You are on page 1of 18

IMPLEMENTASI ASPEK AKUNTABILITAS BAGI PENGELOLAAN APBN DALAM SISTEM MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Konsentrasi Hukum Anggaran Negara Dosen Pengampu : Triyanto Suharsono, S.H. OLEH : Nama NIM : Rifki Rasyid : 05/185096/HK/16883

BAGIAN HUKUM PAJAK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2008

BAB I PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan fungsi pemerintahan di berbagai bidang merupakan salah satu

tujuan dari pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Fungsi tersebut diantaranya dapat dilaksanakan dengan bentuk penerapan sistem pemerintahan, pembentukan peratutan perundang-undangan, pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM), serta adanya sistem pengelolaan keuangan negara. Sehingga di dalam implementasinya, fungsi pemerintahan memerlukan suatu sistem yang efektif dan effisien terhadap pengelolaan di berbagai bidangnya. Di bidang pengelolaan keuangan negara, kompleksitas permasalahan yang ada telah diatur sedemikian rupa di dalam undang-undang sehingga pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan asas-asas umum pengelolaan keuangan negara. Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan implementasinya diantara asas-asas umum pengelolaan keuangan negara adalah aspek akuntabilitas. Dalam good governance, akuntabilitas publik merupakan elemen terpenting dan merupakan tantangan utama yang dihadapi pemerintah dan pegawai negeri. Akuntabilitas berada dalam ilmu sosial yang menyangkut berbagai cabang ilmu sosial lainnya, seperti ekonomi, adminitrasi, politik, dan budaya. Selain itu, akuntabilitas juga sangat terkait dengan sikap dan semangat pertanggungjawaban seseorang. Sehingga penerapan akuntabilitas dalam bidang pengelolaan keuangan negara sangatlah mutlak dilakukan sebagai bentuk sikap dan semangat pertanggungjawaban dari Pemerintah kepada rakyatnya.

Maka dalam konteks tersebut, diperlukan suatu sistem yang efektif dan efisien dalam mewujudkan sebuah implementasi akuntabilitas yang tepat guna. Karena secara faktual, terdapat beberapa kelemahan dalam sistem pengelolaan keuangan negara selama ini yang terjadi dibidang peraturan perundang-undangan, perencanan dan penganggaran, perbendaharaan dan akuntansi, auditing, dan pelaporan pertanggung jawabannya. Terkait dengan pelaporan pertanggungjawaban, sistem manajemen keuangan negara Indonesia mewajibkan adanya suatu mekanisme akuntabilitas kepada Presiden dengan memberikan Laporan Pertanggingjawaban Pelaksanaan APBN setiap akhir tahun anggaran. Namun secara implementasinya, aspek akuntabilitas ini hanya berlaku secara formalitas semata, sebagai implikasi dari suksesnya pelaksanaan anggaran yang telah dijalankan oleh Pemerintah. Tetapi apakah pelaksanaan APBN oleh pemerintah itu selama ini memang benar-benar accountable ?. Disini dibutuhkan suatu mekanisme pengawasan yang tentunya juga efektif dan efisien untuk berperan mendorong terciptanya fungsi akuntabilitas yang tepat guna di dalam pengelolaan dan pelaksanaan APBN.

I.2

Rumusan masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka terdapat suatu tema

permasalahan pokok yakni bagaimana pelaksanaan aspek akuntabilitas bagi pengelolaan APBN di dalam sistem manajemen keuangan negara. Lalu rumusan sub tema masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaturan terhadap keuangan negara sehingga

membutuhkan adanya aspek akuntabilitas di dalam pengelolaannya?. 2. Bagaimanakah mekanisme suatu fungsi akuntabilitas yang tepat guna dalam hal melaksanakan dan mengelola sistem manajemen keuangan negara yang seharusnya diterapkan di Indonesia?. 3. Bagaiamanakah peran suatu desain fungsi pengawasan yang efektif dan efisien untuk mendorong terwujudnya aspek akuntabilitas yang tepat guna di dalam pengelolaan dan pelaksanaan APBN? .

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Pengaturan Keuangan Negara Dalam Perspektif UU No.17 Tahun 2003 Sebagai amanat Pasal 23 C Bab VIII UUD 1945, keuangan negara harus diatur dalam undang-undang terkait dengan pengelolaan hak dan kewajiban negara. Amanat ini dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Disamping itu dalam diktum menimbang Undang-Undang tersebut juga disebutkan latar belakang penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuan bernegara yang menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang. Secara yuridisnya, Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.1. Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan keuangan negara pada Undangundang Nomor 17 tahun 2003 ini adalah dari sisi objek, subjek, proses dan tujuan. Dari sisi objek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengna pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi seluruh objek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan atau dikuasai oleh pemerintah
1

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, ps.1 ayat (1).

pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut diatas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan atau penguasaan objek sebagaimana tersebut daitas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara. Sehingga secara lebih tegasnya, pengertian keuangan negara lebih merupakan adanya hubungan hukum yang terjadi di segala aspek terkait dengan hal inventaris keuangan dengan kewenangan pelaksanaan dan pengelolaannya oleh pemerintah dalam rangka mendukung terwujudnya good governance di Indonesia. Pelaksanaan dan pengelolaan keuangan negara didasarkan pada adanya asas-asas umum sebagai implikasi terhadap intepretasi terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur hal tersebut. Secara yuridisnya, asas-asas itu meliputi :2 1. Asas-asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas. 2. Asas-asas baru sebagai pencerminan best practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam pengelolaan keuangan negara, antara lain : Akuntabilitas Berorientasi Pada Hasil. Profesionalitas. Proporsionalitas. Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara.

Ibid, penjelasan.

mandiri.

Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan

Dengan dianutnya asas-asas umum tersebut di dalam undang-undang tentang keuangan negara, maka pelaksanaan undang-undang ini salah satunya berfungsi untuk menjadi acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara. Penerapan asas yang ada secara konsisten diharapkan mampu memberikan daya fungsi yang maksimal terhadap pengelolaan keuangan negara. Misalnya yakni fungsi Akuntabilitas, yang secara implementasinya dapat digunakan dalam mengukur suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan pemerintah. Lalu seperti apakah fungsi akuntabilitas yang tepat untuk diterapkan dalam pengelolaan keuangan negara?

II.2 Sistem Anggaran Berbasis Kinerja : Fungsi Akuntabilitas Yang Tepat Guna. Akuntabilitas merupakan kewajiban seseorang atau badan hukum atau pimpinan kolektif organisasi untuk mempertanggungjawabkan dan menjelaskan kinerja dan/atau tindakannya kepada pihak-pihak yang mempunyai hak untuk meminta jawaban serta penjelasan atas hasil seluruh tindakannya tersebut. Keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan misi organisasi dapat diukur melalui evaluasi terhadap kinerja yang dihasilkan.3 Sementara secara yuridisnya, Asas Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku4

3 4

Siswanto Sunarso, Hub.Kemitraan Badan Legislatif &Eksekutif di Daerah : Hlm.137 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 ; Penjelasan Ps.3 angka 7

Sehingga pada hakikatnya, Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara harus mempertanggungjawabkan pengelolaan itu kepada rakyat yang memilihnya. Mekanisme pelaporan pertanggungjawaban apabila ditinjau dari sifatnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 5 1. Dual Accountability Structure Pihak manajemen melaporkan akuntabilitasnya hanya kepada dua pihak, yaitu pemegang saham (keuntungan yang diraih) dan konsumen (manfaat yang dirasakan oleh pelanggan). Hal ini biasanya diterapkan di dalam sektor swasta. 2. Mulitple Accountability Struture Pemerintah harus mempertanggungjawabkan kepada banyak pihak yang mewakili pluralisme masyarakat suatu negara, bahkan pihak negara lain yang terkait. Hal ini biasanya berlaku untuk sektor publik. Akuntabilitas organisasi atau instansi pemerintah harus dilakukan kepada instansi pemerintahan yang lebih tinggi (instansi atasan), DPR, LSM, kelompok panekan, negara donor, tokoh masyarakat, dan akhirnya pada seluruh rakyat. Fakta ini secara jelas menunjukkan bahwa akuntabilitas publik lebih kompleks dari akuntabilitas sektor swasta. Dalam kebijakan pengelolaan keuangan negara, penetapan Asas Akuntabilitas Berorientasi Hasil menjadi landasan penting dalam memperbaiki proses penganggaran di sektor publik yakni dengan menerapkan Anggaran Berbasis Prestasi Kerja atau Anggaran Berbasis Kinerja (performace based budgeting). Anggaran Berbasis Kinerja merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah (baik pusat maupun daerah) yang disusun berdasarkan prestasi kerja atau kinerja yang akan dicapai. Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja ini jelas menunjukkan tekad pemerintah yang kuat untuk lebih memfokuskan
5

Sjahruddin Rasul, Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan Anggaran: hlm.14

fungsi penganggaran pada peningkatan akuntabilitas dan perbaikan kinerja sektor publik dari pada pengendalian input yang selama ini terbukri telah menimbulkan peluang terjadinya penyimpangan anggaran negara dari amanah yang diberikan oleh rakyat. Hubungan antara akuntabilitas dengan kinerja ditunjukan bahwa akuntabilitas bergantung kepada informasi kinerja, agar dapat mencapai akuntabilitas yang tepat, maka informasi kinerja yang digunakan haruslah cukup memadai untuk dapat mengukur dan melaporkan secara akurat pencapaian program. (Mawardi)6 Secara umum, dasar-dasar penetapan Anggaran Berbasis Kinerja adalah: (a) Sasaran penetapan anggaran didasarkan pada pendekatan hasil sesuai yang dicantumkan dalam rencana strategis. (b) Adanya sistem pengukuran kinerja untuk mengukur pencapaian sasaran yang ditetapkan. (c) Adanya kesesuaian antara sasaran dan ukuran kinerja dalam mengintegrasikan kedalam penyediaan sumberdana. (d) Diterapkannya akuntansi biaya untuk menilai tingkat efisiensi dan efektifitas biaya atas setiap belanja dalam menghasilkan suatu keluaran dan hasil (output dan out come) pada setiap aktivitas.7 Contoh konkritnya, Anggaran berbasis kinerja ini dapat diterapkan dalam pembangunan akuntabilitas dan transparansi fiskal dalam mewujudkan good governance, karena akan membuat akuntabilitas instansi pemerintah kepada publik lebih mudah diwujudkan, serta dapat meningkatkan kepercayaan publik kepada pemerintah, dan lebih memotivasi

6 7

Safar Nasir, dkk., Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah, UAD Press : hlm 16 www.siaksoft.net, Efektifitas Kebijakan Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

peningkatan kinerja dan pelayanan kepada publik., sehingga fungsi akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara akan terjamin efektivitasnya atau tepat guna. Beberapa prasyarat yang diperlukan untuk menjamin efektivitas penerapan Anggaran Berbasis Kinerja ialah : 8 1. Adanya Kejelasan Sasaran Strategis Setiap Kementerian Negara/Lembaga Pengguna Anggaran (KN/LPA) harus merumuskan rencana strategis dengan fokus pada hal-hal yang ingin dicapainya. Rencana tersebut harus berisikan sasaran berdasarkan outcomes yang akhirnya dapat dirasakan secara langsung manfaatnya bagi masyarakat yang dilayani. Sasaran strategis yang jelas akan lebih memudahkan bagi para pengambil keputusan, khususnya dalam presesalokasi anggaran sesuai prioritas yang ditetapkan dalam Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah. 2. Pengembangan dan Ketersediaan Indikator Kinerja. Berdasarkan rencana strategis tersebut, maka instansi-instansi penguna anggaran harus menentukan indikator-indikator kinerja (output dan outcomes) yang spesifik dan sistematis yang dapat digunakan untuk menentukan seberapa baik suatu instansi dapat mencapai sasaran-sasaran strategisnya. 3. Adanya Ketertarikan Antara Sasaran Strategis Dengan Indikator Kinerjanya. Sasaran strategis dan indikator kinerja merupakan bagjan integral dari sistem akuntabilitas kinerja yang sangat berarti dalam proses penganggaran. Dalam konteks anggaran berbasis kinerja, halini dapat memudahkan proses pengaitan (linkage) antara alokasi anggaran dengan hasil, dan seberapa baik sasaran strategis tersebut dapat diukur 4. Kejelasan akuntabilitas kinerja dan laporan akuntabilitas kinerja

www.siaksoft.net, ibid.

10

Penerapan sistem anggaran berbasis kinerja melalui implementasi sistem akuntabilitas kinerja. Alasan utamanya adalah bahwa antara kedua sistem tersebut terdapat kesamaan tujuan, misi dan fungsi yang berorientasi pada hasil (Similar Orientation on Results), dan ketertarikan yang sangat erat dalam penggunaan rencana kinerja tahunan (Annual Performance Plan), indikator kinerja (Performanc Indicators) dan sistem pengumpulan data kinerja (Performance Data Collection System). Dari penjelasan tersebut diatas, dapat dilihat efektivitas dan efisiensi kebijakan publik tentang akuntabilitas keuangan negara akan terefleksikan dari besaran angka dalam laporan pertanggungjawaban APBN. Setiap tahun Presiden menyampaikan laporan pelaksanaan APBN di hadapan DPR sebagai bentuk progress report dari kebijakannya. Namun demikian sebuah persoalan muncul ketika dipertanyakan apakah pelaksanaan APBN oleh pemerintah itu selama ini memang benar-benar accountable, mengingat belum pernah terjadi seorang presiden turun jabatan gara-gara adanya kasus penyalahgunaan keuangan negara di sebuah instansi yang dipimpinnya. Padahal secara faktual, tidak jarang kasus korupsi dan sejumlah kasus penyalahgunaan jabatan publik terjadi pada instansi yang dipimpinnya selama ini. Pada titik ini dapat dipertanyakan, bagaimana menjelaskan implementasi fungsi akuntabilitas yang tepat guna dalam hal pelaksanaan dan pelaporan pertanggungjawaban APBN yang selalu diterima secara accountable oleh DPR?

II.3 Desain Sistem Pengawasan Ideal : Peranan terhadap Aspek Akuntabilitas bagi Pengelolaan APBN.

11

Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, APBN harus diwujudkan dalam bentuk undang-undang, dalam hal ini presiden berkewajiban menyusun dan mengajukan

Rancangan APBN (RAPBN) kepada DPR. APBN disusun sesuai tahapan-tahapan : 1. Tahapan pendahuluan yang diawali dengan persiapan rancangan APBN 2. Tahap pengajuan, pembahasan, dan penetapan APBN. 3. Tahap pengawasan terhadap pelaksanaan APBN yang dilakukan oleh pengawas fungsional baik eksternal maupun internal pemerintah. Sejak disahkannya UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pengelolaan APBN mengalami perubahan dalam proses penganggaran dari sejak perencanaan hingga ke pelaksanaan anggaran. Perubahan tersebut dilakukan karena dalam proses penganggaran yang selama ini berlaku mempunyai banyak kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain, kurang terkaitnya antara kebijakan, perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaannya serta penganggaran yang berdasarkan masukan (input) tanpa memperhatikan manfaat yang akan dihasilkan. Paket Undang-Undang di bidang Keuangan Negara mengharuskan pemerintah melakukan langkah-langkah penataan manajemen keuangan negara secara komprehensif, termasuk penataan ulang sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintah. Penerepan reformasi dibidang penganggaran merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan tranparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara sehingga diharapkan dapat mengurangi tingkat kebocoran keuangan negara. Di dalam konteks ini, pengesahan sebuah laporan pertanggungjawaban keuangan negera oleh para wakil rakyat

12

jelas harus merupakan implikasi dari suksesnya pelaksanaan anggaran oleh pemerintah. Sukses di sini berarti tidak ada (atau minimnya) kebocoran dana sebagai akibat pemborosan dan penyelewengan keuangan atau kekayaan negara lainnya. Melihat fakta tersebut, jelas bahwa untuk mendorong terwujudnya fungsi akuntabilitas yang tepat guna dalam pengelolaan APBN dibutuhkan peran efektivitas fungsi pengawasan. Implementasi fungsi akuntabilitas yang tepat guna dalam hal pelaksanaan dan pelaporan pertanggungjawaban APBN dapat dijelaskan secara konkrit apabila didorong oleh sebuah desain sistem pengawasan yang efektif dan efisien. Sistem pengawasan memegang peranan kunci dalam menjembatani laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan penyelenggaraan aktivitas pemerintah secara riil. Jika sistem pengawasan efektif, tentu akan mendorong pelaksanaan pemerintahan yang efektif sehinga tingkat penyelewengan keuangan negara minimal dan pada akhirnya laporan

pertanggungjawaban APBN bisa diterima karena memang benar-benar accountable. Kegiatan pengawasan harus dilakukan secara simultan oleh dua lembaga berbeda yaitu intern dan ekstern. Secara prinsip keduanya harus independent terhadap entitas yang diawasi, dalam hal ini pemerintah selaku pelaksana anggaran negara. Independensi ini sungguh penting mengingat hasil pengawasan harus disajikan secara fair. Akan tetapi pada kenyataannya independensi ini tidak pernah ada dalam dunia pengawasan di Indonesia. Dengan kenyataan tersebut, reformasi sistem pengawasan menjadi hal penting, bahkan suatu keharusan, yang patut dipertimbangkan pada saat ini. Keberadaan sistem pengawasan yang solid tidak saja dapat mendorong pelaksanaan pemerintahan yang efisien dan efektif, melainkan juga akan meningkatkan akuntabilitas sektor publik.

13

Sehingga pada titik ini, diperlukan pemikiran konkrit berkaitan dengan penciptaan desain sistem pengawasan yang ideal. Pertama, perlu dilakukan reposisi terhadap aparat pengawasan fungsional intern yang selama ini berada di bahwa garis eksekutif. Pengawasan intern sebaiknya dilakukan oleh lembaga yang bertanggungjawab kepada DPR. Eksekutif, sebagai pelaksana tugas pemerintahan, seharusnya tidak terlibat dalam kegiatan pengawasan karena secara logika hal itu merupakan sesuatu hal yang rancu. Konsep ini paralel dengan praktik di dunia bisnis modern, dimana auditor intern berada di bawah dewan komisaris. Perintah pelaksanaan tugas pemeriksaan datang dari dewan dan untuk kepentingan dewan selaku pemegang kedaulatan. Dengan pola seperti ini, kegiatan pemeriksaan intern akan dapat berjalan independen dan aparat pemeriksa akan mempunyai tanggungjawab moral secara langsung kepada publik. Kedua, sistem pengawasan harus menghadirkan lembaga pengawasan ekstern yang secara riil juga independen. Lembaga ini harus mempunyai kewenangan penuh untuk menentukan anggaran pemeriksaan dan persetujuan atas anggaran yang diajukan harus datang dari DPR. Ketidaktergantungan anggaran sedikit banyak akan menjadikan lembaga pengawasan dimaksud lebih powerful dan mampu menjaga integritas sistem pemerintahan tanpa ada campur tangan eksekutif.

14

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan Pelaksanaan dan pengelolaan keuangan negara didasarkan atas adanya asas-asas umum yang diatur di dalam Undang-Undang Keuangan Negara. Penerapan asas yang ada secara konsisten diharapkan mampu memberikan daya fungsi yang maksimal terhadap pengelolaan keuangan negara. Misalnya yakni fungsi Akuntabilitas, yang secara implementasinya dapat digunakan dalam mengukur suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan pemerintah. Dalam kebijakan pengelolaan keuangan negara, penetapan Asas Akuntabilitas Berorientasi Hasil menjadi landasan penting dalam memperbaiki proses penganggaran di sektor publik yakni dengan menerapkan Anggaran Berbasis Prestasi Kerja atau Anggaran Berbasis Kinerja (performace based budgeting) sebagai fungsi akuntabilitas yang tepat guna. Dan pada akhirnya, refleksi penerapan sistem manajemen keuangan negara akan dilihat dari Laporan Akuntabilitas Pengelolaan dan Pelaksanaan APBN. Penjelasan terkait implementasi fungsi akuntabilitas yang tepat guna dalam hal pelaksanaan dan pelaporan pertanggungjawaban APBN adalah dibutuhkannya peran efektivitas fungsi pengawasan. Sehingga diperlukan desain pengawasan yang ideal untuk mendorong pelaksanaan pemerintahan yang efektif,

15

membuat tingkat penyelewengan keuangan negara minimal dan pada akhirnya laporan pertanggungjawaban APBN bisa diterima karena didasarkan pada aspek akuntabilitas yang memang benar-benar accountable.

III.1 Saran Aspek Akuntabilitas merupakan salah satu hak politik yang dimiliki oleh rakyat atau masyarakat luas, untuk dapat mengetahui informasi secara jelas, jujur, dan terbuka atas adanya Laporan Pengelolaan Keuangan Negara atau APBN yang notabene juga sebagian besar merupakan hasil pembebanan pajak kepada rakyat. Sehingga disarankan kepada Pemerintah untuk mengaplikasikan aturan-aturan yang telah ada mengenai pengelolaan keuangan negara ini , secara proporsional, profesional, dan akuntabel demi kesejahteraan masyarakat serta negara Indonesia.

16

DAFTAR PUSTAKA

Literatur : Siswanto Sunarso, Hub.Kemitraan Badan Legislatif & Eksekutif di Daerah, Mandar Maju, Bandung ; 2005 Sjahruddin Rasul, Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan Anggaran Dalam Perspektif UU No. 17/2003 Tentang Keuangan Negara, Percetakan Negara RI, Jakarta ; 2003 Safar Nasir, dkk., Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah : Prosiding Seminar Nasional, UAD Press, Yogyakarta ; 2003

Peraturan Perundang-undangan : Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Website : www.siaksoft.net/search, Efektifitas Kebijakan Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ; 24 Desember 2008

17

18

You might also like