You are on page 1of 4

KANDIDIASIS ORAL: MEMBANTU DALAM DIAGNOSA HIV

Abstrak
Jumlah inIeksi jamur oportunistik secara signiIikan terkait dengan jumlah morbiditas yang
berhubungan dengan penyakit HIV. Kandidiasis merupakan penyakit oportunistik oral
tersering yang menyerang orang-orang dengan inIeksi HIV-AIDS. Hail ini dianggap sebagai
penanda penting penekanan imun dan mungkin maniIestasi awal dari penyakit pada sekitar
10 dari orang dewasa yang terinIeksi HIV. Kami melaporkan kasus seorang pria 45 tahun
yang tampak sehat dengan kandidiasis oral terbukti menjadi indikator pertama dari inIeksi
HIV.
Pengantar
Acquired immune deIiciency syndrome (AIDS) merupakan penyakit dari sistem kekebalan
tubuh manusia yang disebabkab Human ImmunodeIiciency Virus (HIV), muncul sebagai
krisis global sejak penemuannya pada musim panas tahun 1981 di Amerika Serikat. Imunitas
seluler yang menurun terkait dengan AIDS dapat menyebabkan orang yang terinIeksi
berisiko untuk berbagai inIeksi oportunistik. Kandidiasis oral adalah salah satu inIeksi yang
paling sering di mukosa mulut pada orang dengan HIV atau AIDS.
InIeksi ini disebabkan oleh candida albicans, organisme jamur dimorIik yang biasanya
muncul dalam rongga mulut dalam keadaan nonpatogenik pada orang sehat, namun dalam
keadaan orang yang kesehatannya menurun memiliki kemampuan untuk berubah menjadi
patogen (penyebab penyakit) berbentuk hiIa. Kondisi yang mendukung perubahan ini
meliputi penggunaan antibiotik spektrum luas, penggunaan kortikosteroid, xerostomia,
disIungsi kekebalan tubuh, diabetes mellitus, deIisiensi nutrisi atau pada pelepasan protesa.
Di sini kita menyajikan sebuah kasus seorang pria berusia 45 tahun dengan kandidiasis oral
yang menyebabkan diagnosis inIeksi HIV.
Laporan Kasus
Seorang pria 45 tahun dilaporkan ke Departemen Oral Medicine dan Radiologi dengan
keluhan utama sensasi terbakar di lidah dan pipi sejak 3 bulan terakhir. Tidak memiliki
riwayat medis dan obat-obatan. Pasien mempunyai riwayat merokok 5 batang/hari selama 15
tahun, namun dia berhenti sejak 6 bulan terakhir.
Pemeriksaan intraoral terdapat lesi eritematus pada daerah retrocommisural kanan dan kiri di
2 cm superior dan inIerior pada 2 cm posterior dalam mukosa bukal. Daerah eritematus itu
ditumpangi dengan nodul putih yang tidak teraba. Patch juga ada di langit-langit. lesi
hiperkeratotik dengan ukuran 1x1 cm juga ada di dorsum lidah dan terdapat chelitis angular
bilateral pada commisural bibir. Beberapa gigi tanggal. Gigi yang masih ada memiliki
keadaan periodontal yang buruk.
Berdasarkan gambaran klinis diatas dan riwayat pasien menyebabkan diagnosis sementara
kandidiasis eritematus. Kemudian pemeriksaan eksIoliatiI disiapkan dengan menggunakan
pewarnaan asam schiII yang mana banyak terdapat sel epitel dengan candida-pseudohiIa dan
spora menunjukkan diagnosis kandidiasis. Selanjutnya pasein diberi resep antijamur topikal
(Clotimazole) dan anestesi topikal (Hidroklorida benzydamine). Lesi pada mukosa bukal
kanan dan kiri menunjukkan perbaikan dalam waktu 14 hari, namun tidak terjadi perbaikan
pada langit-langit dan lidah. Ketika pasien gagal untuk merespon pengobatan, dicurigai
didasari immunodeIisiensi. Saat ditanyai tentang gaya hidupnya, pasien enggan mengakui
berhubungan seks tanpa kondom dengan beberapa pasangan. Hal ini kemudian mendorong
untuk dilakukan tes HIV ELISA yang mempunyai hasil positiI. Tes konIirmasi untuk HIV
positiI, dan jumlah CD4 adalah 272 sel/mm3. Jadi kandidiasis oral terungkap dengan inIeksi
HIV sebagai dasar pasien dikelola dengan antijamur sistemik yang sesuai (ketoconazole)
bersama dengan antijamur topikal(clotimazole) dan terapi antiretroviral yang tepat.
Diskusi
InIeksi HIV ditandai dengan imunosupresi yang progresiI karena rendahnya jumlah CD4
mutlak dan jaringan sitokin yang bermaniIestasi secara klinis. ManiIestasi klinis inIeksi HIV
mencakup rentang spektrum mulai dari sindrom akut yang berhubungan dengan inIeksi
primer ke stadium prolong asimptomatik sampai penyakit lanjut. Status kesehatan gigi dan
mulut pasien terinIeksi HIV merupakan parameter sangat penting, karena dapat
mengungkapkan inIormasi penting mengenai status kekebalan individu. Gangguan mulut
terjadi pada sekitar 64-80 kasus HIV / AIDS di India dan dapat muncul sebagai berbagai
macam lesi, terutama jamur, virus, dan bakteri inIeksi dan neoplasma ganas seperti sarkoma
Kaposi dan keadaan nonspesiIik seperti aphthous ulserasi dan penyakit kelenjar ludah yang
terdapat pada deIek imunitas limIosit T yang berat. Faktor-Iaktor yang mempengaruhi dari
lesi oral termasuk jumlah CD4 kurang dari 200 sel / mm
3
, viral load lebih besar dari 3000
kopi / mL, xerostomia, kebersihan mulut yang buruk, dan merokok .
Gangguan terkait HIV yang paling umum adalah kandidiasis oral yang terjadi dalam kasus-
kasus 17-43 dengan inIeksi HIV dan lebih dari 90 kasus dengan AIDS. Kandidiasis
oroIaringeal adalah salah satu maniIestasi awal HIV yang diinduksi imunodeIisiensi dan
biasanya mempengaruhi mayoritas orang dengan inIeksi HIV lanjut yang tidak diobati.
InIeksi Candida albicans terdapat dalam empat bentuk: kandidiasis pseudomembran,
kandidiasis hiperplastik, kandidiasis eritematosa, dan cheilitis sudut. Pasien mungkin
menunjukkan salah satu atau kombinasi dari setiap kejadian. Pada pasien dengan AIDS,
bentuk kandidiasis pseudomembran yang paling umum, sementara pada pasien terinIeksi
HIV, jenis eritematosa dominan seperti yang terlihat dalam kasus ini. Kandidiasis eritematosa
lesi makula eritematus muncul biasanya di langit-langit dan dorsum lidah. Kandidiasis
pseudomembran muncul sebagai krem putih seperti plak pada mukosa bukal, lidah, dan
permukaan mukosa rongga mulut, terbentuk permukaan dasar merah atau perdarahan
sedangkan tipe hiperplastik kandidiasis oral ditandai dengan plak putih dan sering pada
mukosa bukal. Cheilitis angular muncul sebagai retakan, mengelupas, atau ulserasi
melibatkan sudut mulut dan sering muncul dalam kombinasi dengan bentuk lain dari
kandidiasis.
InIeksi HIV terdapat dengan kebanyakan maniIestasi oral yang ditunjukkan oleh semua
pasien pada beberapa inti dari penyakit mereka. Ini telah ditunjukkan oleh berbagai penelitian
tentang HIV dan AIDS yang kandidiasis oral adalah inIeksi oportunistik yang paling umum.
ManiIestasi oral ini juga dapat menjadi indikator awal inIeksi HIV yang mendasarinya.
Dalam kasus kami, pasien tampak sehat dan tampaknya benar-benar menyadari status
imunologi nya. Terdapat sensasi terbakar pada lidah dan pipi yang membuatnya mendapatkan
pendapat ahli gigi. Pasien muncul dengan gejala yang khas kandidiasis eritematosa termasuk
sensasi terbakar bersama dengan cheilitis angular, dan temuan ini mendorong penyelidikan
untuk inIeksi HIV. Penemuan ini mirip dengan kasus-kasus yang diamati di masa lalu dimana
kandidiasis adalah maniIestasi awal inIeksi HIV tunggal yang mengarah ke diagnosa. Ada
juga telah dilaporkan dimana inIeksi oral histoplasmosis telah membantu dalam
mengidentiIikasi status HIV individu. Tuberkulosis ditemukan menjadi ko-inIeksi sistemik
yang paling sering terjadi pada AIDS.
IdentiIikasi dari pseudohyphae jamur dengan persiapan sitologi eksIoliatiI, sering
menggunakan asam SchiII dan / atau pewarnaan Papanicolaou merupakan standar yang
optimal untuk diagnosis semua kandidiasis, meskipun hasil tertinggi dari sitologi adalah
kandidiasis pseudomembran. Secara umum, Irekuensi isolasi dari spesies kandida meningkat
seiring dengan peningkatan keparahan penyakit HIV dan dengan rasio CD4: CD8 yang lebih
rendah. ManiIestasi oral candidiasis terutama telah ditemukan secara signiIikan berkorelasi
dengan jumlah CD4 di bawah 200 sel berkurang / mm
3
. Manajemen didasarkan pada sejauh
mana inIeksi dengan terapi topikal terdiri dari clotrimazole troches, suspensi nistatin oral, dan
nistatin dimanIaatkan untuk kasus-kasus ringan sampai sedang. Terapi sistemik digunakan
untuk penyakit sedang sampai berat termasuk Ilukonazol, obat yang paling banyak digunakan
itrakonazol, dan vorikonazol, yang terakhir digunakan untuk kasus resisten Ilukonazol.
Pasien terinIeksi HIV biasanya terdapat kandidiasis esoIagus terkait dengan kandidiasis oral
dan oleh karena itu memerlukan dosis antijamur lebih lama dan lebih tinggi antijamur. Tak
dapat disangkal dengan adanya kandidiasis eritematosa, cheilitis angular, dan periodontitis
dan kurang responnya antijamur topikal pada pasien mendorong kita untuk mengetahui
kebiasaan gaya hidupnya dan melakukan penyelidikan yang mengarah ke diagnosis inIeksi
HIV.
Kesimpulan
Lesi oral berIungsi sebagai penanda awal inIeksi HIV dan mungkin penurunan keadaan
kesehatan dan mempunyai prognosis yang buruk. Dokter gigi harus menyadari karakteristik
dan terjadinya maniIestasi inIeksi HIV, sehingga memungkinkan identiIikasi awal HIV,
memastikan tepat waktu terapi. InIeksi candida sering mungkin merupakan tanda klinis
pertama inIeksi HIV. Munculnya kandidiasis oral tanpa penyebab lokal, seperti xerostomia
atau terapi dengan antimikroba, kortikosteroid, atau obat penekan kekebalan tubuh pada
orang yang dinyatakan tampak sehat harus melakukan penyelidikan ke dalam gaya hidup dan
Iaktor-Iaktor lain yang terkait dengan risiko inIeksi HIV. ManiIestasi oral yang demikian
dapat digunakan sebagai penanda status kekebalan berbasis epidemiologi di negara
berkembang seperti India dimana jumlah CD4 dan estimasi viral load RNA tidak dapat secara
rutin dilakukan dalam populasi besar karena biaya tinggi. HIV terkait lesi oral maka dianggap
sebagai "sentinels and signposts" HIV / AIDS dan pengenalan awal dan manajemen yang
cepat sangat penting dalam menjaga kesehatan dan memperpanjang hidup pasien dengan
AIDS.

You might also like