You are on page 1of 8

ABSTRAK DAN SARIPATI MAKALAH KPDI-4 DI SAMARINDA Interoperabilitas Kebijakan dalam Pembangunan Perpustakaan Digital Nasional Indonesia Oleh:

Lilik Soelistyowati Simpulan Pembangunan Perpustakaan Digital Nasional Indonesia merupakan salah satu program prioritas untuk kemaslahatan masyarakat luas. Pembangunannya menjadi tanggungjawab Perpustakaan Nasional RI. Sebagai perpustakaan pembina, Perpusnas wajib menjadi fasilitator dalam pengembangan jejaring kemitraan dan juga melaksanakan fungsi sebagai pusat jejaring tersebut. Pembangunan Perpustakaan Digital Nasional Indonesia mencakup sejumlah kegiatan, seperti pembangunan Katalog Induk Nasional, Bibliografi Nasional, Koleksi Pusaka Digital Nasional, Pengarsipan Web dan sebagainya. Pekerjaan besar ini tidak mungkin dapat dilaksanakan oleh Perpusnas sendiri tanpa bekerja sama dengan seluruh jenis perpustakaan yang ada di Indonesia. Jejaring kemitraan dengan seluruh jenis perpustakaan di Indonesia sangat menentukan keberhasilannya. Salah satu syarat agar jejaring kemitraan akan dapat bekerja dengan baik bila dapat diwujudkan interoperabilitas kebijakan di antara anggota jejaring. ### Peran Perpustakaan Digital dalam Pembangunan Masyarakat Berbasis Pengetahuan Oleh: Putut Irwan Pudjiono Simpulan Diseminasi informasi yang dilaksanakan oleh perpustakaan merupakan salah satu alur penting dalam pembentukan masyarakat berbasis pengetahuan. Masyarakat yang inovatif, berdaya saing, dan memiliki ketahanan yang kuat dapat terbangun jika informasi yang memiliki nilai positif terhadap kehidupan dapat terus dialirkan ke masyarakat secara efektif. Perubahan paradigma dan tuntutan masyarakat terhadap perpustakaan telah bergeser terutama didorong oleh perkembangan teknologi digital. Teknologi ini telah mengubah cara masyarakat mengapresiasi dan mengakses informasi. Perubahan paradigma tersebut harus diantisipasi bahkan dipandang perlu agar perpustakaan melakukan reposisi supaya dapat menjalankan fungsinya sebagai pusat repository informasi secara berkesinambungan. ### Interoperabilitas dalam Pengembangan Perpustakaan Digital: Sisi Pandang Kebijakan Teknologi Oleh: Putu Laxman Pendit Abstrak Interoperabilitas dalam sistem informasi pada umumnya dan perpustakaan digital pada khususnya mencakup dimensi teknis maupun non-teknis. Makalah ini mencoba menguraikan pengertian interoperabilitas secara menyeluruh, sekaligus mencoba mengajukan rancangan solusi organisasional terhadap isu-isu teknologi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan teori sosio-teknis sebab sampai saat ini belum cukup terkumpul data empirik tentang kondisi interoperabilitas secara nasional di Indonesia. Melalui pendekatan teoritis diharapkan akan ada gambaran yang lebih komprehensif tentang faktor pendorong maupun penghalang upaya interoperabilitas di Indonesia, khususnya yang menyangkut kebijakan teknologi informasi sebagai panduan dan acuan bagi upaya komputasi yang sekaligus terbuka dan mangakomodasi perbedaan sistem. Kata kunci: interoperabilitas, kebijakan informasi, pendekatan sosio-teknis. 1

Penggunaan Control Vocabularies untuk memastikan Interoperabilitas dengan Perpustakaan Seluruh Dunia dan Memenuhi Kebutuhan Pengguna di Indonesia Oleh: Tanya R. Torres Abstrak Yayasan Lontar sedang membuat sebuah perpustakaan digital yang nantinya akan berbagi informasi dengan perpustakaan-perpustakaan di seluruh dunia. Perpustakaan Digital Lontar telah mengadopsi (yang dalam beberapa hal, disesuaikan) dengan standar internasional untuk berbagai controlled vocabularies, seperti: Nama orang, perusahaan, dan nama geografis dari Library of Congress Names Authority File (LCNAF); serta Tajuk nama dari Library of Congress Subject Heading (LCSH) Menggunakan ontology dan controlled vocabularies akan memungkinkan Perpustakaan Digital Lontar untuk harvest dan menyimpan data dengan situs-situs berbasis internet, seperti Open Library dan Freebase, serta menukar metadata menggunakan OAI-PMH dengan perpustakaan perguruan tinggi seperti anggota Indonesia Digital Library Networks dan Southeast Asian Digital Library (SEDAL) di Northern Illinois University di Amerika. Sebagai bagian dari pekerjaaan ini, Lontar telah mengambil sebuah subset dari Library of Congress Subject Heading (LCSH) dan membuat paralel controlled vocabulary dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan subjek dari Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) dan Pusat Bahasa. Sistem ini akan memudahkan pustakawan untuk mengkatalog tajuk utama (subject headings), baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Inggris, berdasarkan standar internasional, dan menjaga interoperabilitas dengan perpustakaan di seluruh dunia. ### Interoperabilitas dalam konteks pendidikan pustakawan di Indonesia Oleh: Sulistyo-Basuki Simpulan Interoperabilitas adalah kemampuan sistem atau produk untuk bekerja dengan sistem lain tanpa upaya khusus dari pemakai. Istilah tersebut memiliki makna luas, berbagai isu menyangkut interoperabilitas teknik, semantic, politik/manusia/interkomunitas dan internasional. Karena memiliki kemaknawian (signifikansi) bagi berbagai sistem dan sumber daya informasi semacam museum, perpustakaan, depo arsip, maka konsep interoperabilitas perlu diajarkan pada pendidikan IP&I. Pengajaran dapat dilakukan dosen pengampu mata kuliah TI dibantu oleh praktisi dan pakar dari disiplin lain karena interoperabilitas dapat bersifat lintas bidang.

Penerapan IndoMARC sebagai Format Standar Data Bibliografis dalam Pembangunan Katalog Induk Nasional Oleh: Dina Isyanti Simpulan Membangun interoperabilitas antarsistem di perpustakaan tidaklah mudah. Interoperabilitas teknis relatif lebih mudah dicapai selama anggaran yang tersedia memadai. Upaya membangun interoperabilitas semantik dipengaruhi oleh aspek-aspek yang sangat bervariasi, yang umumnya bersifat non-teknis, mulai dari masalah komitmen, kebijakan dalam bentuk aturan, kondisi sosial budaya, masalah personal, dsb. Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan interoperabilitas, Perpusnas menetapkan penggunaan skema IndoMARC untuk pengkatalogan atau pembuatan data bibliografis. Walaupun skema ini sudah mulai digunakan dan disosialisasikan sejak tahun 1992, namun di Indonesia belum ada program aplikasi di luar yang dikembangkan Perpusnas yang dikembangkan sepenuhnya berbasis IndoMARC. Salah satu kemungkinan adalah karena pengembang tidak mengetahui tentang adanya format atau skema standar tersebut, namun terdapat juga kemungkinan bahwa pengembang malas untuk bersusah-payah mengikuti aturan IndoMARC yang dianggap rumit. Sebagai jalan pintas dalam memecahkan masalah standarisasi data bibliografis ini Perpusnas bahkan memberikan bantuan program aplikasi berbasis IndoMARC yang siap pakai kepada perpustakaan mitra yang telah ditetapkan dalam rangka pembangunan Perpustakaan Digital Nasional Indonesia, dengan harapan masing-masing perpustakaan provinsi yang merupakan perpustakaan mitra dapat menjadi fasilitator pengembangan jejaring perpustakaan digital di daerahnya. Namun pemberian bantuan tersebut ternyata tidak selalu dapat dengan mudah memecahkan masalah dalam pembangunan Katalog Induk Nasional. Pemahaman tentang IndoMARC di lingkungan pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan juga banyak yang tidak mengetahui tentang, apalagi, memahami IndoMARC. Mungkin sosialisasi yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional kurang gencar, namun pengenalan masalah standar metadata melalui pendidikan formal tampaknya juga harus dimulai atau ditingkatkan bila sudah ada.

Jaringan Perpustakaan Digital di Indonesia: Pembelajaran dari IndonesiaDLN, InherentDL, Jogjalib for All, Garuda dan Jogjalib.Net Oleh: Arif Surachman Abstrak Kesadaran akan pentingnya diseminasi informasi dan ilmu pengetahuan serta perkembangan teknologi informasi telah mendatangkan berbagai upaya dari sebagian atau sekelompok masyarakat untuk mengembangkan jejaring informasi digital. Baik yang awalnya hanya diperuntukkan 'hanya' sekedar berbagi informasi bibliografis digital hingga kepada sharing ilmu pengetahuan dan hasil karya tersimpan dalam format digital. Mereka berusaha 'menggabungkan' dan menyatukan berbagai content digital yang dimiliki dalam satu 'wadah' yang diharapkan akan mampu memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat. Di Indonesia, hal ini sebetulnya bukan merupakan hal baru, bahkan sudah sekitar satu dasawarsa lalu (sejak awal millenium) upaya-upaya membangun jaringan perpustakaan digital ini dilakukan. Namun hasilnya sampai saat ini belum terlalu menggembirakan. Beberapa upaya itu diantaranya dilakukan melalui IndonesiaDLN, InherentDL, Portal Garuda Dikti, Jogjalib for All, dan Jogjalib.Net. Apa yang sudah dilakukan bukannya gagal sama sekali, hanya mungkin tidak seperti yang diharapkan sebelumnya. Ada berbagai macam kendala dan pengalaman yang dapat menjadi media pembelajaran bagi upaya membangun jaringan perpustakaan digital ke depan di Indonesia. Tulisan ini mencoba ingin mengulas dari berbagai aspek berbagai hal yang menyangkut upaya membangun jaringan perpustakaan digital di Indonesia. Salah satu faktor utama yang menjadi kendala dari keberadaan jaringan itu adalah masalah kebijakan, aspek interoperabilitas, dan akses oleh pengguna. Di samping tentunya adanya masalah lain seperti kesinambungan, sumber daya, pengelolaan, infrastruktur, dan aspek teknis lainnya. Kajian dan analisis ini merupakan satu bentuk 'lesson learned' atau pembelajaran bagi pengembangan Perpustakaan Digital di masa yang akan datang. Kata kunci: Perpustakaan Digital, Jaringan Perpustakaan Digital, Informasi Digital, Digital Libraries, Jaringan Perpustakaan Digital Indonesia, Interoperabilitas ### Perkembangan Komunikasi Data pada Aplikasi GDL 5.0 Oleh: Djembar Lembasono Abstrak OAI-PMH (Open Archive Initiative - Protocol Metadata Harvester) masih menjadi unggulan sebagai middle ware pada berbagai aplikasi Digital Library, walaupun masih ada cara lainnya data ini berkomunikasi menggunakan media Middle Ware lainnya. Middle Ware atau lebih dikenal sebagai web sevice merupakan penghubung komunikasi data pada aplikasi yang berbeda dan umumnya menggunakan aplikasi berbasis WEB. Dalam tujuannya menyebarluaskan informasi kepada jejaring yang lebih besar seperti Wikipedia, Freebase, Open Library dan yang lainnya, GDL membuka metode komunikasi data lainnya selain menggunakan OAI. Kita dapat melihat pada Wikipedia sudah terdapat banyak informasi yang dapat kita HARVEST ke dalam sistem digital library untuk memperkaya CONTENT, dan juga beberapa metode POSTING atau memberikan data kepada jejaring informasi yang lebih besar.

Interoperabilitas Copy Cataloging dalam Sistem Union Catalog Oleh: B. Mustofa Abstrak Copy cataloging adalah layanan suatu pusat data bibliografi (metadata bibliografi) yang memungkinkan perpustakaan lain melakukan proses penyalinan data bibliografi bahan perpustakaan yang dimiliki, yang kemudian data bibliografi tersebut dengan sedikit modifikasi dapat dimanfaatkan untuk keperluan lokal layanan perpustakaan. Dengan demikian setiap perpustakaan tidak perlu selalu melakukan proses original cataloging untuk setiap buku yang baru dimilikinya. Proses original cataloging adalah proses melakukan katalogisasi dan klasifikasi dari awal (form scretch) untuk sebuah bahan perpustakaan yang baru dimiliki. Copy cataloging merupakan layanan yang sejak tahun 70an sudah dikembangkan di luar negeri. Namun sampai saat ini di Indonesia praktek seperti ini belum dikembangkan secara sistematis, melembaga dan meluas. Sesungguhnya layanan seperti ini merupakan salah satu tugas (walau tidak selalu) dari perpustakaan nasional suatu negara. Salah satu masalah teknis dalam membangun sistem untuk memudahkan proses copy cataloging adalah menjamin tingkat interoperabilitas (interoperability) tinggi dari sistem dan data yang dibangun. Mengingat di Indonesia begitu beragam sistem dan format data bibliografi yang digunakan oleh beragam jenis perpustakaan. Dibahas sekilas tentang aspek teknis dan non-teknis dalam membangun sistem untuk memudahkan proses copy cataloging serta tentang hubungan konsep antara layanan copy cataloging dan layanan union catalog dan peluang mengintegrasikan keduanya. Di lain pihak usaha membangun union catalog (katalog induk) sudah gencar dikembangkan selama ini di Indonesia. Dahulu, idealnya dalam sistem aplikasi katalog induk masing-masing entitas perpustakaan diwajibkan memiliki format data yang sama atau bahkan sangat baik jika aplikasi manajemen perpustakaan juga sama. Namun saat ini hal itu tidak diperlukan lagi. Beberapa lembaga internasional telah berinisiatif membentuk standarisasi format pertukaran data. Paling tidak terdapat dua buah standar protokol (aturan) pertukaran data yang banyak diterapkan dalam setiap aplikasi manajemen perpustakaan yaitu Z39.50 dan OAI-PMH (Open Archieve Initiative - Protocol for Metadata Harvesting). Dibahas tentang penggunaan salah satu protokol pertukaran data tersebut, yaitu Z39.50, dalam sistem katalog induk, sehingga jenis database, format database, bahkan sistem manajemen database perpustakaan yang akan bergabung dalam jaringan katalog induk, tidak perlu sama untuk dapat menjalin suatu sistem katalog induk secara terintegrasi dalam rangka meningkatkan derajat interoperabilitas tinggi antar komponen sistem. Contoh kasus pemanfaatan standar ini dalam suatu sistem di Indonesia juga disinggung. Kata kunci: Copy cataloging, pusat data bibliografi, kerjasama jaringan perpustakaan, standar pertukaran data, format standar bibliografi, INDOMARC, original cataloging, katalog induk perpustakaan, union catalog, Z39.50, interoperability.

Persepsi Stakeholders terhadap Sistem Interoperabilitas Perpustakaan Digital Oleh: Wanda Listiani Abstrak Beragamnya perangkat lunak yang digunakan dalam perpustakaan digital, menghasilkan berbagai kendala dalam pertukaran informasi. Kendala-kendala yang menimbulkan biaya yang tidak sedikit. Interoperabilitas mampu mengurangi biaya dan waktu yang diperlukan untuk pertukaran informasi antar perpustakaan. Interoperabilitas antar perangkat lunak juga mampu mempermudah proses upgrade ataupun migrasi perangkat lunak yang dilakukan oleh sebuah perpustakaan. Namun kurangnya kemauan berbagi data dan informasi (resource sharing) antar stakeholders mengakibatkan munculnya kesulitan dalam pengembangan interoperabilitas aplikasi perpustakaan digital. Penelitian ini bertujuan memaparkan persepsi stakeholders akan interoperabilitas perpustakaan digital pada 115 pustaka yang ditemukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian pustaka. Kajian ini menganalisis pustaka yang membahas tentang interoperabilitas baik yang ditulis oleh akademisi, peneliti, penerbit, pengelola perpustakaan, mahasiswa perpustakaan maupun berbagai stakeholders dalam bisnis mulimedia lainnya di berbagai negara dalam bentuk artikel, karya ilmiah maupun laporan di media massa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi stakeholders tentang interoperabilitas berbeda. Sebagian besar aplikasi sistem informasi perpustakaan digital belum saling terhubung, sering ditemukan ketidaksesuaian data antara sistem di satu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya. Banyaknya pembangunan berbagai aplikasi sistem interoperabilitas namun kemauan untuk berbagi maupun mengkomunikasikan data dan informasi yang dimiliki masih kurang. Kata kunci: stakeholders, interoperabilitas, resource sharing, perpustakaan digital. ### Interoperabilitas Antarsistem dan Antarkomunitas: Studi Kasus Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh: A. Tri Susiati Abstrak Sistem otomasi perpustakaan perguruan tinggi relatif telah berjalan dengan menggunakan sistem informasinya sendiri-sendiri. Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta menggunakan NCI Bookman (edisi revisi) sebagai perangkat lunak dalam pengelolaan perpustakaan digitalnya, sementara berbagai perpustakaan perguruan tinggi di Yogyakarta maupun di luar Yogyakarta menggunakan sistem informasi yang berbeda. Sistem informasi yang berbeda tersebut menimbulkan masalah karena kendala berbagai keragaman dalam pengelolaannya datanya, sehingga tidak tercipta standar yang sama untuk database yang digunakan, untuk itu diperlukan suatu interoperabilitas agar berbagai sistem perpustakaan namun tetap dapat membantu perpustakaan untuk berbagai sumber daya koleksi demi kepentingan pemakai. Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta melakukan berbagai kerjasama dalam rangka layanan informasi bagi pemustakanya. Kerjasama yang dilakukan menggunakan berbagai model seperti format tunggal dan interoperabilitas. Model interoperabilitas yang dilakukan dalam rangka kerjasama menggunakan model web services untuk memudahkan pemustaka mendapatkan informasi dari perpustakaan yang tergabung dalam komunitas yang sudah melakukan kerjasama dan dapat lebih cepat dikembangkan jika kerjasama juga dilakukan antar komunitas. Kata kunci: interoperabilitas, academic libraries, Yogyakarta, resource sharing, library cooperation. 6

Analisis Semantik untuk Pengembangan Semantic-Web dalam Sistem Informasi Perpustakaan Oleh: Retno Asihanti Setiorini Abstrak Kajian ini merupakan pengamatan awal penelitian (prapenelitian) untuk penelitian semantik terhadapa kata kunci yang digunakan di artikel ilmiah pada Indonesian Scientific Journal Database (ISJD). Analisis semantik untuk melihat hubungan relasi makna antar-kata kunci dalam tiap artikel ilmiah. Tujuan penulisan ini adalah menemukan kedekatan topik dalam satu artikel maupun berbagai artikel ilmiah dengan menggunakan kata kunci sebagai perlambang topik. Penggunaan analisis semantik dalam penyusunan data dalam database (pangkalan data) merupakan upaya membuat mesin menyusun data berdasarkan topik. Penyusunan data sedemikian rupa dapat mempermudah dan mempertinggi ketepatan pencarian. Telah dilakukan analisis semantik terhadap kata kunci pada data di tesaurus. Namun, penyusunan peta relasi makna tidak sepenuhnya sama dengan penggambaran dalam tesaurus. Pemilihan relasi makna dan kata kunci yang dipetakan dilakukan untuk mendapatkan keterkaitan kata antar-kata kunci. Selain itu, pemilihan tersebut juga disebabkan deskripsi relasi makna dalam tesaurus ada yang terlalu luas dan sebaliknya, ada pula yang memiliki rumpang. Selain itu, tidak semua kata kunci dalam tesaurus mendapat penggambaran relasi makna dengan lengkap. Melalui analisis semantik, diperoleh bagan hubungan relasi makna antar-tiga kata kunci pada artikel tersebut. Kata kunci: Semantics, Information retrieval systems, Index, Semantic web ### Tantangan Menuju Interoperabilitas Akses dan Koleksi Perpustakaan Digital di Indonesia Oleh: Albertus Pramukti Narendra Abstrak Perpustakaan dewasa ini mengembangkan perpustakaan digital dengan berbagai tipikal sehingga muncul berbagai karakter perpustakaan digital yang tampil di masyarakat virtual. Kebutuhan untuk saling membangun jaringan muncul untuk menjawab kebutuhan pemustaka terhadap kemudahan akses dari berbagai pangkalan digital. Interoperabilitas menurut IEEE (1990) dimaknai sebagai sebuah kemampuan dua atau lebih dari sistem atau komponen yang mampu untuk saling bertukar informasi dan bisa saling mempergunakan data atau informasi yang diperlukan tersebut. Interoperabilitas perpustakaan digital berkaitan dengan peranan membangun layanan bagi pemustaka secara terpadu yang menyatukan berbagai sistem yang secara teknis dan organisatoris berbeda (Arms: 2000). Interoperabilitas merupakan tantangan yang masih dihadapi oleh perpustakaan digital di Indonesia. Tantangan berkaitan dengan dimensi teknis dan dimensi sosial. Bagi pemustaka, kebutuhan dasarnya adalah kemudahan akses ketersediaan koleksi yang mampu menjawab kebutuhan informasi di dalam sebuah jejaring perpustakaan digital. Portal Garuda menjadi sebuah contoh pengembangan jaringan antar perpustakaan digital khususnya koleksi dan akses perpustakaan digital yang disediakan sebagai media sharing ilmu pengetahuan khusus Indonesia. Melalui bantuan sebuah portal memungkinkan adanya sebuah integrasi konten digital dari kontributor portal sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dalam sharing pengetahuan dan informasi. Kata kunci: Interoperabilitas, koleksi, akses, portal Garuda, teknologi informasi, perpustakaan digital, Indonesia 7

Pemanfaatan Cloud Computing untuk Mendukung Perpustakaan Berbasis Digital Oleh: Yoki Muchsam Abstrak Cloud computing atau komputasi awan ialah gabungan pemanfaatan teknologi komputer ('komputasi') dan pengembangan berbasis Internet (awan). Cloud sebagaimana awan yang sering digambarkan di diagram jaringan komputer. Sebagaimana awan dalam diagram jaringan komputer tersebut, awan (cloud) dalam Cloud Computing juga merupakan abstraksi dari infrastuktur kompleks yang disembunyikannya. Ia adalah suatu metoda komputasi dimana kapabilitas terkait teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan (as a service), sehingga pengguna dapat mengaksesnya lewat Internet tanpa mengetahui apa yang ada di dalamnya, ahli dengannya, atau memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi yang membantunya. Hal ini karena komputasi awan melalui konsep virtualisasi, standarisasi dan fitur mendasar lainnyadapat mengurangi biaya Teknologi Informasi (TI). Menyederhanakan pengelolaan layanan TI dan mempercepat penghantaran layanan. Secara umum arsitektur komputasi awan terdiri dari (1) Infrastructure as a service (IaaS), (2) Platform as a Sevice (PaaS), (3) Software as a Service (SaaS). Perpustakaan memiliki potensi yang cukup besar dalam penerapan teknologi cloud computing di masa yang akan datang. Sumberdaya informasi, infrastruktur dan SDM menjadi bagian dalam mendukung implementasi cloud computing perpustakaan berbasis digital. Diharapkan tulisan ini memberikan gambaran konsep penerapan cloud computing di perpustakaan. Khususnya pustakawan bisa mengambil manfaat dengan mengadopsi sebagai layanan perpustakaan dengan menggunakan cara yang lebih sederhana/konservatif. Kata kunci: cloud computing, IaaS, PaaS, SaaS, perpustakaan digital

###

Keterangan: Dokumen ini merupakan salinan dari email yang diposting oleh Saudara Widiarsa Pawirodirjo dalam sebuah mailing list diskusi antarpustakawan, http://groups.yahoo.com/group/the_ics/, pada 24 November 2011. Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia yang ke empat (KPDI-4) diselenggarakan di Samarinda, pada 8-10 November 2011. 8

You might also like