You are on page 1of 27

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua sisi
kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun, dalam kehidupan ini, yang tidak dijelaskan.
Seluruh ruang lingkup secara keseluruhan pun disentuh dengan nilai Islam, walau
masalah tersebut nampak kecil dan tidak terlalu penting. Termasuk tata cara perkawinan
Islam yang begitu agung nan penuh nuansa, yaitu tentang perkawinan.
Islam telah memberikan konsep yang jelas tentang tata cara perkawinan
berlandaskan Al-Qur`an dan Sunnah yang Shahih. Pernikahan merupakan jalan yang
paling bermanIaat dan paling aIdhal dalam upaya merealisasikan dan menjaga
kehormatan, karena dengan jalan inilah seseorang bisa terjaga dirinya dari apa yang
diharamkan Allah. Oleh sebab itulah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
mendorong untuk mempercepat nikah, mempermudah jalan untuknya dan memberantas
kendala-kendalanya.
Pada tata cara perkawinan Islam ditemukan larangan dalam pernikahan, hal
tersebut lah yang melatarbelakangi penulisan makalah ini. Makalah ini membahas
mengenai landasan serta sumber hukum apa saja tentang larangan, khususnya untuk
yang masih memiliki hubungan sedarah, yang terdapat dalam tata cara perkawinan
Islam.
Hal lainnya dari larangan tersebut yang menjadi latar belakang penulisan
makalah ini adalah adanya berbagai pihak yang secara tegas dilarang untuk dinikahi.
Pihak-pihak tersebut pada dasarnya telah digolongkan ke dalam beberapa bagian
sehingga akan diidentiIikasi secara jelas pada bagian selanjutnya. Hal tersebut bertujuan
agar semakin jelasnya inIormasi mengenai pihak yang diharamkan dengan didasarkan
pada hubungan sedarah, sesusuan, dan hubungan semenda akibat perkawinan dua
keluarga.


Hal terakhir dari hukum larangan menikah dengan keluarga sedarah yang
menjadi latar belakang dalam penulisan adalah ditemukannya beberapa akibat yang
dapat ditimbulkan apabila larangan dalam tata cara perkawinan Islam tersebut
dilanggar. Akibat-akibat yang dapat ditimbulkan tersebut terjadi tidak hanya secara Iisik
namun juga secara psikologis.
Ketiga masalah diatas merupakan pokok bahasan yang secara mendalam akan
dijabarkan dalam makalah ini. Ketiga pokok bahasan tersebutlah yang melatarbelakangi
dilakukannya pembahasan secara mendalam dan secara komprehensiI. Dengan harapan
dapat lebih memperjelas mengenai substansi pokok yang terdapat dalam bahsan
tersebut.


1.2 Identifikasi Masalah

Pada bagian ini ada berbagai masalah yang hendak dibahas secara mendalam
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan larangan perkawinan sedarah menurut
Hukum perkawinan Islam. Adapun berbagai masalah tersebut di antaranya:

1. Apa yang menjadi dasar hukum larangan perkawinan sedarah?
2. Pihak-pihak mana sajakah yang dilarang melakukan perkawinan?
3. Bagaimana akibat yang ditimbulkan dari perkawinan sedarah?












1.3 %::an Pen:lisan

Setelah memberikan berbagai masalah apasajakah yang hendak dibahas dalam
penulisan makalah ini, maka akan diberikan tujuan apa sajakah yang dapat diperoleh
melalui pembahasan berbagai masalah tersebut secara lebih terperinci dan mendalam.




Adapun berbagai hal yang menjadi tujuan dari proses penulisan makalah ini di
antaranya adalah :

1. &ntuk dapat mengetahui mengenai apa sajakah yang menjadi dasar
hukum larangan perkawinan sedarah?
2. &ntuk dapat mengetahui tentang berbagai pihak yang dilarang untuk
melakukan perkawinan?
3. &ntuk dapat mengetahui tentang bagaimana akibat yang ditimbulkan dari
perkawinan sedarah

1.4 Metode Penelitian



Dalam melakukan penulisan makalah ini dan membahas berbagai macam
masalah yang ada, digunakan metode penulisan secara normatif. Artinya hanya
dilakukan penelitian hukum dengan menggunakan data sek:nder ata: bahan p:staka
dan inIormasi internet yang memiliki keterkaitan erat terhadap berbagai masalah dalam
hukum perkawinan Islam yang hendak dibahas lebih lanjut dan mendalam. Hal tersebut
digunakan sebagai bahan utama dalam mendukung penelitian kami ini.



BAB II
LANDASAN %EORI

2.1 H:k:m Perkawinan Islam
Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita umat manusia.
Dengan adanya perkawinan rumah tangga dapat ditegakkan dan dibina sesuai dengan
norma agama dan tata kehidupan masyarakat. Dalam rumah tangga berkumpul dua
insan yang berlainan jenis (suami-istri), mereka saling berhubungan agar mendapat
keturunan sebagai penerus generasi. Insan-insan yang berada dalam rumah tangga itulah
yang disebut keluarga. Keluarga yang dicita-citakan dalam ikatan perkawinan yang sah
adalah keluarga sejahtera dan bahagia yang selalu mendapat ridha Allah SWT.
Dalam Islam masalah perkawinan mendapat tempat yang sangat terhormat dan
sangat terjunjung tinggi tata aturannya yang telah ditetapkan dalam kitab suci.
Demikian juga negara-negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, masalah
perkawinan merupakan hal yang sangat prinsip dalam suatu kehidupan masyarakat.
Selain itu peraturan tentang perkawinan sangat dihormati pelaksanaannya sehingga
pelaksanaan perkawinan itu sesuai dengan norma atau prinsip yang telah disepakati
bersama.
Selanjutnya mengenai peraturan perkawinan, Islam mengatur mengenai pihak-
pihak mana saja yang halal untuk dinikahi dan pihak-pihak yang haram untuk dinikahi.
Khusus untuk pihak-pihak yang haram untuk dinikahi, Islam secara tegas mengaturnya
seperti larangan menikah karena hubungan nasab, semenda, dan sepersusuan atau
yang sering dikenal dengan pernikahan sedarah.
Peraturan mengenai larangan tersebut dibuat dengan tujuan agar terciptanya
keselarasan dalam kehidupan rumah tangga. Sehingga hakikat dasar dari perkawinan
menurut Islam yaitu terbinanya kehidupan perkawinan yang sakinah, mawadah, dan
warahmah dapat terwujud.



Akan tetapi apabila aturan tersebut dilanggar maka ada konsekuensi yang
harus ditanggung. Dalam kenyataan secara jelas terlihat mengenai akibat yang dapat
ditimbulkan kepada keturunannya baik Iisik seperti keadaan tubuh yang kurang normal
(cacat Iisik), maupun mental seperti gangguan psikologis, downsyndrome, dan
keterbelakangan mental.
Berbagai hal tersebutlah yang dalam hukum perkawinan Islam telah diatur
sedemikian rupa. Hal itu terlihat dalam dasar hukum Islam yaitu Al-Quran dan Hadits.
Pada kedua bagian tersebut dijelaskan mengenai larangan untuk melakukan hubungan
perkawinan dengan pihak yang masih memiliki hubungan pertalian darah dan memilki
hubungan keluarga serta kerabat.
Seluruh pandangan mazhab Iiqh Islam mengharamkan perkawinan sedarah.
Incest tidak bisa dibenarkan meskipun dengan sukarela ataupun paksaan. Mereka
menyamakannya dengan zinah yang harus dihukum. Tetapi ada perbedaan di antara
mereka soal hukumannya. Mazhab Maliki Syafi`I, Hambali, Zahiri, Syiah Zaidi,
dan lain sebagainya menghukumnya dengan pidana hudud (hukun Islam yang sudah
ditentukan kadarnya seperti hukum potong tangan), persis seperti hukuman bagi
pezinah. Sementara Ab: Hanifah menghukumnya dengan tindak pidana ta:ir
(peringatan keras atau hukuman keras) bagi incest sukarela.


2.2 S:mber H:k:m Islam
a.Al-q:ran
O".S. An-Nissa` 4:22

an fanganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu,
terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat kefi
dan dibenci Allah dan seburuk-buruk falan (yang ditempuh). An-nissa : 22)





O".S. An-Nissa` 4:23

~ = - = ' + ~ ' - ' = ' ~ = `' = ' - _ `' ' -
= `' ' + ~ `' - - ' = ~ =' - ' ' + ~ -' ~ -
-' `' = = ~ -' ~ - `' = ~ + ' - = ~
+ ` _' - = - = . - ` = -' - - ~ ' ~ `-

iharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan,
saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang
perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara perempuan
sepersusuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak istrimu yang dalam
pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi fika kamu belum
campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu
mengawininya, (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu),
dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara,
kecuali yang telah terfadi pada masa lampau, sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang,` ".S. An-Nisa`: 23)

b. Hadits
O H.R. Ibn Abbas)
Dalam riwayat Ibn Abbas, Rasulullah bersabda: Barang siapa yang melakukan
hubungan intim dengan kerabat sedarah |mahram|, maka ia pantas dibunuh.
lihat Ibn al-Atsir, 1mi` al-Ushl, IV/269, no. hadits: 1830).

O H.R. Ibn al-Atsir, 1mi` al-Ushl)
Suatu saat aku bertemu dengan pamanku, ia sedang berjalan membawa bendera.
Mau kemana? Ia mengatakan: Aku diutus Rasulullah untuk mengeksekusi
orang yang menikahi isteri ayahnya sendiri. lihat Ibn al-Atsir, 1mi` al-
Ushl, IV/275, no. hadits: 1829).



O H.R. B:khari)
dari `Uqbah ibn Harits bahwa dia menikahi anak perempuan Ihab ibn `Azis.
Maka datang kepadanya seorang perempuan maka (dia) berkata, "Sesungguhnya
saya telah menyusui `Uqbah dan (perempuan) yang dia nikahi." Maka berkata
kepadanya `&qbah, "Aku tidak tahu kalau engkau telah menyusuiku dan engkau
tidak pula memberitahuku." Maka (`&qbah) berkendara menuju Rasulullah
shallallahu `alaihi wa sallam di Madinah, maka dia bertanya kepada beliau.
Maka bersabda Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, "Bagaimana (lagi)
padahal sudah dikatakan (bahwa kalian adalah bersaudara susuan)?" Maka
`&qbah menceraikannya (istri) dan menikahi istri (perempuan) selainnya. HR
B:khari)

O HR B:khari dan M:slim)
Diriwayatkan dari &mmu Habibah r.a, ia berkata, Aku bertanya, "ahai Rasulullah,
adakah keinginanmu terhadap puteri Abu Sufyan?" "Apa yang harus kulakukan,"
jawab Nabi. "Menikahinya'" sahutku. "Apakah engkau mau?" tanya Nabi pula. "Aku
tidak bisa mengekang seorang diri dan wanita yang paling aku sukai untuk menfadi
maduku adalah saudara perempuanku" jawab &mmu Habibah. Nabi berkata,
"Sesungguhnya ia tidak halal untukku." "Aku dengan engkau meminang seorang
wanita?" tanya &mmu Habibah. "Puteri Ummu Salamah maksudmu?" selidik
Rasulullah. "Ya benar" jawab &mmu Habibah. Nabi berkata, "Sekiranya ia bukan
anak perempuan isteriku (anak tiri), ia fuga tidak halal bagiku. Tsuwaibah telah
menyusui aku dan dia. Janganlah engkau tawarkan anak perempuan dan saudara
perempuan kalian padaku," HR B:khari 5106] dan M:slim 1449]).









2.3H:k:m Positif Indonesia

a.Undang - Undang No 1 tah:n 1974

OPasal 8 Undang-Undang No.1 %ah:n 1974, yait:

Pihak- pihak yang dilarang untuk dinikahi dengan didasarkan atas
hubungan tertentu terdiri dari:

1 berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah atau keatas.
berhubugan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara
saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang
dengan saudara neneknya.
berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu atau
ayah tiri.
berhubungan sesusuan, yaitu orang tua sesusuan, anak sesusuan dan
bibi atau paman sesusuan.
berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan
dari istri, dalam hal seorang suami beristri lebih dari seorang
mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang
berlaku, dilarang kawin


b. Kompilasi H:k:m Islam KHI) Pasal 39

Terdapat tiga golongan pihak yang dengan alasan apapun dan secara abadi
dilarang untuk melakukan perkawinan diantara keduanya atau lawan jenisnya,
terdiri dari:

1. Karena pertalian nasab
a)Dengan seorang wanita yang melahirkan atau yang menurunkannya atau
keturunannya (Ibu).
b)Dengan seorang wanita keturunan ayah dan ibu (Saudara perempuan
kandung)/(sepupu wanita).


c)Dengan seorang wanita saudara yang melahirkannya (bibi).

2. Karena pertalian kerabat semenda
a)Dengan seorang wanita yang dilahirkan istrinya atau bekas istrinya (anak
perempuan kandung).
b)Dengan seorang wanita bekas istri orang yang menurunkannya(Ibu tiri).
c)Dengan seorang wanita keturunan istri atau bekas istrinya kecuali putusnya
hubungan perkawinan dengan bekas istrinya itu qabla al-dukhul (Anak tiri).
d)Dengan seorang wanita bekas keturunannya.


3. Karena pertalian ses:s:an
a)Karena wanita yang menyusuinya dan seterusnya menurut garis lurus ke
atas.
b)Dengan seorang wanita sesusuan dan seterusnya menurut garis lurus ke
bawah.
c)Dengan seorang wanita saudara sesusuan dan kemenakan sesusuan ke
bawah.
d)Dengan seorang wanita bibi sesusuan dan nenek bibi sesusuan ke atas.
e)Dengan anak yang disusui oleh istrinya dan keturunannya.









10


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pihak-Pihak yang Haram Unt:k Dinikahi

Hukum perkawinan Islam mengatur berbagai hal yang secara jelas terdapat dalam
ruang lingkup Hukum perkawinan tersebut. Seperti halnya mengenai tata cara
perkawinan, syarat sahnya perkawinan, rukun-rukun yang harus dilaksanakan dalam
melangsungkan perkawinan Islam, dan lain sebagainya. Bahkan karena hukum
perkawinan Islam tersebut siIatnya sangat komprehensiI atau menyeluruh maka di
dalmnya juga mengatur tentang larangan larangan yang harus dihindari.

Khusus mengenai larangan perkawinan dalam hukum Islam, pada bagian ini ada
karena memiliki tujuan untuk menjaga suatu hubungan dalam kehidupan perkawinan
muslim dapat berlangsung sesuai tujuan perkawinan Islam. Seperti tujuan yang sangat
mulia menjadi suatu keluarga yang memiliki kehidupan sakinah, mawaddah, dan
warahmah.

Secara prakteknya atau dalam penerapannya masih ditemukan kesalahpahaman.
Kesalahpahaman tersebut bahkan terjadi pada hal-hal yang siIatnya masih sangat
sederhana. Berbagai hal tersebut yang menjadi awal ketidak sesuaian antara hukum yang
perkawinan Islam dan dalm penerapnnya terjadi dalam memehami istilah dasar tentang
mahram dan muhrim.

Istilah mahram masih banyak orang menyamakan dengan istilah muhrim. Dalam
bahasa arab, kata muhrim (muhrimun) artinya orang yang berihram dalam ibadah haji
sebelum bertahallul. Sedangkan kata mahram (mahramun) artinya orang-orang yang
merupakan lawan jenis kita, namun hukum yang mengaturnya adalah haram (tidak
11

boleh) untuk kita nikahi selamanya. Namun kita boleh bepergian (safar) denganya, boleh
berboncengan dengannya, boleh meliihat wajahnya, tangannya, boleh berjabat tangan,
dan seterusnya.


Sehingga pada dasarnya apabila telah dipahami mengenai istilah dasar mahram
tersebut dapat memberikan inIormasi yang sangat luas mengenai larangan perkawinan
terhadap pihak-pihak yang memilki hubungan pertalian sedarah. Hal tersebut karena
dalam Hukum Perkawinan Islam membagi secara jelas mengenai pihak-pihak dan
golongan mana sajakah yang dilarang untuk dinikahi.


Berikut ini akan dijelaskan siapa saja mahram dari kalangan laki-laki, yakni hal
ini berarti siapa saja wanita yang haram untuk dinikahi oleh para kaum lelaki. Adapun
sebaliknya yang dimaksud mahram dari kalangan perempuan adalah kebalikannya, yakni
laki-laki yang haram dinikahi.


Mahram bisa dibagi menjadi tiga kelompok. Antara lain,
1. mahram karena nasab (keturunan);
2. mahram karena pertalian kerabat semenda;
3. mahram karena pertalian sepersusuan.


1.Mahram Karena Nasab ket:r:nan)

Nasab dalam kamus bahasa Indonesia disebut dengan Keturunan (terutama
pihak Bapak), pertalian keluarga kandung. Nasab dalam kamus Bahasa Arab adalah :
Penisbahan dan penjabaran silsilah (hubungan) seseorang pada karib kerabatnya yang
masih memiliki hubungan keturunan sedarah, terhadap seseorang, terhadap kaumnya,
yaitu terjadinya ikatan antara dua orang atau beberapa orang dalam satu keturunan
keluarga.

1



Berdasarkan penjelasan yang terdapat dalam sumber hukum Islam yaitu di
dalam Al-Quran dan Hadits telah dijelaskan secara lengkap dan jelas pihak-pihak
mana saja yang termasuk ke dalam golongan wanita yang haram untuk dinikahi. Ada
tujuh golongan yang termasuk dalam Nasab (Mahram karenaketurunan), yakni :

a)Ibu, nenek dan seterusnya ke atas, baik jalur laki-laki maupun wanita.


dsL dsL


nenek nenek



lbu lbu




wanlLa rla





b)Anak perempuan (putri), cucu perempuan, dan seterusnya, ke bawah baik dari jalur
laki-laki-laki maupun perempuan.


wanlLa rla





uLrl uLrl




Cucu cucu
perempuan perempuan

usL

1

Sdr
perempuan
n

c)Saudara perempuan sekandung, seayah atau seibu.



Sdr ermpuan Sdr ermpuan sdr Lakl" Sdr ermpuan




d)Saudara perempuan bapak (bibi), saudara perempuan kakek (bibi orang tua) dan
seterusnya ke atas baik sekandung, seayah atau seibu.

dsL


Sdr ermpuan kakek Sdr ermpuan




8apak
Sdr ermpuan Sdr ermpuan




Lakllakl




e)Saudara perempuan ibu (bibi), saudara perempuan nenek (bibi orang tua) dan
seterusnya ke atas baik sekandung, seayah atau seibu.

dsL


Sdr ermpuan nenek Sdr ermpuan



Sdr ermpuan lbu Sdr ermpuan





WanlLa


1





I) Putri saudara perempuan (keponakan) sekandung, seayah ataui seibu, cucu
perempuannya dan seterusnya ke bawah, baik dari jalur laki-laki maupun wanita.



Lakl" Sdr ermpuan



keponakan



Cucu cucu
Lakllakl perempuan





usL dsL



g)Putri saudara laki-laki (keponakan) sekandung, seayah atau seibu, cucu
perempuannya dan seterusnya ke bawah baik dari jalur laki-laki maupun wanita.

Lakl" Sdr ermpuan



keponakan
erempuan



cucu Cucu
perempuan lakl"



dsL dsL

.. ..
1

Lakllakl
2.Mahram Karena Pertalian Kerabat Semenda ushaharah)
Mahram mushaharah adalah mahram yang terjadi karena pernikahan. Berkata
Syeikh Abdul karim Zaidan Rahimahullah; "Mahram wanita yang disebabkan
mushaharah adalah orang-orang yang haram menikah dengan wanita tersebut selama-
lamanya seperti ibu tiri, menantu, dan mertua" (lihat Syarh Muntahal Iradat 3/7)

Hal tersebut seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya dalam Salah
satu sumber hukum Islam yang terdapat dalam Al-Quran Surat An-Nissa Ayat 22 dan 23,
yang menyatkan tentang larangan menikah dengan pihak-pihak yang memilki hubungan
kerabat semenda (mushaharah).

an fanganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu (ibu
tirimu). An Nisaa':22)

"iharamkan atas kamu (mengawini).. ibu-ibu isterimu (mertua), anak-anak
isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi fika
kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa
kamu mengawininya, (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu)
.. An Nisaa':23)


Berdasar ayat-ayat diatas maka yang termasuk mahram mushaharah adalah:
a)Istri bapak (ibu tiri), istri kakek dan seterusnya ke atas, berdasarkan surat an
nisa:22


nenek Llrl
kakek



8apak
lbu 1lrl




1


b)Istri anak, istri cucu dan seterusnya ke bawah berdasarkan an nisa:23


Lakl"



anak
lakl" lsLrl anak



Cucu lsLrl cucu
Lakl"







c)Ibu mertua, ibunya dan seterusnya ke atas, berdasarkan an nisa:23

dsL


nenek




lbu MerLua




erempuan lakl"












1


d)Anak perempuan istri dari suami lain (rabibah), cucu perempuan istri baik dari
keturunan rabibah maupun dari keturunan rabib (anak lelaki istri dari suami lain),
berdasarkan surat an nisa :23

ManLan suaml lsLrl suaml





Anak lelakl Anak erempuan
(8ablb) (8ablbah)



Cucu 8ablb Cucu 8ablbah



3.Mahram Karena Pertalian Sepers:s:an Rodha`ah )
Radhaah artinya pihak-pihak sepersusuan. Yang dimaksud dengan sepersusuan
adalah pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan susuan dari sang wanita yang
diberikan pada anak yang memang masih memperoleh makanan dari air susu walupun
bukan merupakan. Mengenai beberapa kali seorang bayi menyusui pada seorang ibu yang
menimbulkan keharaman perkawinan seperti keharaman hubungan nasab sebagaimana
tersebut dalam hadits serta apabila melihat dalil yang kuat ialah yang tidak dibatasi
jumlahnya. Hal tersebut asalkan seorang bayi telah menyusu dan kenyang pada seseorang
itu menyebabkan keharaman perkawinan.
Demikian pendapat HanaIi dan Maliki. Menurut pendapat SyaIi`i, Ibnu
Hamdan, Imam Ahmad menurut sebagian riwayat, membatasi sekurang-kurangnya 5
(lima) kali susuan dan mengenyangkan. Adapun pendapat Tsaur Abu &baid, Daud Ibnu
Ali Az-Zhahitiy dan Ibnu Muzakkir, sedikitnya tiga kali susuan yang mengenyangkan.
1


Menurut hadits riwayat Abu Daud, An-Nasa`i dan Ibnu Majah dari Aisyah,
keharaman karena sepersusuan ini yang diterangkan dalam hadits, yang artinya:
`iharamkan karena ada hubungan susuan sama halnya dengan apa yang diharamkan
karena adanya hubungan nasab.` hadits riwayat Ab: Da:d, An-Nasa`i dan Ibn:
Maah dari Aisyah)
Jika diperinci hubungan sesusuan yang diharamkan di dalam Al-Qur'an
dijelaskan tentang tiga belas orang atau kelompok yang tidak boleh dinikahi. Yang
berdasarkan penyebabnya, ketiga belas kelompok tersebut dapat dibagi menjadi lima
golongan besar, diantaranya:
1. Ibu susuan
Yaitu ibu yang menyusui, maksudnya wanita yang pernah menyusui seorang
anak, dipandang sebagai ibu bagi anak yang disusui itu, sehingga haram melakukan
perkawinan.
2. Nenek susuan
Yaitu ibu dari yang pernah menyusui atau ibu dari suami yang menyusui itu,
suami dari ibu yang menyusui itu dipandang seperti ayah bagi anak susuan sehingga
haram melakukan perkawinan.
3. Bibi susuan
Yakni saudara perempuan ibu susuan atau saudara perempuan suami ibu
susuan dan seterusnya.
4. Kemenakan susuan perempuan, yakni anak perempuan dari saudara ibu susuan.
5. Saudara susuan perempuan, baik saudara seayah kandung maupun seibu saja.


1


3.2Akibat yang Ditimb:lkan dari Pernikahan Sedarah

Islam merupakan agama yang sangat peduli terhadap kelangsungan kehidupan
umat manusia. Hal tersebut terbukti tidak hanya mengatur kehidupan umat Islam,
tetapi juga mengatur kehidupan seluruh umat manusia pada umumnya di seluruh
dunia ini.

Sebagai contoh nyatanya adalah mengenai larangan untuk menikah dengan
pihak-pihak yang masih memiliki hubungan sedarah (keturunan), sepersusuan, dan
hubungan akibat pernikahan (semenda). Berdasarkan larangan tersebut maka
walaupun ruang lingkup dari peraturan tersebut ada dalam Hukum Perkawian Islam
namun dalam penerapannya dapat dilakukan pada manusia lain pada umumnya.

Hal itu terlihat jelas dari berbagai akibat yang dapat ditimbulkan apabila
peraturan tersebut dilanggar. Akan terjadi kelainan yang dapat timbul bagi keturunan
yang dihasilkan oleh kedua pasangan yang melanggarnya. Kelainan pada
keturunannya tersebut dapat terjadi tidak hanya kondisi Iisik sang anak, tetapi juga
akan memiliki dampak terhadap kelainan psikolgis atau mentalnya.

Berbagagai kelainan tersebut pada dasarnya dapat diteliti dan diketahui lebih
lanjut berdasarkan dari aspek kedokteran atau bidang medisnya. Karena akibat yang
ditimbulakan tersebut masih berhubungan dengan persilangan antar gen dari pihak
suami atau pihak istri. Sehingga kelainan yang ditimbulkan oleh akibat perkawinan
pertalian sedarah ini dapat diteliti secara saksama.

Adapun berbagai akibat atau dampak yang dapat ditimbulkan apabila larangan
menikah dengan pihak yang memilki hubungan pertalian sedarah di ataranya adalah:





0

1. Secara fisik:

Peristiwa incest atau perkawinan sedarah memilki kemungkinan yang
sangat besar sekali untuk menghasilkan keturunan yang Iatal dan memilki
gangguan terhadap perkembangan Iisiknya, baik sebagian mauoun secara
keseluruhan. Berbagai kelainan Iisik dankondisi tubuh yang dapat ditimbulkan di
antaranya seperti terjadinya:

a)anemia,
b)gangguan penglihatan pada anak umur 4-7 tahun yang bisa berakibat buta,
c)albino,
d)polidactil,
e)Keadaan tubuh yang kurang lengkap (cacat Iisik) dan lain sebagainya.


2. Kelainan Psikis mental)

Selain dapat menimbulkan kelainan secara Iisik akan timbul kelainan
lainnya apabila terjadi suatu perkawinan terhadap pihak-pihak yang secara tegas
dilarang dalam hukum Perkawinan Islam. Berbagai macam kelainan tersebut akan
muncul dalam hal psikis dan mental. Hal-hal yang dapat muncul akibat perkawinan
(inces) tersebut di antaranya adalah:

a)gangguan kesehatan jiwa (ski:oprenia);
b)keterlambatan atau keterbelakangan mental (idiot);
c)gangguan perkembangan otak yang lemah;
d)Down syndrome dan lain sebagainya.


Berbagai kelainan Iisik tersebut dapat diketahui dengan cara diteliti secara
mendalam dan menyuluruh dari segi medis yang ada. Berdasarkan hasil penelitian
medis yang ada menunjukkan secara jelas bahwa selama proses perkawinan tersebut
terjadinya perpaduan gen antara pihak suami dan istri yang berada dalam satu
1

hubungan sedarah. Kelemahan genetik lebih berpeluang muncul dan riwayat genetik
yang timbul akan menjadi lebih dominan.

Hal tersebut terjadi karena selama proses persilangan gen tersebut lebih banyak
menghasilkan homozigot resesiI yang timbul. Sehingga implikasi buruknya adalah
dapat menyebabkan kematian (letal) pada bayi dan berbagai kondisi abnormal lainnya
baik dari segi Iisiknya maupun dari segi mentalitas atau psikologinya di masa
selanjutnya.

Sesungguhnya Islam megatur mengenai larangan perkawinan sedarah semata
untuk kemaslahatan umat Islam pada khususnya dan umat manusia lainnya pada
umumnya. Hal tersebut patut unutk disyukuri dan dipatuhi dengan penuh keyakinan.
Hal tersebut karena apabila melihat dampak buruk yang dapat ditimbulkan dari
pelanggaran terhadap perkawinan sedarah tersebut sangat membahayakan bagi sang
keturunan yang akan dihasilkan selanjutnya.

Sehingga pada akhirnya telah terbukti secara jelas bahwa Islam sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai yang terdapat dalam hukum perkawinan Islam. Sebagai
bukti konketnya adalah dengan diberlakukannya secara tegas mengenai larangan
untuk menikah dengan pihak-pihak yang mengandung hubungan sedarah, baik secara
keturunan (nasab), semenda (kekerabatan akibat perkawinan), dan sepersusuan.














BAB IV
PENU%UP
4.1 Kesimp:lan

Berdasarkan berbagai penjelasan dalam makalh ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Dasar-dasar hukum yang mengatur tentang berbagai macam larangan perkawinan
sedarah secara lengkap tercantum tidak hanya dalam Al-Quran dan Hadits,
namun juga terdapat dalam Hukum positiI Indonesia.

a. Sumber Hukum Islam:
1. Al-Quran Q.S. An-Nissa` 4:22 dan Q.S. An-Nissa` 4:23
2. Hadits
O(H.R. Ibn al-Atsir, Jmi` al-&shl)
O(H.R. Ibn Abbas)
O(HR Bukhari dan Muslim)


b.Sumber Hukum PositiI Indonesia:

1. &ndang-&ndang No. 1 Tahun 1974 Pasal 8
2. Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 39


2. Terdapat tiga golongan yang menurut hukum perkawinan Islam dilarang untuk
dinikahi yang dilihat berdasarkan hubungan pertalian sedarah. Pihak-pihak
tersebut di antaranya:

a. Yang memilki hubungan sedarah berdasarkan keturunan;
b. Yang memilki hubungan akibat sepersusuan;
c. Yang memiliki hubungan berdasarkan hubungan semenda (akibat
perkawinan dua buah keluarga).



3. Pada bagian akhir telah dijelaskan dampak yang ditimbulkan apabila Larangan
menikah dengan pihak yang masih memilki hubungan darah itu tetap dilakukan.
Berbagai dampak yang timbul antara lain:

a. Dampak secara Fisik, seperti Kondisi tubuh yang kurang lengkap dan
kurang sempurna. (cacat Fisik)
c. Dampak secara Psikologis, seperti keterbelakangan mental, down
syndrome, autis dan lain sebagainya



4.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan kepada pembaca dan mungkin pihak yang berniat
untuk mengembangkan lebih lanjut mengenai bidang yang sama yaitu Larangan Menikah
atas dasar hubungan sedarah menurut hukum Perkawinan Islam, maka diharapkan agar
dilakukan proses penyempurnaan dalam bentuk penelitian lanjutan dari berbagai macam
rerIerensi secara lebih mendalam. Bahkan dapat melakukan penelitian secara nyata terkait
berbgai hal dalam dampak yang akan ditimbulkan apabila peraturan dalam hukum
perkawinan Islam itu di langgar. Hal tersebut diharapkan agar semakin berkembangnya
ilmu ini, khususnya mengenai Larangan perkawinan sedarah, serta agar dapat mengikuti
perkembangan jaman.
Selanjutnya pula diharapkan agar pokok bahasan ini dapat dijadikan salah satu dasar
bagi pelaksanaan kegiatan pernikahan yang sesuai menurut ajaran agama Islam. Hal
tersebut bertujuan agar Larangan yang terdapat dalam hukum Perkawinan Islam tersebut
dapat diterapkan secara tepat sehingga akibat buruk dan dampak negatiInya dapat
dihindari bersama. Sehingga pada akhirnya tujuan nyata dalam hubungan perkawinan
menurut agama Islam yaitu menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah
dapat tercapai secara baik.




DAF%AR PUS%AKA

Ghozali, Abd:l Rahman, iqh unakahat, Cet 3, 1akarta: Kencana, 2008
Kompilasi Hukum Islam 1entang Perkawinan, Cet 3, Band:ng: Citra Umbara,
2009
Hakim, Rahmat, Hukum Perkawinan Islam untuk IAIA, Band:ng: P:staka Setia,
2000
Rasyid, S:laiman. iqh Islam, 1akarta: Attahiriyah,
NN, Kompilasi Hukum Islam 1entang Perkawinan, , Band:ng: Citra Umbara,
2009
Hadik:s:ma, Hilman, Hukum Perkawinan Indonesia menurut Perundanagan
Hukum Adat dan Hukum Agama, Cet 3, Band:ng: Mandar Ma:, 2007
Hasan, D:aendah, Hukum Keluarga, Band:ng: Armicho, 1988
www.scribd.com
www.eram:slim.com
www.wikipedia.com
sumber :http://refreshyourmind-newbie.blogspot.com/29/1/menyibak-fenomena-
kampung-idiot-di.html



Lampiran

Berbagai fakta mengenai dampak yang ditimb:lkan terhadap pelanggaran
larangan perkawinan sedarah



Menyibak Fenomena Kamp:ng Idiot di Ponorogo, 1awa %im:r

Sungguh tragis benar nasib saudara kita yang ada di salah satu desa di daerah
Ponorogo, Jawa Timur ini. Bagaimana tidak, hampir seluruh masyarakat di daerah tersebut
mengalami keterbelakangan mental atau biasa disebut `idiot dan yang menyedihkan lagi
mereka ini semua hidup di dalam kemiskinan. Sehingga tidak salah apabila banyak anggapan
yang berasal dari luar serta menyebut kampung ini dengan sebutan sebagai Kampung Idiot.

Fenomena Kampung Idiot' ini telah menjadi buah bibir serta sorotan secara
mendalam beberapa waktu lalu baik di media cetak ataupun elektronik, dan memang
diharapkan dari tayangan di media-media tersebut bisa menarik bantuan dari pihak lainnya
yang tergerak hatinya. Selain itu diharapkan adanya penyuluhan yang dapat dilakukan oleh
berbagai pihak terkait seperti Departemen Agama, Departemen Kesehatan, dan Departemen
Sosial.
Sebelumnya, data Kabupaten Ponorogo
merinci, dari 111 jiwa yang masuk kelompok
keluarga dengan masalah keterbelakangan mental.
Secara lebih jelasnya adalah sebagaimana data
resmi desa setempat yang menyebutkan bahwa
mayoritas warga desa yang mengalami kelainan
mental atau idiot ini berusia 40 tahun ke atas.
Sebagian lain berusia antara 30-40 tahun, dan
sebagian kecil lagi adalah usia balita hingga
dewasa.Data lainnya menyebutkan bahwa dari total 1.756 KK yang tercatat di administrasi
desa, 1.203 KK di antaranya hidup di bawah garis kemiskinan. Jumlah sebanyak itu sudah
termasuk 49 KK yang sebagian atau seluruh anggota keluarganya mengalami
keterbelakangan mental.
Diduga kuat penyebabnya adalah perkawinan sedarah. Akan berbeda jika gen orang
tua berbeda (tidak sedarah), siIat gen yang muncul pada anak bisa saja hanya memiliki siIat
gen salah satu orang tua karena siIat gen orangtua yang satunya lagi tertutupi. Gen resesiI
lebih besar kemungkinannya bisa ditutupi (tidak muncul) pada anak.



Berdasarkan penelitian Dinas terkait setempat dapat disimpulkan bahwa Ienomena
keterbelakangan mental tersebut disebabkan oleh
lazimnya perkawinan sedarah yang biasa dilakukan
sebagian besar warga desa tersebut. Hal tersebut
dibuktikan dari hasil penelitian medis bahwa
Kemungkinan untuk munculnya gen pembawa siIat yang
buruk lebih besar muncul pada anak dari perkawinan
sedarah dibanding anak dari perkawinan tidak sedarah.Namun jika gen kedua orang tua
memiliki juga gen pembawa siIat yang baik, maka kemungkinan gen si anak memiliki siIat
yang baik juga lebih besar.


Secara lebih jelasnya adalah siIat
kedua gen dari orang tua yang sama atau
sedarah bila digabungkan akan
memunculkan siIat gen anak yang
merupakan gabungan dari siIat gen kedua
orangtuanya. Tentunya perkawinan sedarah
terlalu beresiko karena akan memicu
munculnya siIat-siIat gen resesiI yang
buruk. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi
gen resesiI tersebutlah yang menjadi
penyebab timbulnya kelainan serta keterbelakangan mental bagi para penduduk desa di
daerah ponorogo tersebut.

Sama halnya apabila ditinjau dari segi agama Islam, menyatakan bahwa hukum bagi
seorang laki-laki yang menikahi seorang wanita dan ternyata memiliki hubungan sedarah
adalah haram. Hal tersebut telah di atur dalam Q.S An-Nissa` 22-23 yaitu:
an fanganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu,
terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat kefi dan dibenci
Allah dan seburuk-buruk falan (yang ditempuh). An-nissa : 22)
iharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan,
saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-
saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-
laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang
menyusui kamu, saudara perempuan sepersusuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak
istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi fika kamu
belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu
mengawininya, (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu), dan


menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah
terfadi pada masa lampau, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,`
".S. An-Nisa`: 23)

Penjelasan tentang larangan perkawinan sedarah dalam Islam tersebut sangat jelas
bahwa terdapat pihak-pihak yang haram untuk nikahi. Sehingga sudah selayaknyalah dan
wajib untuk dipatuhinya berbagai larangan tersebut. Hal tersebut karena Islam sangat peduli
terhadap kelangsungan hidup manusia di bumi ini pada umumnya dan pada umat muslim
secara khususnya, sehingga Islam membuat larangan tentang pernikahan tersebut untuk
semata-mata menjamin kemaslahatan umat Islam.

Berdasarkan Iakta-Iakta di atas sudah sepatutnyalah para Instansi-instansi terkait
dapat segera berupaya untuk menangani kasus tersebut. Seperti yang telah disinggung pada
bagian sebelumnya bahwa beberapa pihak terkait dan berwenagn untuk menanggulangi
masalah tersebut seperti Departemen Agama yang memberikan penyuluhan tentang larangan
pernikahahan sedarah yang telah diatur dalam agama Islam. Selain itu Departemen Kesehatan
yang memberikan penjelasan secara komprehensiI mengenai dampak yang dapat timbul
akibat perkawinan sedarah dalam bentuk pembuktian medis.

Selain lembaga-lembaga tersebut peran serta masyarakat sekitar yang telah mengerti
dan memahami permasalahan tersebut diharapkan ikut berperan serta untuk memberikan
panduan terhadap warga desa yang lainnya agar senantiasa tidak melanggar tentang larangan
pernikahan sedarah tersebut. Hal tersebutlah yang dapat memberikan kontribusi besar
terhadap penanggulangan masalah yang ditimbul akibat perkawinan sedarah di daerah
Ponorogo, Jawa Timur tersebut.


sumber http//refreshyourmindnewbieb/oqspotcom/2009/10/menyibokfenomenokompunq
idiotdihtm/

You might also like