You are on page 1of 9

ABSTRAK untuk PERNAS AIDS IV Yogyakarta, 1 6 Oktober 2011

STIGMA SOSIAL: sebuah upaya deskriptif analitis atas pelayanan paliatif pada anak miskin yang terinfeksi HIV

Latar Belakang:
Pelayanan Paliatif pada anak miskin yang terinfeksi HIV ternyata tidak hanya berurusan dengan masalah medis. Sejauh ini anak miskin yang terinfeksi HIV ditemui sudah dalam keadaan menjadi seorang yatim atau piatu atau yatim piatu sekaligus sehingga care giver-nya (pelaku rawat) disandang oleh extended family (nenek, paman atau tante).

Salah satu kendala di lapangan yang dihadapi saat melakukan pelayanan paliatif adalah konteks komunitas sekitar yang tidak begitu kondusif jika mengetahui bahwa sakit yang disandang adalah HIV.

Stigmatisasi yang mengemuka di masyarakat karena tidak well inform tentang HIV sehingga penghakiman yang ada dibenak maupun yang terwujud dalam tindakan peminggiran dan diskriminatif sungguh menjadi beban dan menambah penderitaan.

Oleh karena itu sangat dibutuhkan alternatif solusi sosial yang lebih jitu untuk menjadikan komunitas masyarakat justru menjadi pelaku rawat dan berlaku sebagai stakeholder yang mensupport dan memprotect anak miskin yang terinfeksi HIV. Dengan demikian care giver dapat lebih diteguhkan dalam melakukan rawatan dan terdukung dalam bersosialisasi. Tentu hal tersebut akan menjadi benefide yang luar biasa secara sosial, kultural dan bahkan juga secara ekonomis.

Metodologi :
Field Research dengan menggunakan pendekatan kualitatif (indepth interview etc.) dan kuantitatif
(statistik demografi dan paparan geografis) yang didukung dengan anthropological theories (ethnograpy untuk pemetaan konteks sociocultural, grounded theory dalam proses penelitian dan pemikiranpemikiran post-structuralism/postmo sebagai pisau analisa).

Hasil :
Paparan deskriptif analitis dari satu wilayah kaum urban di Jakarta Utara yang mencuatkan persoalan stigmatisasi dari warga komunitas masyarakat yang tidak well inform tentang HIV/AIDS sehingga mampu memberikan rekomendasi akademis dan ilmiah betapa pentingnya menemukan alternatif solusi sosial yang lebih jitu untuk mengupayakan quality of life dari anak miskin yang terinfeksi HIV.

Kesimpulan :
Stigmatisasi sosial bisa jauh lebih melumpuhkan daripada HIV/AIDS itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan upaya bersama yang sinergis, integral dan menyeluruh dari mereka yang berkehendak baik (individu, kelompok, komunitas dan masyarakat) untuk membangun kesadaran yang melahirkan passion dari komunitas masyarakat yang menjadi konteks hidup anak miskin yang terinfeksi HIV.

You might also like