You are on page 1of 2

Cara Rumah Sakit Mengukur Mutu Pelayanan

Dalam sebuah sesi presentasi internal, saya pernah mengajukan pertanyaan, 'Apakah rumah
sakit kita adalah rumah sakit yang baik? kepada peserta yang hadir. Jawabannya cukup
bervariasi. Sebagian kecil menganggap baik, sebagian kecil menganggap belum, dan sisanya
menjawab baik namun perlu ditingkatkan di berbagai aspek. Kepada mereka semua, saya
membuka diskusi dengan pertanyaan lanjutan, 'Kalau demikian, apakah buktinya?
Terdapat perbedaan yang cukup nyata mengenai bagaimana pelanggan rumah sakit dan
manajemen rumah sakit menilai mutu rumah sakit. Pelanggan rumah sakit jelas berorientasi pada
kepentingan mereka dalam berurusan dengan rumah sakit. Sehingga, harapan mereka terhadap
mutu yang baik pada sebuah rumah sakit biasanya terbatas pada kecepatan layanan, staI yang
ramah dan cekatan, kesembuhan, dan pembiayaan yang eIisien. Sementara itu, rumah sakit
mengukur mutu dengan cara yang tidak sama. Sebagian akan saya sampaikan pada beberapa
bagian tulisan ini.
Rumah sakit yang serius mengukur mutu, dari sudut pandang pasien, akan terasa menerapkan
pembiayaan yang lebih tinggi. Ini wajar. Tentu dengan kontrol mutu yang ketat, rumah sakit
tersebut harus dinamis memperbaiki mutu yang sekarang sudah dicapai. Ini tidak mudah pada
institusi yang padat modal, padat teknologi, dan padat sumber daya manusia. Salah satunya
adalah konsekuensi pada pembiayaan, walaupun tidak selalu demikian. Sebaliknya, rumah sakit
yang menurut pasien pelayanannya excellent, biayanya murah, dan memuaskan pasien, bila
diukur mempergunakan indikator-indikator tersebut dapat saja biasa-biasa saja. Bahkan ada
kemungkinan rumah sakit tersebut tidak melakukan pengukuran mutu. Berikut adalah tiga dari
macam-macam cara pengukuran mutu yang dikenal di Indonesia.
ndikator Klinis
Indikator mempunyai beberapa deIinisi yang tertulis di buku teks. Saya sendiri lebih senang
menyebut indikator sebagai sebuah penanda objektiI yang bisa dipakai sebagai pertimbangan
dalam mengambil keputusan. Indikator bukan lagi data. Indikator adalah inIormasi. Indikator
mempunyai lima karakter utama yang sering disingkat dengan 'SMART. $25le, 2easurable,
accurate, relable, t2ely. Indikator haruslah cukup mudah dipahami, dihitung, dikumpulkan
data dasarnya, dan dikerjakan tepat waktu oleh pelaksana. Selain itu, indikator harus dipilih
sehingga akurat dan bisa dipercaya. Indikator klinis yang sangat populer diukur di banyak rumah
sakit adalah waktu respon, inIeksi terkait pemasangan inIus, inIeksi luka operasi, angka kejadian
dekubitus (5ressure sore), dan kematian ibu akibat perdarahan. Angka-angka indikator ini diukur
dari waktu ke waktu dengan metode yang baku dan dikembangkan akurasinya. Indikator-
indikator ini bersumber dari buku yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan mengenai
indikator klinis. Saat ini, manual yang dipakai lebih luas adalah standar pelayanan minimal
rumah sakit yang juga diterbitkan oleh Departemen Kesehatan.
udit Medis
Audit medis merupakan proses evaluasi mutu pelayanan medis melalui telaah rekam medis oleh
proIesi medis sendiri. Tujuan dilakukan audit medis adalah pelayanan medis prima yang
bersumber pada evaluasi mutu pelayanan, penerapan standar, dan perbaikan pelayanan
berdasarkan kebutuhan pasien dan standar yang telah ada. Audit medis di Indonesia diatur oleh
Keputusan Menteri Kesehatan no. 496 tahun 2005. Pembahasan kasus kematian, kasus sulit,
kasus langka, dan lain-lain adalah bentuk audit medis yang paling sederhana. Audit medis
paripurna menyertakan revew, assess2ent, dan survellance. Audit medis adalah proses yang
terus menerus karena merupakan upaya yang terus menerus. Proses inti audit medis adalah
menetapkan kasus yang akan diaudit, mengumpulkan berkas kasus tersebut, dan membandingkan
pelayanan medis yang diberikan dengan standar, untuk selanjutnya mengambil tindakan korektiI.
Audit medis dapat dilakukan mulai dari kelompok staI medis (organisasi dokter dengan
kemampuan atau kompetensi klinis yang sama) sampai ke tingkat komite medis di tingkat rumah
sakit.
Mortality Review
ortalty revew adalah bagian dari audit medis. Lewat 2ortalty revew, rumah sakit bersama
dengan manajemen rumah sakit dapat mencari Iaktor-Iaktor yang berkontribusi pada kematian di
rumah sakit. Untuk mencari Iaktor-Iaktor tersebut, digunakan sebuah check lst yang bernama
global trgger tools. Global trgger tools memuat puluhan entry 5ont ke arah resiko tindakan,
kesalahan, kelalaian, maupun kemungkinan gagal komunikasi. Titik berat 2ortalty revew
adalah kematian-kematian yang terjadi pada pasien non terminal, baik kematian tersebut terjadi
di ntensve care unt / ICU / unit perawatan intensiI maupun di ruang rawat inap biasa. Seluruh
kematian non terminal ini didaItar, dipelajari rekam medisnya, dan dibahas pada pertemuan
2ortalty revew. Menggunakan global trgger tools dalam melakukan 2ortalty revew biasanya
berupaya menemukan apakah ada kegagalan, terutama dalam mengenali perburukan atau
masuknya pasien kepada keadaan kritis, merencanakan penegakan diagnosis dan rencana
pengobatan, dan mengkomunikasikan keadaan pasien baik antar dokter, dokter kepada perawat,
perawat kepada dokter, dan antar proIesi kesehatan yang lain. Data 2ortalty revew dapat
dipakai juga oleh rumah sakit dalam rangka pengembangan layanan. Misalnya, jumlah kematian
yang tinggi pada pasien terminal mengindikasikan perlunya rumah sakit memikirkan layanan
perawatan paliatiI.
Penutup
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa apapun metode pengukuran mutu
yang dilakukan rumah sakit, hendaknya berdampak langsung pada apa yang dirasakan oleh
pasien dan keluarganya. Mengingat akses ke rumah sakit bagi sebagian besar orang masih
dibatasi oleh biaya, hendaknya pengukuran-pengukuran tersebut juga mempertimbangkan
eIisiensi sehingga kualitas baik tidak selalu linear dengan pembiayaan yang tinggi. Salam!
Penulis: dr. Robertus Arian D. (Dokter jaga IGD-ICU-rawat inap dan pengurus komite medis)

You might also like