1. Lingkungan kerja fisik berkaitan dengan human error karena memengaruhi kinerja operator. Kondisi tidak nyaman akan membuat pekerja mengeluarkan tenaga lebih dan berkurang konsentrasi.
2. Sistem kerja ergonomis dirancang dengan mempertimbangkan karakteristik manusia untuk mencapai hasil yang efektif, nyaman, aman, dan sehat bagi pekerja.
1. Lingkungan kerja fisik berkaitan dengan human error karena memengaruhi kinerja operator. Kondisi tidak nyaman akan membuat pekerja mengeluarkan tenaga lebih dan berkurang konsentrasi.
2. Sistem kerja ergonomis dirancang dengan mempertimbangkan karakteristik manusia untuk mencapai hasil yang efektif, nyaman, aman, dan sehat bagi pekerja.
Copyright:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online from Scribd
1. Lingkungan kerja fisik berkaitan dengan human error karena memengaruhi kinerja operator. Kondisi tidak nyaman akan membuat pekerja mengeluarkan tenaga lebih dan berkurang konsentrasi.
2. Sistem kerja ergonomis dirancang dengan mempertimbangkan karakteristik manusia untuk mencapai hasil yang efektif, nyaman, aman, dan sehat bagi pekerja.
Copyright:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online from Scribd
Human error secara umum dapat didefinisikan sebagai kumpulan kegiatan atau tindakan manusia yang melalmpaui batas penerimaan manusia yang ditentukan oleh suatu sistem. Human Error juga dapat didefinisikan suatu keputusan atau tindakan yang mengurangi atau potensial untuk mengurangi efektifitas keamanan atau performansi suatu sistem (Mc Cormick, 1993). Reason (1990, p 9) dalam Love and Josephson (2004) menggambarkan human error dalam suatu yang psikologis sebagai semua kesempatan di mana rangkaian aktivitas mental atau fisik yang direncanakan tidak berjalan seperti yang diharapkan sebagaimana seharusnya, sehingga gagal untuk mencapai hasil yang diharapkan. Namun sulit untuk menginterpretasikan secara obyektif aktivitas mental atau fisik dari manusia untuk dapat menentukan bahwa salah satu hal itu telah menyebabkan terjadinya kesalahan. Faktanya apakah individu dapat dipersalahkan untuk semua kesalahan sampai saat ini merupakan masalah perdebatan, di mana membuat kesalahan dipandang sebagai pembawaan dari sifat alami manusia (Reason, 1990). 2.3.1 Sebab-sebab Human Error Menurut Atkinson (1998) sebab-sebab human error dapat dibagi menjadi: 1. Sebab-sebab primer Sebab-sebab primer merupakan sebab-sebab human error pada level individu. Untuk menghindari kesalahan pada level ini, ahli teknologi cenderung menganjurkan pengukuran yang berhubungan ke individu, misalnya meningkatkan pelatihan, pendidikan, dan pemilihan personil (Sriskandan,1986)dalam Atkinson (1998). Bagaimanapun, saran tersebut tidak dapat mengatasi kesalahan yang disebabkan oleh penipuan dan kelalaian.
2. Sebab-sebab manajerial Penekanan peran dari pelaku individual dalam kesalahan merupakan suatu hal yang tidak tepat. Kesalahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, pelatihan dan pendidikan mempunyai efek yang terbatas dan penipuan atau kelalaian akan selalu terjadi, tidak ada satupun penekanan penggunaan teknologi yang benar akan mencegah terjadinya kesalahan. Fakta ini telah diakui telah diakui secara luas pada literatur kesalahan dalam industri yang beresiko tinggi (Kletz,1985; ACSN,1993) dikutip dari Atkinson (1998). Karena itu merupakan peranan manajemen untuk memastikan bahwa pekerja melakukan pekerjaan dengan semestinya, untuk memastikan bahwa sumber daya tersedia pada saat dibutuhkan dan untuk mengalokasikan tanggungjawab secara akurat diantara pekerja yang terlibat.
3. Sebab-sebab global Kesalahan yang berada di luar kontrol manajemen, meliputi tekanan keuangan, tekanan waktu, tekanan sosial dan budaya organisasi. Lingkungan kerja fisik sangat berkaitan dengan human error ini, karena lingkungan kerja fisik mempengaruhi kineja dari operator, dan dengan mempertimbangkan seluruh aspek lingkungan kerja fisik yang memiliki potensi bahaya pada saat proses perancangansistem kerja beserta system pengendalian maka kondiisi-kondiisi bahaya tersebut dapat diantisipasi dan dibberi tiindakan-tindakan preventif lainnya. Kondisi lingkungan fisik kerja yang tidak nyaman akan membuat seorang pekerja mengeluarkan tenaga lebih untuk beradaptasi, sehingga konsentrasinya akan terbelah antara pekerjaan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Beberapa kondisi lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi hasil kerja manusia meliputi tingkat kebisingan, tingkat suhu dan tingkat pencahayaan ruangan. Selama ini penelitian yang ada menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara kondisi lingkungan kerja dengan hasil kerja manusia
2.8. Sistem kerja ENASE Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam rangka membuat sistem kerja yang ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien). Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas kehidupan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada perusahaan, yang berujung kepada produktivitas dan kualitas kerja. Keluhan yang berhubungan dengan penurunan kemampuan kerja (work capability) berupa kelainan pada sistem otot-rangka (musculoskeletal disorders) misalnya, seolah-olah luput dari mekanisme dan sistem audit K3 yang ada pada umumnya. Padahal data menunjukkan kompensasi biaya langsung akibat kelainan ini (overexertion) menempati rangking pertama (sekitar 30%) dibandingkan dengan bentuk kecelakaan-kecelakaan kerja yang lain. Kondisi berikut menunjukkan beberapa tanda-tanda suatu sistem kerja yang tidak ergonomik: O Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) yang tidak memuaskan O Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa kecelakaan O Pekerja sering melakukan kesalahan (human error) O Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau pinggang O Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja O Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang O Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau, atau jongkok O Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup O Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan O Komitmen kerja yang rendah O Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran atau hilangnya sikap kepedulian terhadap pekerjaan bahkan keapatisan Dengan ergonomi, sistem-sistem kerja dalam semua lini departemen dirancang sedemikian rupa memperhatikan variasi pekerja dalam hal kemampuan dan keterbatasan (fisik, psikis, dan sosio-teknis) dengan pendekatan human-centered design (HCD). Konsep evaluasi dan perancangan ergonomi adalah dengan memastikan bahwa tuntutan beban kerja haruslah dibawah kemampuan rata-rata pekerja (task demand < work capacity). Dengan inilah diperoleh rancangan sistem kerja yang produktif, aman, sehat, dan juga nyaman bagi pekerja. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/tugas-ergonomi-dasar-yuanita-nurdiana/