You are on page 1of 26

Metabolisme Zat Gizi

1. 2. 3. 1. 2. 3.

Penyerapan (absorpsi) adalah proses dimana produk hasil pencernaan ditransportasikan melewati dinding usus dan kemudian ke aliran darah atau saluran limfatik untuk komponen pangan yang larut lemak. Sebagian besar zat gizi hasil pencernaan akan ditransportansikan ke saluran darah dan sebagian kecil pertama-tama akan masuk ke dalam sistem limfatik dan baru kemudian ke saluran darah. Usus kecil dapat dibagi menjadi tiga segmen: Duodenum Jejunum Ileum Yang mengontrol penyerapan zat-zat gizi dalam usus adalah sel-sel epitel (permukaan) dari mikrovili Zat-zat gizi yang diserap melalui beberapa macam cara, yaitu: Difusi pasif Difusi fasilitas (facilitated diffusion) Transpor aktif Sebagian besar zat gizi diserap oleh usus melalui mekanisme difusi fasilitas dan tranpor aktif.

Karbohidrat diserap sebagai monosakarida pada bagian duodenum dan jejunum usus halus. Glukosa dan galaktosa melewati mikrovili dan masuk ke dalam aliran darah dengan cara transpor aktif, sedangkan fruktosa dengan cara difusi. Hasil pencernaan sukrosa dan laktosa yang berupa fruktosa dan galaktosa akan diubah oleh sel-sel hati menjadi glukosa. Faktor yang mempengaruhi penyerapan karbohidrat: - Hormon insulin, yang akan meningkatkan transpor glukosa ke sel-sel jaringan. - Tiamin, piridoksin, asam pantotenat dan hormon tiroksin, mempunyai peranan yang besar dalam penyerapan dan metabolisme karbohidrat. Glukosa dibawa ke hati melalui pembuluh darah vena porta, setelah itu disebarluaskan ke seluruh jaringan tubuh yang memerlukannya.

Terdapat lima jalur metabolisme glukosa: glikolisis, yaitu perubahan glukosa menjadi asam piruvat Glukoneogenesis, yaitu sintesis glukosa dari sumber nonkarbohidrat (asam lemak, asam amino, asam organik) 3) Glikogenesis, yaitu pembentukan glikogen dari glukosa 4) Glikogenolisis, yaitu pemecahan glikogen menjadi glukosa 5) Jalur pentosa fosfat, yaitu perubahan glukosa menjadi pentosa. Jika kebutuhan sel-sel tubuh akan glukosa lebih besar dari yang tersedia dalam darah atau glikogen, maka sumbersumber non karbohidrat seperti protein (asam-asam amino), gliserol dan asam-asam lemak, akan diubah menjadi glukosa (glukoneogenesis). Bila kadar glukosa darah meningkat (melebihi batas normal), maka sel-sel beta pankreas akan melepaskan insulin. Bila kadar glukosa darah menurun (lebih rendah dari batas normal), maka sel-sel alfa pankreas akan melepaskan glukagon.
1) 2)

a. b. c. d.

Metabolisme lemak dimulai dengan proses hidrolisis lemak (trigliserida) dari pangan yang dikonsumsi oleh enzim lipase (dari pankreas), menghasilkan monogliserida, asam-asam lemak bebas dan gliserol. Gliserol diserap usus dan ditransportasikan melalui saluran darah ke hati, selanjutnya gliserol tersebut dimetabolisasi seperti karbohidrat untuk membentuk asam piruvat. Fosfolipoda dan kolesterol yang berasal dari pangan yang dikonsumsi juga akan digabungkan dengan kilomikron dan ditransportasikan sama seperti halnya trigliserida. Lemak (trigliserida) yang berasal dari kilomikron yang ditansportasikan oleh hati (dalam bentuk VDL) digunakan oleh sel-sel jaringan tubuh untuk berbagai macam keperluan, yaitu: Sebagai sumber energi Sebagai cadangan energi (disimpan sebagai trigliserida dalam jaringan adiposa) Digabungkan ke dalam struktur sel (misalnya membran sel) Digunakan untuk sintesis senyawa tubuh yang esensial (vitamin, enzim, hormon, dll)

Asam lemak di dalam hati dapat dimetabolisme sebagai berikut: 1. Dsimpan sebagai lemak (trigliserida) di dalam hati 2. Dioksidasi melalui jalur beta-oksidasi menghasilkan asetil-KoA, kemudian dioksidasi sempurna menghasilkan karbon-dioksida (CO2) dan air (H2O) serta energi (ATP) 3. Apabila oksidasi tidak berjalan sempurna, akan dihasilkan ketone bodies dan akan terdapat dalam darah 4. Asetil Ko-A dapat disintesis menjadi kolesterol di dalam hati, yang selanjutnya dapat diubah menjadi asam empedu atau hormon steroid. 5. Diubah menjadi lipoprotein (VLDL), kemudian berada dalam plasma darah untuk ditransportasikan 6. Dikeluarkan dari hati sebagai asam lemak dan masuk ke dalam darah. Sebagian besar asam lemak disimpan sebagai trigliserida (trigliserol) dalam sel-sel jaringan adiposa (sekitar 16% dari berat badan merupakan trigliserida).

Lipoprotein merupakan gabungan antara lemak (trigliserida), fosfolipida, kolesterol (bebas dan esterkolesterol) serta protein. Terdapat empat macam lipoprotein: 1. Kilomikron (chylomicrons) yang dibentuk dalam usus dan ditransportasikan ke hati. 2. Very low density protein (VLDL) yang merupakan hasil perubahan dari kilomikron di dalam hati dan berfungsi untuk mentransportasikan trigliserida ke jaringan 3. Low density lipoprotein (LDL) yang terbentuk dari VLDL setelah melepaskan trigliserida ke jaringan 4. High density lipoprotein (HDL) yang disintesis oleh hati dan berfungsi untuk mengangkut kolesterol dari jaringan kembali ke hati. Kilomikron merupakan lipoprotein terbesar (sekitar 100 1000 nanometer) tetapi densitasnya paling rendah. Kilomikron berfungsi untuk mentransportasikan trigliserida dan kolesterol yang diserap oleh usus ke hati dan jaringan ekstra-hepatik.

Tahap-tahap reaksi dalam jalur sintesis lemak meliputi: Aktivasi (karboksil asetil-KoA) Pemanjangan rantai karbon (elongasi) pada jalur malonil-KoA, yang terdiri dari: a) tahap kondensasi b) tahap reduksi c) tahap dehidrasi d) tahap reduksi berikutnya. Asam lemak disimpan untuk digunakan dalam bentuk trigliserida dalam semua sel, terutama adiposit dalam jaringan adiposa. Trigliserida (triasil-gliserol) terdiri atas molekul gliserol pada mana tiga asam lemak diesterifikasi. Fosfolipida adalah suatu lipida seperti halnya trigliserida, tetapi pada rantai karbon gliserol nomor 3 terdapat senyawa fosfat dan senyawa basa. Klasifikasi fosfolipida adalah: 1. fosfatidil-kolin (PC) 4. fosfatidil-inositol (PI) 2. Fosfatidil-etanolamin (PE) 5. fosfatidil-gliserol (PG) 3. Fosfatidil-serin (PS) 6. difosfatidil-gliserol (DPG)
1. 2.

a. b. c.

Plasmalogen adalah eter gliserol fosfolipida. Tedapat tiga kelas plasmalogen utama yaitu: plasmalogen-kolin Plasmalogen-etanolamin, banyak terdapat dalam mielin otak Plasmalogen-serin, banyak terdapat dalam jaringan jantung. Spingolipida terdiri dari grup polar sebagai kepala dan grup non-polar sebagai ekor. Sebagai inti sfingolipida adalah amino alkohol rantai panjang yang dikenal sebagai sfingosin. Yang tergolong sebagai sfingolipida adalah sfingolemielin dan glikosfingolipida (serebrosida, sulfatida, globosida dan gangliosida). Sfingolipida merupakan komponen semua membran, terutama di dalam myelin sheath. Glikosfingolipida atau disebut juga sebagai glikolipida tersusun dari seramid sebagai tulang belakang dengan berbagai macam grup karbohidrat (mono- atau oligosakarida) yang terikat pada atom karbon 1 spingofin. Kelas-kelas utama glikosfingolipida adalah : serebrosida, sulfatida, globosida dan gangliosida.

Protein diserap melalui dinding usus sebagai asam-asam amino dan dialirkan melalui saluran darah (vena porta) ke hati. Asam-asam amino tersebut diserap dengan cara difusi aktif menggunakan protein pembawa (carrier protein) dan dengan bantuan Na-pump. Di dalam hati asam-asam amino tersebut dimetabolisasi: a. Disintesis menjadi protein, kemudian akan menjadi protein hati atau protein plasma (darah) b. Ditransportasikan dalam darah sebagai asam amino bebas kemudian dapat digunakan oleh jaringan lain (ekstra-hepatik) untuk disintesis menjadi protein, atau c. Digunakan sebagai sumber energi (ATP) setelah mengalami deminasi, kemudian akan menghasilkan urea yang akhirnya akan dibuang oleh ginjal bersama urine.

Tipe Asam Amino Netral (mono-aminomono-karboksilat)

Jenis Asam Amino Aromatik (Tirosin, Triptofan, Fenilalanin) Alifatik (Serin, Threonin, Valin, Leusin, Isoleusin) Metionin, Histidin, Glutamin, Aspargin, Sistein

Mekanisme Absorpsi

Difusi aktif, Na-dependent SANGAT CEPAT

Di-amino (basa)

Lisin, Arginin, Ornitin, Sistin

Difusi aktif, partially Nadependent CEPAT


Menggunakan carrier, difusi aktif, partially Nadependent CEPAT Difusi aktif, Na-dependent LAMBAT

Dikarboksilat

Glutamat, Aspartat

Asam Imino, Glisin

Prolin, Hidroksiprolin, Glisin

a. b. c.

d.

Asam-asam amino yang diserap oleh usus halus dapat digunakan untuk: Sintesis protein tubuh Sintesis senyawa lain yang mengandung nitrogen (misalnya purin, pirimidin) Mengalami proses deaminasi dengan melepaskan gugus amino (NH3) yang kemudian akan disintesis menjadi urea dan diekskresikan bersama urine; rangka karbonnya akan membentuk asetil Ko-A atau asam piruvat atau senyawa intermediet siklus Krebs dan kemudian dimetabolisme untuk menghasilkan energi (ATP) Asam piruvat atau senyawa intermediet siklus Krebs diubah menjadi glukosa (proses glukoneogenesis). Asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh disebut sebagai asam amino esensial, sedangkan yang dapat disintesis oleh tubuh disebut sebagai asam amino non-esensial. Sintesis protein adalah proses di mana sel memproduksi protein dan merupakan proses sangat kompleks yang menyangkut hampir semua organel sel.

Secara

garis besar, sintesis molekul protein oleh suatu sel merupakan hasil dari dua proses: 1. Proses pertama, yang disebut sebagai transkripsi, terjadi di dalam inti sel (nukleus) dan menyangkut pembentukan mRNA (messenger RNA) sebagai komplemen dari rantai DNA spesifik. 2. Proses kedua disebut sebagai translasi, berlangsung di dalam sitoplasma, dan pada akhirnya menghasilkan molekul protein spesifik berdasarkan informasi genetik yang dibawa oleh mRNA.

Semua vitamin tidak mengalami pencernaan, yang benar adalah pencernaan makanan yang dikonsumsi baik dalam lambung maupun dalam usus halus, membantu melepaskan vitamin dari makanan agar dapat diserap oleh usus. Vitamin larut lemak diserap dalam usus bersama dengan lemak atau minyak yang dikonsumsi. Vitamin diserap oleh usus melalui proses dan mekanisme yang berbeda. Yang paling berbeda adalah proses penyerapan antara vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, dan K) dengan vitamin larut air (vitamin C dan vitamin B kompleks)

Jenis Vitamin Vitamin A, D, E, K dan betakaroten Vitamin C Vitamin B1 (Tiamin)

Mekanisme penyerapan Dari micelle, secara difusi pasif, digabungkan sengan kilomikron, diserap melalui saluran limfatik Difusi pasif (lambat) atau menggunakan Na+ (cepat) Difusi pasif (apabila jumlahnya dalam lumen usus sedikit), dengan bantuan Na+ (bila jumlahnya dalam lumen usus banyak) Difusi pasif Difusi pasif atau menggunakan Na+ Difusi pasif Menggunakan Na+ Dengan bantuan faktor intrinsik (IF) dari lambung

Vitamin B2 (Riboflavin) Niasin Piridoksin Folasin (Asam Folat) Vitamin B12

Vitamin A Vitamin A diserap oleh usus dari micelle secara difusi pasif, kemudian digabungkan dengan kilomikron dan diserap melalui saluran limfatik lalu bergabung dengan saluran darah dan ditransportasikan ke hati. Vitamin A yang tidak digunakan oleh sel-sel diikat oleh protein pengikat retinol seluler (cellular retinol binding protein) kemudian sebagian diangkut ke hati, kemudian digabungkan dengan asam empedu dan diekskresikan ke usus halus lalu dikeluarkan dari tubuh melalui fases. Prekusor vitamin A dari pangan nabati yang utama ada empat yaitu -, -, dan -karoten serta kriptosantin. Vitamin D Vitamin D dari makanan diserap pada bagian atas usus halus. Setelah diserap vitamin D digabungkan dengan kilomikron dan diangkut dalam sistem limfatik. Dari sistem limfatik, vitamin D dilepaskan dari kilomikron dan masuk ke saluran darah. Di dalam plasma darah vitamin D diikat oleh suatu protein transpor (vitamin Dbinding protein, DBP; atau globulin 2). Melalui saluran darah tersebut, vitamin D dtransportasikan ke hati dan dikonversi menjadi kalsidiol kemudian dari hati kalsidiol ditransportasikan ke ginjal. Sebagian vitamin D yang tidak digunakan oleh tubuh akan dieksresikan sebagai bagian dari asam empedu melalui feses.

Vitamin E Karena bersifat larut dalam lemak vitamin E akan lebih mudah diserap usus bila tedapat lemak serta dalam kondisi tubuh yang mempermudah penyerapan lemak. Tokoferol dari makanan diserap oleh usus digabungkan dengan kilomikron dan ditransportasikan ke hati melalui sistem limfatik dan saluran darah. Dari hati vitamin E akan disebarkan ke sel-sel jaringan tubuh melalui saluran darah. Di dalam plasma darah tokoferol bergabung dengan lipoprotein (terutama VLDL). Organ tempat penyimpanan vitamin E antara lain hati, jaringan adiposa, otak dan lipoprotein. Vitamin K Seperti halnya vitamin larut lemak lainnya, penyerapan vitamin K dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi penyerapan lemak (yaitu antara lain terdapatnya asam empedu) dan sekresi pankreas yang diperlukan untuk penyerapan vitamin K). Sekitar 40-70% vitamin K dalam makanan dapat diserap oleh usus. Jalur transportasi vitamin K adalah sebagai berikut: digabungkan dengan kilomikron, diangkut melalui saluran limfatik, kemudian melalui saluran darah ditransportasikan ke hati. Setelah disirkulasikan beberaoa kali, vitamin K dimetabolisme menjadi komponen larut air dan produk asam empedu terkonjugasi.

Grup Vitamin B Sebagian besar grup vitamin B dapat diserap langsung oleh usus lalu masuk ke saluran darah. Vitamin B tidak dapat disimpan di dalam tubuh, kelebihan yang dibutuhkan oleh tubuh akan dikeluarkan menjadi urine. Vitamin B1 (Tiamin) Tiamin diserap langsung oleh usus dan masuk ke dalam saluran darah. Dalam jumlah kecil, tiamin diserap melalui proses yang memerlukan energi dan bantuan natrium, sedangkan dalam jumlah besar diserap secara difusi pasif. Vitamin B2 (Riboflavin) Riboflavin terdapat di dalam bahan pangan sebagai FMN (flavin mononukleotida), FAD (flavin adenin dinukleotida) dan riboflavin bebas. Organ yang paling banyak menyimpan vitamin B2 adalah hati (1/3 dari total riboflavin tubuh), dan organ lainnya adalah jantung dan ginjal. Sebagian besar riboflavin diserap bersama makanan (60%) dibandingkan penyerapan tunggal (15%). Ekskresi riboflavin terutama melalui urine setelah ginjal melakukan reabsorpsi dan sebagian kecil diekskresikan bersama asam empedu.

Niasin (Nikotinamid, Asam Nikotinat) Niasin diserap dengan cepat pada bagian atas usus halus secara difusi pasif, lalu masuk ke dalam sistem sirkulasi dan mencapai seluruh sel yang berkaitan koenzimnya. Kelebihan niasin akan dimetilasi dan diekskresikan melalui urine dalam bentuk N-metil nikotinamid. Sebagian kecil diekskresikan dalam bentuk asam nikotinat atau nikotinamid. Asam Pantotenat (Vitamin B5) Di dalam bahan pangan, vitamin B5 terdapat dalam bentuk bebas maupun terikat sebagai koenzim. Bentuk terikat dihidrolisis oleh pirofosfatase dan fosfatase dalam usus untuk melepas vitamin ini. Bentuk asam pantotenat bebas selanjutnya diserap dari mukosa usus halus oleh sistem transpor spesifik dan memerlukan bantuan natrium. Setelah diserap, lalu masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditanspor ke berbagai jaringan yang berhubungan dengan bentuk koenzim ini. Vitamin B5 terkonsentrasi pada seluruh jaringan yang aktivitas metabolismenya tinggi seperti hati, adrenal, ginjal, otak dan jantung.

Biotin Pencernaan protein dari makanan yang mengandung biotin terikat akan menghasilkan biositin. Enzim biotinidase yang ada pada cairan pankreatik dan dalam mukosa usus akan memecah biositin menjadi biotin. Hanya biotin bebas yang dapat diserap oleh usus. Biotin diserap melalui proses mediasi sodium dependent, elektronetral, dan kemungkinan akumulasi karena gradien konsentrasi. Biotin bebas diambil oleh sel melalui transpor aktif. Asam folat (folasin) Sebelum folasin dapat diserap, asam glutamat harus dipisahkan terlebih dahulu. Folasin asam glutamat + asam pteroat (dapat diserap). Tahapan reaksi ini terjadi di dinding usus. Setelah diserap, asam pteroat diangkut ke dalam sel kemudian bergabung lagi dengan asam glutamat. Asam glutamat asam pteorat folasin. Piridoksin (Vitamin B6) Piridoksal fosfat bentuk aktif koenzim dapat dibentuk baik dari piridoksin, piridoksal ataupun piridoksamin yang bersikulasi di dalam darah (terikat pada albumin). Sekitar 50% piridoksin terkonsentrasi di dalam otot.

Vitamin B12 Penyerapan vitamin B12 dibantu oleh intrinsic factor suatu mucoprotein yang disekresikan oleh sel-sel parietal dinding lambung yang berfungsi untuk melekatkan vitamin B12 pada selsel permukaan usus. Penggabungan vitamin B12 dengan intrinsic factor dikatalisis oleh Ca. Setelah diserap, vitamin B12 masuk ke dalam aliran darah digabungkan dengan protein transport, transcobalamin. Efisiensi penyerapan vitamin B12 menurun dengan : a) meningkatnya umur, b) defiisensi piridoksin, c) defiisiensi zat besi, d) hypothyroidism. Vitamin C Vitamin C diserap usus dengan cara difusi sederhana atau dengan cara transpor aktif (Na-dependent active transpor mechanism) Efisiensi penyerapan oleh usus menurun dengan meningkatnya jumlah vitamin C yang dikonsumsi. Vitamin C diserap usus melalui mekanisme : a) Difusi pasif atau b) mekanisme transpor aktif Na-dependent. Kemudian bersikulasi di dalam darah dan mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Penyerapan vitamin C tergantung pada dosis konsumsi; semakin tinggi dosis ternyata penyerapannya semakin rendah.

1. 2. 3. 4.

Seperti halnya vitamin, mineral tidak mengalami perubahan dalam saluran pencernaan, tetapi proses pencernaan makanan akan membebaskan mineral, sehingga lebih mudah diserap oleh usus. Pada umumnya mineral memerlukan carrier (pembawa) untuk dapat diserap oleh usus, serta memerlukan ATP dan atau bantuan Na-pump, kecuali magnesium yang dapat diserap oleh usus halus secara difusi pasif. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan mineral oleh usus antara lain: Faktor intrinsik, regulasi homeostatis Kesehatan individu Senyawa yang terkandung dalam makanan (fitat, serat pangan, tanin, oksalat) Penyakit yang mempengaruhi waktu transt makanan di dalam usus, misalnya setelah lambung mengalami operasi, pH di dalam usus halus (gangguan pada pankreas) dan integritas mukosa usus (contohnya pada penderita penyakit celiac sprue)

Natrium (Na)

Kalium (K)

Sebagian kecil diserap dalam lambung tetapi sebagian besar diserap secara cepat dalam usus kecil. Penyerapan natrium dilakukan menggunakan proses aktif yang memerlukan energi. Natrium yang diserap ditransportasikan oleh darah ke ginjal untuk disaring dan diekskresikan sehingga kadar dalam darah tetap rendah sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pada prinsipnya seluruh kalium yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi dapat diserap oleh usus. Penyerapan terutama terjadi di usus halus. Usus besar juga mampu melakukan penyerapan kalium secara aktif melalui proses yang diperantai oleh H,K-ATPase Penyerapan kalsium merupakan proses yang kompleks, dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: jumlah kalsium dalam makanan, ketersediannya (kalsium dapat terikat oleh fitat, oksalat, dll), umur, jenis kelamin, obata-obatan yang dikonsumsi dan zat gizi lain. Penyerapan kalsium dari lumen usus dan diteruskan ke saluran darah, memerlukan protein-pembawa (calcium-binding protein) yang terdapat pada dinding usus. Dari saluran darah, kalsium disebarkan ke seluruh jaringan tubuh yang memerlukannya. Faktor-faktor yang membantu penyerapan kalsium: vitamin D, keasaman lambung, laktosa, kebutuhan tubuh akan Ca, Faktor yang menghambat penyerapan kalsium: asam oksalat, asam fitat, lemak, ketidakstabilan emosi, peningkatan mottilitas saluran pencernaan, dan fisik kurang gerak.

Kalsium (Ca)

Fosfor (P)
1) 2)

Magnesium (Mg)

Fosfor diserap sepanjang usus halus, dan jejunum merupakan tempat penyerapan yang paling aktif. Fosfor diserap melalui dua mekanisme: Transpor aktif yang melibatkan natrium Difusi pasif Penyerapan fosfor dipengaruhi oleh sistem endokrin dan interaksi dengan substansi lain di dalam lumen usus. Metabolisme fosfat diatur oleh tiga hormon: hormon paratiroid (PTH), vitamin D (1,25-(OH)2D3) dan kalsitonin. Magnesium diabsorpsi dalam usus halus, menggunakan protein-pembawa atau difusi pasif. Metabolisme Mg dikontrol oleh kelenjar tiroid, sehingga penyerapan Mg meningkat bila terjadi sekresi hormon paratiroid (sebagai akibat adanya penurunan kadar Mg dalam serum). Mg dari cairan pankreas hampir semuanya dapat diabsorpsi oleh usus. Penyerapan terjadi pada bagian duodenum usus halus yang diregulasi tergantung dari kebutuhan tubuh. Setelah diserap oleh usus, Fe diangkut oleh darah dan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh dalam keadaan terikat pada protein tranferrin ke dalam jaringann.. Bentuk Fe tereduksi (ferro) lebih mudah diserap dibandingkan bentuk Fe teroksidasi (ferri). Serat pangan misalnya selulosa dapat menurunkan penyerapan Fe sebesar 12%. Asam fitat dapat membentuk kompleks yang tidak larut denan Fe, sehimgga tidak dapat diserap.

Zat besi (Fe)

Iodium

Tembaga (Cu)

Iodium diperlukan tubuh untuk sintesis hormon tiroid, yaitu tiroksin dan triidotironin yang berfungsi antara lain untuk mengontrol: konsumsi oksigen, pertumbuhan dan kerja sistem syaraf pusat. Iodium diserap ke dalam darah melalui saluran pencernaan dan diambil oleh kelenjar tiroid, lalu digunakan untuk sintesis hormon tiroksin. Tiroksin masuk ke dalam darah, kemudian dibawa ke sel untuk mengatur metabolisme. Penyerapan dilakukan dalam lambung dan bagian duodenum usus kecil, dan dilaksanakan dengan bantuan metallothionien yaitu suatu protein pengikat tembaga yang juga berfungsi sama dengan penyerapan cadmium (Ca) dan seng (Zn). Sebaliknya dari Fe, penyerapan Cu akan menurun bila konsumsi vitamin C meningkat. Sebagian Cu serum ditansportasikan ke tulang (bone marrow) dan digunakan untuk sintesis eritrokuprein (bentuk Cu dalam sel darah merah). Sebagian fluor dari makanan atau minuman diserap oleh lambung dan sebagian lagi oleh usus kecil. Dari 90% F yang diserap, setengahnya dikeluarkan lagi dan setengah bagian lainnya digunakan sebagai bagian integral tulang dan gigi. Selain dalam darah, F juga terdapat dalam jaringan (lunak), saliva, susu dan darah janin; yang konsentrasinya lebih rendah.

Fluor (F)

Mangan (Mn) Proses penyerapan mangan mirip dengan Fe, yang jumlahnya sekitar 34 % dari jumlah yang terdapat dalam makanan. Untuk transpor Mn dalam darah diperlukan protein khusus disebut transmanganin. Sekitar 10-20 mg Mn disimpan sebagai cadangan (terkonsentrasi dalam pankreas, tulang, hati dan ginjal) Jumlah Mn dalam tubuh dapat dikontrol dengan cara mengatur jumlah yang diekskresikan ke asam empedu dan melalui urine (dalam jumlah lebih sedikit). Peningkatan kalsium dan zat besi dapat menurunkan penyerapan Mn.

Seng (Zn)

Selenium (Se)

Seng diserap pada usus halus bagian atas, kemudian ditransportasikan ke dalam aliran darah. Seng yang tidak terserap dan Zn yang disekresikan oleh cairan pankreatik diekskresikan melalui feses. Dalam jumlah kecil, Zn dikeluarkan melalui urin dan respirasi.

Pada manusia, laju penyerapan Se, baik dalam bentuk selenite maupun selenometionin cukup tinggi. Dalam menggunakan percobaan model kinetika, dengan dosis 200 g menunjukkan hasil bahwa selenite dan selenometionin, berturut-turut dapat diserap sampai 84 dan 98%. Secara fisiologis homeostatis Se tidak diatur melalui penyerapan, namun lebih pada pengaturan sekresi Se melalui urine.

You might also like