You are on page 1of 14

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI ANALITIK

PENENTUAN INDEKS KEPEDASAN, INDEKS PENGEMBANGAN, DAN KADAR TANIN DALAM SIMPLISIA

Disusun Oleh : SHIFT KAMIS / Kelompok 4

Nenden S.Z. Neng Anny T. Sarah Astuti Fenny Pujiastuti Nila

10704103 10704105 10704107 10704108 10704110

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI ANALITIK Program Studi Sains dan Teknologi Farmasi SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007

PENENTUAN INDEKS KEPEDASAN, INDEKS PENGEMBANGAN, DAN KADAR TANIN DALAM SIMPLISIA

I.

Tujuan Menentukan mutu / kualitas kepedasan dari simplisia Capsicum frutescent. Menentukan kadar tanin simplisia Psidium guajava Menetukan indeks pengembangan simplisia daun Jati Belanda.

II.

Teori Dasar Cabai memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi karena memiliki protein, karbohidrat, lemak, Calsium, Fosfor, Besi, Vitamin A, B, C. Kapsaisin dapat dipakai sebagai Rubifasien dalam sediaan Linimentum untuk pengobatan gejala reumatik karena memberikan rasa hangat dan dipakai sebagai obat gosok, balsam atau koyo. Sayangnya kapsaisin tersebut merupakan iritan kuat,

pemakaian diperlama dapat menyebabkan insensitivitas stimulus nyeri dan menginduksi kerusakan serabut saraf sensori primer Kapsaisin memiliki nama lain yaitu N-[(4-hidroksi-3-

metoksifenil)metil]-8-metil-6-nonemida. Strukturnya

O H3CO NH HO

Ekstrak cabe banyak digunakan sebagai bahan aktif dalam sediaan obat gosok dan tonik rambut.Simplisia lain yang memiliki aktifitas kepeddasan adalah jahe yang banyak dignkan dalam indusrti muniman sehat,permen dan antirematik.Penentuan indeks scoville merupakan standardisasi kandungan zat pedas yang terdapat dalam suatu simplisia.

Tanin dinamakan juga asam tanat dan asam galotanat, ada yang tidak berwarna tetapi ada juga yang berwarna kuning atau coklat. Asam tanat mempunyai berat molekul 1.701, Tanin terdiri dari sembilan molekul asam galat dan molekul glukosa (Harborne, 1984)Tanin merupakan substrat kompleks yang berada pada beberapa tanaman. Tanin memiliki campuran polifenol yang sulit untuk dipisahkan karena substrat ini sulit untuk mengkristal, mudah teroksidasi dab berpolimerisasi dalam larutan dan kelarutannya dalam pelarut sangat rendah. oleh karena itu untuk memisahkan atau mengisolasikan senyawa tanin sangat sulit. Tanin juga dapat menyamak kulit dengan cara mengikat protein menjadi tahan terhadap enzim proteoilitik. Tanin terbagi menjadi 2 kelas secara kimia yaitu berdasarkan adanya gugus fenolik yang tercakup pada masingmasing kelas. Kelas pertama terdiri asam gallic yang berhubungan dengan ikatan polyhidrik yang merupakan esterifikasi dari glukosa. Sedangkan kelas kedua menujukkan yang merupakan nonhydrooable yang juga mengandung gugs fenol tetapi jarang yang berikatan dengan karbohidrat dan protein. Atau lebih dikenal dengan kelas yang terkondensasi dan kelas yang terhidrolisis. Kedua kelas in ini tersebar luas pada alam. Banyak simplisia tumbuhan yang mempunyai aktivitas karena

kemampuannya mengembang terutama tanaman yang mengandung gom, musilago. ectin, dan hemiselulosa.

Indeks pengembangan didefinisikan sebagai volume dalam mL yang diambil dari pengembangan 1 gram bahan dalam kondisi tertentu. Pemelitian didasarkan pada penambahan air terhadap simplisia (rajangan atau serbuk). Dengan menggunakan gelas uur berskala bahan dikocok berulang selama satu jam dan biarkan selama waktu tertentu. Volume campuran dalam mL kemudian dibaca. III. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan : 1. Gelas ukur 2. Gelas kimia 3. Pipet 4. Labu ukur 5. Kertas saring 6. Tabung reaksi

7. cawan penguap 8. timbangan 9. penangas air 10. corong 11. pipet 50 ml

Bahan-bahan yang digunakan : 1. Capsicum frutescent 2. Larutan sukrosa 10% 3. simplisia Guazumae folium 4. kulit sapi

IV. Cara Kerja a. Penentuan Indeks Kepedasan Pembuatan sampel : Masukkan 1 g sampel ke dalam 50 mL labu takar encerkan dengan alkohol hingga 50 mL dan kocok keras-keras, biarkan bagian yang tidak larut mengendap. Pembuatan larutan sukrosa : Larutan sukrosa 10% b/v dibuat dalam air. Pembuatan larutan standar : Tambahkan 0,15 mL preparat sampel ke dalam 140 mL larutan gula dan campur. Larutan ini mengandung 240.000 satuan pedas scoville. Larutan uji : Bila sampel oleoresin diklaim mengandung lebih dari 240.000 satuan, dibuat satu atau lebih pengenceran menurut tabel dibawah ini : Unit Scoviille Larutan standard (mL) 360.000 480.000 600.000 720.000 840.000 960.000 20 20 20 20 20 20 Larutan Sukrosa (mL) 10 20 30 40 50 60

1.080.000 1.200.000 1.320.000 1.440.000 1.560.000 1.680.000 1.800.000 1.920.000 2.040.000

20 20 20 20 20 20 20 20 20

70 80 90 100 110 120 130 140 150

Bila sampel diklaim mengandung kurang dari 240.000 satuan scoville, dibuat satu atau lebih pengenceran berikut : Unit Scoviille Larutan standard (mL) 100.000 117.500 170.000 205.000 .0.15 0.15 0.15 0.15 Larutan Sukrosa (mL) 60 70 100 120

Digunakan 3 panel yang sudah berpengalaman dengan metode ini. Masing-masing panel diperintahkan untuk merasa 5 mL larutan yang telah diteteskan pada kertas saring sampai etanolnya kering. Sampel memenuhi syarat bila dua daritiga panelis merasakan pedas pada tenggorokannya.

b. Penentuan Indeks Pengembangan Lakukan pengujian secara bersama-sama dengan tidak kurang dari 3 penentuan. Tambahkan 1 gram simplisia ke dalam gelas ukur. Tambahkan 25 mL air dan kocok setiap interval 10 menit selama 1 jam. Biarkan selama 3 jam pada suhu kamar.

Ukur volume dalam mL yamng ditempati oleh simplisia, termasuk bagian musilago yang kental. Hitung rata-rata dari ketiga tabung.

c. Penentuan Kadar Tanin timbang 2 g serbuk simplisia, rebus dengan air dan didihkan selama 30 menit. Didihkan dan pindahkan dalam labu takar 250 ml dan sesuai volumenya dengan air dingin, saring. Tentukan bahan pengekstraksi dengan mengeringkan 50 ml ekstrak hingga kering dan panaskan pada 105 C hingga bobot tetap. Ambil 80 ml eksrtak dan tambahkan 12 g kulit sapi dan kocok selama 30 menit. Saring dan uapkan hingga 50 ml filtrat kering dan keringkan pada oven selama 105 C Tentukan kelarutan hanya dengan menggunakan aquadest 80 ml dengan 12 g kulit, dan kocok selama 30 menit. Saring dan uapkan hingga 50 ml filtrat kering dan keringkan pada oven selama 105 C

V.

Data Pengamatan a. Penentuan Indeks Kepedasan Mula-mula digunakan sampel yang merupakan larutan standar (mengandung 240.000 satuan scoville) dan semua panelis tidak

merasakan pedas. Maka sampel diklaim mempunyai indeks kepedasan kurang dari 240.000 satuan scoville maka dibuat pengenceran sebagai berikut : Satuan Scoville 100.000 117.500 170.000 205.000 Larutan sampel (ml) 0.15 0.15 0.15 0.15 Larutan sukrosa (ml) 60 70 100 120

Setelah dilakukan pengenceran didapat bahwa pada pengenceran pertama 2 dari 3 panelis merasakan sensasi pedas.Maka indeks

schovile adalah 100.000

b. Penentuan Indeks Pengembangan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Rata-rata = 9,1 mL = 9,5 mL = 10.9 mL = (9,1 + 9,5 + 10,9)mL : 3 = 9,83 mL

c. Penentuan Kadar Tanin

VI. Pembahasan Capsicum frutescent ( Cabai jawa atau rawit jawa )memiliki rasa pedas yang disebabkan oleh senyawa kapsaisinoid yang terdiri dari kapsaisin, dihidrokapsaisin, homokapsaisin, homodihidrokapsaisin dan

nordihidrokapsaisin, dimana komponen utamanya adalah kapsaisin. Kapsaisin disintesis dan diakumulasi pada jaringan plasenta yaitu tempat menempelnya biji, maka dari itu bagian terpedas pada cabai adalah pada bijinya. Tetapi adanya rasa pedas pada kulit buah (perikarp) disebabkan oleh karena adanya hubungan antar jaringan tersebut sehingga tetap akan berasa pedas. Metode yang digunakan untuk penentuan indeks kepedasan yaitu dengan cara pengenceran larutan sample hingga mencapai konsentrasi ambang pedas yang dinyatakan sebagai 240.000 satuan pedas Scoville. Sampel yang digunakan untuk penentuan indeks kepedasan pada percobaan ini yaitu cabe rawit jawa(Capsiumi frutescent). Pada saat larutan uji dirasakan oleh 3 panelis tidak ada satupun yang merasakan sensasi pedas sehingga kami melakukan pengenceran tahap dua

dengan asumsi penggunaan larutan sampel yang lebih banyak dari larutan standar. Pada pengujian ini kami tidak melakukan uji kepedasaan menggunakan 5 ml standar karena standar ini mengandung etanol.Metode yang kami gunakan adalah dengan menyerap larutan uji dan standar pada kertas saring sehingga etanol dapat menguap dan yang tersisa hanya kapsaisin dari cabe rawit jawa ini.Hal ini yang menyebabkan semua panelis tidak merasakan pedas pada larutan standar yang dinyatakan dalam 240.000 satuan pedas scoville. Pada pengenceran pertama yang menggunakan 0.15 ml sample dan 60 ml larutan sukrosa 2 dari 3 panelis merasakan sensasi pedas.Sehingga kami menyimpulkan bahwa indeks kepedasa dari Capsicum frutescent ini adalah 100.000 satuan scoville. Pada percobaan ini digunakan larutan sukrosa yang berfungsi sebagai pembanding. Pada konsentrasi larutan sample yang sama, terjadi penambahan larutan sukrosa, semakin bertambah larutan sukrosa, maka akan semakin besar kekuatan Scoville, karena sukrosa memiliki fungsi untuk menghapuskan pedas, rasa pedas yang masih terasa pada penambahan sukrosa yang semakin bertambah menandakan bahwa sampel tersebut memiliki kekuatan Scoville yang besar, begitu juga dengan sebaliknya. Kapsaisin merupakan hasil dari metabolit sekunder pada tanaman cabai yang digunakan dalam pertahanan melawan herbivora.Kapsaisin murni bersifat hidrofobik, tidak berwarna,tidak berbau, berbentuk kristal sampai seperti malam. Kapsaisin pada umumnya digunakan pada sediaan topikal untuk meredakan nyeri pada periferal neuropathi.Konsentrasi yang digunakan antara 0.025 %dan 0.075%.Sensasi terbakar dan sakit dari kapsaisin ditimbulkan oleh interaksi kimia dengan saraf sensori.Kapsaisin yang merupakan golongan vaniloid akan berikatan dengan reseptor vaniloid reseptor subtipe 1 (VR1).VR1 adalah reseptor tipe ion channel.VR1 juga dapat distimulasi oleh panas dan abrasi fisik memungkinkan kation nmelewati membran sel dan kemudian masuk ke sel jika reseptor ini terstimulasi Indeks pengembangan merupakan volume dalam mL yang diambil dari pengembangan 1 gram bahan dalam kondisi tertentu. Pengembangan ini terjadi

karena simplisia uji mengandung gom, musilago, pektin, dan hemiselulosa yang merupakan komponen mayoritas dinding sel primer dari simplisia uji. Percobaan dilakukan berdasarkan pada penambahan air terhadap simplisia baik dalam bentuk rajangan atau serbuk (dalam percobaan yang dilakukan, simplisia yang diguakan adalah daun Jati Belanda dalam bentuk rajangan). Dengan gelas ukur berskala bahan dikocok berulang Selma satu jam dan biarkan selama waktu tertentu. Volume campuran dalam mL kemudian dibaca. Dari rataan tiga tabung percobaan diperoleh indeks pengembangan daun Jati Belanda sebesar 9,83 mL. Berikut data mengenai simplisia uji yang digunakan pada percobaan ini: Daun Jati Belanda

Latin Indonesia English

: Guazuma ulmifolia var. Tomentosa / G. Tomentosa : Jati londo : Bastard cedar

Familia Sinonim

: Sterculiaceae : C-ulmifolia Lamk Guazuyna tomentosa Kunth

Nama Simplisia

: Gliazumae Folium; Daun Jati belanda.

Wilayah

Tanaman ini berasal dari negara Amerika yang beriklim tropis. Tanaman ini tumbuh secara liar di wilayah tropis lainnya seperti di pulau Jawa.

Uraian Tanaman : Pohon ini tumbuh cepat dengan tingginya mencapai 10 - 22 m dan biasanya tumbuh di hutan-hutan. Bunganya berwarna kuning berbintik-bintik merah.Daunnya berbentuk jantung dan berbulu pada bagian bawah. Buahnya buah keras, beruang lima dan berwarna hitam. Berbiji banyak berwarna kuning kecoklatan dan berlendir dan rasanya agak manis.. BSebagai anggota keluarga Sterculiaceae tanaman ini tertutup oleh rambut berupa bintang. Pohon coklat {theobroma cacao) dan jangkang termasuk keluarga itu.

Kandungan kimia : Kulit tumbuhan ini mengandung zat-zat : minyak lemak, glukosa, asam damar, lendir dan zat yang rasanya pahit. Daunnya mengandung zat-zat : alkaloida, damar dan zat samak.

Kegunaan : Di beberapa negara bagian dalam kulitnya dipakai sebagai obat untuk penyakit cacing dengan penyakit kaki gajah. Air masakan kulitnya dipakai sebagai obat untuk menciutkan urat darah. Di Indonesia air masakan daun banyak dipakai untuk meIangsingkan tubuh. Apabila takaran daun dan biji berlebih maka akan mengakibatkan kerusakan usus. Akibatnya akan menyebabkan mencret atau radang usus yang dapat membahayakan jiwa. Air masakan biji yang telah dibakar dan digiling halus sangat berguna karena dapat menciutkan urat darah, untuk mengobati penyakit-penyakit perut lainya. Kulitnya mengandung 10% zat lendir, 9,3% damar-damaran, 2,7% tannin, beberapa zat pahit, glukose dan asarn Iemak.

Kegunaan lain : 1. Nyeri perut 2. terlalu gemuk (daunnya) atau pelangsing

3. Batu rejan (daun / buahnya) 4. Sukar keluar keringat 5. Kaki bengkak gatal berair (kulitnya) Tanin merupakan senyawa kompleks yang sering kali ditemukan pada tanaman, terutama tanaman obat, karena tanin ini memiliki beberpa efek yang dapat digunakan bagi efek farmakologi tubuh. Secara kimia, tanin memilki komponen polifenol yang sulit sekali untuk diisolasikan karea sulit untuk mengkristal. Namun ada cara lain yaitu secara kromatografi dimana dapat mengidentifikasi senyawa polifeno walaupun dalam jumlah yang kecil sehingga dapat mengetahui keadaan tanin pada tanaman. Polifenol Tanin dapat diilarutkan dengan protein yaitu dengan melepaskan enzym

proteolitiknya. Ketika tanin berikatan dengan jaringan hidup dikenal dengan istilah astringent dan membentuk efek therapeutik pada tubuh. Efek theraupetik ini jelas terlihat pada saluran gastrointestinal dan pada penyamakan kulit, oleh karena itu tanin dapat digunakan pada luka bakar. Guazuma ulmifolia Namk atau sering dikenal sebagai jati belanda merupakan Famili Sterculiaceae. Merupakan tanaman liar yang tumbuh liar di hutan pada ketinggian 700-1200 , bagian pada tanaman ini yang sering dugunakan adalah Daun ; Kulit kayu ; Buah, dan memilki kada tanin, lendir, zat pahit dan damar yang memilki kasiat sebagai Diaforetik; Tonik;

Astringen. Secara tradisional, tumbuhan ini dapat digunakan untuk mengatasi kegemukan dan untuk perut kembung. Dalam percobaan kelompok kami digunakan simplisia ini karena pada tanaman ini mengandung tanin yang kemudian diisolasi dengan menggunakan kulit sapi. Karena tanin dapat berikatan dengan protein pada kulit sehingga dapat menyamak kulit. Dari adanya perubahan berat maka dapat diketahu adanya kandungan tanin yang terdapat pada kulit. Metode ini sering dikenal sebagai metode gravimetri. Namun, kulit yang dipakai bukanlah serbuk kulit sapi karena kesulitan untuk menemukannya tetapi dengan menggunakan kulit sapi biasa dengan kadar air yang cukup banyak sehingga mempengaruhi perhitungankarena menggunakan anlisis secara gravimetri dimana kadar air yang terdapat didalam kulit sapi mempengaruhi kadar tanin yang juga terdapat pada kulit tersebut. Selain pada tanaman jati belanda, tanaman yang terkenal dengan adanya kandungan tanin adalah teh (Camelia sinensis). Teh mengandung zat

antioksidan yang dikenal dengan sebutan polifenol, yang tampaknya berperan besar dalam pencegahan berbagai macam penyakit. Polifenol mempunyai kemampuan menetralisir radikal bebas, suatu produk sampingan dari proses kimiawi dalam tubuh yang mengganggu. Kemampuan inilah yang mungkin menjadi jawaban, mengapa teh kemudian juga bisa mencegah serangan jantung dan kanker. Selain teh tanaman yang juga digunakan untuk menentukan tanin atau tidak yaitu jambu biji (Psidium guajava) Secara ilmiah daun jambu biji sudah terbukti khasiatnya dan aman dikonsumsi. Lewat berbagai penelitian dibuktikan zat aktif yang dapat mengobati diare adalah tanin. Menurut teori warna, struktur tanin dengan ikatan rangkap dua yang terkonjugasi pada polifenol sebagai kromofor (pengemban warna) dan adanya gugus (OH) sebagai auksokrom (pengikat warna) dapat menyebabkan warna coklat. Sementara itu, zat warna tanin yang terkandung dalam daun jambu biji, dapat dianalogkan sebagai zat warna naftol (pewarna sintetis).

VII. Kesimpulan Indeks Kepedasan Capsicum frutescent adalah 100.000 satuan Scoville Indeks pengembangan daun Jati Belanda adalah 9,83 mL. Kadar tannin Psidium guajava adalah 2,575%

VIII. Daftar Pustaka Zhi-Chen, L. General Control Methods For Vegetables Drugs, Comparative Study of Methods Included in Thirteeb Pharmacopoias and Proposals on Their International Unification, WHO, 1977, hlm. 71-77. Worlh Health Organization Quality Control Methods for Medicinal Plant Materials, 1990, hlm. 35-36. Terzieclara, D. Y., Pengaruh Campuran Mikroba (Probiotik) Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Kapsaisin, Kapsantin dan Vitamin C dari

Tanaman Capsicum frutescens L dan Capsicum annuum L Tugas Akhir Sarjana, Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, 2002, hal 7-9

Tyler, Varro, dkk. Pharmacognosy 9th edition. 1988 . Philadelphia :Lea and Febiger.p 77-78 www.wikipedia.org/ capsaisin. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=294 http://www.asiamaya.com/jamu/isi/jambuklutuk_psidiumguajava.htm http://www.mahkotadewa.com/Indo/in-to/jati-b.htm

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI ANALITIK


PENENTUAN INDEKS KEPEDASAN, INDEKS PENGEMBANGAN, DAN KADAR TANIN DALAM SIMPLISIA

Disusun Oleh : SHIFT KAMIS / Kelompok 4

Nenden S.Z. Neng Anny T. Sarah Astuti Fenny Pujiastuti Nila

10704103 10704105 10704107 10704108 10704110

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI ANALITIK Program Studi Sains dan Teknologi Farmasi SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007

You might also like