Professional Documents
Culture Documents
Geodesi Satelit
Sistem Referensi dan Kerangka Referensi
Transformasi Koordinat dari Sistem CIS ke Sistem CTS dan Sebaliknya
Krisna Andhika - 15109050 TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2011
*Pak, saya yang waktu itu jawab pertanyaan, Bapak dikelas Makasih, Pak
Akibat pendefinisian datum relatif seperti di atas, maka titik pusat elipsoid referensi dapat tidak berimpit dcngan pusat gaya berat bumi (geocenter). Datum geodetik horizontal relatif di Gunung Genuk yang didefenisikan pada zaman Belanda, arah-arah sumbu koordinatnya tidak jelas, karena pada waktu itu reduksi pengamatan astronomi untuk mendapatkan sumbu menengah bumi (mean pole) belum ada (Rais, 1976). Dengan demikian bisa saja sumbu koordinat pada datum-datum relatif tidak sejajar dengan sumbu
koordinat datum global yang sumbu Z-nya mcngarah ke mean pole scperti pada gambar dibawah.
Pendefinisian datum global jika pusat dan elipsoid referensi sama dengan pusat massa bumi, sumbu pendeknya berimpit dengan sumbu putar bumi seperti pada gambar di atas dan potensial elipsoid referensi (Uo) sama dengan potensial geoid (Wo). Disamping itu gaya berat yang digunakan juga mengacu kepada datum gaya berat yang ditetapkan untuk itu (Kahar, 1998). Elipsoid referensi merupakan bentuk matematis dari bumi yang mendckati bentuk geoid, ellipsoid referensi memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
Besar dari elipsoid dinyatakan dengan panjang setengah sumbu panjang (a) dan pcnggepengan (f).
Orientasi dari SNI ditctapkan bcrsinggungan dengan NWL-9D di titik datum dm sumbu koordinat kedua elipsoid didefinisikan scjajar scpcrti gambar dibawah. Dengan mcngkonversi posisi titik datum ke sistem koordinat kartcsian tiga dimensi pada kedua sistcm SN1 dan NWL-9D, maka didapat parameter translasi sebagai berikut (Rais, 1976): X = XNWL-9D - X SN1 = + 2.691 Y = YNWL-9D - Y SN1 = - 14.757 Z = ZNWL-9D - Z SN1 = + 0.224
Parameter translasi kedua sistem tersebut di atas perdefinisi ditetapkan berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia, sehingga hasil penentuan posisi dengan Satelit Dopplcr dapat ditransformasi langsung kc satu sistcm datum yangdiberi nama Datum Indonesia 1974 (DI-1974) Peta-peta laut yang memakai Datum Indonesia 1974 ini adalah pcta-peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) dan Lingkungan Laut Nasional (LLN). Peta-peta tersebut mcrupakan produksi bersama DISHIDROS dan BAKOSURTANAL.
Sumbu-sumbu koordinat ID74 dengan WGS 1984 adalah seperti pada gambar di bawah.
Berdasarkan Keputusan Ketua Radan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional No. HK.02.04/11/KA/96 ditetapkan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN 1995) menggantikan DI74 (Kahar. 1997} Adapun parameter dari DGN 1995 adalah diadopsi dari elipsoid referensi WGS 1984 yaitu :
Sejak diadakannya JKHN baik orde 0 maupun orde 1, beberapa survei pemetaan laut di Indonesia telah diikatkan ke JKHN tersebut. Dengan demikian peta-peta yang dihasilkan mempunyai datum DGN 1995. Karena DGN 1995 diturunkan dengan mengadopsi WGS 1984 peta-peta yang dihasilkan tersebut pada keterangannya dikatakan dengan datum WGS 1984.
Sumatera, Jawa, Bali sampai Nusalenggara (Prabowo ct al, 1998;Ello, 1998). Walaupun demikian masih ada datum lain yang digunakan umtuk wilayah-wilayah tertentu.
Dibandingkan dengan orientasi yang dihasilkan oleh BIH pada 1984, perlu dicata beberapa hal sebagai berikut : 1. Kutub IRP dan meridian nol IRM mempunyai tingkat konsistensi dengan arah-arah BIH pada level sekitar 0,005 2. Kutub CTP dari BIH didekatkan ke CIO pada tahun 1967, dan sejak itu dijaga ketat kestabilannya secara independen sampai 1987 3. Tingkat presisi ikatan antara IRF dan CIO adalah sekitar 0,03
Sistem ITRS direalisasikan dengan koordinat dan kecepatan sejumlah titik yang tersebar diseluruh permukaan bumi, dengan menggunakan metode-metode pengamatan VLBI, LLR, GPS, ,SLR, dan Doris. Kerangka realisasinya dinamakan ITRF (International Terestrial Reference Frame). Kerangka juga terikat dengan kerangka ICRF melalui pengamatan VLBI. Ketelitian koordinat ITRF sekitar 1-3 cm serta kecepatan dengan ketelitian 2-8 mm/tahun. Titik-titik ITRF ini terdapat pada semua lempeng tektonik utama serta hampir semua lempeng-lempeng kecil. Akhirnya perlu ditekankan bahwa koordinat titik dalam suatu kerangka ITRF tertentu juga dapat dihubungkan dengan koordinat dalam kerangka ITRF lainnya atau kerangka koordinat lainnya seperti WGS72 dan WGS84. Seandainya hubungan transformasi antara kedua kerangka koordinat (X1, Y1, Z1) dan (X2, Y2, Z2). Pada saat ini, jaring kerangka ITRF dipublikasikan setiap tahunnya oleh IERS, dan pada umumnya diberi nama ITRF-yy, dimana yy menunjukkan tahun terakhir dari data yang digunakan untuk menentukan kerangka tersebut. Sebagai contoh, ITRF 1994 adalah kerangka koordinat dan kecepatan yang dihitung pada tahun 1995 dengan menggunakan semua data IERS sampai akhir 1994.
X0 Dari ITRF90 ITRF90 ITRF90 ITRF94 ITRF94 ITRF94 ITRF94 ITRF94 Ke WGS72 WGS84 ITRF88 ITRF88 ITRF90 ITRF92 WGS84* WGS84'' (cm) 6.0 6.0 0.0 1.8 1.8 0.8 -2.0 1.0
Hubungan antara ITRF dan GPS menjadi penting dengan adanya perhimpunan International GPS Service for Geodynamics (IGS). IGS memiliki kerjasama dengan International Earth Rotation Service (IERS). Dalam kerjasama ini, IERS bertugas dalam memproduksi stasiun koordinat ITRF dan parameter rotasi bumi. Sejak berdirinya IGS pada tahun 1992, pusat analisis IGS menggunakan koordinat ITRF untuk stasiun subset pada perhitungan mereka.
Prosedur dasar tertentu bagi perhitungan ITRF terdiri dari: Reduksi SSC tunggal pada epok referensi t0 modelkecepatan stasiun yang biasa, menggunakan piringan
geofisikal yang telah ditetapkan atau dasar perhitungan kecepatan); ITRF sebaik 7 parameter transformasi bagi SSC tunggal dengan kaitannya pada ITRF. Model standar yang digunakan dalam prosedur kombinasi berdasarkan Euclidien yang sebanding dengan 7 parameter, dimana bentuk umum dari transformasi antara 2 sistem referensi terrestrial:
Seandainya koordinat suatu titik dalam kedua sistem dinyatakan sebagai berikut :
Dimana : M = matriks rotasi untuk gerakan kutub (polar motion) S = matriks rotasi untuk rotasi bumi (earth rotation)
N = matriks rotasi untuk nutasi (nutation) P = matriks rotasi untuk presesi (precession)
Posisi rata-rata dapat di transformasikan dari epok referensi to (J2000) ke epok pengamatan sebenarnya t. Matriks rotasi untuk presisi P adalah :
Dimana tiga besaran sudut rotasinya adalah : = 0o.6406161T + 0o.0000839Tz + 0o.0000050T3 z = 0o.6406161T + 0o.0003041Tz + 0o.0000051T3 = 0o.5567530T - 0o.0001185Tz - 0o.0000116T3 dan T = ( t to ) adalah perhitungan tanggal julian 365.25 hari. Matrik rotasi untuk nutasi dapat dituliskan dalam persamaan matematis berikut : N = R1 (- - ) . R3 (- ) . R1 (c) dimana adalah kemiringan dari ekliptik, adalah nutasi dari kemiringan tersebut dan adalah nutasi pada bujur yang dihitung pada ekliptik. = 23o 26 21.448 46.845T 0.00059TZ + 0.00183T3
= -17.1996 sin - 1.3187 sin (2F 2D + 2) 0.2274 sin (2F - 2 ) = 9.2025 cos +0.5736 cos (2F 2D + 2) + 0.0927 cos (2F - 2 ) dimana adalah rata-rata bujur dari naiknya bulan (lunar ascending) dan D adalah ratarata elongation dari bulan ke matahari dan F = M - . Untuk transformasi dari CIS ke CTS kita perlu waktu bintang sejati dengan referensi meridian Greenwich yang dikenal dengan GAST (Greenwich apparent Sidereal
Time ) dan koordinat kutub ( xp, yp ) yang dikenal dengan parameter rotasi bumi ERP (Earth Rotation Parameters) atau EOR (Earth Orientation Parameters) yang tidak dapat direpresentasikan dengan teori saja melainkan harus diserai pengamatan melalui : pengamatan astronomis, SLR, LLR, VLBI and GPS.
Struktur dari matriks M, S, N, dan P dapat di lihat di [Montenbruck & Gill, 2000]. Elemen-elemen dari keempat matriks ini umumnya merupakan besaran yang nilainya berubah dengan waktu. Adapun tahapan transformasi koordinat dari sistem CIS ke sistem CTS dapat diilustrasikan seperti gambar berikut ini :