pokoknya siapin receh yang banyak karena tiap 5 menit kita bakal didatangi kalo ngga sama pengemis ya mas-mas yang bawa genjrengan gitu, mintanya rada maksa lagi Negative side lainnya adalah image alun-alun sebagai tempat mojok muda mudi weks. Ga asyik banget kalo lagi jalan-jalan trus disuguhi tontonan unpolite kayak gitu. Image inilah yang bikin banyak warga termasuk saya jadi jarang maen ke alun-alun. Kalo ditanyain orang, Mau kemana mba ?, Ke alun-alun. Pasti deh langsung negative mikirnya, padahal mungkin ke alunalun pengin nyobain hotspot.

Truz menyoal solusi buat pengoptimalan asset kota ini, seperti bisa ditebak, pihak-pihak terkait saling lempar tanggungjawab. Kabag Perekonomian Pemkot bilang tugas ini uda didelegasikan ke Depperindagta. Kepala depperindagta bilang tugas satpol PP buat mengamankan PKL sama gepeng. Satpol PP bilang eksekusi nunggu perintah dari atasan. Terus muter-muter ngga tau ujungnya. Pengelolaan ini kan ngga Cuma tugas satu dinas aja, butuh kerjasama dari semua pihak termasuk keterlibatan masyarakat. Dispenda juga jangan Cuma mengedepankan pembangunan mall- mall aja yang bikin masyarakat jadi tambah konsumtif. Saya rasa yang terpenting memang komitmen dan konsistensi untuk menjaga asset yang sudah ada. Penertiban PKL n gepeng jangan Cuma setaun sekali biar ada efek jera. Kondisi tanaman dan rumput juga perawatannya bisa lebih dimaksimalkan, yah meskipun kualitasnya ngga sebagus dan sehijau rumput di stamfordbridge paling engga ada kesan terawatt lah. Bagus lagi kalo ada satpam yang jaga, biar bisa menegur pengunjung yang lagi mojok di tempat umum. Buat masyarakat sendiri juga jaga kebersihan, jangan sampe pergi ninggalin sampah. Kan ngga keren banget kalo orangnya cakep tapi jorok hiyy.

You might also like