You are on page 1of 3

Direktorat Perencanaan Industri Manufaktur

Kajian ini ditujukan untuk membantu semua pihak dalam penelitian tentang sektor Industri Manufaktur. Materi - materi dikumpulkan dari berbagai sumber untuk membantu kajian ini.

Senin, 20 Juni 2011 Kebutuhan Polipropilena Dipasok ASEAN


Jakarta - Kebutuhan produk polipropilena Indonesia masih dapat dipenuhi dari Asia Tenggara (ASEAN). Bila melihat data yang diterbitkan lembaga riset independen CMAI, kapasitas yang dimiliki negara-negara di Asia Tenggara masih berlebih untuk memenuhi kebutuhan industri di Indonesia. Sejauh ini kapasitas industri polipropilena hanya dipergunakan 75 persen untuk memenuhi kebutuhan di negara-negara ASEAN. Sisanya 25 persen dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri plastik di Indonesia.

"Produk polipropilena dan polietilena merupakan bahan baku produk plastik. Semula memang dapat dipenuhi dari industri di dalam negeri. Namun, seiring pesatnya pertumbuhan industri di Indonesia, maka bahan baku tersebut harus diimpor, terutama polipropilena," kata Ketua Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Budi Susanto

Sadiman di Jakarta, Rabu (8/6).

Menurut Budi, perkembangan terakhir menunjukkan, beberapa industri plastik berkeinginan mengimpor polipropilena dari Timur Tengah. Bahkan dengan fasilitas khusus dari pemerintah berupa keringanan bea masuk. Langkah ini justru tidak efisien karena selain jarak tempuhnya jauh, juga belum tentu dapat menjamin ketersediaan pasokan secara berkala.

Di sisi lain, bila dipenuhi dari negara ASEAN, pemerintah dan industri plastik akan diuntungkan. Ini mengingat Indonesia terikat dengan perjanjian kesepakatan perdagangan bebas ASEAN (ASEAN free trade agreement/AFTA), sehingga bea masuk impor produk untuk industri petrokimia nol persen. Ini berbeda jika mengimpor polipropilena dan polietilena dari Timur Tengah.

Selain dikenakan bea masuk 15 persen, juga harganya lebih mahal karena biaya pengangkutan. Belum lagi masalah tidak ada jaminan bahwa produksi industri plastik dalam negeri tidak akan terganggu. "Sebenarnya Indonesia tidak perlu impor seandainya pabrik PT Petrokimia Gresik sebagai pemasok polipropilena tidak terganggu akibat krisis minyak beberapa waktu lalu," ujarnya.

Karena itu, Budi berharap, pemerintah harus mengambil keputusan terkait impor polipropilena dari Timur Tengah. Tentunya dengan mempertimbangkan efisiensi pengiriman, biaya, serta kemudahan perpajakan. Berdasarkan data CMAI, bila pada 2010 jumlah pasokan polipropilena 3,1 juta metrik ton dan kebutuhan (demand) 3,2 juta metrik

ton, maka pada 2011 pasokan meningkat menjadi 3,9 juta metrik ton dan permintaan 3,3 juta metrik ton. Data ini dihimpun dari Thailand, Malaysia, dan Singapura.

Sumber: Suarakarya-online.com, 9 Juni 2011


http://dp-im.blogspot.com/2011/06/kebutuhan-polipropilena-dipasok-asean.html

You might also like